Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ENDAPAN BAUKSIT LATERIT LENGKAP

Posted on January 18, 2016by andi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa atas berkah,
rahmatserta hidayah-Nya, Kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah
Permodelan dan Estimasi Cadanagn dan juga sebagai salah satu Tugas Besar
( MINERALISASI ) mengenai Studi Kasus ENDAPAN BAUKSIT LATERIT
Tidak lupa pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih
kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Permodelan dan Estimasi Cadangan yang
telah membimbimg kami dalam menyelesaikan Makalah kami dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, atau masih banyak
kesalahan dan kekurangan, baik dalam penyajian maupun penyusunan serta segala
sesuatunya. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun sebagai perbaikan atau penyempurnaan pada laporan ini.

Kami berharap agar laporan Kuliah Lapangan ini dapat diterima dan bermanfaat
dengan semestinya.
Akhir kata Kami mengucapkan terima kasih.

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Data Kementerian ESDM tahun 2010, menyatakan bahwa sumber daya bauksit di
Indonesia sebanyak 726.585.010 juta ton bijih dan cadangan 111.791.676 juta ton
bijih. Penyebaran daerah tambang bauksit salah satunya adalah daerah Kalimantan
Barat yng didukung dengan batuan dasar yang bersifat asam-intermediet (seperti
Sienit, Diorit kuarsa, Granodiorit dan Nefelin) sehingga kaya dengan komposisi
unsur Al berumur Pra-tersier (kapur) yang didukung dengan iklim tropis, curah
hujan yang tinggi dan mekanisme proses pelapukan untuk terjadinya proses
lateritisasi pembentukan endapan dan karakterisitik bauksit yang dihasilkan.
Bauksit merupakan mineral sekunder yang dihasilkan melalui proses pelapukan
(lateritisasi) yang terjadi selama berjuta juta tahun yang lampau pada batuan beku
misalnya granit. Pada saat

ini permintaan pasar internasional (terutama china) akan mineral bijih khususnya
bijih bauksit semakin meningkat. Hal ini perlu direspon dengan cara melakukan
eksplorasi pada beberapa tempat yang mempunyai potensi sumberdaya dan atau
cadangan bauksit.
Apabila sistem penambangan terbuka yang akan diaplikasikan terhadap cadangan
bauksit di atas, maka agar dapat ditambang dengan aman perlu dilakukan kajian
geoteknik khususnya kestabilan lereng jenjang penambangan. Salah satu faktor
penyebab ketidakstabilan lereng jenjang adalah nilai besaran sudut kemiringan
lereng tunggal dan atau total. Berbagai nilai besaran sudut kemiringan lereng
disimulasikan berdasarkan karanteristik lapisan pembentuk kelerengan jenjang,
yang pada akhirnya ditentukan nilai besaran sudut kemiringan lereng yang masih
aman untuk dilakukan penambangan (ultimate pit slope) Akibat dari
penentuan ultimate pit slope adalah cadangan yang terambil (mineable reserve)
menjadi terbatas, dan apabila disinergikan dengan harga bauksit dan biaya
penambangan per satuan berat diharapkan didapatkan cadangan yang optimal, baik
dikaji dari segi teknik maupun segi ekonomi.

Tujuan
Tujuan dalam Tugas besar ( Mineralisasi : Endapan Bauksit Laterit ) ini
adalah :
1.
Memaparkan apa hubungan pergerakan lempeng dengan terbentuknya
endapan bauksit laterit.
2.
Mempelajari dan memahami mengenai permodelan pembentukan dari
Bauksit laterit.
3.
Untuk memahami mengenai ganesa pembentukan dari bauksit laterit.

Manfaat

Tugas besar ( Mineralisasi : Endapan Bauksit Laterit ) ini diharapkan


dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.
Dapat mengetahui hubungan pergerakan lempeng dengan terbentuknya
endapan bauksit laterit.
2.
Dapat mengerti permodelan pembentukan dari bauksit laterit.
3.
Dapat mengetahui lebih jelas mengenai genesa pembentukan bauksit laterit.

BAB II
2.1 Pengaruh Tektonik Lempeng
mineral bijih seperi bauksit sebagai hasil proses pelapukan juga merupakan
topik yang sangat menarik untuk dikaji. Karena wilayah Indoesia mempunyai iklim
yang sangat dinamis dengan kondisi geologinya yang sedemikian kompleks, sehingga
pembentukan mineral biji tersebut sangat berpotensi di Indonesia. Kerak di

indonesia tidak stabil sehingga mempermudah proses laterisasi


( pelapukan ). Faktor di atas dapat kita kategorikan sebagai faktor eksternal yaitu
proses yng berasal dari luar bumi antarlain termasuk di dalamnya perubahan iklim
dan lain lain.Faktor internal dapat juga menggangu kesetimbangan lingkungan.
Faktor internal yang dimaksud yaitu kegiatan vulkanik, tektonik, dan keterdapatan
sumber daya mineral dan energi.
Proses laterisasi berhubungan erat dengan tektonik lempeng karena dengan
pergerakan lempeng tersebut, dapat mempermudah proses laterisasi ( pelapukan )
batuan bauksit, sehingga biasanya bauksit terbentuk di dekat kerak yang tidak stabil.
Bauksit laterit dapat terbentuk pada kompleks ophiolit phaneorozoic, banyak
endapan terdapat di area cretaceous hingga miocene yang makin melebar. Kompleks
tersebut biasanya berupa patahan ( fault ) dan kekar ( joint ) dan dipengaruhi oleh
pengangkatan tektonik yang menaikan topografi dan menurunkan permukaan air
tanah, yang mengakibatkan peningkatan aliran air dan intensitas pelapukan.
Di kedua daerah tersebut, zona pengkayaan ( enrichment ) terdalam dengan kadar
tertinggi umumnya berasosiasi dengan patahan curam dan shear. Sebaliknya
patahan thrust besar yang berasosiasi dengan pengisian ( emplacement ) kompleks
ophiolit dan dengan platform olivine yang stabil cenderung membentuk zona
serpentin mylonitik atau batuan ultrafamik talc-karbonat teralterasi yang bersifat
kurang permeabel ( dapat ditembus )dan dapat membentuk penghalang hidromorfik
yang mencegah kosentrasi Al.

2.2 Permodelan

Pada umumnya Bauksit yang terbentuk adalah jenis gibsit yang terbentuk pada
lapisan tanah andosol dan catena, termasuk endapan bauksit residu hasil pelapukan
batuan (insitu). Setiap batuan dasar memiliki karakteristik bauksit tertentu
diantaranya Granodiorit menghasilkan tanah laterit berwarna merah bata dengan
tekstur bauksit agak kasar terdapat mineral kuarsa berukuran 1-3mm dengan
ketebalan lapisan saprolit 7-10m, Diorit kuarsa membentuk endapan tanah laterit
berwarna kuning keorange-an dengan kondisi batuan/sampel lebih halus dengan
mineral yang cenderung lepas dengan ketebalan lapisan saprolit 4-8m, dan Diorit
menghasil kan warna tanah cenderung coklat hingga coklat gelap dengan tanah
laterit berwarna kuning. Sering ditemukan rembesan air, boulder fresh rock,
lempung dan pasir silikaan pada bagian bawah dengan ketebalan lapisan saprolit
relatif lebih variatif yaitu antara 2-8m

Horizon dibagi menjadi Humus (padat vegetasi), tanah (laterit I,


biasanya ditandai dengan butiran halus dan lepas serta batuan dasar
yang ada dibawahnya), Lapisan ferikrit hitam (iron
cap), Ore/saprolit (biji bauksit), dan batuan dasar

Gambar 1. Profil Dinding Testpit, a. Contoh gossan ,b. dan c. Contoh bauksit
Gambar 2. Model statigrafi endapan laterit

1.

