BATUAN KARBONAT
III.1. PENDAHULUAN
karbonat lebih dari 50% yang tersusun atas partikel karbonat klastik yang
adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat hingga 95% sehingga tidak
batuan klastik terrigenous. Batuan karbonat dapat terbentuk dari hasil presitipasi
dari ukuran fragmen tidak terpengaruh oleh rezim arus. Batuan klastik terrigenous
menuju ke tempat pengendapan yang pada nantinya bentuk tekstur dan struktur
31
alam. Terutama pada batuan karbonat yang telah mengalami proses dolomitisasi,
sehingga hal ini menjadi perhatian khusus pada geologi minyak bumi. Sebagai
contoh, 80% dari reservoar karbonat yang terdapat di Amerika Utara dan 50%
reservoar karbonat yang terdapat di seluruh dunia adalah dolomit, sehingga akhir–
akhir ini banyak perusahan minyak yang melakukan penelitian secara khusus
Sedimentology).
Disamping sebagai reservoar minyak dan gas alam, batuan karbonat dapat
juga sebagai reservoar air tanah. Adanya porositas dan permeabilitas yang
Missippi Valley dan di Pine Point, N.W.T., Canada (Blatt, Middleton dan Murray,
diagenesa yang terjadi pada batuan karbonat, dan aspek–aspek lainnya yang
32
III.4. PEMBAHASAN UMUM BATUAN KARBONAT
proses kimia atau biologi yang hidup pada lingkungan laut bersih, hangat dan
c. Kadar garam yang cukup, tidak terlalu tawar dan terlalu asin.
produktivitas sedimen karbonat: letak geografis dan iklim, cahaya dan salinitas.
Secara umum tata letak geografis dan iklim dapat mengontrol laju
daerah yang mempunyai latitud rendah (tropis dan subtropis) mempunyai suhu
33
B. Penetrasi Cahaya
kedalaman air, latitud, dan kejernihan air. Radiasi cahaya menembus air, ini
diserap dengan cepat pada bagian atas laut. Setiap perubahan kedalaman 30-50
Material klastik yang diangkut dari darat dan dikirim ke paparan atau
34
menghilang, meskipun ganggang kalkareous tetap akan memproduksi sedimen
terhadap waktu.
Beberapa mineral yang penting dan umum yang terdapat pada batuan
karbonat adalah:
kristal hexagonal, biasanya merupakan hablur kristal yang bagus dan jelas.
ruang antar butir dan rekahan. Sangat umum terdapat pada batugamping.
refraksinya. Mineral dolomit dapat terjadi langsung dari presipitasi air laut,
mineral kalsit.
akibat pergantian dari kalsit dan dolomit, namun sering terjadi sebagai
35
Pada batuan karbonat masih dijumpai beberapa mineral lainnya, namun
secara umum kurang mempunyai arti penting, seperti: Siderit, Ankerit, dan
Rodokrosit.
partikel-partikel yang lebih besar dari 0,02 mm (dapat diamati dengan loupe),
grains), butiran rombakan (detrital grains), pellests, lumps dan butiran yang
A. Butiran Karbonat
Butiran kerangka (Skeletal grains) adalah butiran yang merupakan bagian yang
keras dari organisme dalam batugamping, baik itu yang masih utuh, maupun yang
sudah pecah. Butiran-butiran yang dapat dimasukkan kedalam bagian ini adalah
rombakan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Pembentukannya dapat berasal
36
berlangsung. Butiran rombakan ini dapat berasal dari sekitar pegendapan ataupun
juga berasal dari sekitar pengendapan ataupun juga berasal dari pengendapan yang
jauh. Apabila berasal dari sekitarnya (secara lokal) maka butiran rombakan ini
3. Pellets
Pellets merupakan masif, berbentuk ellips ataupun oval dan tidak menunjukan
adanya struktur dalam (internal structure). Yang termasuk didalam jenis butiran
5. Lumps
setelah proses sedimentasi berlangsung. Yang termasuk dalam jenis butiran ini
sebuah inti yang dikelilingi oleh beberapa selaput tipis CaCo3 secara konsetrik.
Yang termasuk di dalam jenis butiran ini adalah Oolit, Pisolit dan Onkolit.
B. Semen
Semen adalah komponen karbonat yang berupa kristal kalsit yang jelas dan
mm, berperan sebagai material pengisi ruang antar butir ataupun suatu rekahan
37
(cavity filling) dan terbentuk pada saat diagenesa. Lumpur karbonat ini lebih
C. Lumpur Karbonat
kurang dari 4 mikron dan secara mikroskopis akan mempunyai kenampakan yang
keruh kecoklatamn. Dapat terbentuk baik secara mekanis maupun secara kimiawi
klasifikasi antara lain Grabau (1904), Folk (1959), Dunham (1962), Embry dan
yaitu:
(1/16 – 2 mm).
3. Calcilutite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari pasir
(<1/16 mm).
38
batugamping kristalin.
dan sparit.
butiran pasir atau gravel pada batuan asal daratan. Allochem ada 4 macam
batupasir.
berfungsi sebagai pore filling cement. Sparite analog dengan semen pada
clean sandstone.
39
Gambar III.1. Klasifikasi batuan karbonat secara grafis (folk, 1959)
batugamping yang dikaji menggunakan sayatan tipis. Dasar yang dipakai oleh
Dunham (1962) untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik dari batuan.
pada lingkungan yang berarus tenang sebaliknya batuan dengan fabrik grain
40
beberapa butir (< 10 %) di dalam matrik lumpur karbonat disebut mudstone
Gambar. III.2. Klasifikasi batuan karbonat (Dunham 1962, dalam Flugel, 2004).
41
limestone berupa batugamping yang komponen-komponen penyusunnya terikat
proses deposisi.
Klovan (1971) telah dilakukan oleh Dunham tetapi tidak terperinci. Dunham
sedangkan Embry dan Klovan (1971) membagi lagi boundstone menjadi tiga
42
Gambar III.3. Klasifikasi batuan karbonat (Embry dan Klovan 1971)
sangat tergantung pada lokasi dan aspek-aspeknya, yang antara lain aspek-aspek
43
2004).
Flugel, 2004).
beberapa lingkungan yakni Back Reef, Reef Flat, Reef Crest, Reef Front dan
back reef ini yang berada di belakang terumbu sehingga gelombang atau
ombak yang besar dari laut terbuka kurang mempengaruhi wilayah ini.
Secara biologi daerah ini dihuni oleh koral dengan jenis atau bentuk
tinggi di pengaruhi dari bentuk dan morfologi dari lingkungan reef flat ini
yang berada di dataran terumbu sehingga gelombang atau ombak yang besar
44
dari laut terbuka cukup mempengaruhi wilayah ini. Secara biologi daerah ini
rendah di pengaruhi dari bentuk dan morfologi dari lingkungan reef crest ini
yang berada di bagian depan terumbu sehingga gelombang atau ombak yang
besar dari laut terbuka sangat mempengaruhi wilayah ini baik dari bentuk
koral dan biologi yang hidup. Secara biologi daerah ini dihuni oleh jenis
pengaruhi dari bentuk dan morfologi dari lingkungan reef front ini yang
berada di bagian depan terumbu setelah reef crest sehingga gelombang atau
ombak yang besar dari laut terbuka cukup mempengaruhi wilayah ini baik
dari bentuk koral dan biologi yang hidup. Secara biologi daerah ini dihuni
oleh jenis koral dengan bentuk encrusting, massive, branching dan plate-
like.
pengaruhi dari bentuk dan morfologi dari lingkungan fore reef ini yang
berada di bagian paling depan terumbu setelah reef front dan merupakan
45
bagian paling dalam berbaatasan langsung dengan laut lepas sehingga
gelombang atau ombak yang besar dari laut terbuka cukup mempengaruhi di
mendominasi di bagian bawah. Secara biologi daerah ini dihuni oleh jenis
1. Basin Fasies
Lingkungan Basin Fasies ini merupakan lingkungan yang terlalu dalam dan
46
2. Open Shelf Fasies
Merupakan lingkungan air yang mempu yai kedalaman dari beberapa puluh
kerangka atau jalinan organisme, bagian yang ada di atas permukaan dan
terjadinya sedimentasi.
47
7. Open Platform Facies
Lingkungan ini terletak pada selat, danau dan teluk di bagian belakang
meter saja, dengan kadar garam yang bervariasi dan sirkulasi airnya sedang.
Merupakan endapan sedimen yang halus yang terjadi pada daerah yang
dangkal, pada telaga ataupun danau. Sedimen yang lebih kasar hanya terjadi
secara terbatas, yaitu pada daerah kanal ataupun pada daerah pasang surut.
9. Platform Evaporit
anhidrit.
48
Gambar III.5. Standar fasies karbonat pada tepi paparan (Wilson, 1975).
2004)
dengan baik. Dua hal ini rentan terhadap pergantian muka air laut, yang bisa
cekungan. Kenaikan muka air laut identik dengan pertumbuhan reef, namun
jika kenaikan muka air laut lebih cepat dari pertumbuhan reef, maka reef
tersebut akan berhenti tumbuh (give up reef). Kenaikan muka air laut juga
mempengaruhi suplai nutrisi pada reef tersebut. Namun jika kondisi muka air
laut turun maka karbonat akan berpindah atau akan mati karena tersingkap, dan
49
1. Back Reef Lagoon
Lagoon adalah suatu tempat yang dibatasi oleh pembatas, area dengan
patch reef mungkin dipisahkan oleh fasies inter-reef dari karakter yang lebih
terdapat sea grass bagian ini sering disebut inner back reef lagoon.
Sementara pada bagian outer back reef lagoon dicirikan dengan endapan
skeletal grainstone dan packstone dengan dominasi koral, fosil yang sering
2. Reef Core
50
3. Fore Reef / Fore Reef - slope
plankton.
Morfologi hampir datar seperti halnya back reef lagoon, endapan yang
dan endapan kasar seperti packstone dan grainstone. Endapan horisontal dan
51
Gambar III.6. Model Capitan/Barrier Reef linier ( Pomar et al, 2004).
(lebih dari 50%) terdiri dari mineral-mineral atau garam-garam karbonat, yang
A. Batugamping Klastik
monomineralik.
52
Dapat dibedakan :
dolomit,batugamping silikat,dll.
A. Tekstur
Rudite >2
Arenit 0,062 –2
B. Struktur
C. Komposisi
53
a) Kerangka organisme (skeletal), berupa cangkang binatang atau
konsentris .
c. Sparit : Merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan,
54
III.9. METODE ANALISIS BATUAN KARBONAT
3. Metode Etsa
meliputi tujuan analisis, peralatan dan bahan yang digunakan, persiapan analisis,
prosedur analisis serta tahapan pengamatan. Metode analisis karbonat terdiri dari
5 metode, yaitu:
55
Metode ini digunakan untuk menganalisis kekuatan reaksi batuan karbonat
terhadap larytan HCL, dengan tujuan untuk menentukan kontaminasi relatif dari
2. Tabung reaksi
3. Pipet
b. Persiapan Analisis
c. Prosedur Analisis
partikel batuan
d. Pengamatan
batugamping murni
batugamping dolomitan.
56
3. Bila reaksi lambat, butiran tetap pada dasar, dinamakan dolomit
gampingan.
Catatan:
Pemberian asam yang terlalu kuat akan melarutkan seluruh butiran yang
Metode ini digunakan untuk mengetahui prosentase dari kalsit dan dolomit
cara yaitu dengan larutan alizarin reds dan larutan tembaga nitrat.
1. Mesin Gerinda
57
3. Gergaji besi
5. Batu asahan
6. Gelas becker
7. Larutan HCL 1%
8. Pipet
9. Aquadest
b. Persiapan Analisis
c. Prosedur analisis:
kembali.
d. Pengamatan:
kadar kalsit.
dan dolomit.
58
4. Masukkan dalam tabel, kemudian tentukan nama batuannya (lihat tabel
pettijohn, 1957).
Maksud dari metode Etsa adalah untuk mempelajari tekstur pada batuan
karbonat serta kandungan fosil dengan cepat dan cukup teliti. Tujuan dari
1. Mesin gerinda
2. Pipet
59
3. Gergjai besi
4. Mikroskop binokuler
5. Batu asah
7. Kaca asah
8. Larutan HCL 1%
9. Gelas becker
10. Aquadest
b. Persiapan Analisis
c. Prosedur Analisis
a) Contoh batuan dengan dua permukaan rata dan licin dicuci dengan air
hingga bersih.
batuan terendam.
60
seluruh permukaan contoh batuan bereaksi dan komponen pengotor
terlarutkan.
dikeringkan.
Catatan:
spidol permanen.
d. Pengamatan
a. Jenis kerangka/butir:
sebagainnya.
b. Jenis klastik:
c. Jenis kristalin:
61
4) Hubungan butir dengan masa dasar: sebutkan butiran saling
dasar.
bagiannya.
9) Nama batuan:
62
Tabel III.6. Hasil analisis etsa
63