Anda di halaman 1dari 9

NAMA : SUTRISNO

KELAS : 02
NIM : 710015084
TUGAS MK GENESA BAHAN GALIAN

PROSES TERJADINYA BATUAN BAUKSIT

1. Pengertian Bauksit
Bauksit (bahasa Inggris: bauxite) adalah biji utama aluminium terdiri dari hydrous aluminium
oksida dan aluminium hidroksida yakni dari mineral gibbsite Al (OH) 3, boehmite -ALO (OH),
dan diaspore -ALO (OH), bersama-sama dengan oksida besi goethite dan bijih besi, mineral
tanah liat kaolinit dan sejumlah kecil anatase Tio 2 . Bauksit dnyaitemukan pada tahun 1821 oleh
geolog bernamaPierre Berthier pemberian nama sama dengan nama Desa Les Baux di selatan
Perancis,.
2.Mineral Penyusun Bauksit
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral dengan susunan terutama
dari Hidroksida aluminium,yaitu berupa mineral buhmit (Al2O3H2O); mineral gibsit
(Al2O3.3H2O) dan diaspora (Al2O3H2O) Secara umum Bauksit mengandung Al2O3 sebanyak
(45 65%) , SiO2 (1 12%) , Fe2O3 ( 2 25% ), ( TiO2 >3% ), dan H2O (14 36%) .
mempunyai warna putih susu atau kekuningan dalam keadaan murni,merah atau coklat apa bila
terkontaminasi oleh Besi oksida atau bitumen, bauksit relative sangat lunak (kekerasan 1-3 skala
mohs), relative ringan dengan berat jenis 2,3-2,7,mudah patah dan tidak larut dalam air dan tidak
terbakar.
3.Ganesa / Asal terjadinya Bauksit
Bauksit terjadi dari proses pelapukan (laterisasi) batuan induk,erat kaitannya dengan
penyebaran granit dan bochmit. bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika serta membentuk
perbukitan yang landai dengan memungkinkan pelapukan sangat kuat. Bauksit terbentuk dari
batuan sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa (SiO2)
bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali. (misalnya sienit dan nefelin) yang
berasal dari batuan beku, batu lempung-lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan
mengalami proses lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi
bauksit. Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman
tertentu.
Asal mula terjadinya bauksit :
1.Kondisi-kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit secara optimum
adalah :
a. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya alumunium
b. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
c. Porositas batuan yang tinggi sehingga siklus air berjalan dengan mudah
d. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
e. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
f. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan terjadinya
pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
g. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan
2.Genesa bijih bauksit :
Alumina dapat bersumber dari batuan primer (magnetik dan hidrothermal) maupun dari
batuan sekunder (pelapukan dan metamorfosa) Namun sacara luas yang berada di
permukaan bumi ini berasal dari batuan sekunder hasil proses pelapukan dan pelindian /
pelarutan (leaching)
a. Magnetik
Alumina yang bersumber dari proses magnetik dijumpai dalam bentuk batuan yang kaya
akan kandungan alumina yang disebut dengan alumina-richrock. Sebagai contoh adalah
mineral anortosite [(Na,K)AlSi3O8] dan mineral nefelin [(Na3K)Al4Si4O16] pada
batuan syenit yang mengandung lebih dari 20% Al2O3.
b. Hidrothermal
Alumina produk alterasi hidrotermal dari trasit (trachyte) dan riolit (rhyolite) pada
beberapa daerah vulkanik misalnya mineral alunit [KAl3(SO4)2(OH6)] mengandung
sampai 75% Al2O3 dan dapat ditimbang sebagai sumber alumina.
c. Metamorfosa
Alumina yang bersumber dari proses metamorfosa adalah sumber alumina yag tidak
ekonomis. Saat ini masih dalam penelitian ekstraksi yang lebih maju diharapkan
dimasa mendatang akan menjadi alumina silikat andalusit, dan kianit (Al2SiO5).
d. Pelapukan
Alumina yang bersumber dari proses pelapukan, dijumpai sebagai cebakan residual
dan disebut sebagai bauksit. Terbentuk oleh pelapukan feldspatik atau batuan yang
mengandung nefelin.
3.Tinjauan mengenai Bauksit
1. Berdasarkan genesanya :
a. Bauksit pada batuan klastik yang kasar
Jenis ini berasal dari batuan beku yang telah berubah menjadi metamorf di daerah yang
beriklim tropis dan berumur Tersier Awal. Permukaan daerahnya telah mengalami erosi dan
dijumpai bauksit dalam bentuk boulder. Tekstur pisolitik dan bentuknya menyudut dengan
kadar bauksit tinggi dalam bohmit dengan posisi letaknya sesuai dengan kemiringan lereng
b. Bauksit pada terrarosa
Jenis terrrarosa banyak terdapat di sekitar Mediterranian di Eropa Selatan yang merupakan
fraksi-fraksi dari hasil pelapukan batukapur atau dolomite dan sebagian diaspor (Al2O3H2O).
Jenis ini mempunyai ikatan monohidrat, karena itulah endapan jenis terarosa mempunyai
kadar alumina yang besar dibandingkan endapan jenis laterit.
c. Bauksit pada batuan sedimen klastik.
Dijumpai pada lingkungan pengendapan sungai stadium tua atau pada delta. Karena
tertransportasi, material rombakan terbawah ke laut. Sedimen klastik berada di atas ketinggian
dasar melapuk mengandung perlapisan gravel pasir, lempung koalinit dan kadang lignit
membentuk delta corong. Deposit bauksit jenis ini yang ekonomis adalah berumur Paleosen.
d. Bauksit pada batuan karbonat
Deposit bauksit pada batu gamping kadarnya tinggi dan berumur Paleosen. Perkembangannya
tidak berada dipermukaan tetapi pada kubah-kubah gamping.
e. Bauksit pada batuan phospat
Al phospat berwarna abu-abu, putih kehijauan dan bersifat parous yang terisi oleh berbagai
material. Lapisan bawahnya mengandung lempung antara montmorilonit dengan atapulgit.
Beberapa lapisan dalam bentuk Ca-posfat, berstruktur oolitik dan dijumpai pula pseudo-
oolitik fluorapatit. Di bagian ini mengandung Al posfat dengan mineral krandalit [(Ca
Al3H(OH6) / (PO4)] yang sangat dominan dibandingkan dengan augilit [(Al2 (OH3) /
(PO4)].
2. Berdasarkan Letak Depositnya
a. Deposit Bauksit residual
Diasosiasikan dengan kemiringan lereng yang menegah sampai hamper datar pada batuan
nefelin syenit. Permukaan bauksit kemiringannya lebih dari 5 dan batasan yang umum adalah
25. Pada batuan syenit bagian bawah bertekstur granitik. Zona diatasnya menunjukan
vermikuler, pisolitik dan tekstur konkresi lainnya. Di bawah zona knkresi adalah zona
pelindian dengan dasar fragmen lempung kaolinit. walaupun dasar zona pelindian ini
melengkung, tidak dapat menghilangkan tekstur granitis. kaolinit nepelin syenit dipisahkan
dengan bauksit bertekstur granitis oleh kaolinit yang kompak dan kasar.
b. Deposit bauksit koluvial
Diselubungi oleh kaolinit, nefelin, syenit. Deposit ini terletak di bawah lampung dan termasuk
swamp bauxite dengan tekstur pisolitik dan oolitik yang masih terlihat jelas serta berada di
daerah lembah. Di bagia atas deposit, kaolinit terus berkembang, dapat memotong secara
mendatar atau menggantikan matriks yang tebal dari tekstur pisolitik. di beberapa tempat,
lapisan lignnit yang mendatangkan lempung dapat pula memotong badan bijih bauksit
sehingga bauksit tersebut menjadi alas dari lapisan lignit ini.
c. Deposit bauksit alluvial pada perlapisan
Dapat berupa Perlapisan silang siur, dipisahkan dengan gravel yang bertekstur pisolitik.
Bauksit tipe ini halus dan tertutup oleh alur runtuhan dari tipe deposit bauksit koluvial.
d. Deposit bauksit alluvial pada konglomerat kasar
Deposit tipe ini umumnya menutupi bauksit boulder dengan konglomerat kasar, terutama dari
lempung karbonat dan pasir

Di Indonesia Bauksit ditemukan di Pulau Bintan dan sekitarnya, Pulau Bangka dan
Kalimantan Barat. Sampai saat ini penambangan bauksit di Pulau Bintan satu-satunya yang
terbesar di Indonesia. Beberapa tempat antara lain:
1. Sumatera Utara : Kota Pinan (bauksit dan kandungannya Al2O3 = 15,05 58,10%).
2. Riau : Pulau Bulan, Pulau Bintan (bauksit dan kandungannya SiO2 = 4,9%, Fe2O3
=10,2%, TiO2 = 0,8%, Al2O3 = 54,4%), Pulau Lobang (kepulauan Riau), Pulau Kijang
(kandungan SiO2 = 2,5%,Fe2O3 = 2,5%, TiO2 = 0,25%, Al2O3 = 61,5%, H2O = 33%),
merupakan akhir pelapukan lateritic setempat, selain ditempat tersebut terdapat juga
diwilayah lain yaitu, Galang, Wacokek,Tanah Merah,dan daerah searang.
3. Kalimantan Barat : Tayang Mebukung, Sandai, Pantus, Balai Berkuah,Kendawangan
dan Munggu Besar
4. Bangka Belitung : Sigembir

4. Metode Eksplorasi dan Penambangan Bauksit


A. Metode Eksplorasi
Bijih bauksit terjadi di daerah tropis dan subtropis yang memungkinkan pelapukan yang
sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar alumunium nisbi tinggi,
kadar Fe rendah dan tidak atau sedikit mengandung kuarsa (SiO2) bebas atau tidak
mengandung sama sekali. Bentuknya menyerupai cellular atau tanah liat dan kadang-
kadang berstruktur pisolitic. Secara makroskopis bauksit berbentuk amorf. Kekerasan
bauksit berkisar antara 1 3 skala Mohs dan berat jenis berkisar antara 2,5 2,6.
Kondisi kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit secara optimum
adalah ;
1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya alumunium
2.Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
3.Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah
4.Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
5.Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
6.Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan terjadinya
pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan
Pelaksanaan dan Peralatan
Peta dasar
Foto Udara
Alat surveying, ukur atau GPS
Alat kerja :
1. Palu 5. Alat geofisika
2. Kompas 6. Alat sampling
3. Meteran 7. Altimeter
4. Kantong sampel 8. Alat bor dll
Alat tulis
Alat komunikasi
Keperluan sehari-hari
Obat-obatan atau P3K

B. Metode Penambangan
Tambang bauksit berupa surface mining. Endapan bauksit di setiap lokasi mempunyai kadar
yang berbeda-beda, sehingga penambangannya dilakukan secara selektif dan pencampuran salah
satu cara untuk memenuhi persyaratan ekspor.
Metode dan urutan penambangan bijih bauksit secara umum adalah :
1.Pembersihan lokal (land clearing) dari tumbuh-tumbuhan yang terdapat diatas endapan bijih
bauksit.
2.Pengupasan lapisan penutup (Strepping of overburden) yang umumnya memeliki ketebalan 0,2
meter. Untuk pengupasan lapisan penutup digunakan bulldozer.
3. Penggalian (digging) endapan bauksit dengan excavator dan pemuatan bijih dengan dump
truck.
4. pencucian
5. Pengangkutan bijih bauksit bersih
6. Penimbunan dan pengapalan
7. Penanganan Tailing dan Air Limbah
8. Reklamasi dan Revegetasi
Proses Pengolahan Bauksit
Penambangan bauksit dilakukan dengan penambangan terbuka diawali dengan
landclearing. Setelah pohon dan semak dipindahkan dengan bulldozer, dengan alat yang sama
diadakan pengupasan tanah penutup. Lapisan bijih bauksit kemudian digali dengan shovelloader
yang sekaligus memuat bijih bauksit tersebut kedalam dump truck untuk diangkut ke instalansi
pencucian. Bijih bauksit dari tambang dilakukan pencucian dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitasnya dengan cara mencuci dan memisahkan bijih bauksit tersebut dari unsur lain yang
tidak diinginkan, missal kuarsa, lempung dan pengotor lainnya. Partikel yang halus ini dapat
dibebaskan dari yang besar melalui pancaran air (water jet) yang kemudian dibebaskan melalui
penyaringan (screening). Disamping itu sekaligus melakukan proses pemecahan (size reduction)
dengan menggunakan jaw crusher.
Cara-cara Leaching :