Horison tanahadalah lapisan tanah atau bahan tanah yang kurang lebih
sejajar dengan permukaan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan
tanah dan berbeda dengan lapisan disebelh atas ataupun bawahnya yang secara
genetik ada kaitannya. Yang biasanya disebut sebagai tanah penutup ( OB ) atau
lapisan awal yang biasanya berwarna coklat.
2.
Tanah Lateritatau sering disebut juga dengan tanah merah merupakan
tanah yang berwarna merah hingga coklat yang terbentuk pada ligkungan yang
lembab, dingin, dan mugkin genangan-genangan air, Secara spesifik tanah merah
memiliki profil tanah yang dalam,mudah menyerap air memiliki kandungan
bahan organik yang sedang dan pH netral hingga asam dan banyak mengandung
zat besi dan aluminium sehingga baik digunakan pondasi bangunan karena
mudah menyerap air.
3.
Gossan yaitu zona atau lapisan yang terjadi karena pelapukan ( laterisasi)
yang mengakibatkan rongga-rongga kosong yang dapat dimasuki air sehingga
mempercepat proses pelapukan, tetapi pada zona ini hanya sedikit yang
terkandung bauksit laterit dibadingkan pada zona saprolit.
4.
Saprolit yaitu zona dimana mengandung bauksit laterit yang sangat tinggi
kadar aluminiumnya, sehingga penambangan bauksit dilakukan pada zona ini
yang mana ketebalannya berkisar 2-8 m.
Pembentukan ketebalan bauksit ini sangat tergantung kepada morfologi
dimana penebalan pada bagian miring dengan kelerengan 25o,
sedangkan pada lembah dan puncak bukit mengalami penipisan.
Gambar 3. Profil Selatan-Utara laterit bauksit
Gambar 4. Profil Barat daya-Timur Laut laterit bauksit

2.3 Genesa dan Faktor Pembentukan Endapan Laterit Bauksit


Unsur senyawa yang diperhatikan merupakan ikatan pengayaan unsur tunggal yang
bereaksi terhadap media air dan mengendapkan senyawa baru, dalam pertambangan
bauksit senyawa tersebut adalah Aluminium trihidrat (Al2O3), Besi trihidrat
(Fe2O3), Silikat oksida (SiO2), Titanium oksida (TiO2) dan Total silikat (R-SiO2).
Intensifnya perkembangan laterit di daerah tropis basah menyebabkan terbentuknya
tanah laterit.

Pada umumnya proses laterisasi pada bauksit terdiri dari beberapa tahapan, yaitu
pelarutan, transportasi, dan pengendapan kembali mineral. Faktor yang terpenting
pada pelarutan adalah pH, solubility, dan kestabilan mineral. Faktor yang
berpengaruh pada transportasi dan pengendapan kembali mineral adalah iklim,
topografi, morfologi, dan mobilitas unsur. Hasil pelapukan akan ditransportasikan
oleh airtanah atau air hujan, kemudian diendapkan kembali. Proses terjadi dengan
baik pada permukaan tanah landai dengan kemiringan tertentu, keadaan morfologi
dan topografi yang cenderung bergelombang miring.
Beberapa unsur yang sangat penting dalam endapan laterit bauksit adalah Al, Fe, Si
dan Ti. Perbandingan antara nilai Al dan Si merupakan patokan keekonomisan
tambang bauksit. Pada iklim tropis, Ca, Ni, Si dan Ti mengalami pelindian terlebih
dahulu dan lebih mobile dibanding dengan Al dan Fe.Pelarutan dan penguraian
plagioklas, alkali feldspar, besi, aluminium dan silika dalam larutan akan
membentuk suspensi koloid. Pada larutan, besi akan bersenyawa dengan oksida dan
mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air
dengan membentuk mineral geothit FeO(OH), hematit (Fe2O3), dan kobalt (Co)
dalam jumlah kecil, sedangkan Al akan mengendap menjadi endapan bauksit
Al2O3.2H2O (dalam hal ini bauksit secara umum). Pengendapan dikontrol pH
sebagai penetralisir reaksi kimia oleh tanah. Jika konsentrasi air berkurang pada
saat pengendapan laterit bauksit, maka buhmit dan diaspor dapat terbentuk.
Selain itu, pengayaan unsur lainnya yang terikat bauksit adalah R-Si. Unsur ini
merupakan unsur terpisah dari Si yang terbentuk pada laterit bauksit, serta usnsur
yang dipertimbangkan dalam penambangan bauksit. Hal ini disebabkan karena
untuk menguraikan senyawa bauksit nantinya, perlunya penambahan NaOH untuk
mendapatkan bauksit murni. Proses pengayaan dan pengendapan laterit bauksit
paling baik pada topografi miring yang mana proses mobilitas unsur yang rendah,
karena pada bagian puncak cenderung untuk mengalirkan hasil erosi dan respirasi
air meteorik. Sedangkan pada bagian lembah, lebih banyak membentuk endapan
laterit Fe seperti hematit dan limonit sebagai hasil akumulasi material sedimen serta
peresapan larutan. Kehadiran kekar ataupun rekahan akan mempercepat proses
respirasi dan penghancuran batuan sehingga mempengaruhi pembentukan zona
deposit.

Faktor yang terlibat dalam mempengaruhi ketebalan lapisan saprolit


diantaranya :
1.
Waktu dan Perubahan Iklim
Batuan berumur Kapur-Holosen dengan rentang waktu 143 juta tahun dimana
batuan beku dipastikan hadir pada saat 25 juta tahun lalu dengan intensitas lapukan
batuan dimulai 10 juta dimana kedudukan pulau Kalimantan telah stabil.
Kalimantan setiap tahunnya memiliki nilai curah hujan yang tinggi, yaitu sekitar
401-500 mm perbulan dengan temperatur daerah penelitian diperkirakan 32-40o C,
biasanya sangat panas disiang hari dan dingin dimalam hari. Rentang waktu yang
sangat lama dan kondisi perubahan iklim yang tidak menentu dengan intensitas

hujan sangat tinggi mengakibatkan endapan laterit bauksit dapat terbentuk


menyesuaikan jenis batuan serta rekahan struktur geologi.

Gambar 5. Profil pembentukan tanah

1.
Vegetasi dan Proses Pelapukan
Daerah penelitian dominan hutan, tetapi sebagian telah difungsikan sebagai
perkebunan. Sebagai salah satu daerah tropis, perkembangan tumbuhan yang
ditunjang curah hujan yang cukup menjadi faktor utama pelapukan batuan yang ada.
Hal ini ditunjukan dengan terbentuknya horizon tanah penutup setebal 20-30cm.
Pada daerah yang dominan vegetasi, sangat sulit untuk ditemukan batuan dasarnya.
Tanaman yang mati menghasilkan larutan asam humus yang menyebabkan
dekomposisi batuan dan mengubah pH larutan dalam tanah. vegetasi akan
mengakibatkan penetrasi air lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur
akar pohon-pohonan, akumulasi air hujan akan lebih banyak sehingga tanah humus
akan lebih tebal.

Gambar 6. Pembentukan tanah sesuai iklim

1.
Muka Air Tanah dan Morfologi
Berdasarkan pengamatan data testpit, beberapa menunjukkan ketinggian air bawah
permukaan dengan merembesnya air dilubang testpit. Kedalaman rata-rata mata air
ditemukan adalah 10-15m dengan ketinggian 105m dari permukaan laut mengikuti
morfologi yang terbentuk. Bauksit terdiri dari unsur senyawa seperti Al dan Fe yang
tidak mobile sehingga terendapkan kebawah permukaan dimana sumber unsur
tersebut. Media yang paling berpengaruh dalam proses pelindian dan pengendapan

kembali mineral adalah air. Ketika pada suatu daerah memiliki kondisi muka air
tanah yang tidak stabil (masih cenderung naik turun), maka akan mengganggu
proses ikatan senyawa yang ada dan proses lateritisasi akan terus terjadi. Maka dari
itu diperlukan kondisi muka air tanah yang tenang untuk membentuk lapisan
endapan laterit bauksit yang ideal.
BAB III
3.1 Metode Penambangan Bauksit Laterit
Metoda penambangan bauksit dilakukan dengan metoda tambang terbuka sistem
open pit dimana open pit ini diterapkan untuk endapan bijih yang mengandung
logam. Open pit dan open cut dapat dibedakan dari arah penambangannya,
penambangan dengan metoda open pit dilakukan dari permukaan yang relatif
mendatar ke bawah mengikuti endapan bijih, sedangkan open cut dilakukan pada
lereng suatu bukit. Jadi penerapan open pit dan open cut sangat tergantung pada
letak dan bentuk endapan bijih yang akan ditambang.

Dalam sistem penambangan dibatasi oleh beberapa faktor faktor kendala antara
lain ;
1.

Faktor teknik ekonomi yang diwujudkan dalam usaha mendapatkan


perolehan tambang semaksimal mungkin dengan biaya yang sekecil mungkin.
2.
Faktor keamanan dan keselamatan kerja yang diwujudkan dalam usaha
memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam melaksanakan kegiatan
penambangan
3.
Faktor keserasian lingkungan hidup yang diwujudkan dalam usaha mencegah
terjadinya perusakan alam, serta pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
kegiatan penambangan

Metoda yang digunakan dalam pelaksanaan penambangan endapan bauksit adalah


menggunakan metoda tambang terbuka (surface mining) sebab kita dapat ketahui
bahwa endapan bauksit berada di permukaan dengan over burden yang tidak terlalu
dalam pengupasannya.

Gambar 7. Metoda Penambangan Tambang Terbuka Sistem Open Pit

1.

Pengupasan Tanah Penutup (Land Clearing)

Pengupasantanahpenutupmerupakanlangkahawaldimana proses
penambanganendapanbahantambangakandilakukan,
kegiataninidimulaidaripembersihantempatkerjadarisemak semak, pohon
pohonbesardankecil, kemudianmembuangtanahataubatuan yang
menghalangipekerjaan pekerjaanselanjutnya. Setelahpekerjaan di
atasselesaiselanjutnyadilakukanpekerjaanpembabatanataupenebasan yang
meliputi ;meratakan, membuatjalandaruratuntuklewatnyaalat-alatmekanis.
Dalampekerjaanini yang
harusselaludiperhatikanialahmempergunakankeuntungandarigayaberat.

Proses pengupasan tanah penutup dilakukan untuk menghilangkan material yang


menutupi endapan bauksit yang akan ditambang agar dihasilkan endapan bauksit
dengan kadar yang lebih tinggi, dan menghilangkan serta mengurangi pengotor pada
saat dilakukan pencucian.

1.

PenggaliandanPemuatan (Excavation and Loading)

Penggalianadalahsuatukegiatan yang
dilakukanuntukmembongkardanmelepaskanendapanbahantambangdaribatuanindu
knyaataubatuansamping. Beberapaalatgali yang
dapatdigunakandalampenggalianyaitu Power Shovel, Back Hoe, dan lain lain.
Setelahpenggaliandilakukanmaka material ataubahantambang yang
telahditambangdimuat.

Untuk material yang tidak tertentu keras, kegiatan pembongkaran dilakukan dengan
menggunakan ripper. Alat ini pada hakekatnya sebuah bajak yang gigi giginya
terbuat dari baja yang keras. Sehingga kepadanya dapat diberikan tekanan yang
cukup besar untuk lebih memaksakannya ke dalam tanah / batuan.
Untuk menghitung produksi ripper, perhitungan yang digunakan adalah dengan
cross section, yang dapat menentukan volume pekerjaan ripping ini, kemudian
mencatat waktu yang diperlukan, setelah pekerjaan ripping selesai. Volume ripping
dibagi dengan waktu ripping adalah produksi ripping.
Pemuatan (Loading) adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk
mengambil dan memuat material hasil pembongkaran ke dalam alat angkut.
Material hasil pembongkaran tersebar di lantai jenjang dan dikumpulkan dengan
alat wheel loader agar dapat dimuat. Dalam pemilihan alat muat yang digunakan
harus sesuai dengan beberapa faktor diantaranya
1.
Kapasitas alat angkut
2.
Besar produksi yang diiginkan
3.
Keadaan lapangan

4.
5.
6.

Jenis material atau batuan


Keterampilan Operator
Iklim atau cuaca

1.
Pengangkutan (Hauling)
Material hasil pembongkaran yang telah dimuat kembali diangkut ke lokasi
pengolahan (Crushing Plant) untuk dimasukkan ke mesin penghancur. Operator
pengangkutan material produktivitasnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ;
1.
Kondisi jalan dari tempat penambangan ke Crushing Plant
2.
Jarak angkut dari lokasi penambangan
3.
Digging Resistance
4.
Waktu Edar alat angkut
5.
Waktu Kerja efektif pengangkutan
6.
Produksi alat angkut
7.
Jumlah alat angkut

Proses pengankutan dilakukan untuk pemindahan material dari lokasi penggalian


atau front penambangan ke lokasi penampungan sementara dimana nanti
selanjutnya akan dilakukan pencucian pada proses pengolahan bauksit itu sendiri.
Proses pengangkutan ini bisa dilakukan dengan menggunakan beberapa macam alat
angkut seperti dump truck, lori, belt conveyor, dll. Pada penambangan bauksit alat
angkut yang digunakan yaitu dump truck dengan berbagai macam ukuran dan
kemampuan muatnya.

Gambar 8. Aktivitas Pengangkutan (Hauling) dan pemuatan ( loading ) Material

Pemanfaatan Bauksit Laterit


Utamanya biji bauksit akan di lelehkan dan kemudian di olah untuk menjadi
alumunium. Proses tersebut memakan proses yang panjang dan memerlukan tenaga
listrik yang banyak sekali. Sejauh ini Negara yang memproses pengolahan bauksit
menjadi alumunium adalah Australia. Negeri kanguru tersebut menjadi produsen
bauksit dan alumina terbesar di dunia.
Sejauh ini Negara tujuan yang membutuhkan alumunium dari Australia adalah
Negara-negara asia seperti jepang dan termasuk Indonesia. Cukup ironi memang,
mengingat kita memiliki bahan biji bauksit namun kita tidak mampu mengolahnya
dengan optimal untuk di jadikan alumunium. Sifat yang dimiliki alumunium sangat
khas yaitu mampu mengahantar panas dengan efisien.
10 Manfaat Bauksit bagi kehidupan sehari-hari sebagai berikut :
1.
Pemanfaatan Untuk Pembuatan Peralatan Sehari-Hari

Dari alumunium tersebut akan di buat berbagai perlatan yang dibutuhkan manusia
sehari-harinya seperti.
1.
2.
3.
4.

Bahan utama pembuatan wajan


Pembuatan lapisan luar panci
bahan paling luar pada kaleng makanan
Pemanfaatan Untuk Industri

Selain tu sifat yang dimiliki alumunium adalah memiliki berat yang ringan namun
memiliki kerapatan yang cukup baik, secara kekuatan juga besar. Sehingga di
gunakan untuk pembuatan teknologi di zaman modern ini, seperti.
4.
5.

Pembuatan badan pesawat terbang


Pembuatan atap sebuah pabrik atau rumah.

1.

Pemanfaatan di Berbagai Keperluan Lainnya

Selain pemanfaat utama untuk dijadikan alumunium, bauksit juga memiliki banyak
kegunaan untuk industry lainnya. Biji bauksit bisa di ubah menjadi sesuatu yang
selama ini ada di sekitar kita, seperti:
6.
7.

