Anda di halaman 1dari 11

TUGAS FINAL

GENESA BAHAN GALIAN

OLEH

LA ODE ZULFIKAR ANDI


R1D121053

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
BAUKSIT LATERIT

PEMBENTUKAN BAUKSIT LATERIT


Bauksit laterit merupakan endapan yang mengalami pemerkayaan aluminium
oksida yang terbentuk dari batuan yang memiliki kadar aluminium nisbi tinggi.
Bauksit laterit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al, batuan tersebut
antara lain nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, basalt, hornfels, schist, slate,
kaolinitic, shale, limestone, dan phonolite dengan kandungan feldspar tinngi.
Apabila batuan tersebut mengalami pelapukan mineral yang mudah larut, maka akan
terlarutkan. Seperti mineral alkali dan alkali tanah, sedangkan mineral mineral yang
tahan akan pelapukan makan akan terakumulasikan.
Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral
silikat seperti lempung akan terpecah pecah, kemudian silikanya terpecahkan
sedangkan oksida aluminium dan oksida besi terkonsentrasi sebagai residu. Proses
ini berlangsung terus dalam waktu yang cukup lamadan produk pelapukan yang
terhindardari erosi akan menghasilkan endapan lateritik.
Kandungan aluminium yang tinggi pada batuan asal bukan merupakan syarat
utama dalam pembentukan bauksit laterit tetapi yang lebih penting adalah itensitas
dan zona lamanya proses literasi. Laterit adalah zona endapan yang terbentuk
sebagai hasil pelapukan. Kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan
bauksit secara optimum adalah :
• Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa kaya
aluminium
• Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
• Porositas batuan yang tinggi sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah
• Adanya pergantian musim atau cuaca hujan dan kemarau
• Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
• Relief bentuk permukaan yang relatif rata, yang memungkinkan terjadinya
pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
• Waktu yang cukup untuk terjadinya pelapukan
PENAMPANG LATERIT

Secara umum penampang endapan bauksit laterit dari bawah ke atas secara
berurutan adalah sebagai berikut:

1. Batuan Dasar (bedrock)

Batuan dasar umumnya didominasi oleh batuan yang mengandung alumunium


seperti nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, gabbro, basalt, hornfels, schist,
slate, kaolinitic, shale, limestone dan phonolite yang masih segar dan belum
mengalami pelapukan sertaa tekstur asli batuan masih terlihat jelas

2. Zona Pelindian (intermediate horizon)

Horizon ini merupakan zona transisi dari bedrock ke zona nodular di atasnya. Pada
zona ini akan terjadi perubahan geokimia unsur dimana kadar SiO2 akan naik dan
kandugnan Al2O3 DAN Fe2O3 akan turun. Mineral yang terdapat di zona ini
adalah clay atau lempung yang mengandung unsur silika, sedikti alumunium dan
besi dengan bentuk butiran halus.

3. Zona Nodular

Pada zona nodular, hampir semua unsur yang mudah larut hilang terlindi. Kadar
Al2O3 dan Fe2O3 akan naik, sedangkan kadar Si)2 akan turun. Zona ini didominasi
oleh mineral gibsit disamping juga terdapat hematit. Zona nodular merupakan zona
endapan bauksit laterit.

4. Zona Tanah Penutup

Zona ini umumnya didominasi oleh humus yang bersifat gembur


FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LATERISASI

Faktor-faktor yang memengaruhi dalam pembentukan endapan bauksit laterit adalah


sebagai berikut:

1. Batuan asal

Batuan asal dalam pembentukan endapan bauksit laterit adalah batuan


sedimen kaolinit serta batuan granit dan basalt. batuan ini memiliki elemen Al
paling banyak dibandingkan dengan batuan lainnya, kadar Fe rendah dan banyak
atau sedikit mengandung kuarsa (SiO2) bebas atau tidak mengandung kuarsa sama
sekali, mineral-mineralnya mudah lapuk (tidak stabil), dan komponen-
komponennya mduah larut yang memungkinkan terbentuknya endapan bauksit.

2. Iklim

Adanya pergantian musim hujan dan musim kemarau dimana terjadi kenaikan
dan penurunan permukaan air tanah juga dapt menyebabkan terjadinya proses
akumulasi dan pemisahan unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar
akan membantu terjadinya pelapuka mekanis, dimana akan timbul rekahan-rekahan
dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia
terutama dekomposisi batuan.

3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi

Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan


senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. CO2 yang
terlarut bersama air memegang peranan penting dalam proses pelapukan kimia.
Asam-asam humus dapat menyebabkan dekomposisi batuan dan merubah pH
laruan. Asam-asam humus ini erat hubungannya dengan vegetasi, dimana vegetasi
akan mengakibatkan penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan
mengikuti akar-akar pepohonan, akumulasi air hujan akan lebih banyak, humus
akan lebih tebal. Vegetasi dan bakteri akan mempercepat proses pelapukan. Selain
itu vegetasi dapat menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.

4. Struktur geologi

Struktur yang menyebabkan deformasi pada batuan, yang paling dominan


dalam pembentukan endapan bauksit adalah struktur rekahan dibandingkan dengan
struktur patahan. Batuan aluminosilikat memiliki permeabilitas dan porositas yang
kecil sehigga penetrasi air menjadi sulit. Akan tetapi dengan adanya rekahan-
rekahan tersebut akan lebih memudahkan air masuk dan berarti
proses pelapukan akan lebih intensif.

5. Topografi

Keadaan topografi setempat sangat mempengaruhi sirkulais air dan ragen-


reagen lain. untuk daerah landai air akan bergerak perlahan-lahan sehingga
mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi yang lebih dalam melalui
rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan biasanya terdapat pada
daerah landai sampai kemiringan sedang yang mana memungkinkan terjadinya
pergerakan air dengan tingkat erosi minimum. Hal ini menggambarkan bahwa
ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam jumlah
air yang meluncur lebih banyak dari pada air yang meresap, sehingga dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif.

6. Waktu

Waktu yang cukup lama akan menghasilkan pelapukan yang intensif dengan
akumulasi unsur bauksit cukup tinggi.
NIKEL LATERIT
PEMBENTUKAN NIKEL LATEIT
Nikel laterit adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan ultra
basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut
terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi
terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat
diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan di antara
unsur-unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat
pengaruh larutan hydrothermal, akan mengubah batuan peridotit menjadi
batuan serpentinit atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan
fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu,
menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari
udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak
stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang
larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus.
Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya
membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan.
Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama
larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral
akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk
membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau
hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap
pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan
krisopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang
disebut saprolit yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya
seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai
batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi
celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini
dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar
yang disebut dengan akar pelapukan (root of weathering).
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN NIKEL
LATERIT
1.Batuan Asal
Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan
nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada
batuan ultra basa tersebut: - terdapat elemen Ni yang paling banyak di antara batuan
lainnya - mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil,
seperti olivin dan piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan
memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.
2. Iklim
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya
proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup
besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-
rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada
batuan.
3. Reagen-Reagen Kimia dan Vegetasi
Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan
senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang
mengandung CO2 memegang peranan penting di dalam proses pelapukan kimia.
Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat mengubah pH
larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini,
vegetasi akan mengakibatkan:
• penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar
pohon-pohonan
• akumulasi air hujan akan lebih banyak
• humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya
lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal
dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga
hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.
4. Struktur.
Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah
struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui,
batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga
penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih
memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.
5. Topografi.
Keadaan topografi setempat akan sangat memengaruhi sirkulasi air beserta
reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-
lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih
dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan
umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal
ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada
daerah yang curam, secara teoretis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak
daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.
6. Waktu
Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

PROFIL NIKEL LATERIT DARI ZONA GRADIASI


Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai berikut:
1. Iron Capping
Merupakan bagian yang paling atas dari suatu penampang laterit.
Komposisinya adalah akar tumbuhan, humus, oksida besi dan sisa-sisa organik
lainnya. Warna khas adalah coklat tua kehitaman dan bersifat gembur. Kadar
nikelnya sangat rendah sehingga tidak diambil dalam penambangan. Ketebalan
lapisan tanah penutup rata-rata 0,3 s/d 6 m. berwarna merah tua, merupakan
kumpulan massa goethite dan limonite. Iron capping mempunyai kadar besi yang
tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral hematite,
chromiferous.
2. Limonite Layer
Merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan beku ultrabasa. Komposisinya
meliputi oksida besi yang dominan, goethit, dan magnetit. Ketebalan lapisan ini rata-
rata 8–15 m. Dalam limonit dapat dijumpai adanya akar tumbuhan, meskipun dalam
persentase yang sangat kecil. Kemunculan bongkah-bongkah batuan beku ultrabasa
pada zona ini tidak dominan atau hampir tidak ada, umumnya mineral-mineral di
batuan beku basa-ultrabasa telah terubah menjadi serpentin akibat hasil dari
pelapukan yang belum tuntas. fine grained, merah coklat atau kuning, lapisan kaya
besi dari limonit soil menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada daerah yang
terjal, dan sempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di
dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc,
tremolite, chromiferous, quartz, gibsite, maghemite.
3. Silika Boxwork
Putih – orange chert, quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian
menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian
mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal,
magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal
dari nikel ore yang kaya silika. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang
serpentinized.
4. Saprolite
Zona ini merupakan zona pengayaan unsur Ni. Komposisinya berupa oksida
besi, serpentin sekitar <0,4% kuarsa magnetit dan tekstur batuan asal yang masih
terlihat. Ketebalan lapisan ini berkisar 5–18 m. Kemunculan bongkah-bongkah
sangat sering dan pada rekahan-rekahan batuan asal dijumpai magnesit, serpentin,
krisopras dan garnierit. Bongkah batuan asal yang muncul pada umumnya memiliki
kadar SiO2 dan MgO yang tinggi serta Ni dan Fe yang rendah. campuran dari sisa-
sisa batuan, butiran halus limonite, saprolitic rims, vein dari endapan garnierite,
nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silika boxwork,
bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock. Terkadang terdapat
mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang terlapukkan,
chlorite. Garnierite di lapangan biasanya diidentifikasi sebagai kolloidal talc dengan
lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih
terlihat.
5. Bedrock
bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah yang lebih besar
dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak
mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan
batuan dasar). Batuan dasar merupakan batuan asal dari nikel laterit yang umumnya
merupakan batuan beku ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit yang pada rekahannya
telah terisi oleh oksida besi 5-10%, garnierit minor dan silika > 35%. Permeabilitas
batuan dasar meningkat sebanding dengan intensitas serpentinisasi.Zona ini
terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierite dan silika.
Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high
grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.
SUPERGEN ENRICHMENT
Dalam geologi endapan bijih, proses supergen enrichment sering disebut juga
sebagai pengayaan atau merupakan proses yang terjadi relatif dekat dengan
permukaan dibandingkan dengan proses hipogen dalam. Proses supergen meliputi
dominasi sirkulasi air meteroik (yaitu yang berasal dari presipitasi) dengan oksidasi
dan pelapukan kimia yang terjadi bersamaan. Perairan meteroik yang turun
mengoksidasi mineral bijih sulfida primer (hipogen) dan mendistribusikan Kembali
elemen bijih logam. Pengayaan supergen terjadi didasar bagaian teroksidasi dari
deposit bijih. Logam yang telah tercuci dari bijih teroksidasi kemudian dibawa ke
bawah oleh perkolasi air tanah, dan bereaksi dengan sulfida hipogen pada batas
batas superhipogen.

ZONA SUPERGENT ENRICHMENT

Zona proses supergen dapat diidentifikasi pada berbagai kedalaman. Dari


permukaan ke bawah mereka adalah tutup gossan, zona tercuci, zona teroksidasi,
tabel air, zona diperkaya (zona diperkaya supergen) dan zona primer (zona hipogen).

Topi Gossan

Pirit (FeS 2) telah teroksidasi membentuk goetit (FeO(OH)) dan limonit


(FeO(OH)· n H 2 O), yang membentuk penutup berpori di atas zona teroksidasi yang
dikenal sebagai topi gossan atau topi besi . Prospektor menggunakan gossan sebagai
indikasi cadangan bijih.

Zona Terlindi

Air tanah mengandung oksigen terlarut dan karbon dioksida . Saat bergerak
ke bawah, ia mengoksidasi mineral sulfida primer , bersamaan dengan pembentukan
asam sulfat dan larutan logam teroksidasi. Sebagai contoh, air tanah umumnya
berinteraksi dengan pirit (FeS 2 ) untuk membentuk besi teroksidasi (FeO(OH)) dan
asam sulfat (H 2 SO 4 ), digambarkan dalam reaksi kimia ideal di bawah ini (langkah
perantara dihilangkan):

4 FeS 2 + 12 H 2 O + 15 O 2 → 4 FeO(OH) + 8 H 2 SO 4

Perantara dalam proses ini adalah besi sulfat (FeSO 4 ), yang mengoksidasi pirit dan
mineral sulfida lainnya.
Zona Teroksidasi

Di atas tabel air lingkungan teroksidasi , dan di bawahnya tereduksi . Larutan


yang bergerak ke bawah dari zona terlindi bereaksi dengan mineral primer lainnya
di zona teroksidasi untuk membentuk mineral sekunder seperti sulfat dan karbonat ,
dan limonit , yang merupakan produk karakteristik di semua zona teroksidasi.

Dalam pembentukan karbonat sekunder, mineral sulfida primer umumnya


terlebih dahulu diubah menjadi sulfat, yang kemudian bereaksi dengan karbonat
primer seperti kalsit (CaCO 3 ), dolomit (CaMg(CO 3 ) 2 ) atau aragonit (juga CaCO
3 , polimorfik dengan kalsit) untuk menghasilkan karbonat sekunder. Garam terlarut
terus turun, tetapi garam yang tidak larut tertinggal di zona teroksidasi di mana
mereka terbentuk. Contoh garam tidak larut yang biasa ditemukan di zona
teroksidasi antara lain endapan timbal seperti anglesite (PbSO4 ) dan piromorfit (Pb
5 (PO 4 ) 3 Cl); endapan tembaga seperti malachite (Cu 2 (CO 3 (OH) 2 ), azurite
(Cu 3 (CO 3 ) 2 (OH) 2 ), dan cuprite (Cu 2 O); dan smithsonite (ZnCO 3 ).

Meja Air

Di tabel air, lingkungan berubah dari lingkungan pengoksidasi menjadi


lingkungan pereduksi .

Zona yang diperkaya

Ion tembaga yang bergerak turun ke lingkungan reduksi ini membentuk zona
pengayaan sulfida supergen . Covellite (CuS), chalcocite (Cu 2 S) dan tembaga asli
(Cu) stabil dalam kondisi ini dan merupakan karakteristik dari zona diperkaya.

Efek bersih dari proses supergen ini adalah memindahkan ion logam dari zona
tercuci ke zona yang diperkaya, meningkatkan konsentrasi di sana ke tingkat yang
lebih tinggi daripada di zona primer yang tidak dimodifikasi di bawahnya,
kemungkinan menghasilkan deposit yang layak untuk ditambang.

Zona Primer

Zona primer mengandung mineral primer yang tidak berubah .

Anda mungkin juga menyukai