Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan Umum

Geologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki lapisan – lapisan batuan


yang ada di dalam kerak bumi. Sebagai ilmu pengetahuan alam, geologi menelaah
segala sesuatu yang mencakup gejala, proses dan mekanisme ataupun sifat – sifat
yang ditunjukkan di permukaan bumi dengan hubungan sebab akibat dalam kulit
bumi. Untuk itu diperlukan pengetahuan diskriptif dan logika penalaran yang
benar. Sebab tidak semua gejala – gejala dan proses geologi dapat ditiru atau
dilakukan di dalam laboratorium. Pada umumnya gejala – gejala dan proses
geologi berlangsung di alam.Contohnya seperti proses pembentukan minyak
bumi, terjadinya gunung api, gempa bumi, dan lain sebagainya.
Bertitik tolak pada masalah di atas, maka tampil suatu pengetahuan logika
penalaran yang menunjang pengetahuan diskriptif dalam aspek pembahasannya.
Gejala – gejala yang Nampak kita amati dengan cara seksama secara diskriptif
sambil mengumpulkan ketentuan – ketentuan yang bersifat elementer. Kemudian
dengan cara induksi yang didukung logika, penalaran yang berprinsip pada
pengetahuan dasar, kita mencoba menetapkan suatu hubungan fungsional hingga
akhirnya dapat ditarik suatu kesimpulan dari padanya. Hal ini segera dapat
dimengerti mengingat materi atau objek pengetahuan geologi meliputi aspek
ruang dan waktu yang besar dan lama, maka mempelajari sejarah perkembangan
dari bumi beserta makhluk – makhluk yang pernah hidup dan yang ada di dalam
atau di atas bumi merupakan bagian penting dari ilmu pengetahuan geologi.
2

1.2. Sejarah Bumi

Proses perkembangan (dengan segala perubahannya) bumi selalu dikontrol


oleh dua kekuatan besar terus menerus berlangsung dengan tiada berkeputusan.
Yaitu kekuatan dari luar (tenaga eksogen) dan kekuatan dari dalam (tenaga
endogen) yang bekerja di dalam atau di bawah permukaan bumi.Kedua kekuatan
inilah yang menyebabkan bentuk roman muka bumi selalu berubah – ubah
sepanjang sejarah geologi.
Dan bentuk roman muka bumi yang nampak sekarang ini merupakan hasil dari
tenaga eksogen dan endogen yang bekerja sampai pada saat sekarang. Tentu saja
berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama (berlangsung beribu atau
jutahan tahun yang lalu), keadaan bentang alam atau roman muka bumi dimasa
yang akan dating tentu saja tidak seperti yang ada sekarang.
Sebagai materi yang bersifat dinamis dan statis, bumi memiliki keunikan
tersendiri yang memerlukan pengenalan dan pemahaman.Bumi sebagai suatu
materi dalam system tata surya, mempunyai ketentuan letak yang pasti dan
berputar pada porosnya sendiri (rotasi) dan disaat yang bersamman berputar
mengelilingi matahari.
Adanya dinamika gejala dan proses tersebut tentu saja melahirkan berbagai
kondisi yang beragam di permukaan bumi, antara lain terciptanya lingkungan
daratan dan lautan dengan segala variasi. Keragaman iklim flora dan fauna atau
yang lain yang berbeda satu dengan lainnya. Seperti di daerah iklim tropika akan
mempunyai populasi flora dan fauna yang berbeda dengan daerah iklim dingin.
Disampin itu pada permukan bumi terjadi proses alamiah yang memberikan hasil
akhir yang berbeda.Seperti proses erosi, pengangkutan hasil erosi dan transportasi
kemudian sedimentasi dan pengendapan. Hal ini terjadi terus menerus dimana
setiap tahap dari proses tersebut berkaitan satu sama lainnya dan saling
mempengaruhi.
3

