Anda di halaman 1dari 21

TUGAS 2

SEDIMENTOLOGI

DEPOSITIONAL ENVIRONMENT
CARBONATE BARRIER

NAMA: NI PUTU JULIYANT ANANDA RIKA PANGASTUTI


NPM: 2206015122
GEOFISIKA RESERVOAR
JAKARTA
19 NOVEMBER 2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batuan karbonat merupakan batuan sedimen yang mengandung mineral karbonat lebih dari
50%. Sedangkan mineral karbonat adalah mineral mengandung CO3 dan satu atau lebih kation
Ca, Mg, Fe, dan Mn. Pada umumnya, mineral karbonat adalah kalsit (CaCO 3) dan dolomit
(CaMg(Co3)2). Batuan karbonat umumnya terdiri atas batu gamping atau kalsit sebagai mineral
utama dan batu dolomit. Unsur - unsur karbonat hanya dapat terbentuk pada daerah laut dengan
syarat seperti salinitas, suplai cahaya matahari, kekeruhan, keadalaman dan arus air laut yang
tenang dan batas zona akhir terbentuknya unsur karbonat, atau yang disebut sebagai zona CCD
(Carbonate Compensation Depth), karena keadaan ini sangat berperan dalam pembentukan
batuan sedimen karbonat (Scholle, 2003).
Sedimen karbonat umumnya terbentuk di laut dangkal dan hangat baik dengan
pengendapan langsung dari air laut atau dengan ekstraksi biologis kalsium karbonat dari air laut
untuk membentuk bahan kerangka. Hasilnya adalah sedimen yang tersusun dari partikel-partikel
dengan berbagai ukuran dan bentuk yang bercampur menjadi satu membentuk banyak tekstur
pengendapan. Sedimen mungkin terikat bersama oleh organisme encrusting atau diendapkan
sebagai sedimen lepas yang terbawa oleh arus laut (Reading, 1978).
Umur batuan sangat bervariasi mulai dari pra-Kambrium sampai Kuarter. Batuan karbonat
pra-Kambrium dan Paleosen umumnya dikuasai oleh batudolomit. Di alam batuan karbonat
menempati 20% hingga 25% dari seluruh catatan stratigrafi dunia. Sekitar 40% dari minyak
bumi dan gas dunia diambil dari batuan karbonat. Reservoar karbonat di Timur Tengah
merupakan salah satu contoh reservoar karbonat dengan produksi migas yang besar. Sedimen
karbonat, yang dijumpai di dunia, kebanyakan terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan
beberapa di antaranya terbentuk di daerah teresterestrial pada dangkal tropis. Indonesia
merupakan daerah yang mempunyai sedimen karbonat melimpah.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan paper dengan judul lingkungan pengendapan karbonat
adalah agar dapat mengetahui serta menguraikan pengertian, klasifikasi, serta facies dari masing-
masing lingkungan pengendapan karbonat.
BAB II
PEMBAHASAN
LINGKUNGAN PENGENDAPAN KARBONAT

1. Batuan Sedimen Karbonat


Batuan sedimen karbonat adalah batuan sedimen yang terbentuk pada (atau dekat)
permukaan bumi oleh pengendapan dari larutan pada suhu permukaan atau oleh akumulasi dan
litifikasi fragmen batuan yang sudah ada sebelumnya atau sisa-sisa organisme. Untuk
pembentukan batuan sedimen diperlukan waktu pengendapan yang lebih lama, karena sedimen
harus dipadatkan dan disemen menjadi lapisan keras atau strata. Ciri-ciri batuan sedimen
karbonat adalah fasies dan tekstur sedimennya: biasanya menunjukkan tepian serta struktur
sedimen yang khas, seperti perlapisan. Setiap lapisan batuan sedimen mencerminkan kondisi
selama pengendapan: bahan sumber (sering mengandung organisme, seperti kerang, brakiopoda,
dll, yang ada di batuan sedimen dengan cangkang) dan sarana transportasi (Robert, 2003).
Pengertian Batuan Karbonat menurut Pettijohn (1975) bahwa batuan karbonat adalah
batuan yang fraksi karbonatnya lebih besar dari fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi
karbonatnya >50%. Apabila fraksi karbonatnya <50% maka, tidak bisa lagi disebut sebagai
batuan karbonat. Fraksi-fraksi karbonat yang umum dapat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Mineral Karbonat yang Umum Dijumpai

Mineral Rumus Kimia Sistem Kristal

Aragonit CaCO3 Orthorombik

Kalsit CaCO3 Heksagonal(rombohedral)

Magnesit MgCO3 Heksagonal(rombohedral)

Dolomit CaMg(CO3)2 Heksagonal(rombohedral)

Ankerit Ca(FeMg)(CO3)2 Heksagonal(rombohedral)

Siderit FeCO3 Heksagonal(rombohedral)


Penyusun batuan karbonat menurut Tucker (1990), komponen penyusun batuan karbonat
dibedakan atas non skeletal grain, skeletal grain, matrix dan semen (Tucker, 1990).
1. Non skeletal grain, terdiri dari:
a. Ooid dan pisoid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang punya
satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi inti. Inti penyusun
biasanya partikel karbonat atau butiran kuarsa. Ooid memiliki ukuran butir < 2 mm
dan apabila memiliki ukuran > 2 mm maka disebut pisoid.
b. Peloid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat, elipsoid atau merincing yang
tersusun oleh mikrit dan tanpa struktur internal. Ukuran peloid antara 0,1 – 0,5 mm.
Kebanyakan peloid ini berasala dari kotoran (faecal origin) sehingga disebut pellet.
c. Agregat dan intraklas merupakan kumpulan dari beberapa macam butiran karbonat
yang tersemenkan bersama-sama oleh semen mikrokristalin atau tergabung akibat
material organik. Sedangkan intraklas adalah fragmen dari sedimen yang sudah
terlitifikasi atau setengah terlitifikasi yang terjadi akibat pelepasan air lumpur pada
daerah pasang surut atau tidal flat.
2. Skeletal grain adalah butiran cangkang penyusun batuan karbonat yang terdiri dari seluruh
mikrofosil, butiran fosil, maupun pecahan dari fosil-fosil makro. Cangkang ini merupakan
allochem yang paling umum dijumpai dalam batuan karbonat. Komponen cangkang pada
batugamping juga merupakan penunjuk pada distribusi invertebrata penghasil karbonat
sepanjang waktu geologi.
3. Lumpur karbonat atau mikrit merupakan matriks yang umumnya berwarna gelap. Pada
karbonat hadir sebagai butir yang sangat halus. Mikrit memiliki ukuran butir kurang dari 4
mikrometer. Pada studi mikroskop elektron menunjukkan bahwa mikrit tidak homogen dan
menunjukkan adanya ukuran kasar sampai halus dengan batas antara kristal yang
berbentuk planar, melengkung, bergerigi ataupun tidak teratur. Mikrit dapat mengalami
alterasi dan dapat tergantikan oleh mozaik mikrospar yang kasar.
4. Semen terdiri dari material halus yang menjadi pengikat antar butiran dan mengisi rongga
pori yang diendapkan setelah fragmen dan matriks. Semen dapat berupa kalsit, silika,
oksida besi ataupun sulfat.
Tekstur pada batuan karbonat bervariasi, mulai dari tekstur yang terdapat pada batuan detritus
seperti besar grain, sorting, dan rounding, hingga yang menunjukkan hasil pengendapan
kimiawi. Matriknya bervariasi dari lumpur karbonat berbutir padat hingga kristal-kristal kalsit
atau dolomit. Tekstur juga ada yang terbentuk dari pertumbuhan organisme. Tekstur pada batu
gamping kebanyakan hampir sama dengan jenis tekstur pada batuan detritus seperti batu pasir.
Hal ini menunjukkan bahwa proses pembentukan batuan karbonat dan batu pasir hampir sama.
Apabila batu gamping tersusun atas klastik, kebanyakan struktur yang terdapat pada batuan
detritus juga muncul pada batuan ini. Struktur-struktur seperti cross-bedding, ripple marks,
dunes, graded bedding, dan imbricate bedding banyak dijumpai pada batuan karbonat walaupun
tidak mudah terlalu mudah diamati karena sedikitnya perbedaan warna pada tiap lapisan di
batuan karbonat. Tipe laminasi yang paling banyak ditemukan dibentuk oleh organisme seperti
alga hijau/biru yang tumbuh di daerah berombak. Organisme ini tumbuh sebagai serat-serat dan
membentuk serabut dengan memerangkap dan menyatukan mikrokristal karbonat. Adanya
ombak yang datang dan menyapu butiran pasir di pantai membuat formasi laminasi yang terdiri
atas material organik. Stylolit merupakan permukaan tak beraturan dari endapan karbonat yang
tertekan. Stylolit ini merepresentasikan 25% hingga 90% batuan karbonat yang terlarut (Bathurst,
1975).
Batuan sedimen karbonat yang paling umum adalah batu kapur dan dolostone, tetapi juga
Natrium dan Kalium Karbonat yang umum. Batu kapur adalah batuan sedimen yang terutama
terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3) umunya kalsit, aragonit. Mengandung sejumlah besar
magnesium karbonat (dolomit). Sebagian besar batugamping memiliki tekstur granular, tetapi
batugamping juga dapat bersifat masif, kristal atau klastik. Kebanyakan batugamping dibentuk
oleh pengendapan dan konsolidasi kerangka invertebrata laut, tetapi juga ada batugamping
limnik. Batu kapur juga dapat dibentuk oleh pengendapan kimia dari larutan. Dolostone biasanya
dibentuk oleh dolomitisasi batu gamping selama proses diagenesis sebelum litifikasi. Batuan
karbonat terbentuk melalui proses biologis, biokimia dan presipitasi anorganik larutan CaCO 3 di
dalam suatu cekungan. Menurut Pirson, 1958 batuan karbonat terbentuk pada lingkungan laut
dangkal, dimana pada lingkungan tersebut tidak terjadi pengendapan material asal daratan. Hal
ini memungkinkan pertumbuhan organisme laut misalnya koral, ganggang, bryozoa, 7 dan
sebagainya. Cangkang-cangkang dari organisme tersebut mengandung mineral aragonit yang
kemudian berubah menjadi mineral kalsit. Proses pembentukan batuan karbonat akan terus
berlangsung, bila keadaan laut relatif dangkal. Hal ini dapat terjadi bila ada keseimbangan antara
pertumbuhan organisme dan penurunan dasar laut tempat terbentuknya batuan tersebut, sehingga
dapat menghasilkan batuan karbonat yang tebal. Sementara menurut Landes, 1959 selain
dipengaruhi oleh lingkungan laut dangkal dan tanpa adanya pengendapan material asal daratan,
pembentukan batuan karbonat membutuhkan lingkungan pengendapan dengan syarat-syarat
khusus sebagai berikut (Robert, 2003):
a. Dasar laut yang relatif datar dan stabil.
b. Kedalaman laut yang dangkal.
c. Suhu air yang relatif hangat (± 38°C).
d. Ombak yang tidak begitu besar.
e. Tidak ada arus yang besar dan kuat.
f. Kegaraman air laut sekitar 13% (per mil).

