Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan
tersebut antara lain nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, gabro, basalt, hornfels, schist, slate, kaolinitic, shale, limestone dan phonolite. Apabila batuan- batuan tersebut mengalami pelapukan, mineral yang mudah larut akan terlarutkan, seperti mineral mineral alkali, sedangkan mineral mineral yang tahan akan pelapukan akan terakumulasikan.
Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar alumunium
nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan tidak atau sedikit mengandung kuarsa (SiO2) bebas atau tidak mengandung sama sekali. Bentuknya menyerupai cellular atau tanah liat dan kadang-kadang berstruktur pisolitic. Secara makroskopis bauksit berbentuk amorf. Kekerasan bauksit berkisar antara 1 3 skala Mohs dan berat jenis berkisar antara 2,5 2,6. Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu. Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral silikat dan lempung akan terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan sedangkan oksida alumunium dan oksida besi terkonsentrasi sebagai residu. Proses ini berlangsung terus dalam waktu yang cukup dan produk pelapukan terhindar dari erosi, akan menghasilkan endapan lateritik.Kandungan alumunium yang tinggi di batuan asal bukan merupakan syarat utama dalam pembentukan bauksit, tetapi yang lebih penting adalah intensitas dan lamanya proses laterisasi.
A. KONDISI-KONDISI UTAMA YANG MEMUNGKINKAN TERJADINYA ENDAPAN
BAUKSIT SECARA OPTIMUM Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya alumunium Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering) Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN BAUKSIT
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengendapan bauksit seperti yang disebutkan oleh Alcomin (1974), adalah sebagai berikut: Sumber batuan yang kaya akan unsur-unsur Al.Wilayah Sub tropis dengan lingkungan penguapan yang tinggi.Suhu harian rata-rata >25C.Topografi bergelombang.Daerah Stabil (old continental/stadium tua).Formasi batuan yang berada diatas mata air permanen. Beberapa faktor eksternal juga dapat mempercepat proses pelapukan seperti struktur geologi, frekuensi curah hujan dan suhu harian yang tinggi (daerah subtropis), dan juga asam organik. Yang terakhir ini berasal dari tanaman yang akan menurunkan pH tanah menjadi <4. Pada pH <4 dan pH>9 elemen Al2O3 akan dilepaskan, tetapi SiO2 hanya akan terlepas pada pH> 9 - pH 10. Karena pH normal air tanah adalah 7 maka pada kedalaman tertentu akan terjadi pelepasan Al2O3 dan SiO2, hal ini sudah tentu terkait dengan topografi yaitu pada kondisi slope yang pendek.
C. CARA PENAMBANGAN BAUKSIT
Perlu melakukan eksplorasi kembali beberapa daerah yang pernah di tambang sampai kedalaman maksimal yang masih mengandung endapan bauksit sehingga daerah tersebut layak tambang mencapai 5 (lima) meter kedalaman. Tetap menggunakan metoda yang sama dalam perhitungan cadangan, akan tetapi sumur uji untuk percontohan perlu dirapatkan. Perlunya pendistribusian air bersih dari perusahaan kepada masyarakat sekitar tambang, tidak hanya lingkungan kompleks tambang saja. Tanah penutup yang kondisinya asam, perlu dilakukan netralisir dengan ditaburi kapur/dolomit sehingga mudah ditanami serta memilih tanaman yang mudah daunnya lapuk. Mineral ikutan seperti; Rutil, Zirkon dan lainya dapat dimanfaatkan sebagai nilai tambah untuk dipergunakan dalam keperluan teknologi tinggi. Kolam-kolam sedimentasi hanya berfungsi sebagai pengendapan pasir dan lumpur, sedangkan air hasil pencucian yang dibuang kelaut perlu dipantau secara periodik, karena bisa mencemari laut sekitar. Penataaan kembali lahan bekas penambangan pasir darat dan granit di wilayah Bintan Timur dan bisa dimanfaatkan sebagai tempat obyek wisata, tempat penampungan air bersih dan kolam ikan darat. Agar dilakukan sosialisasi Rencana PenutupanTambang, serta meng antisifasi dampak langsung terhadap masyarakat dan pemerintah daerah. Harus kerjasama antar intansi terkait (antara lain Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah) mengenai kondisi tanah agar aman mendirikan bangunan dan tidak membahayakan masyarakat.