Sementara itu, bumi bersifat statis, artinya struktur komposisi dan sifat
daripada materi bumi baik inti, mantel ataupun kerak bumi telah tersusun menurut
aturan kaidah – kaidah alam secara tertentu.
Penyelidikan seismologi telah berhasil memberikan pandangan – pandangan
kepada para ahli mengenai bentuk dalam dari perut bumi. Menurut data geofisika
berdasarkan getaran gelombang seismic dan sebaran density (Suess dan Wechert)
mengemukakan bahwa struktur dan komposisi bumi adalah sebagai berikut :
1. Kerak Bumi
Dengan ketebalan sekitar 30 – 70 km terdiri dari kerak batuan asam dan
basa. Berat jenis lapisan ini kurang lebih 2,7.
2. Selubung Bumi
Selubung bumi lazim disebut sisik silikat. Dengan ketebalan sekitar 1200
km, berat jenis 3,4 – 4. Lapisan kerak bumi dan selubung bumi keduanya
merupakan litosfer.
3. Lapisan antar atau Chalcosfer, yang merupakan sisik oksida dan sulfide
dengan tebal berkisar 1700 km dan brat jenis 6,4.
4. Inti Bumi atau Barisfer
Dengan komposisi besi dan nikel mempunyai jari – jari 3500 km dengan
berat jenis 9,6.

1.3. Sejarah Terbentuknya Bumi Kaitannya dengan Pembentukan Batuan

Pengetahuan tentang bumi sampai saat ini telah memberikan kesimpulan


bahwa dimasa lampau bumi pernah mengalami keadaan cair pijar, dimana pada
bagian terluar telah membeku atau mengkristal menjadi kerak bumi. Sementara di
bagian lain yang lebih dalam, proses pemadatannya lebih lambat dan akan terus
mencari keseimbangan dalam bentuk penerobosan – penerobosan magma. Itulah
sebabnya bagian – bagian tertentu dari kerak bumi sewaktu – waktu dapat
diterobos magma, dengan diiringi gejala yang bersifat tektonik.
Oleh karena kondisi pembentukannya yang beraneka ragam, mengakibatkan
kerak bumi terdiri dari bermacam – macam batuan yang mempunyai sifat serta
4

komposisi yang berbeda satu sama lain. Berdasarkan kondisi terbentuknya, batuan
di alam dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorf.Dari ketiga jenis batuan tersebut, masing – masing jenis terdiri
dari bermacam – macam batuan sesuai dengan komponen pembentukannya.

1.4. Ruang Lingkup Geologi Dasar dan Kaitannya dengan Ilmu Geologi

Tidak satupun jenis ilmu pengetahuan yang mampu berdiri


sendiri.Pengetahuan yang satu terhadap pengetahuan yang lainnya selalu
mempunyai hubungan dan sangkut paut, sesuai disiplinnya.Dan geologi sebagai
pengetahuan inti mempunyai kaitan yang erat dengan pengetahuan lainnya. Juga
mempunyai cabang – cabang dan ini saling berhubungan satu dengan lainnya
dalam penerapannya :

1. Mineralogi
Adaalah ilmu pengetahuan yang mempelajari mineral sebagai pembentuk
batuan di kerak bumi.Termasuk di dalamnya adalah Kristalografi.
2. Petrologi
Pengetahuan yang mempelajari tentang aspek batuan sebagai pembentuk
kerak bumi. Mencakup pembahasan tentang cara terjadinya (genesa), cara
pembagian (klasifikasi), dan jenis – jenis serta macamnya.
3. Paleontologi
Ilmu pengetahuan yang mempelajari sisa – sisa kehidupan masa lampau
(purba) yang dikenal dalam bentuk fosil. Sedangkan sisa kehidupan
tersebut bias berupa flora maupun fauna. Tujuan utama pengetahuan ini
adalah pengenalan fosil.
4. Stratigrafi
Mempelajari susunan dan hubungan batuan di alam serta gejala – gejala
yang terdapat di dalamnya dalam ruang dan waktu geologi.Dalam
lingkungan geologiawan, pengetahuan stratigrafi biasa disebut sebagai
“Queen of Geology”.
5

5. Geomorfologi
Mempelajari bentuk – bentuk permukaan bumi (roman muka bumi /
bentang alam) yang terjadi akibat adanya tenaga yang bekerja dari luar
ataupun dalam bumi.
6. Geologi Struktur
Mempelajari bentuk arsitektur kulit bumi dan gejala – gejala yang
menimbulkan perubahan pada kulit bumi.Pengetahuan ini lazim disebut
“King of Geology”.
7. Geologi Sejarah
Mempelajari urutan darisatuan waktu serta perkembangan sepanjang
sejarah bumi.
8. Geofiska
Membahas tentang aspek fisika bumi. Meliputi gaya berat, kemagnetan,
kelistrikan, dan sifat – sifat fisika lainnya.
9. Vulkanologi
Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kegunungapian.Berhubungan
erat dengan gejala penerobosan magma.
10. Sedimentologi
Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang seluk – beluk batuan endapan
(batuan sedimen) meliputi klasifikasi, jenis, dan macamnya serta
pembentukannya.
11. Geologi Teknik
Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang aspek geologi dalam bidang
teknik.Penerapannya berkaitan erat dengan bidang sipil.Sebab prinsip
dasar geologi diaplikasikan dalam bidang teknik dan sebaliknya didukung
aspek – aspek yang menunjang.
12. Geokimia
Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang aspek kimia daripada batuan
penyusun kerak bumi.Mencakup distribusi, komposisi kimiawi serta unsur
– unsur kimia bumi.
6

1.5. Teori Tektonik Lempeng

Pendekatan baru di dalam cara pemikiran geologi ini dikenal sebagai “Teori
Tetonik Lempeng”.Berdasarkan teori ini, kerak bumi dapat dibagi menjadi dua
jenis yaitu kerak benua dan kerak samudera.Secara garis besar dapat dikatakan
bahwa bahan yang membentuk kerak benua itu terdiri dari batuan yang ringan
yang mengandung banyak unsur silikat dan alumina. Sedangkan kerak samudera,
terdiri dari batuan yang sangat padat, berwarna gelap, dan kaya akan unsur silika
atau magnesium.
Kedua jenis kerak ini membentuk lempeng – lempeng yang berukuran raksasa
yang kemudian disebut dengan lempeng benua dan lempeng samudera, yang dapat
bergeser diatas mantel bumi.Batasan – batasan antara masing – masing lempeng
merupakan tempat – tempat dimana terdapat daerah bergempa dan gejala
pembentukan pegunungan
Batasan – batasan dapat berwujud :
1. Pematang Tengah Samudera (Mid Ocean Ridge), dimana magma dapat
keluar dan membentuk kerak baru, dan kemudian masing – masing
bergerak saling menjauh.
2. Sesar Mendatar, dimana dua lempeng saling bergeser.
3. Palung – Palung Laut Dalam, dimana dua lempeng saling bertemu melalui
tumbukan yang disertai dengan penunjaman dan penghancuran lempeng.
Lempeng atau kerak bumi disebut SIAL, terdiri dari batuan kristalin kaya unsur –
unsur utama Si dan Al. Sedangkan lempeng samudera disebut lapisan SIMA, yang
terdiri dari unsur Si dan Mg.
7

Gambar 1.1 Susunan dalam Bumi

1.6. Definisi Batuan

Batuan adalah suatu materi penyusun bumi yang tersusun atas satu atau
banyak mineral, dan umumnya diklasifkasikan berdasarkan mineral yang
terkandung di dalamnya.Batuan dapat berbentuk kompak dan keras maupun tidak,
merupakan bahan dasar pembentuk bagian kerak bumi, dan dapat terbuat dari
bahan organik. Batuan dapat terbentuk dengan berbagai cara seperti pendinginan,
pemadatan, pengendapan, maupun perubahan bentuk yang dipengaruhi oleh
tekanan dan suhu.
Secara umum, batuan terbagi menjadi tiga, yaitu :
a. Batuan beku (igneous rock), adalah batuan yang terbentuk langsung
daripembekuan magma di dalam perut bumi dan pembekuan lava di
permukaan bumi.
b. Batuan Sedimen (sedimentary rock), adalah batuan hasil litifikasi dan
sementasi dari material rombakan batuan lain, sebagai hasil denudasi atau
hasil reaksi kimia.
c. Batuan Metamorf (metamorphic rock), adalah batuan yang berasal dari
suatu batuan asal yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi mineral
pada fase padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika (tekanan, temperatur,
tekanan dan temperatur).
Ketiga jenis batuan diatas adalah penyusun dari lapisan - lapisan bumi
mulai dari kerak bumi sampai inti bumi.Siklus batuan dimulai dari magma yang
mengalami pendinginan dan pemadatan menjadi Batuan Beku.Batuan Beku yang
8

mengalami pelapukan dan transportasi kemudian berubah menjadi material-


material sedimen, material sedimen ini kemudian mengalami litifikasi menjadi
Batuan Sedimen.
Sementara itu jika Batuan Beku dan Batuan Sedimen mendapatkan
tekanan dan suhu yang tinggi, maka akan berubah menjadi Batuan Metamorf.
Batuan Metamorf dan Batuan Sedimen akan berubah menjadi material sedimen
jika mengalami pelapukan, dan khusus untuk Batuan Metamorf akan kembali
menjadi magma, jika mengalami peleburan. Dan alur ini akan terus menerus
berulang sehingga menjadi siklus dalam jangka waktu geologi.

1.7 Reaksi Bowen

Pada Seri Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series), dijelaskan bahwa


magma mengalami reaksi yang spesifik pada saat pendinginan magma. Dan dalam
hal ini suhu merupakan faktor utama dalam pembentukan mineral.Norman L.
Bowen (1929-1930) menemukan bahwa mineral-mineral terbentuk dan terpisah
dari batuan lelehnya (magma) dan mengkristal sebagai magma mendingin
(kristalisasi fraksional).Suhu magma dan laju pendinginan menentukan ciri dan
sifat mineral yang terbentuk (tekstur, dll).Pada proses pembentukannya, sebuah
kristal akan memiliki derajat pengkristalan yang lebih baik apabila proses itu
berlangsung lebih lama.
Dalam skema tersebut reaksi digambarkan dengan “Y”, dimana lengan
bagian atas mewakili dua jalur/deret pembentukan yang berbeda. Lengan kanan
atas merupakan deret reaksi yang berkelanjutan (continuous), sedangkan lengan
kiri atas adalah deret reaksi yang terputus-putus/tak berkelanjutan (discontinuous).
9

Gambar 1.2 Reaksi Bowen

a. Deret Menerus (Continuous)


Deret ini mewakili pembentukan feldspar plagioklas. Dimulai dengan
feldspar yang kaya akan kalsium (Ca-feldspar, CaAlSiO) dan berlanjut reaksi
dengan peningkatan bertahap dalam pembentukan natrium yang mengandung
feldspar (Ca–Na-feldspar, CaNaAlSiO) sampai titik kesetimbangan tercapai pada
suhu sekitar 9000C. Saat magma mendingin dan kalsium kehabisan ion, feldspar
didominasi oleh pembentukan natrium feldspar (Na-Feldspar, NaAlSiO) hingga
suhu sekitar 6000C feldspar dengan hampir 100% natrium terbentuk.
b. Deret Tidak Menerus (Discontinuous)
Deret ini mewakili formasi mineral ferro-magnesium silicate dimana
mineral berubah menjadi mineral lainnya pada rentang temperatur tertentu dengan
melakukan reaksi dengan sisa larutan magma. Diawali dengan pembentukan
mineral Olivin yang merupakan satu-satunya mineral yang stabil pada atau di
bawah 18000C. Ketika temperatur berkurang, Piroksen akan stabil dan terbentuk.
Sekitar 11000C, mineral yang mengandung kalsium (CaFeMgSiO) terbentuk dan
pada kisaran suhu 9000C Amphibole terbentuk.Hingga pada suhu magma
mendingin di 6000C Biotit mulai terbentuk.

Apabila proses pendinginan berlangsung terlalu cepat, mineral yang telah


ada tidak dapat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma. Hal ini menyebabkan
mineral yang terbentuk memiliki rim (selubung). Rim tersusun atas mineral yang
telah terbentuk sebelumnya, misal Olivin dengan rim Piroksen.Deret ini berakhir
10

dengan mengkristalnya Biotit dimana semua besi dan magnesium telah selesai
dipergunakan dalam pembentukan mineral.
Pada saat kedua jalur reaksi tersebut berakhir dan seluruh besi,
magnesium, kalsium serta sodium habis, secara ideal yang tersisa hanya
potassium, aluminium dan silica. Semua unsur sisa tersebut akan bergabung
membentuk Ortoklas Potassium Feldspar. Selain itu mika muskovit juga akan
terbentuk apabila tekanan air cukup tinggi. Sisanya, larutan magma yang sebagian
besar mengandung silica dan oksigen akan membentuk Quartz (kuarsa).
Kristalisasi mineral-mineral ini tidak termasuk dalam deret reaksi karena
proses pembentukannya yang saling terpisah dan independent.Identifikasi dan
penentuan mineral dapat didasarkan atas sifat mineral itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai