Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELAS MANAJEMEN EKSPLORASI

Disusun Oleh :
M HAFIZ AKBAR
111.140.023
Kelas C

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016

Genesa Bahan Galian Target-Target Eksplorasi


1. Emas
Kata kunci : Proses magmatisme, larutan hidrotermal, endapan plaser dan primer. Besarnya
perubahan pH
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa
endapan pembentukannya berhubungan dengan naiknya larutan sisa magma ke atas permukaan
yang dikenal dengan istilah larutan hidrothermal. Suatu cebakan bijih hasil proses hidrothermal
dalam pembentukkannya harus melalui tiga proses yang meliputi proses differensiasi, migrasi
dan akumulasi (pengendapan). sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan
endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu :
1. endapan primer
2. endapan plaser
Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit, pertama sebagai urat (vein) dalam batuan
beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Lainnya yaitu endapan atau placer deposit,
dimana emas dari batuan asal yang tererosi terangkut oleh aliran sungai dan terendapkan karena
berat jenis yang tinggi. Emas terbentuk karena adanya kegiatan vulkanisme, bergerak
berdasarkan adanya thermal atau panas di dalam bumi.
Dalam proses geokimia, emas biasanya dapat diangkut dalam bentuk larutan komplek
sulfida atau klorida. Pengendapan emas sangat tergantung kepada besarnya perubahan pH, H2S,
oksidasi, pendidihan, pendinginan, dan adsorpsi oleh mineral lain. Sebagai contoh, emas akan
mengendap jika suasana menjadi sedikit basa dan terjadi perubahan dari reduksi menjadi
oksidasi. Atau emas akan mengendap jika terikat mineral lain, seperti pirit. (Nelson, 1990, dalam
paper abdul latif, pembentukan mineral di alam-mineral emas (Au)).
-Primer : Terbentuk oleh proses magmatik-hydrothermal (magmatik akhir) dan
hydrothermal-metamorfik. Fluida magmatik yang membawa unsur-unsur berharga seperti emas
bergerak melalui rekahan dan dalam perjalanannya mengalterasi batuan dinding. Seiring
menurun nya temperatur-tekanan maka fluida tersebut mengendap dimana sekaligus terjadi
proses konsentrasi mineral sehingga membentuk endapan emas seperti epithermal highsulfidation, porfiri, skarn.

-Sekunder: Terjadi oleh proses sedimentasi dari transportasi material-material sedimen yang
mengandung unsur emas dan terendapkan di cekungan berupa danau, sungai.
Kata kunci: Aterasi, Fluida Hydothermal, Rekahan, Proses Magmatisme, Sedimentasi,
transportasi
Sumber:Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. 2013. Kajian
Supply Demand Mineral. Bandung: Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber
Daya Mineral Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.

2. Nikel
Kata kunci : Proses Leaching. Kandungan Ni pada Orebody (batuan asal). Iklim, Waktu,
Reagen-reagen kimia dan vegetasi, topografi, struktur
Nickel ore adalah bijih nikel, yaitu mineral atau agregat mineral yang mengandung nikel.
Ferronickel adalah produk metalurgi berupa alloy (logam paduan) antara besi (ferrum) dan nikel.
Nickel bisa berasal dari Laterite (Ni Oxides) hasil proses pelapukan batuan Ultramafik dan
Sulfida (Ni Sulphides) hasil dari proses magmatisme. Sumber batuan (Orebody) Ultramafik bisa
dari Dunite, Peridotite, Lherzolite,Serpentinite, dll.
Orebody dengan Ni grade yang tinggi umumnya didapat dari proses pelapukan batuan
(bedrock) yang kaya Olivine karena memang kandungan Ni di Olivine lebih tinggi dibanding
mineral mafik yang lain. Kandungan Ni di bedrock sebenar nya kecil sekali (<0.7%), kandungan
dibedrock didominasi oleh silica (>40%) dan magnesia (>30%), proses pengkayaaan Ni terjadi
karena adanya proses Leaching dimana elemen-elemen yang mudah larut dan punya mobilitas
tinggi terutama SiO2 dan MgO dilarutkan oleh air sehingga %Ni yg tinggal di profile jadi tinggi
(>2%).
Proses leaching yg efektif biasanya terjadi pada Daerah tropis dimana curah hujan tinggi
dan banyak vegetasi yang membentuk lingkungan asam. Morfologi yg "gentle" termasuk plateua
karena sirkulasi air bagus untuk "mencuci/mengeluarkan" Silica dan magnesia, jika terlalu terjal
hasil pelapukan akan tererosi sehingga profile yang akan dihasilkan tipis. Kalo terlalu landai
seperti di lembah/dataran rendah sirkulasi air kurang bagus. Struktur geologi yang intensif
karena penetrasi air ke bedrock akan lebih efektif.

