DISUSUN OLEH :
Nama : Hapri Imanuel H.
NIM : 1801034
Kelas : Teknik Perminyakan A
1. Teori Insitu
Proses pembentukan batu bara terjadi di tempat asal tumbuhan tersebut
berada. Tumbuhan yang telah mati akan langsung tertimbun lapisan
sedimen dan kemudian mengalami proses pembatubaraan tanpa
mengalami proses perpindahan tempat. Batubara dihasilkan dari proses ini
memiliki kualitas yang baik. Penyebaran batubara jenis ini sifatnya merata
dan luas, bisa dijumpai di wilayah Muara Enim Sumatera Selatan.
2. Teori Drift
Berdasarkan teori ini, batubara terbentuk bukan di tempat asal tumbuhan
itu berada. Tumbuhan yang telah mamti akan terangkut air hingga
terkumpul di sutu tempat dan mengalami proses sedimentasi dan
pembatubaraan. Kualitas batubara yang dihasilkan dari proses ini
tergolong kurang baik karena tercampur material pengotor pada saat
proses pengangkutan. Penyebaran batubara ini tidak begitu luas, namun
dapat dijumpai dibeberapa tempat seperti di lapangan batubara delta
Mahakam Purba, Kalimantan Timur.
2. BATU RIJANG.
Proses Pembentukan Batu rijang :
Batu rijang dapat terbentuk ketika mikrokristal silicon dioksida (SiO2) tumbuh
dalam sedimen lunak yang akan menjadi batu kapur. Dalam sedimen tersebut,
jumlah yang sangat besar dari mikrokristal silicon dioksida akan tumbuh menjadi
nodul yang terbentuk tidak teratur atau konkresi silika terlarut terangkut oleh air
ke sebuah lingkungan pengendapan.
Jika nodul-nodul atau konkresi tersebut bergabung dalam jumlah yang besar,
maka akan membentuk lapisan rijang dalam suatu massa sedimen. Rijang yang
terbentuk dengan cara seperti ini biasa disebut sebagai batuan sedimen kimia.
Beberapa silikon dioksida dalam rijang diperkirakan memiliki asal biologis.
Dibeberapa tempat baik itu dilingkungan ‘laut dalam’ maupun ‘laut dangkal’,
dimana lingkungan tersebut terdapat diatom atau radiolarian yang hidup di air.
Organisme ini memiliki cangkang kaca silica yang licin (glassy silica skeleton).
Beberapa spons juga menghasilkan ‘spikula’ yang terdiri dari silica. Ketika
organisme ini mati, skeleton silica mereka akan terlepas, larut, mengkristal fan
kemudian menjadi bagian fari nodul rijang atau lapisan rijang. Rijang yang
terbentuk dengan cara ini bisa dianggap sebagai batuan sedimen biologis.
3. BATU GAMPING
Pembentukan batu gamping pada lingkungan laut :
Kebanyakan batu gamping terbentuk di laut dangkal, tenang dan pada perairan
yang hangat. Lingkunagan ini merupakan lingkungan ideal dimana organisme
mampu membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton sebagai sumber
bahan pembentuk batu gamping. Ketika organiskme tersebut mati, cangkang dan
skeleton mereka akan menumpuk membentuk sedimen yang selanjutnya akan
terlitifikasi menjadi batu gamping.
Batu gamping juga dapat terbentuk melalui penguapan. Stalaktit, stalakmit, dan
formasi gua lainnya (sering disebut speleothemes) adalah contoh dari batu
gamping yang terbentuk melalui penguapan. Disebuah gua, tetesan air akan
merembes dari atas memasuki gua melaluirekahan ataupun ruang pori dilangit-
langit gua,kemudian akanmenguap sebelum jatuh ke lantai gua.
Ketika air menguap, setiap kalsium karbonat yang dilarutkan dalam air akan
tersimpan dilagit-langit gua. Seiring waktu, proses penguapan ini dapat
mengakibatkan akumulasi seperti es kalsium karbonat di langit-langit gua, deposit
ini dikenal sebagai stalaktit. Jika tertesan jatuh ke lantai dan menguap serta
tumbuh atau berkembang ke atas (dari lantai gua)depositnya disebut stalakmit.
Batu gamping yang membentuk formasi gua ini dikenal sebagai ‘travertine’ dan
masuk dalam kelompok batuan sedimen kimia.
4. BATU GARAM
Terbentuknya batu garam ini umumnya akibat dari penguapan air yang
mengandung garam seperti air laut yang banyak mengandung ion-ion Na+
(Sodium) dan Cl– (Cloride). Batu garam ini umumnya terbentuk di daerah danau
yang mengering akibat penguapan, teluk-teluk yang relative tertutup, daerah
estuarine yang ada di daerah arid, daerah-daerah di dekat laut seperti lagoon dan
lain-lain.
michiganbasin.jpgPada jaman dulu dalam skala waktu geologi, sejumlah air yang
sangat besar seperti misalnya Laut Mediterania atau laut yang mampu memasuki
cekungan Michigan di Era Paleozoic (600-230 juta tahun yang lalu) menguap dan
menghasilkan sedimen batu garam yang sangat tebal dan luas.
Pada jaman Kambrium dan Ordovician (600-500 juta tahun yang lalu)
cekungan Michigan mulai terbentuk. Pada jaman Silur (425 juta tahun yang lalu),
batu gamping (limestone) mulai diendapkan di cekungan Michigan. Dengan
bertambah besarnya kecepatan penurunan cekungan di Michigan pada jaman ini,
sejumlah terumbu karang (coral reef) terbentuk dan terumbu-terumbu tersebut
menjadi semacam penghalang (barrier) sehingga membatasi aliran air laut.
Dengan dibantu oleh kondisi iklim daerha tersebut yang arid, maka sinar
matahari dan temperatur yang cukup panas menyebabkan air yang ada di
cekungan Michigan menguap .
Karena semakin banyaknya air yang menguap, maka air yang tersisa tidak
dapat menahan garam yang ada di larutan sehingga garam-garam tersebut mulai
diendapkan dan jatuh ke dasar laut.
Oleh karena air laut yang mampu masuk ke cekungan Michigan semakin
banyak maka siklus di atas terulang kembali dan terjadi lagi seterusnya sehingga
garam yang diendapkan semakin tebal.
Stalagmit adalah pembentukan gua secara vertikal (tumbuh dari bawah ke atas).
Stalagmit terbentuk dari kumpulan kalsit yang berasal dari air yang menetes.
Stalagmit ditemukan di lantai gua, biasanya langsung ditemukan di bawah
stalaktit. Mineral yang dominan dalam pembentukan stalagmit adalah kalsit
(kalsium karbonat). Mineral lainnya meliputi karbonat lain, opal, kalsedon,
limonit dan beberapa sulfida.