2. Lingkungan Pengendapan Karbonat


Batuan sedimen terbentuk melalui 5 proses, yaitu proses erosi, pelapukan, pengangkutan,
pengendapan, dan diagenesis. 5 proses dengan 4 jenis batuan ini membentuk suatu siklus yang
dikenal sebagai siklus sedimen. Sifat-sifat batuan sedimen seperti tekstur dan struktur sedimen,
dibentuk oleh proses kimia, fisika dan biologi. Proses pengendapan dan sifat-sifat batuan
memiliki hubungan genetik yang sangat erat. Dalam sedimentologi, penentuan lingkungan
pengendapan dari sifat-sifat sedimen atau batuan sedimen merupakan tujuan dan fokus utama.
Lingkungan pengendapan adalah bagian dari permukaan bumi yang mempunyai sifat-sifat kimia,
biologi, dan fisika tertentu dimana sedimen berada. Ada 3 macam lingkungan pengendapan,
yaitu lingkungan kontinental, marjinal, dan laut. Setiap lingkungan memiliki karakteristik
tertentu yang membuat masing-masing lingkungan berbeda dari yang lain. Lingkungan
pengendapan yang berbeda, akan memiliki struktur dan tekstur sedimen yang berbeda pula
(Milliman, 1974).
Lingkungan pengendapan menjadi penting dan esensial tidak hanya dalam sedimentologi,
tetapi juga dalam disiplin geologi lainnya seperti stratigrafi. Untuk mendapatkan lingkungan
pengendapan, perlu dilakukan analisis lingkungan. Analisis lingkungan didasarkan pada sifat-
sifat batuan yang memiliki signifikansi lingkungan, yaitu struktur sedimen, tekstur, fosil, dan
asosiasi fasies sedimen. Dari informasi tersebut, kita dapat membangun model fasies yang
merupakan ringkasan umum dari karakteristik sistem pengendapan tertentu. Kemudian dari
karakteristik sistem pengendapannya dapat diketahui lingkungan pengendapan sedimen atau
batuan sedimen.
Beberapa faktor yang penting dan sangat mempengaruhi pengendapan batuan karbonat
adalah (Milliman, 1974):
a. Pengaruh sedimen klasitik asal darat pegendapan karbonat memerlukan lingkungan yang
praktis bebas dari sedimen klastik asal darat. Karena sedimen klastik dari darat dapat
menghambat proses fotosintesa ganggang gampingan.
b. Pengaruh iklim dan suhu batuan karbonat diendapkan di daerah perairan yang bersuhu
hangat dan beriklim tropis sampai subtropis.
c. Pengaruh kedalaman, umumnya batuan karbonat diendapkan di daerah perairan dangkal
dimana masih terdapat sinar matahari yang bisa menembus kedalaman air. Terdapat suatu
garis yang merupakan batas kedalaman air dimana sedimen karbonat dapat ditemukan
pengendapannya yang disebut dengan CCD (Carbonate Compensation Depth).
d. Faktor mekanik yang mempengaruhi kecepatan pengandapan batuan karbonat yaitu antara
lain aliran air laut, percampuran air, penguraian oleh bakteri, proses pembuatan organik
pada larutan, serta pH air laut.
Sedimen karbonat terakumulasi di lingkungan pengendapan yang berkisar dari dataran
pasang surut hingga cekungan laut dalam. Sebagian besar sedimen karbonat berasal dari platform
air dangkal, shelf atau ramp dan diangkut ke arah darat dan ke arah cekungan. Platform adalah
istilah umum untuk lingkungan perairan dangkal, sedangkan shelf dan ramp mengacu pada
topografi dengan puncak platform datar dan lereng depan yang curam dan lereng yang memiliki
puncak platform yang mencelupkan dengan lembut dan lereng depan yang sedikit lebih curam.
Distribusi lateral lingkungan pengendapan mencerminkan tingkat energi, topografi dan aktivitas
organik. Perubahan ini dapat dikaitkan dengan geometri platform karbonat.
Grainstones dan boundstones terkonsentrasi di area dengan energi tertinggi, biasanya di
tepi ramp dan shelf. Sedimen diangkut dari tepi shelf ke lereng shelf dan ke lingkungan
cekungan. Transportasi ini terjadi terutama selama highstand dan menghasilkan gradasi margin
shelf. Plankton berkapur juga diendapkan di lingkungan cekungan. Sedimen juga diangkut ke
darat ke garis pantai, menciptakan endapan datar pasang surut yang meningkat, terutama selama
regresi. Sedimen transgresif umumnya berupa wackestones dan mudstones di semua lokasi
karena naiknya permukaan laut biasanya menciptakan lingkungan pengendapan berenergi
rendah. Kombinasi aktivitas organik, arus laut, topografi, dan eustasi menghasilkan progresi
fasies yang khas dari daratan ke cekungan selama dataran tinggi yaitu peritidal, middle ramp,
ramp crest, ramp shelf or slope dan basin (PetroWiki, 2015).
Fasies peritidal adalah facies yang terdiri dari siklus pasang surut, biasanya mendefinisikan
posisi HFC yang paling ke daratan. Siklus terbentuk dengan mengisi ruang akomodasi dan
mengendapkan sedimen di atas permukaan laut dengan mengangkut sedimen karbonat ke dataran
lumpur dengan arus pasang surut dan badai. Sedimen datar pasang surut adalah fasies indikator
utama karena mereka menentukan permukaan laut. Lingkungan pasang surut dibagi menjadi
zona intertidal yang ditindih oleh zona supratidal. Sedimen pada zona intertidal dicirikan oleh
sedimen yaitu: burrowed, pelleted dan muddy. Zona supratidal kadang-kadang disebut
lingkungan "sabkha", mengacu pada dataran evaporitik yang luas di pantai barat Teluk Persia.

Gambar 1. Facies Pada Lingkungan Pengendapan Karbonat


Iklim kering pengendapan evaporit dapat terbentuk oleh pengendapan gipsum (CaSO 4 dan 2H2O)
atau anhidrit (CaSO4) dari penguapan air laut yang terperangkap di atau di zona supratidal. Halit
(NaCl) biasanya ditemukan di cekungan terisolasi mirip dengan Laut Mati. Mineral sulfat
ditemukan sebagai endapan di danau hipersalin dan sebagai lapisan dan kristal di dalam sedimen
peritidal. Sulfat yang ditemukan dalam sedimen karbonat diklasifikasikan dengan tepat sebagai
mineral diagenesa dan tidak dapat digunakan untuk menggambarkan lingkungan pengendapan,
tetapi sulfat yang diendapkan dari badan air, diklasifikasikan dengan tepat sebagai sedimen dan
merupakan karakteristik lingkungan pengendapan serta iklim. Agar sulfat mengendap dari air
laut, tiga kondisi harus dipenuhi (PetroWiki, 2015):
a. Badan air laut harus sangat dibatasi dari laut
b. Air hipersalin harus dapat keluar baik dengan kembali ke laut atau dengan merembes ke
dalam sedimen di bawahnya (refluks rembesan), jika tidak, sejumlah besar Halit akan
mengendap membentuk lapisan garam.
c. Iklim harus cukup kering untuk memungkinkan air laut menguap setidaknya sepertiga
volume aslinya
Fasies landai tengah (middle ramp) dicirikan oleh endapan air tenang yang biasanya terdiri dari
wackestones kerangka dan batulumpur. Organisme penggali mengaduk sedimen berlumpur dan
menghasilkan pelet tinja yang, bersama dengan bahan kerangka, terdiri dari fraksi butir sedimen.
Selama dataran tinggi, ruang akomodasi dapat dikurangi dan kedalaman air berkurang ke titik di
mana energi gelombang dan badai meningkat, lumpur kapur ditampi, dan tekstur batu kemas
dihasilkan. Peningkatan kandungan biji-bijian, mungkin dibatasi oleh packstone, digunakan
untuk menentukan perubahan permukaan laut di lingkungan ini. Fasies ramp crest dicirikan oleh
deposit energi tinggi, biasanya grainstones dan packstones. Suksesi klasik shoaling wackestone
ke packstone dan grainstone menggambarkan lingkungan ini. Deposito berenergi tinggi yang
khas adalah sebagai berikut:
 Shelf margin, tidal bar dan marine sand belts
 Back reef sands yang terkait dengan transportasi sedimen ke darat untuk terumbu tepi
 Endapan local middle shelf terkait dengan celah antar pulau atau tidal inlets yang
membentuk lobate tidal deltas.
Packstones biasanya diaduk oleh organisme penggali dan tidak menunjukkan bukti transportasi
saat ini. Grainstones umumnya bersilangan, sering dalam berbagai arah, menunjukkan
pengendapan dari arus pasang surut. Terumbu karang juga ditemukan di fasies ramp crest. Istilah
karang telah banyak disalahgunakan dalam industri perminyakan. Pada suatu waktu, semua
reservoir karbonat disebut sebagai terumbu, dan istilah ini umum digunakan saat ini untuk
menggambarkan setiap penumpukan karbonat. Namun, istilah tersebut harus dibatasi untuk
badan karbonat yang terdiri dari: bindstone, bafflestone, Associated float dan rudstones. Fasies
slope atau lereng, dibentuk oleh pengangkutan shelf sedimen dan shelf dalam ke lereng shelf.
Sedimen biasanya wackestones dan mudstones, bersama dengan packstones dan grainstones
sesekali, di saluran yang terkait dengan aliran kepadatan ke dalam cekungan. Pada lereng yang
curam, sedimen dapat didominasi oleh breksi sedimen dan aliran debris yang dihasilkan oleh
runtuhnya batas shelf yang curam. Fasies basin atau cekungan biasanya terdiri dari lapisan tipis,
lumpur kapur air tenang yang mengandung organisme planktonik. Wackestones sering diselingi
oleh puing-puing dan aliran grain. Tekstur dan siklus turbidit klasik juga ditemukan pada
endapan karbonat cekungan.
Macam-macam lingkungan pengendapan adalah:
a. Submarine fan
Submarine fan adalah badan sedimen di dasar laut yang diendapkan oleh proses aliran
massa yang mungkin berbentuk kipas, tetapi geometri lobate yang lebih memanjang juga umum
terjadi. Ukurannya bervariasi dari radius beberapa kilometer hingga sistem pengendapan yang
mencakup lebih dari satu juta kilometer persegi dan membentuk beberapa fitur geomorfologi
terbesar di Bumi. Morfologi dan karakter pengendapan sistem submarine fan sangat dikontrol
oleh komposisi material yang dipasok, terutama proporsi kerikil, pasir dan lumpur yang ada.
Dalam hal ini submarine fan sangat mirip dengan sistem pengendapan lainnya seperti delta yang
juga menunjukkan variabilitas yang cukup besar tergantung pada distribusi ukuran butir dalam
bahan yang dipasok. Submarine fan dapat terbentuk dari berbagai bahan klastik. Karbonat dapat
menjadi sumber penting sedimen yang diendapkan kembali di cekungan laut oleh turbidit, tetapi
pasokan sedimen karbonat jarang terfokus pada titik-titik diskrit di sepanjang lereng benua:
submarine fan yang terdiri dari bahan karbonat jarang terbentuk, dan sebagian besar turbidit
karbonat berasosiasi. dengan sistem lereng apron (Wilson, 1975).

Gambar 2. Submarine fan


b. Deep Ocean Floor
Hampir semua endapan kalsium karbonat di lautan dibentuk oleh organisme. Di
lingkungan air dangkal organisme berkapur terutama karang, moluska, dan ganggang. Di laut
terbuka organisme berkapur utama adalah foraminifera (hewan mikroskopis) dan coccoliths
(alga). Baik foram dan coccolith adalah organisme terapung atau planktonik. Ini berarti bahwa
mereka hidup di atau dekat permukaan laut, dan mereka tidak bisa berenang tetapi bergerak ke
mana pun arus membawa mereka. Ketika organisme planktonik mati, cangkang berkapur mereka
jatuh ke dasar laut. Jika mereka terakumulasi dalam konsentrasi tinggi (lebih besar dari 30% dari
sedimen), cairan akan terbentuk. Cangkang kalsium karbonat ini tidak menumpuk di mana-mana
di dasar laut. Pada umumnya sedimen atau ooze berkapur tidak ditemukan pada dasar laut yang
lebih dalam dari 4.500 meter. Penjelasan yang jelas adalah bahwa kerang yang jatuh melalui
kolom air yang lebih panjang dilarutkan sebelum mencapai dasar, sedangkan kerang yang jatuh
kurang dari 4.500 meter ke dasar tidak diendapkan. organisme tidak hidup di laut dalam,
organisme tidak hidup di mana pun di air dalam bahkan di mana airnya kurang dari 4.500 meter.
Foram berkapur dan coccolith hidup di permukaan laut, bukan di dasar laut. Selanjutnya,
organisme ini hidup hampir di mana-mana di permukaan air dari khatulistiwa ke kutub, sehingga
untuk pelestarian mereka di air dalam bukanlah distribusi mereka di air permukaan (Wilson,
1975).

Gambar 3. Deep Ocean Floor

3. Klasifikasi Pengendapan Karbonat


Klasifikasi Dunham (1962) membagi karbonat menjadi sedimen yang terikat secara
organik dan sedimen lepas. Sedimen lepas tidak dapat dideskripsikan secara sederhana dalam
ukuran butir dan penyortiran karena bentuk butir karbonat dapat bervariasi dari ooid sferoid
hingga cekungan datar dan cangkang spiral tinggi yang memiliki ruang pori internal. Kandungan
butir dari sedimen yang didukung butir yang terdiri dari cangkang bisa sesedikit 30% dari
volume curah karena cangkang menempati ruang lebih sedikit daripada spheroids. Oleh karena
itu, sedimen lepas dijelaskan berdasarkan konsep dukungan lumpur dan butir. Lumpur mengacu
pada partikel karbonat seukuran lumpur, bukan lumpur yang terdiri dari mineral lempung.
Tekstur grain-supported yaitu (Dunham, 1962):
 Grainstone, yang tidak memiliki lumpur karbonat
 Packstone, yang berisi lumpur
Tekstur Mud-supported yaitu:
 Wackestone, yang mengandung lebih dari 10% butir
 Mudstone, yang mengandung kurang dari 10% butir

Gambar 4. Klasifikasi Pengendapan Lingkungan Karbonat Menurut Dunham


Kelas boundstone Dunham dibagi lagi oleh Embry dan Klovan karena terumbu karbonat
umumnya terdiri dari organisme pembentuk terumbu besar, seperti karang, spons, dan rudist,
yang membentuk sedimen yang terdiri dari partikel yang sangat besar. Untuk menggambarkan
bahan karang boundstone asli, mereka memperkenalkan istilah: bafflestone, bindstone dan
framestone. Untuk menggambarkan allochthonous atau sedimen terumbu dengan partikel yang
lebih besar dari 2 mm, istilah berikut digunakan: floatstone merupakan mud-supported sediment
dan rudstone yang merupakan grain-supported (Embry dan Klovan, 1971).
Enos dan Sawatsky melakukan pengukuran porositas dan permeabilitas sedimen karbonat
modern yakni porositas rata-rata dan permeabilitas grainstone masing-masing sekitar 45% dan
10 darcy. Sedangkan untuk wackestone porositas rata-rata dan permeabilitas masing-masing
sekitar 65% dan 200 md. Porositas yang lebih tinggi pada sedimen penopang lumpur disebabkan
oleh bentuk jarum kristal aragonit kecil yang membentuk lumpur karbonat, dan penurunan
permeabilitas disebabkan oleh ukuran pori yang kecil yang ditemukan di antara partikel
berukuran lumpur (Enos dan Sawatsky, 1981).

Gambar 5. Klasifikasi Pengendapan Lingkungan Karbonat Menurut Embry dan Klovan


Pengamatan penting berdasarkan data adalah bahwa semua sedimen karbonat memiliki porositas
dan permeabilitas yang cukup untuk memenuhi syarat sebagai batuan reservoir. Dengan
modifikasi, pendekatan Dunham dapat digunakan untuk mengkarakterisasi sifat petrofisika
batuan karbonat. Klasifikasi harus dimodifikasi, bagaimanapun, karena diagenesis secara
signifikan mengubah tekstur pengendapan, dan klasifikasi batuan-kain yang menggabungkan
overprints diagenesis dan yang dapat dikaitkan dengan sifat petrofisika diperlukan. Klasifikasi
yang diusulkan oleh Lucia dirancang untuk tujuan ini. Semua ruang pori dibagi ke dalam
klasifikasi berikut:
 Interpartikel (intergrain dan intercrystal)
 Vuggy (ruang pori di dalam butiran/kristal dan jauh lebih besar dari butiran/kristal)
Ruang pori antar partikel diklasifikasikan dengan pendekatan klasifikasi Dunham. Alih-
alih grain-supported dan Mud-supported, didominasi butir dan lumpur digunakan sebagai
pembagian dasar. Fabrics yang didominasi biji-bijian termasuk grainstone dan packstone yang
didominasi biji-bijian. Fabrics yang didominasi lumpur termasuk packstone, wackestone, dan
mudstone yang didominasi lumpur. Kelas packstone dibagi menjadi grain-dominated packstone
dan mud-dominated karena sifat petrofisika dari packstone yang didominasi grain sesuai dengan
ukuran butir, sedangkan ukuran lumpur mengontrol sifat-sifat packstone yang didominasi
lumpur. Pengurangan diagenetik dalam porositas dengan sementasi dan pemadatan tercermin
dalam jumlah porositas antar partikel.
Dolostones diklasifikasikan sama jika limestone fabric prekursor dapat ditentukan.
Perbedaan petrofisika utama antara batu karbonat dan dolostones terjadi pada fabric yang
didominasi lumpur. Fabric yang didominasi lumpur kapur memiliki partikel berukuran lumpur
(< 20 m) dan pori-pori yang sangat kecil. Fabric yang didominasi lumpur dolomit memiliki
ukuran kristal mulai dari 10 m atau kurang hingga lebih dari 200 m, dengan ukuran pori yang
sesuai. Klasifikasi ruang pori vuggy merupakan aspek penting dari klasifikasi batuan-kain yang
tidak ditemukan dalam klasifikasi tekstur pengendapan. Ruang pori Vuggy dibagi menjadi dua
kelompok berdasarkan bagaimana ruang pori terhubung. Vug yang terpisah terhubung satu sama
lain melalui ruang pori antar partikel, dan vug yang bersentuhan terhubung langsung satu sama
lain. Pembubaran selektif butir, seperti ooids atau bahan kerangka, dan porositas intrafosil adalah
jenis vugs terpisah. Karena porositas vug terpisah tidak terhubung dengan baik, kontribusinya
terhadap permeabilitas lebih kecil daripada yang diharapkan jika porositas terletak di antara
partikel. Vug menyentuh biasanya dibentuk oleh pembubaran massal dan rekah. Proses ini dapat
membentuk sistem pori vuggy skala reservoir yang mendominasi kinerja reservoir karbonat
(Lucia, 1995).
Gambar 6. Klasifikasi Pengendapan Lingkungan Karbonat Menurut Lucia

4. Facies Karbonat
Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik yang khas
dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek fasies yang
berbeda dari tubuh batuan yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya. Fasies umumnya
dikelompokkan ke dalam facies association dimana fasies - fasies tersebut berhubungan secara
genetis sehingga asosiasi fasies ini memiliki arti lingkungan. Dalam skala lebih luas asosiasi
fasies bisa disebut atau dipandang sebagai basic architectural element dari suatu lingkungan
pengendapan yang khas akan memberikan makna bentuk tiga dimensi tubuhnya.
Menurut Tucker (1985), endapan karbonat pada laut dangkal terbentuk pada 3 macam
lokasi yaitu Platform, shelf, dan ramps.

Gambar 7. Model Facies Karbonat Menurut Tucker


 Fasies karbonat ramp
Fasies karbonat ramp merupakan suatu tubuh karbonat yang sangat besar yang dibangun
pada daerah yang positif hingga ke daerah paleoslope, mempunyai kemiringan yang tidak
signifikan, serta penyebaran yang luas dan sama. Pada fasies ini energi transportasi yang besar
dan dibatasi dengan pantai atau inter tidal
 Fasies karbonat platform
Fasies karbonat platform merupakan suatu tubuh fasies karbonat yang sangat besar dimana
pada bagian atas lebih kurang horisontal dan berbatasan langsung dengan shelf margin. Sedimen
sedimen terbentuk dengan energi yang tinggi.
 Batas platform
Transisi dari shelf ke slope berpengaruh pada perubahan yang cepat dari pola fasies
karbonat. Pola pertama yang dicari oleh kebanyakan interpreter adalah bentuk mound yang
merepresentasikan reef. Beberapa contoh dengan seismik yang bagus adalah
karbonat Cretaceous di timur laut Amerika Serikat dan Teluk Meksiko, karbonat Jurassic di
Maroko, karbonat Miosen di Papua Nugini dan karbonat Permian di Texas Barat.
Beberapa buildup dapat mencapai ketinggian melebihi 1000 meter. Salah satu signature kunci
adalah adanya refleksi shingled kecil yang miring ke arah lingkungan paparan (shelf). Ini adalah
hasil dari transpor endapan karbonat oleh badai dan arus dari puncak reef menuju bagian
dalam platform. Signature internal dari buildup biasanya adalah hilangnya amplitudo dan
kemenerusan walaupun ini tidak selalu benar. Karena kemiringan utama dari slope karbonat
dapat melebihi 300 maka transisi dari buildup ke slope bagian atas dapat terjadi secara
mendadak.
 Fasies Shelves
Fasies Shelves (shelf) lokasi pengendapan karbonat relatif sempit ratusan meter sampai
beberapa km saja). Endapan karbonat pada daerah ini dicirikan dengan adanya break slope pada
daerah tepi paparan, terdapatnya terumbu dan sand body karbonat. Kompleks terumbu pada
fasies ini terbagi menjadi: Fasies terumbu muka (Force reef), inti terumbu (reef core) dan
terumbu belakang (back reef).
Menurut Selley (1985), fasies sedimen adalah suatu satuan batuan yang dapat dikenali dan
dibedakan dengan satuan batuan yang lain atas dasar geometri, litologi, struktur sedimen, fosil,
dan pola arus purbanya. Fasies sedimen merupakan produk dari proses pengendapan batuan
sedimen di dalam suatu jenis lingkungan pengendapannya. Diagnosa lingkungan pengendapan
tersebut dapat dilakukan berdasarkan analisa faises sedimen, yang merangkum hasil interpretasi
dari berbagai data di atas.
a. Model Fasies Karbonat Menurut Link tahun 1950
 Fasies Terumbu Belakang: Fasies ini terdiri dari perselingan antara batugamping dan
dolomit, red beds, endapan evaporit, pasir serpih dsb.
 Fasies Terumbu Inti: Fasies ini mempunyai terumbu yang masif dan berongga,
dengan dolomit dan batugamping yang lapuk berwarna merah kelabu sampai putih
dan sering terdapat indikasi adanya hidrokarbon.
 Fasies Terumbu Muka: Fasies ini terdiri dari perselingan antara batugamping dan
pasir, warna cokelat, mengandung minyak bumi.

Gambar 8. Model Fasies Karbonat Menurut Link


b. Model Fasies Karbonat Menurut Wilson tahun 1975
 Basin Fasies: merupakan lingkungan yang terlalu dalam dan gelap bagi kehidupan
organisme benthonik dalam menghasilkan karbonat, sehingga adanya karbonat hanya
tergantung kepada pengisian oleh material yang berukuran butir sangat halus dan
merupakan hasil runtuhan planktonik.
 Open Shelf Fasies: merupakan lingkungan air yang mempunyai kedalaman dari
beberapa puluh meter sampai beberapa ratus meter, umumnya mengandung oksigen,
berkadar garam yang normal dan mempunyai sirkulasi air yang baik.
 Toe of Slope Karbonat Fasies: merupakan lingkungan yang berupa lereng cekungan
bagian bawah, dengan material-material endapannya yang berasal dari daerah-daerah
yang dangkal. Kedalaman, kondisi gelombang, dan kandungan oksigen masih serupa
dengan fasies 2.
 Fore Slope Fasies: merupakan lingkungan yang umumnya terletak diatas bagian
bawah dari "oxygenation level" sampai diatas batas dasar yang bergelombang,
dengan material endapannya yang berupa hasil rombakan.
 Organic (ecologic) Reef Fasies: mempunyai sifat karakteristik dari ekologinya
bergantung kepada energi air, kemiringan lereng, pertumbuhan organisme,
banyaknya kerangka atau jalinan organisme, bagian yang ada di atas permukaan dan
terjadinya sedimentasi.
 Sand on Edge of Platform Fasies: merupakan daerah pantai yang dangkal, daerah
gosong-gosong pada daerah pantai ataupun bukit-bukit pasir. Kedalamannya antara
5-10 meter sampai diatas permukaan laut, pada lingkungan ini cukup memperoleh
oksigen, akan tetapi jarang dijumpai kehidupan organisme laut.
 Open Platform Facies: terletak pada selat, danau dan teluk dibagian belakang daerah
tepi paparan. Kedalamannya pada umumnya hanya beberapa puluh meter saja,
dengan kadar garam yang bervariasi dan sirkulasi airnya sedang.
 Restricted Platform Facies: merupakan endapan sedimen yang halus yang terjadi
pada daerah yang dangkal, pada telaga ataupun danau. Sedimen yang lebih kasar
hanya terjadi secara terbatas yaitu pada daerah kanal ataupun pada daerah pasang
surut. Lingkungan ini terbatas untuk kehidupan organisme, mempunyai salinitas
yang beragam, kondisi reduksi dengan kandungan oksigen, sering mengalami
diagenesa yang kuat.
 Platform Evaporite Facies: merupakan lingkungan supratidal dengan telaga
pedalaman dari daerah ambang terbatas atau restricted marine yang berkembang
kedalam lingkungan evaporite (sabkha, salinitas dan bergaram). Mempunyai iklim
panas dan kering, kadang-kadang terjadi air pasang. Proses penguapan air laut yang
terjadi akan menghasilkan gypsum dan anhidrit.

Gambar 9. Model Fasies Karbonat Menurut Wilson


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

1. Batuan sedimen karbonat adalah batuan sedimen yang terbentuk pada permukaan bumi
oleh pengendapan dari larutan pada suhu permukaan atau oleh akumulasi dan litifikasi
fragmen batuan yang sudah ada sebelumnya atau sisa-sisa organisme. Menurut Pettijohn
(1975) bahwa batuan karbonat adalah batuan yang fraksi karbonatnya lebih besar dari
fraksi non karbonat atau dengan kata lain fraksi karbonatnya >50%.
2. Komponen penyusun batuan karbonat dibedakan atas non skeletal grain, skeletal grain,
matrix dan semen. Pembentukan batuan karbonat membutuhkan lingkungan pengendapan
dengan syarat-syarat khusus sebagai berikut: dasar laut yang relatif datar dan stabil,
kedalaman laut yang dangkal. suhu air yang relatif hangat (± 38°C), ombak yang tidak
begitu besar, tidak ada arus yang besar dan kuat serta kegaraman air laut sekitar 13% (per
mil).
3. Beberapa faktor yang penting dan sangat mempengaruhi pengendapan batuan karbonat
adalah: pengaruh sedimen klasitik asal darat pegendapan karbonat, pengaruh iklim dan
suhu, pengaruh kedalaman serta faktor mekanik antara lain aliran air laut, percampuran air,
penguraian oleh bakteri, proses pembuatan organik pada larutan, serta pH air laut.
4. Klasifikasi lingkungan pengendapan sedimen oleh Dunham (1962) yaitu membagi
karbonat menjadi sedimen yang terikat secara organik dan sedimen lepas. Kelas
boundstone Dunham dibagi lagi oleh Embry dan Klovan menjadi bafflestone, bindstone
dan framestone. Kemudian diklasifikasikan lagi oleh Lucia menjadi interpartikel yang
terdiri dari intergrain dan intercrystal serta Vuggy atau ruang pori di dalam butiran/kristal
dan jauh lebih besar dari butiran/kristal.
5. Fasies merupakan suatu tubuh batuan yang memiliki kombinasi karakteristik yang khas
dilihat dari litologi, struktur sedimen dan struktur biologi memperlihatkan aspek fasies
yang berbeda dari tubuh batuan yang ada di bawah, atas dan di sekelilingnya. Model facies
menurut Tucker (1985) terdiri dari platform, shelf, dan ramps. Model Fasies Karbonat
Menurut Wilson (1975) terdiri dari basin, open shelf, toe of slope, fore slope, organic
(ecologic) reef, sand on edge of platform, open platform, restricted platform dan platform
evaporite.
DAFTAR PUSTAKA

A. J. Embry and R. E. Klovan, A Late Devonian Reef Tract of Northeastern Banks Island,
N.W.T., Bulletin of Canadian Petroleum Geology, vol. 19, 1971, pp. 730.

F. J. Lucia, Rock-Fabric/Petrophysical Classification of Carbonate Pore Space for Reservoir


Characterization, AAPG Bull, vol. 79, 1995, pp. 1275.

H. G. Reading, Sedimentary Environments and Facies, Elsevier, vol. 1, 1978, pp. 557.

J. D. Milliman, Marine Carbonates. Recent sedimentary Carbonates, Springer Berlin, vol. 14,
1974, pp 375.

J. L. Wilson, Carbonate Facies in Geologic Time, Springer Verlag, vol. 11, 1975, pp. 471.

M. E. Tucker and V. P. Wright, Carbonate Sedimentology, vol. 15, 1990, pp. 482.

P. A. Scholle and D. S. S. Ulmer, A Color Guide to the Petrography of Carbonate Rocks, AAPG
Memoir, vol. 77, 2003, pp. 474.

P. Enos and L. H. Sawatsky, Pore Networks in Holocene Carbonate Sediments, Sedimentary


Petrology, vol. 3, 1981, pp. 961.

R. G. C. Bathurst, Carbonate Sediments and their Diagenesis, Elsevier, vol. 1, 1975, pp. 658.

R. J. Dunham, Classification of Carbonate Rocks According to Depositional Texture in


Classification of Carbonate Rocks, AAPG Memoir, 1962, pp. 108.

Robert, G. L., 2003, Platform Interior Carbonate Depositional Environments,


www.beg.utexas.edu, diakses 7 nopember 2022, https://www.beg.utexas.edu/lmod/_IOL-
CM02/cm02-step05.htm.

PetroWiki, 2015, Carbonate Reservoir Geology, www. petrowiki.spe.org, diakses 7 nopember


2022, https://petrowiki.spe.org/Carbonate_reservoir_geology.

Anda mungkin juga menyukai