Ada beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Bijih Nikel Laterit, antara lain
adalah senagai berikut :
a

Batuan asal.
Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit,
macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa
tersebut: terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan lainnya mempunyai
mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil, seperti olivin dan piroksin
mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan

pengendapan yang baik untuk nikel.


Iklim.
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan
dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses
pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan
membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam

batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan.
Reagen-reagen kimia dan vegetasi.
Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawasenyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung
CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus
menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH larutan.
Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi
akan mengakibatkan:
Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohonpohonan
Akumulasi air hujan akan lebih banyak
Humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya
lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan
kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil

pelapukan terhadap erosi mekanis.


Struktur.
Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah struktur
kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan beku
mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat

sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya
e

air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.


Topografi.
Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagenreagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga
akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahanrekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah
yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan
mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang
meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan

pelapukan kurang intensif.


Waktu.
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena
akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

3. Batubara
Kata kunci : Tahap Diagenesa, Tahap Metamorfosa
Pengertian umum batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari
endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era
tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah
masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara
(black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada Zaman Permian, kirakira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian
selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 13 jtl) di berbagai
belahan bumi lain.

Tahap dan proses pembentukan batubara, dibagi dalam 2 tahap, yaitu :

a. Tahap Diagenesa (Biokimia)


Merupakan proses perusakan dan penguraian oleh organisme atau sering dikenal dengan
istilah proses Biokimia. Pada dasarnya ekosistem rawa berbeda dengan ekosistem danau dan
sungai, sehingga berbedapula kondisi tanah dan airnya Sirkulasi air dirawa sangat minimum

bahkan tidak ada sirkulasi air sama sekali. Sehingga kandungan oksigen akan berkurang. Bakteri
aerob sangat suka oksigen untuk menguraikan sisa tanaman yang mati, sehingga yang berperan
disini adalah bakteri anaerob (tidak suka oksigen). Bakteri an-aerob menguraikan tanaman yang
sudah mati tidak menjadi kompos (busuk) tetapi dalam bentuk lain yaitu Gel atu Jelly, hal ini
terjadi ditempat yang kurang atau bebas oksigen. Gel atau Jelly lama kelamaan akan semakin
tebal membentuk sedimen yang mampat dan memadat. Pada umumnya pemadatan akan
menurunkan kadar air sehingga akan membentuk sedimen kaya akan kandungan bahan organik
(Humin) yang dikenal dengan nama Gambut (peat).