1. Cara Asam (H2SO4)


Hanya dilakukan untuk pembuatan Al2(SO4)3 untuk proses pengolahan air minum dan pabrik
kertas.
Reaksi dapat dipercepat dengan menaikkan temperatur sampai 180 C (Autoclaving)
KalsinasiCocok untuk lowgrade Al2O3 tetapi high SiO2 yang tidak cocok dikerjakan dengan
cara basa.
Hasil Basic-Al-Sulfat dikalsinansi menjadi Al2O3, kelemahan cara ini adalah Fe2O3 ikut larut.

2. Cara Basa (NaOH), Proses Bayers (Th 1888)


Ada 2 macam produk alumina yang bisa dihasilkan yaitu Smelter Grade Alumina (SGA) dan
Chemical Grade Alumina (CGA). 90% pengolahan bijih bauksit di dunia ini dilakukan untuk
menghasilkan Smelter Grade Alumina yang bisa dilanjutkan untuk menghasilkan Al murni.
Reaksi Pelindian:
Mineral Bijih:
Al2O33H2O + 2 NaOH = Na2OAl2O3 + 4 H2O (T =140 C, P= 60 psi)
Impurities:
SiO2 + 2 NaOH = Na2OSiO2 + H2O (Silika yang bereaksi adalah silika reaktif)
2(Na2OSiO2) + Na2OAl2O3+2H2O = Na2OAl2O3SiO2 (Tidak larut) + 4 NaOH
Dalam proses ini dibatasi jumlah silika reaktifnya karena sangat mengganggu dengan
menghasilkan doubel Na-Al-Silikat yang mempunyai sifat tidak larut. Fe2O3 dan TiO2 tidak
bereaksi dengan NaOH dan tetap dalam residu (Red Mud), sedangkan V2O5, Cr2O3, Ga2O3
larut sebagai by product.
- Reaksi Presipitasi:
Dilakukan dengan memanfaatkan hidrolisa karena pendinginan T=60-65 C sampai 38-43 C, t =
100 jam
Na2O33H2O + 4 H2o = Al2O33H2O(s) + 2 NaOH
- Kalsinasi:
Al2O33H2O = Al2O3(pure) + 3 H2O(g) (T=1200 C)
3. Cara Sintering dengan Na2CO3 (Deville-Pechiney)
Sintering dilakukan dalam Rotary Kiln 1000 C selama 2-4 jam, cocok untuk bijih dengan high
Fe2O3 dan SiO2.
Reaksi-reaksi:
Al2O3 + Na2CO3= NaAlO2 + CO2(g)
Fe2O3 + Na2CO3 = Na2OFe2O3 + CO2(g)
TiO2 + Na2CO3 = Na2OTiO2 + CO2(g)
SiO2 + Na2CO3 = Na2OSiO2 + CO2(g)
4. Dengan proses elektolisa
Bahan utamanya adalah bauksit yang mengandung aluminium oksida. pada katoda terjadi reaksi
reduksi, ion aluminium (yang terikat dalam aluminium oksida) menerima electron menjadi atom
aluminium,
4 Al(3+) + 12 e(1-) > 4 Al
Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, dimana ion-ion oksida melepaskan elektron menghasilkan gas
oksigen.
6 O(2-) > 3 O2 + 12 e(1-)
logam aluminium terdeposit di keping katoda dan keluar melalui saluran yang telah disediakan.
6. Manfaat Bahan Galian Bauksit
Untuk Proses pembuatan alumunium, Bauksit dilelehkan menjadi alumina yang
kemudian diolah menjadi alumunium. Kedua proses olahan ini menggunakan banyak sekali
tenaga lsitrik. Australia merupakan produsen bauksit dan alumina yang terbesar di dunia.
Alumunium digunakan untuk membuat panci karena merupakan penghantar panas yang sangat
efisien. Alumunium juga digunakan untuk membuat benda yang harus ringan bebannya, seperti
pesawat terbang atau bahan-bahan untuk atap. Jepang dan negara Asia lainnya membeli sebagian
besar alumunium yang diproduksi di Australia.

Anda mungkin juga menyukai