Anda di halaman 1dari 3

Proses pembentukan macam batuan

1. BATU BARA
a. Pembusukan, bagian-bagian tumbuhan yang lunak akan diuraikan oleh bakteri
anaerob.
b. Pengendapan, tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan selanjutnya
akan mengalami pengendapan, biasanya di lingkungan yang berair. Akumulasi
dari endapan ini dengan endapan-endapan sebelumnya akhirnya akan membentuk
lapisan gambut.
c. Dekomposisi, lapisan gambut akan mengalami perubahan melalui proses
biokimia dan mengakibatkan keluarnya air dan sebagian hilangnya sebagian unsur
karbon dalam bentuk karbondioksida, karbonmonoksida, dan metana. Secara
relatif, unsur karbon akan bertambah dengan adanya pelepasan unsur atau
senyawa tersebut.
d. Geotektonik, lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat adanya gaya
tektonik dan kemudian akan mengalami perlipatan dan patahan. Batubara low
grade dapat berubah menjadi batubara high grade apabila gaya tektonik yang
terjadi adalah gaya tektonik aktif, karena gaya tektonik aktif dapat menyebabkan
terjadinya intrusi atau keluarnya magma. Selain itu, lingkungan pembentukan
batubara yang berair juga dapat berubah menjadi area darat dengan adanya gaya
tektonik setting tertentu.
e. Erosi, merupakan proses pengikisan pada permukaan batubara yang telah
mengalami proses geotektonik. Permukaan yang telah terkelupas akibat erosi
inilah yang hingga saat ini dieksploitasi manusia.

2. BATU RIJANG
Rijang dapat terbentuk ketika mikrokristal silikon dioksida (SiO2) tumbuh dalam
sedimen lunak yang akan menjadi batu kapur. Dalam sedimen tersebut, jumlah
yang sangat besar dari mikrokristal silikon dioksida akan tumbuh menjadi nodul
yang berbentuk tidak teratur atau konkresi silika terlarut terangkut oleh air ke
sebuah lingkungan pengendapan.

Jika nodul-nodul atau konkresi tersebut bergabung dalam jumlah yang besar maka
akan membentuk lapisan rijang dalam suatu massa sedimen. Rijang yang
terbentuk dengan cara seperti ini biasa disebut sebagai batuan sedimen kimia.
Beberapa silikon dioksida dalam rijang diperkirakan memiliki asal biologis.
dibeberapa tempat baik itu di lingkungan "laut dalam" maupun "laut dangkal",
dimana di lingkungan tersebut terdapat diatom dan radiolaria yang hidup di air.
Organisme ini memilik cangkang kaca silika yang licin (glassy silica skeleton).

Beberapa spons juga menghasilkan "spikula" yang terdiri dari silika.


Ketika organisme ini mati, skeleton silika mereka akan terlepas, larut,
mengkristal dan kemudian menjadi bagian dari nodul rijang atau lapisan
rijang. Rijang yang terbentuk dengan cara ini bisa dianggap sebagai batuan
sedimen biologis.

3. BATU GARAM

Batu garam ini terbentuk dari kumpulan mineral yang sering disebut halite.
Mineral halite mempunyai rumus kimia NaCl. Akan tetapi batu garam bisa juga
mengandung pengotor-pengotor dan umumnya yang berasosiasi dengan batu
garam tersebut adalah anhydrite (CaSO4), gypsum (CaSO4.2H 2O), dan juga
sylvite (KCl).

Terbentuknya batu garam ini umumnya akibat dari penguapan air yang
mengandung garam seperti air laut yang banyak mengandung ion-ion
Na+ (Sodium) dan Cl– (Cloride). Batu garam ini umumnya terbentuk di daerah
danau yang mengering akibat penguapan, teluk-teluk yang relative tertutup,
daerah estuarine yang ada di daerah arid, daerah-daerah di dekat laut seperti
lagoon dan lain-lain.

Pada jaman dulu dalam skala waktu geologi, sejumlah air yang sangat besar
seperti misalnya Laut Mediterania atau laut yang mampu memasuki cekungan
Michigan di Era Paleozoic (600-230 juta tahun yang lalu) menguap dan
menghasilkan sedimen batu garam yang sangat tebal dan luas.
4. BATU GAMPING/ KAPUR
Batu kapur terbentuk dari endapan calcite atau aragonite. Sumber utama
calcite berasal dari organisme laut. Beberapa dari organisme laut ini akan
membentuk karang-karang yang semakin lama semakin menumpuk dan
akan membentuk sebuah formasi batuan kapur. Batu kapur tidak akan
terbentuk di laut yang dalam karena di bagian laut yang dalam calcite akan
terberai menjadi unsur-unsur.

5. STALAKTIT
Stalaktit adalah batu yang terbentuk di atap gua, bentuknya meruncing kebawah,
sedangkan stalakmit adalah batu yang terbentuk di dasar gua bentuknya
meruncing keatas.
stalaktit (dalam bahasa Yunani : stalasso, artinya “yang menetes”) adalah jenis
speleothem (mineral sekunder) yang menggantung dari langit-langit gua kapur.
Stalaktit terbentuk dari pengendapan kalsium karbonat dan mineral lainnya, yang
terendapkan pada larutan air bermineral. Batu kapur adalah batuan kalsium
karbonat, yang dilarutkan oleh air yang mengandung karbon dioksida, sehingga
membentuk larutan kalsium bikarbonat. Nah reaksi kimia yang terjadi seperti ini
guys:
CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(aq) → Ca(HCO3)2(aq)
Larutan ini akan mengalir melalui bebatuan sampai mencapai sebuah tepi, dan
jika tepi ini berada di atap gua maka larutan akan menetes ke bawah. Ketika
larutan mengalami kontak dengan udara, terjadi reaksi kimia yang terbalik dari
sebelumnya dan partikel kalsium karbonat tersimpan sebagai endapan. Reaksi
kimia terbalik tersebut adalah sebagai berikut.
Ca(HCO3)2(aq) → CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(aq)
Terbentuk dari tetesan air dari atap gua yang mengandung kalsium karbonat
(CaCO3 ) yang mengkristal, dari tiap tetes air akan menambah tebal endapan yang
membentuk kerucut menggantung dilangit-langit gua. Berikut ini adalah reaksi
kimia pada proses pelarutan batu gamping :
CaCO3(s) + CO2(aq) + H2O(l) → Ca2+ (aq)+ 2HCO3 – (aq)

Anda mungkin juga menyukai