Genesa Bahan Galian

1. Batugamping
A). Non-klastik

Merupakan koloni dari binatang laut yaitu: Coelenterata, Moluska dan Protozoa,Foraminifera dan
sebagainya. Batu gamping ini merupakan perkembangan/pertumbuhan koloni koral, oleh sebab
itu dilapangan tidak menunjukan perlapisan
Kata Kunci: Koloni binatang laut, Pertumbuhan/perkembangan koloni koral, Tidak
menunjukan perlapisan
B). Klastik
Berasal dari rombakan batugamping jenis non klastik melalui proses erosi oleh air, transportasi,
sortasi dan sedimentasi. Terjadi pengelompokan ukuran butir karena adanya proses sortasi. Dapat
juga terbentuk karena proses kimia yaitu dimana peredaran air panas akan melarutkan
batugamping di bawah permukaan yang kemudian diendapkan lagi dipermukaan bumi
Kata Kunci :Rombakan dari batugamping nonklastik, Mengalami proses erosi,
transportasi, sortasi, dan sedimentasi, Proses kimia, Pelarutan batugamping karena air
panas dibawah permukaan
2. Kalsit
Terbentuk karena penghabluran kembali larutan batugamping akibat pengaruh air tanah atau
hujan. Terbentuk biasanya di daerah yang mengalami proses tektonik sehingga terbentuk rekahan.
Kata Kunci : Penghabluran, Proses tektonik, Rekahan
3. Marmer
Terbentuk dari proses matamorfose kontak atau regional dari jenis batugamping
Kata Kunci : - Matamorfose kontak atau regional, Batugamping
4. Oniks
Terbentuk pada rongga atau tekanan batugamping yang berasal dari larutan kalsium karbonat baik
yang terjadi pada temperature panas dan dingin. Bila terkena metamorfisme maka akan terbentuk
oniks marmer.
Kata Kunci : - Rongga, Tekanan batugamping, Larutan kalsium karbonat, Temperatur,
Metamorfose
5. Rijang
Hasil replacement terhadap batugamping oleh silika organic atau anorganik.
Kata Kunci : -Replacement, Batugamping, Silika
6. Gipsum
Terdapatnya Ca+2 dan SO4-2 dan dapat berasal dari belerang (S) ataupun pirit (FeS 2). Adanya
kondisi reduksi dari daerah sedimentasi yang bersifat karbonatan akan menghasilkan gypsum
yang berlembar. Adanya fumarole akan membentuk gypsum Kristal.
Kata Kunci : - Ca+2 dan SO4-2,, Belerang dan pirit, Reduksi
7. Ball clay

Terbentuk akibat sedimentasi dalam lingkungan lakustrin atau delta yang berasosiasi dengan
endapan pasir, lanau, dan lignit.
Kata Kunci : -Lakustrin/delta, Endapan pasir/lanau/lignit
8. Fire Clay
Terbentuk akibat proses sortasi dan sedimentasi yang telah lanjut sehingga tidak menampilkan
adanya perlapisan, diendapkan pada daerah lakustrin/delta.
Kata Kunci :- Sortasi dan sedimentasi lanjut, Lakustrin/delta
9. Zeolit
Zeolit terbentuk pada temperature tinggi. Akibat proses magmatik primer, metamorphose
kontak,hydrothermal, penurunan, pengangkatan lingkungan pembentukannya disertai dengan
metamorfose regional
Kata Kunci : Temperatur tinggi, Proses magmatik primer, Metamorfisme kontak,
Hidrotermal, Penurunan, Pengangkatan.

Terbentuk akibat perubahan proses kimia yaitu: pergerakan air tanah, pelapukan dan sifat alkalin
Kata Kunci : Proses kimia, Pergerakan air tanah, Pelapukan, Sifat alkalin

Terbentuk pada suhu rendah pada lingkungan pengendapan laut.


Kata Kunci : Suhu rendah, Lingkungan laut

Terbentuk akibat terbentuknya craters dilingkungan dasar laut


Kata Kunci : Craters, Dasar laut

10. Diatomea
Dalam pembentukan endapan ditomea pengaruh arus harus kecil karena berat jenis diatomea yang
kecil yaitu ( 0,45)
Kata Kunci: Arus kecil, Berat jenis
11. Yodium
Terbentuknya diawali sewaktu bitumenal batuan berubah menjadi minyak bumi, maka larutan
yodium dan bromium kedalam air yang menyertai minyak.
Kata Kunci: Bitumenal batuan
12. Mangan
Terbentuk karena proses hidrotermal yang dijumpai dalam bentuk vein, metamorfik, sedimenter
ataupun residu.
Kata Kunci : - Vein, Metamorfik, Sedimenter, Residu
13. Feldspar
Terbentuk karena proses kristalisasi magma baik melalui proses pneumatolytic ataupun
hidrotermal dalam urat pegmatik.

Kata Kunci : Kristalisasi magma, Proses pneumatolytic, Hidrotermal, Urat pegmatik


14. Pumice
Terbentuk saat magma asam muncul ke permukaan dan bersentuhan dengan udara luar secara
tiba-tiba. Buih gelas alam dengan gas yang terkandung di dalamnya mempunyai kesempatan
untuk keluar dan magma membeku dengan tiba-tiba.
Kata Kunci: Magma asam, Permukaan, Bersentuhan dengan udara, Gas dan Buih alam
keluar, Membeku tiba-tiba.

15. Bauksit (Gibsit, (AL2O3 3H2O)


Genesa: Bahan galian ini terjadi dari proses pelapukan (laterisasi) batuan induk erat
kaitannya dengan persebaran granit. Boehmit didapatkan juga dalam rekahan pada batuan
nepelin syenit pegmatite sebagai hasil proses hydrothermal dari nepeline atau feldspar.
Sukandarrumidi. Bahan Galian Industri Cetakan Ketiga.
Keyword: Bauksit, Laterisasi, Batuan induk, Gramit.
16. Asbes (Krisotil, (3Mg 2SiO22H2O)
Genesa: Asbes terjadi karena proses metamorfose (proses serpentinisasi) batuan yang
bersifat basa atau ultrabasa. Asbes adalah nama perdagangan dari mineral tertentu yang
dipisahkan menjadi serabut-serabut dan tidak dapat dibakar. Terdapat 2 kelompok asbes
yaitu asbes serpentin dan serpentin amfibol. Sukandarrumidi. Bahan Galian Industri
Cetakan Ketiga.
Keyword: Asbes, Metamorfose, Serpentinisasi, Serpentin, Krisotil.
17. Emas (Au)
-Primer : Terbentuk oleh proses magmatik-hydrothermal (magmatik akhir) dan
hydrothermal-metamorfik. Fluida magmatik yang membawa unsur-unsur berharga seperti
emas bergerak melalui rekahan dan dalam perjalanannya mengalterasi batuan dinding.
Seiring menurun nya temperatur-tekanan maka fluida tersebut mengendap dimana
sekaligus terjadi proses konsentrasi mineral sehingga membentuk endapan emas seperti
epithermal high-sulfidation, porfiri, skarn.
Kata kunci: Aterasi, Fluida Hydothermal, Rekahan, Proses Magmatisme
-Sekunder: Terjadi oleh proses sedimentasi dari transportasi material-material sedimen
yang mengandung unsur emas dan terendapkan di cekungan berupa danau, sungai.
Kata kunci: Sedimentasi, transportasi

18. Perak (Ag)


Dapat terbentuk melalui proses metasomatik kontak oleh fluida hydrothermal dari proses
magmatisme. Selain itu dapat berupa pengkayaan sulfida supergene oleh proses pelapukan
Kata kunci: Metasomatik kontak, Sulfida supergen
19. Platina (Pt)
Secara umum proses yang mengontrol mineralisasi platina adalah proses magmatisme.
Proses magmatisme pada orthomagmatic stage/magmastisme awal dimana tidak ada unsur
OH, hidrothermal stage dan metasomatik kontak.
Kata Kunci:Magmatisme, OrthomagmatiC stage, Hydrothermal, Metasomatik
kontak
20. Tembaga (Cu)
Terbentkuk oleh proses magmatisme pada hidrothermal stage membentuk tipe endapan
epithermal high sulfidation dan porfiri. Selain itu dapat berasal dari proses metasomatik
kontak antara fluida hidrothermal dengan batuan karbonat membentuk tipe endapan
skarn.
Kata kunci: Proses hidrothermal, Metasomatik kontak
21. Timbal (Pb)
Mineralisasi timbal dapat terjadi oleh proses metasomatik kontak, yaitu cairan dan gas
sisa intrusi magma yang bersentuhan dengan batuan melalui celah-celah batuan tersebut
dan mengubah komposisi mineralnya termasuk menghasilkan mineral baru.
Kata kunci: Metasomatik kontak
22. Timah (Sn)
Mineral bijih timah berasosiasi dengan intrusi batuan beku granitk pada pneumatolitik
stage dan mineral bijih tersebut terhambur di batuan granit. Proses sekunder
mengakibatkan tipe endapan timah placer sebagai hasil dari pelapukan batuan granit
pembawa mineral bijih timah kasiterit dan terendapkan pada daerah rendah.
Kata kunci: Pneumatolotik stage, placer
23. Alumunium (Al)
Semua endapan bauksit sebagai mineral bijih alumunium merupakan hasil pelapukan
residual dan di alam dijumpai sebagai lapisan tipis atau menyisip di antara batuan
sedimen diatas bidang ketidakselarasan. Proses residual tersebut di kontrol oleh
pelapukan batuan, sehingga unsur-unsur Al dan O larut dan berikatan membentuk mineral
bauksit.

Kata kunci: Pelapukan, Residual


24. Besi (Fe)
Proses terjadinya endapan bijijh besi yang umum dijumpai cukup beragam antara lain:
-Berasal dari proses magmatisme secara langsung dan terdapat pada batuan basa-ultra
basa.
-Berasal dari proses metasomatik kontak
-Proses Residual, sebagai hasil pelapukan dan unsur Fe hasil pelapukan larut serta
berikatan dengan unsur lainnya seperti unsur O membentuk mineral Goetit
-Proses sedimentasi, pengendapan transportasi material yang membawa unsur Fe di suatu
tempat, membentuk tipe endapan placer.
Kata kunci: magmatisme, residual, sedimentasi
25. Mangaan (Mn)
Kebanyakaan endapan mangaan berasal dari endapan sedimenter dan endapan residual
yang berasal dari hasil pelapukan batuan yang kaya akan Mn.
Kata kunci: Pelapukan, Residual
26. Nikel (Ni)
Hasil pelapukan batuan ultrabsa kaya mineral olivin sehingga unsur Ni terpisah dan
terlarut ke zona saprolit berikatan dengan unsur Mg, SiO membentuk mineral bijih
Garnierit membentuk endapan nikel laterit.
Kata kunci: Pelapukan, nikel laterit
27. Khrom (Cr)
Hasil magmatisme fase orthomagmatik sehingga berasosiasi dengan batuan ultrabasa
peridotit sebagai vein, lensa, dan diseminasi.
Kata kunci: Magmatisme, Fase orthomagmatik
28. Molibdenum (Mo)
Pada umumnya terdapat pada batuan induk granit berasosisasi dengan kasiterit, kuarsa
dan fluorit. Terendapkan sebagi cebakan pegmatik, vein, stockwork. Selain itu dapat
terjadi oleh proses metasomatik kontak.
Kata kunci: pegmatik, metasomatik kontak
29. Wolfram (W)
Keberadaan nya selalu berhuibungan dengan batuan beku asam dan terjadi pada fase
pneumatolitik dan hidrothermal suhu tinggi. Cebakan dapat berbentuk vein, pegmatik dan
placer.
Kata kunci: Pneumatolitik stage, hydrothermal

30. Kobalt (Co)


Endapan yang umum berasal dari proses metasomatik kontak antara fluida hidrothermal
dengan batuan sekitarya.
Kata kunci: metasomatik kontak
31. Titanium (Ti)
Umumnya berupa endapan placer hasil dari transportasi material lapukan batuan asal dan
terendapkan di cekungan. Endapan primer berupa proses metasomatisme kontak dan
magmatik.
Kata kunci: Endapan placer, Sedimantasi, Metasomatik kontak

DAFTAR PUSTAKA

Einaudi, M.T., Meinert, L.D., and Newberry, R.J., 1981, Skarn deposits: Economic Geology 75th
Anniversary Volume, p. 317-391.
Meinert, et al. ,2005, World Skarn Deposit: Economic Geology 100th Anniversary Volume
.Society of Economic Geologists Littleton, Colorado, USA.
Pellant, Chris. 1992. Rocks and Minerals. London. Eyewitness Handbooks.
Pirajno., 2009, Hydrothermal Processes and Mineral Systems: Springer Science + Bussines
Media B.V. 2009.
Schusters, Simon. 1988. Simon & Schusters Guide To Rocks and Minerals. New
York. Simon & Schuster Inc.
Anonim. 2016. https://leenxx.wordpress.com/strukturendapanmineral/, diakses pada tanggal 2
Oktober 2016)
Anonim. 2016. (http://www.geology110.com/, diakses pada tanggal 2 Oktober 2016)
Anonim. 2016. http://tsani-oke.blogspot.com/2011/04/ciri-ciriendapanbijih.html. pada tanggal 2
Oktober 2016)

Sukandarrumidi, 2009, Bahan Galian Industri, Yogyakarta, Gajah Mada University Press
Sukandarrumidi, 2009, Geologi Mineral Logam, Yogyakarta, Gajah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai