Anda di halaman 1dari 34

Pengelolaan sumber daya

barang tambang mineral


strategis

Bauksit , Perak, dan Titanium

By : Group 4
1. Ade Rizal
2. Bachrain Arief
3. Garin Aulia Gaffar
4. Naurah Ma’aayisya
5. Riswanda Syahputra Harahap
6. Yoga Mulya Saputra
7. Zatsiatus Sya’diah
BAUKSIT
MINERAL BAUKSIT
Bauksit merupakan mineral bijih utama alumunium yang
terdiri atas hydrous alumunium oksida dan alumunium
hidoksida yakni mineral gibbsite Al(OH)3, boehmite y-ALO(OH)
dan dispore a-ALO(OH) bersama-sama dengan oksida besi
geothite dan bijih besi, mineral tanah liat kaolinit dan sejumlah
kecil anatase Tio2. dan mineral ini ditemukan pertamakali pada
tahun 1821 oleh geolog yang bernama piere berthier. Nama
mineral ini merupakah nama dari desa les baux di selatan
Perancis.
GENESA BAUKSIT

Secara umum, genesa bauksit dibagi menjadi dua tipe, yaitu:


A.Genesa primer – pada tahap magmatic dan hydrothermal
B.Genesa sekunder – laterisasi (pengayaan dan
metamorphose),
Genesa sekunder
Genesa sekunder merupakan genesa yang paling dominan di
dunia, terutama di negara beriklim tropis hingga subtropis. Berikut
adalah penjelasan dari genesa sekunder endapan bauksit:
• Endapan bauksit laterit terbentuk di daerah tropis dan subtropis pada
daerah perbukitan yang relatif landai, yang memungkinkan terjadinya
pelapukan yang sangat kuat.
• Bauksit dapat terbentuk dari batuan–batuan yang mempunyai kadar
aluminium relatif tinggi, kadar Fe rendah dan sedikit mengandung
kadar kuarsa (SiO₂) bebas.
• Batuan yang memenuhi persyaratan itu diantaranya ialah basal,
syenit, nefelin, hornfels yang berasal dari batuan beku, batuan
lempung atau serpih (clay atau shale).
• Batuan – batuan di atas akan mengalami laterisasi, pelindian silica dan
pengayaan Al secara kuat.
Genesa sekunder

• Temperatur tahunan +- 22°C dan curah hujan tahuan > 1.200 mm.
• Batuan-batuan asal akan mengalami proses laterisasi, yaitu proses
yang terjadi karena pergantian temperatur sehingga batuan
mengalami pelapukan dan terpecah-pecah. Pada musim hujan, air
memasuki rekahan-rekahan dan menghanyutkan unsur-unsur yang
mudah larut, sementara unsur-unsur yang sukar larut tertinggal di
batuan induk. Kelembapan menjadi faktor penting juga.
• Selanjutnya unsur-unsur yang mudah larut seperti Na, K, Mg, dan
Ca dihanyutkan oleh air, residu yang ditinggalkan (laterit) menjadi
kaya dengan hidro oksida aluminium (Al(OH)₃) yang kemudian oleh
proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit.
• Relief terlalu landai mengakibatkan laju infiltrasi rendah, sehingga
laterisasi kurang intens, relief berbukit (maksimal 200m) sangat
mendukung adanya vertical infiltration.
FAKTOR PENGONTROL PEMBENTUKAN
ENDAPAN BAUKSIT
a. Litologi Bedrock
o Bauksit dapat terbentuk dari berbagai macam batuan primer.
o Kandungan Al awal pada batuan induk:
30-35 % untuk batuan sedimen kaolinit.
10-15% untuk granit dan basal.
Batuan dengan kandungan Al kurang dari 15% dapat membentuk
bauksit.
o Proses pengayaan Al terutama dikontrol oleh rasio Al, Si dan
kecepatan pelapukan.
o Kandungan rendah Fe juga merupakan faktor penting, dimana Fe
yang tinggi dapat membentuk formasi laterit ferruginous.
FAKTOR PENGONTROL PEMBENTUKAN
ENDAPAN BAUKSIT
b. Geomorfologi
o Seting geomorfologi merupakan hal yang perlu diperhatikan
dalam bentang laterit yang luas sebagai hasil dari pelapukan dan
erosi yang terus menerus.
o Bauksit laterit pada masa lampau terbentuk pada permukaan
datar dan ditemukan sebagai bagian dari dataran tinggi pada masa
kini.
o Dataran tinggi bauksit merupakan sisa dari permukaan datar
pada masa lampau yang memiliki kemiringan 1° - 5°, sehingga
secara regional paleo-surface yang sama mungkin terjadi pada
ketinggian yang berbeda.
FAKTOR PENGONTROL PEMBENTUKAN
ENDAPAN BAUKSIT
c. Kondisi iklim dan paleo-climate
o Bauksitisasi adalah proses laterisasi yang ekstrem, dimana terjadi
pelindian silika dan pengayaan Al secara kuat.
o Paragenesis mineralogi dari bagian atas profil pelapukan
dikontrol oleh kelembaban atmosfer dalam jangka waktu yang
lama.
o Bauksitisasi terjadi pada kondisi temperatur ± 22ºC, curah hujan
rata-rata 1.200 mm (Bardossy dan Aleva, 1990).
o Jika terjadi musim kering yang lama, maka orthobauxite tidak
akan terbentuk dimana yang akan terbentuk yaitu alumino-
ferruginous duricrust (Tardy, 1997).
KLASIFIKASI BAUKSIT
Bauksit dapat diklasifikasikan berdasarkan
genesanya dari sisi host rocknya
a. Bauksit pada batuan klastik yang kasar
Jenis ini berasal dari batuan beku yang telah berubah menjadi metamorf di
daerah yang beriklim tropis dan berumur Tersier Awal. Permukaan
daerahnya telah mengalami erosi dan dijumpai bauksit dalam bentuk
boulder. Tekstur pisolitik dan bentuknya menyudut dengan kadar bauksit
tinggi dalam bohmit dengan posisi letaknya sesuai dengan kemiringan
lereng.
b. Bauksit pada terrarosa
Jenis terrrarosa banyak terdapat di sekitar Mediterranian di Eropa
yang merupakan fraksi-fraksi dari hasil pelapukan batukapur atau
dolomite dan sebagian diaspor (Al₂O₃H₂O). Jenis ini mempunyai ikatan
monohidrat, karena itulah endapan jenis terarosa mempunyai kadar
alumina yang besar dibandingkan endapan jenis laterit.
Bauksit dapat diklasifikasikan berdasarkan genesanya dari sisi host
rocknya

c. Bauksit pada batuan sedimen klastik


Dijumpai pada lingkungan pengendapan sungai stadium tua atau pada delta.
Karena tertransportasi, material rombakan terbawah ke laut. Sedimen klastik
berada di atas ketinggian dasar melapuk mengandung perlapisan gravel pasir,
lempung koalinit dan kadang lignit membentuk delta corong. Deposit bauksit
jenis ini yang ekonomis adalah berumur Paleosen.
d. Bauksit pada batuan karbonat
Deposit bauksit pada batu gamping kadarnya tinggi dan berumur Paleosen.
Perkembangannya tidak berada dipermukaan tetapi pada kubah-kubah
gamping.
e. Bauksit pada batuan phospat
Al phospat berwarna abu-abu, putih kehijauan dan bersifat parous yang terisi
oleh berbagai material. Lapisan bawahnya mengandung lempung antara
montmorilonit dengan atapulgit. Beberapa lapisan dalam bentuk Ca-posfat,
berstruktur oolitik dan dijumpai pula pseudo-oolitik fluorapatit. Di bagian ini
mengandung Al posfat dengan mineral krandalit [(Ca Al₃H(OH₆) / (PO4)] yang
sangat dominan dibandingkan dengan augilit [(Al₂ (OH₃) / (PO4)].
klasifikasi bauksit berdasarkan letak
depositnya
1. Deposit Bauksit residual
2. Deposit bauksit koluvial
3. Deposit bauksit alluvial pada perlapisan
4. Deposit bauksit alluvial pada konglomerat kasar
Jenis Bauksit berdasarkan kompisisi mineral
yang terkandung

o Protobauxite – tanah laterit (dominan gibbsite & goethite


pada iklim lembab) - Indonesia
o Orthobauxite – dominan gibbsitic (3 profiles = ferrigeneous,
bauxite zone, clay zone) - Australia
o Cryptobauxite – dominasi kaolin yang mengapit profile
bauxite (Tidak Ekonomis) - Brazil
o Metabauxite – bauksit laterit dengan kadar SiO₂ rendah,
rendah Fe dan tinggi Al, dataran tinggi tropis.
PENGUSAHAAN DAN PENAMBANGAN
BAUKSIT DI INDONESIA
Secara umum, dalam industri pertambangan kegiatan eksplorasi
ditujukan sebagai berikut (Notosiswoyo et al., 2010) :
1. Mencari dan menemukan cadangan bahan galian baru.
2. Mengendalikan (menambah) pengembalian investasi yang
ditanam, sehingga pada suatu saat dapat memberikan keuntungan
yang ekonomis (layak).
3. Mengendalikan (penambahan/pengurangan) jumlah cadangan
yang merupakan dasar dari aktivitas penambangan.
4. Mengendalikan atau memenuhi kebutuhan pasar atau industri.
5. Diversifikasi sumberdaya alam.
6. Mengontrol sumber-sumber bahan baku sehingga dapat
berkompetisi dalam persaingan pasar.
Secara garis besar metoda yang digunakan pada kegiatan eksplorasi ini dapat dibagi dalam tahapan:

1. Pengumpulan data sekunder yang terkait,

2. Pemetaan lapangan,

3. Pemetaan geofisika udara (Gravity Method) *

4. Pemetaan geofisika darat (Gravity Method) ** dan geokimia,

5. Pengambilan conto bauksit, batuan, pasir, tanah dengan paritan dan sumur uji,

6. Pengikatan titik koordinat pemercontoan, menggunakan GPS dan juga Total Station (TS),

7. Pemboran inti.

Setiap tahapan/proses eksplorasi harus dapat memenuhi strategi pengelolaan suatu proyek/pekerjaan
eksplorasi, antara lain:

a. Memperkecil resiko kerugian,

b. Memungkinkan penghentian kegiatan sebelum meningkat pada tahapan selanjutnya jika dinilai
hasil yang diperoleh tidak menguntungkan,

c. Setiap tahapan dapat melokalisir (menambah/mengurangi) daerah target sehingga probabilitas


memperoleh keuntungan lebih besar, dan

d. Memungkinkan penganggaran biaya eksplorasi per setiap tahapan untuk membantu dalam
pengambilan keputusan.
PENAMBANGAN BAUKSIT

1. Pengupasan tanah pucuk (land clearing)


Mula-mula dengan menyingkirkan tumbuh-tumbuhan penutup, disusul dengan
pengupasan lapisan tanah penutup setebal 20-100 cm oleh bulldozer atau scraper, proses
pengupasan tanah penutup dilakukan untuk menghilangkan material yang menutupi
endapan bauksit dengan kadar yang lebih tinggi untuk menghilangkan dan mengurangi
pengotor pada saat pencucian serta, mengkonservasi tanah pucuk agar tetap terjaga
kualitasnya pada saat akan digunakan dalam kegiatan revegetasi.
2. Penggalian dan Pemuatan (Excavation and Loading)
Lapisan bijih bauksit yang mempunyai ketebalan 2-5 m kemudian digali dengan backhoe,
shovel atau bucket wheel excavator, sekaligus memuatnya kedalam dump truck. Material
hasil pembongkaran tersebar di lantai jenjang dan dikumpulkan dengan alat wheel
loader agar dapat dimuat. Dalam pemilihan alat muat yang digunakan harus sesuai
dengan beberapa faktor diantaranya :
o Kapasitas alat angkut
o Besar produksi yang diiginkan
o Keadaan lapangan
o Jenis material atau batuan
o Keterampilan Operator
o Iklim atau cuaca
PENAMBANGAN BAUKSIT

3. Pengangkutan (Hauling)
Selanjutnya diangkut ketempat pencucian guna menghilangkan tanah dan
lumpur. Operator pengangkutan material produktivitasnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu;
o Kondisi jalan
o Jarak angkut
o Digging Resistance
o Waktu Edar alat angkut
o Waktu Kerja efektif pengangkutan
o Produksi alat angkut
o Jumlah alat angkut
Setelah dicuci (desliming) yang berfungsi memisahkan bijih bauksit dari unsur
lain seperti pasir dan lempung pengotor, maka dilakukan proses penyaringan
(screening). Bersamaan dengan itu dilakukan pemecahan (size reduction) dari
butiran-butiran yang berukuran lebih dari 3 inchi dengan jaw cruscher yang
kemudian dimuat kembali ke dalam dump truck untuk diangkut ke kapal guna
pemasaran atau dibawa ke pabrik pengolahan bijih bauksit ke alumina.
PENGOLAHAN BIJIH BAUKSIT MENJADI
ALUMINA
Umumnya pengolahan bijih bauksit menjadi alumina menggunakan
proses Bayer, sesuai dengan nama penemunya, Karl Bayer. Jenis bauksit
terhidrat diolah dengan proses Bayer Amerika yang menggunakan suhu
rendah (140° - 170° C), sedangkan jenis monohidrat diolah dengan proses
Bayer Eropa yang menggunakan suhu tinggi (200° - 240° C). Seluruh
proses dilakukan dalam tangki yang disebut pencerna (digester). Larutan
natrium-aluminat yang tebentuk kemudian dipisahkan dari bagian yang
tidak larut (disebut juga red mud). Red mud dibuang sebagai bahan
buangan (tailing/waste), yang terdiri dari oksida besi, silika dan natrium-
alumunium-silika(Al₂O₃Na₂SiO₂) terbentuk karena silika  yang berasal dari
kaolinit bereaksi dengan natrium aluminat.
Selanjutnya larutan NaAlO₂ didinginkan pada suhu 25°-35°C dan
diencerkan dengan air, sehingga terjadi pengendapan Al(OH)₃ yang
kemudian dikentalkan dan dicuci, lalu dimasukkan ke tangki kalsinasi
(calcining kiln) untuk dipanaskan pada suhu suhu 1200°C. Hasilnya berupa
Al₂O₃ (alumina) murni.
PENGOLAHAN ALUMINA MENJADI ALUMUNIUM

• Proses pembuatan logam Al yang lazim digunakan pada waktu ini,


adalah proses elektrolisa atau reduksi elektrolit dengan metode Hall &
Heroult. Proses terjadi di dalam suatu bak (kontainer) terbuat dari baja
dan dilapisi batu tahan api. Lapisan batu tahan api masih dibungkus lagi
dengan lapisan karbon (C) yang berfungsi sebagai katoda. Bak kontainer
telah berisi cairan kriolit (Na₂AlF₆) berfungsi sebagai elektrolit yang
kemudian di dalam cairan kriolit dicelupkan anoda-anoda (elektroda)
terbuat dari karbon. Panas yang timbul diusahakan tetap 990°C, agar
bahan yang dimasukkan dapat mencair.
• Alumina yang berupa bubuk dituangkan dari corong (hopper), sesudah
bercampur dengan cairan panas di bawahnya alumina akan terurai.
Logam Al akan mengendap pada lapisan karbon, karena beratnya
terkumpul dibagian bawah cairan. Setiap dua (2) atau tiga (3) hari,
logam Al yang terkumpul dikeluarkan melalui lubang tap untuk dituang
menjadi balokan, butiran (billets) dll. Untuk pembuatan 1 ton Al
dibutuhkan 1,88 ton alumina dan 14.000-15.000 KWH energi.
PEMASARAN BAUKSIT
Dalam industri pengolahan bauksit menjadi alumina ada dua jenis, yakni chemical
grade alumina yang produk hilirnya merupakan industri kimia, seperti kosmetik dan
jenis lainnya adalah smelter grade alumina, yang produk hilirnya adalah industri
aluminium. Aluminium dan aloinya telah digunakan dalam berbagai hal. Banyak
diantaranya memanfaatkan kerapatan aluminium yang rendah, suatu keunggulan
dibanding besi atau baja jika diinginkan materi yang lebih ringan seperti untuk
industri transportasi, yang menggunakan aluminium untuk kendaraan mulai dari
mobil sampai satelit. Konduktivitas listrik aluminium yang tinggi dan kerapatannya
yang rendah membuatnya sangat berguna untuk digunakan dalam kabel transmisi
listrik.
Walau konduktivitas listriknya hanya 60% dari tembaga, tetapi ia digunakan sebagai
bahan transmisi dikarenakan ringan. Aluminium murni sangat lunak dan tidak kuat.
Tetapi dapat dicampur dengan tembaga, magnesium, silikon, mangan, dan unsur-
unsur lainnya untuk membentuk sifat-sifat yang menguntungkan. Campuran logam ini
penting kegunaannya dalam konstruksi pesawat moderen dan roket. Logam ini jika
diuapkan di vakum membentuk lapisan yang memiliki reflektivitas tinggi untuk
cahaya yang tampak dan radiasi panas. Lapisan ini menjaga logam dibawahnya dari
proses oksidasi sehingga tidak menurunkan nilai logam yang dilapisi.
PERAK
PERAK
Perak adalah logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan logam emas,
yang mempunyai warna putih. Mineral-mineral yang terpenting yang mengandung perak
adalah Perak alam (Ag), Argentite (Ag2S), Cerrargyrite (AgCl), Polybasite (Ag16 Sb2 S11),
Proustite (Ag2 As S3) dan Pyrargyrite (Ag3 Sb S3). Kebanyakan perak di dunia berasal dari
cebakan hydrothermal yang mengisi rongga-rongga.
Undang-Undang pertambangan no 37 tahun 1960 dan Undang-Undang pokok no
11 tahun 1967 pasal 3,Perak termasuk kedalam golongan B dimana Bahan galian
golongan B (bahan galian Vital) adalah bahan galian yang mempunyai peranan penting
untuk kelangsungan kegiatan perekonomian Negara dan dikuasai oleh Negara dengan
meyertakan rakyat, misalnya emas, perak, intan, timah hitam, belerang, air raksa dan
lain-lain. Bahan galian ini dapat dikuasai oleh badan usaha milik Negara ataupun
bersama-sama dengan rakyat.
Perak antara lain ditambang di Jawa Barat (Cikotok dan Pongkor), Papua (Freeport,
Timika), Kalimantan Barat (Sambas), Nanggroe Aceh Darussalam (Meulaboh), Sulawesi
Utara (Bolaang Mongondow, Minahasa), Riau (Logos), dan Bengkulu ( Rejang Lebong)
beberapa daerah di bagian Nusa Tenggara juga merupakan salah satu daerah penghasil
perak terbesar di Indonesia.
SEJARAH PERAK (SILVER)

Perak telah digunakan selama ratusan tahun untuk


ornament dan perabot, perdagangan, dan sebagai dasar
dari system moneter. Nilainya sebagai logam berharga
(preceus metal) telah lama diakui hanya kalah dengan emas.
Istilah silver telah muncul dalam bahasa Anglo Saxon
dengan ejaan yang beragam, seperti seolfor dan siolfor.
Bentuk serupa tampak juga dalam bahas Jerman dan
bahasa jerman kuno dengan ejaan silabar dan silibir. Simbol
kimia Ag berasal dari bahasa Latin untuk “perak”, argentum
(bandingkan dengan Yunani Kuno, argyros), dari akar Proto-
Indo-Eropa *h2erg).
GENESA PERAK
Keterjadian perak biasanya bersamaan dengan emas. Emas dan
perak terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di
permukaan. Beberapa endapan terbentuk dari proses
metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endap an letakan
(placer). Genesa emas dan perak dikategorikan menjadi dua yaitu
endapan primer dan endapan placer.
Emas dan perak terdapat di alam dalam dua tipe deposit, pertama
sebagai urat (vein) dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi
dengan urat kuarsa. Lainya yaitu endapan atau placer deposit, dimana
emas dari batuan asal yang tererosi terangkut oleh aliran sungai dan
terendapkan. Perak native terbentuk karena adanya kegiatan
vulkanisma, bergerak berdasarkan adanya panas di dalam bumi.
JENIS UTAMA ENDAPAN PERAK

ENDAPAN PERAK PRIMER :


a) Endapan Ag yang berasosiasi dengan sulfida, zeolite, kalsit,
barit, fluorit, dan kuarsa, seperti yang ditemukan di Kongsberg,
Norwegia.
b) Endapan Ag berasosiasi dengan arsenides dan sulfide dari
kobalt, nikel dan bishmuth, contonya di Freiberg dan
Schneeberg di Jerman, dan
c) Endapan Ag berasosiasi dengan uraninit (UO2) dan mineral
kobalt-nikel, seperti di Great Bear Lake, Kanada.
ENDAPAN PERAK SEKUNDER merupakan hasil transportasi dari
endapan primer umum disebut dengan perak endapan plaser,
sedangkan asosiasi emas atau emas dan perak bersamaan hadir
dengan mineral mineral silikat, platina, pirit dan lainya.
MANFAAT DAN KEGUNAAN DARI PERAK

Adapun beberapa manfaat dan kegunaan dari perak antaralain :


 Perhiasan : Manfaat perak paling utama adalah sebagai salah satu perhiasan. Perak tidak
dapat mengalami korosi, sama seperti emas, namun dengan harga yang lebih terjangkau
dibandingkan produk perhiasan dari emas.
 Investasi
 Ornamen dan hiasan
 Penghantar listrik dan pengganti kawat tembaga
 Mata busi
 Bahan baku pembuatan medali (penghargaan)
 Bahan baku pembuatan uang koin
 Pemurnian air : Aksi katalitik perak, bekerja sama dengan oksigen, mensanitasi air dan
menghilangkan kebutuhan klorin. Ion perak juga ditambahkan ke dalam sistem pemurnian
air di rumah sakit, sistem air komunitas, kolam renang dan spa, menggantikan klorin.
 Amalgam gigi (penambal gigi) : perak digunakan sebagai bahan campuran untuk
pembuatan Amalgam gigi
 Pewarna biologi : Pewarna perak digunakan untuk mewarnai protein dalam elektroforesis
gel dan gel poliakrilamida, baik sebagai pewarna utama atau untuk meningkatkan visibilitas
dan kontras warna koloid emas, dan masih banyak manfaat lainnya yang dimiliki.
TITANIUM
TITANIUM
Titanium adalah logam yang kuat, tahan terhadap korosi, dan bersifat inert. Titanium merupakan unsur
paling melimpah ke-9 di dalam kerak bumi. Titanium adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki simbol Ti dengan nomor atom 22. Unsur ini merupakan logam transisi sehingga orang sering
menyebutnya sebagai logam titanium.

Sejumlah kecil titanium terbentuk hampir di setiap batuan. Titanium adalah konstituen penting pada
beberapa mineral yang cukup langka yang ada di permukaan bumi. Sekitar 90% titanium yang ada di
kerak bumi terdapat didalam mineral ilmenit .

Ilmenit merupakan titanium oksida besi dengan komposisi kimia FeTiO3. Selain dalam mineral ilmenit,
titanium juga dapat hadir pada beberapa mineral seperti anatase, brookite, leucoxene, perovskit, rutil,
dan sphene.

Titanium adalah logam paling banyak kesembilan di kerak Bumi. Titanium tidak ditemukan secara bebas
di alam tetapi ditemukan dalam mineral seperti rutile (titanium oksida), ilmenit (besi titanium oksida) dan
sphene (titanite atau kalsium titanium silikat).

Secara komersial, logam diisolasi menggunakan proses Kroll yang awalnya di buat dari titanium oksida
dari mineral ilmenite. TiO2 oksida kemudian diubah menjadi klorida (TiCl4) melalui karboklorinasi. Ini
kemudian dikondensasi dan dimurnikan dengan distilasi fraksional dan kemudian direduksi dengan
magnesium cair dalam atmosfer argon
SEJARAH PENEMUAN TITANIUM
Penemuan Titanium diumumkan pada 1791 oleh ahli geologi amatir
Pendeta William Gregor dari Cornwall, Inggris. (1), (2) Gregor
menemukan pasir hitam magnetik yang tampak seperti mesiu di
sungai di paroki Mannacan di Cornwall, Inggris. (Pasir ini sekarang
disebut sebagai ilmenit , ini merupakan campuran yang terutama
terdiri dari oksida besi dan titanium.)
Gregor menganalisa pasir, menemukan itu adalah sebagian besar
magnetit (Fe3O4) dan oksida yang agak tidak murni dari logam baru,
yang ia gambarkan sebagai ‘kapur kemerahan coklat.’
Kapur ini menjadi kuning ketika dilarutkan dalam asam sulfat dan ungu
ketika direduksi dengan besi, timah atau seng. Gregor menyimpulkan
bahwa dia berurusan dengan logam baru, yang dia namakan
manaccanite untuk menghormati paroki Mannacan. Setelah
menemukan logam baru, Gregor kembali ke tugas pastoralnya.
SEJARAH PENEMUAN TITANIUM
Sedikit lebih banyak terjadi dalam cerita kami sampai 1795,
ketika ahli kimia Jerman terkenal Martin Klaproth mengalami
getaran menemukan unsur logam baru. Klaproth disebut
titanium logam baru, setelah Titans, putra-putra dewi Bumi
dalam mitologi Yunani.
Klaproth menemukan titanium dalam rutil mineral rutile,
dari Boinik, Hongaria. Sama seperti kapur Gregor, rutile nya
berwarna merah. Pada 1797 Klaproth membaca akun Gregor
dari 1791 dan menyadari bahwa oksida merah di mana dia telah
menemukan titanium dan oksida merah di mana Gregor telah
menemukan manaccanite ternyata sama; titanium dan
maccanite adalah elemen yang sama dan Gregor adalah penemu
sejati elemen tersebut.
PEMBENTUKAN TITANIUM
Sebagian besar titanium yang ada di dunia dihasilkan dari pertambangan pasir
mineral berat (heavy mineral sand). Pasir mineral yang banyak mengandung
mineral-mineral titanium ini terbentuk dari hasil pelapukan massa batuan beku
seperti gabro, norite, serta anorthosite. Batuan-batuan tersebut mengandung
mineral titanium bearing seperti ilmenit, anatase, brookite, leucoxene, perovskit,
rutil, juga sphene.
Ketika batuan-batuan yang mengandung titanium bearing tersebut mengalami
pelapukan dan erosi, hanya titanium yang mampu bertahan. Kemampuan titanium untuk
bertahan dari proses tersebut dikarenakan sifatnya yang cenderung lebih resisten
dibandingkan mineral lainnya di dalam batuan tersebut.
Setelah terdisintegrasi dari batuan induknya, mineral pembawa titanium akan
diangkut ke hilir oleh aktivitas air dalam bentuk butiran pasir dan lumpur. Selanjutnya,
pasir dan lumpur akan terdeposit sebagai endapan placer di sepanjang garis pantai.
Deposit placer titanium inilah yang biasanya dikeruk atau ditambang.
Deposit titanium juga dapat terjadi di sebuah lingkungan dimana mineral titanium
diendapkan selama periode permukaan laut lebih tinggi dari sekarang atau biasa dikenal
dengan istilah progradasi endapan pantai. Pasir mineral berat kemungkinan akan
mengandung beberapa persen berat ilmenit serta mineral titanium bearing lainnya
KARAKTERISTIK
1. Titanium murni adalah logam yang ringan, berwarna putih
keperakan, keras, dan berkilau. Logam ini memiliki kekuatan
yang sangat baik dan ketahanan korosi dan juga memiliki rasio
kekuatan terhadap berat yang tinggi.
2. Laju korosi Titanium sangat rendah sehingga setelah 4000
tahun di air laut, korosi hanya akan menembus logam hingga
ketebalan selembar kertas tipis. (3)
3. Pada suhu tinggi, logam terbakar di udara ,dan luar biasa,
titanium juga terbakar dalam nitrogen murni.
4. Titanium ulet dan mudah dibentuk saat dipanaskan.
5. Logam ini tidak larut dalam air, tetapi larut dalam asam pekat.
Penggunaan Titanium
1. Logam titanium digunakan sebagai agen paduan dengan logam lain
termasuk aluminium, besi, molibdenum dan mangan. Paduan titanium
terutama digunakan di ruang angkasa, pesawat terbang dan mesin di
mana diperlukan material yang kuat, ringan, dan tahan suhu.
2. Sebagai hasil dari ketahanannya terhadap air laut, (lihat di atas)
titanium digunakan untuk lambung kapal, poros baling-baling dan
struktur lain yang terkena laut.
3. Titanium juga digunakan dalam penggantian sendi implan, seperti
sendi pinggul ball-and-socket.
4. Sekitar 95% dari produksi titanium berada pada titanium dioksida
(titania). Pigmen ini sangat putih, dengan indeks bias tinggi dan
penyerapan sinar UV yang kuat, digunakan dalam cat putih, pewarna
makanan, pasta gigi, plastik dan tabir surya.
5. Titanium digunakan dalam beberapa produk sehari-hari seperti mata
bor, sepeda, tongkat golf, jam tangan dan komputer laptop

Anda mungkin juga menyukai