Dala industry logam, dijadikan bahan baku pembuatan besi


di jadikan bahan dasar untuk pebuatan tinta kering dan tinta laser, pada
mesin fotokopi.
8.
Di Industry rekaman, bauksit menjadi bahan utama untuk pembuatan pita
kaset
9.
Bahan dasar pembuatan keramik
10.
Kandungan alumina pada bauksit juga di jadikan penyannga katalis pada
proses penambangan lain untuk menghilangkan kotoran pada hasil tambang
seperti minyak bumi, nitrogen, dan sulfur.
Gambar 9. Contoh manfaat dari bauksit

BAB IV
KESIMPULAN

1.

Bauksit terbentuk dengan kadar aluminium ( Al ) yang tinggi , kadar besi


( Fe ) yang rendah serta sedikit mengandung kuarsa ( SiO )
Faktor yang terlibat dalam mempengaruhi ketebalan lapisan
saprolit
( bijih bauksit ) yaitu waktu dan perubahan iklim, vegetasi
dan proses pelapukan, muka air tanah dan morfologi
Di indonesia terdapat banyak kerak yang tidak stabil sehingga mempermudah
proses laterisasi ( pelapukan ) dalam pembentukan bauksit laterit
Bauksit dengan kadar yang tinggi terdapat pada zona Saprolit dan pada zona
gossan keterdapatan bauksit masih sedikit dibadingkan pada zona saprolit yang
dominan lebih banyak.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penambangan endapan bauksit
adalah menggunakan metoda tambang terbuka (surface mining) sebab kita dapat
ketahui bahwa endapan bauksit berada di permukaan dengan over burden yang
tidak terlalu dalam pengupasannya
Beberapa manfaat yang dihasilkan dari bauksit laterit antara lain : Bahan
utama pembuatan wajan, Pembuatan lapisan luar panci, bahan paling luar pada
kaleng makanan, Pembuatan badan pesawat terbang, Pembuatan atap sebuah
pabrik atau rumah. Dala industry logam, dijadikan bahan baku pembuatan besi,
di jadikan bahan dasar untuk pebuatan tinta kering dan tinta laser, pada mesin
fotokopi, Di Industry rekaman, bauksit menjadi bahan utama untuk pembuatan
pita kaset, Bahan dasar pembuatan keramik, Kandungan alumina pada bauksit
juga di jadikan penyannga katalis pada proses penambangan lain untuk
menghilangkan kotoran pada hasil tambang seperti minyak bumi, nitrogen, dan
sulfur.
2

2.
3.
4.
5.

6.

DAFTAR PUSTAKA
Clay symposium, 1952. Problem of Clay and Laterit Genesis. New York : The
America Institute of Mining and Metallurgical Engineers.

Dhadar, J.R., 1983. Eksplorasi Endapan Bahan Galian. Bandung: G.S.B Bandung
Dominique L. Butty and Claude A. Chapallaz. 1984. Bauxite Genesis. Senior
Geologists, Billiton International Metals B.V. Leidschendam, The Netherlands.
Chapter 7.

Guilbert, J.M. dan Park, C.F. Jr., 1986, The Geology of Ore Deposits. W.H.Freeman
and Company: New York.

Koesoemadinata, R.P. Geologi Eksplorasi. Bandung: ITB


1993. Suwarna (GRDC) dan R.P. Langford (AGSO). 1993. Peta Geologi Regional
Lembar Singkawang skala 1 : 250.000. Bandung : Directorate General of
Geology and Development Center.

Priyadi bambang. 2009. PPT Chapter 4 GKExp Unsoed 2010 Weathering. Bandung :
Institut Teknologi Bandung (Tidak dipublikasikan : Materi Kuliah).

Priyadi bambang. 2009. PPT Chapter 5 GKExp Unsoed 2010 Soil Formation.
Bandung : Institut Teknologi Bandung (Tidak dipublikasikan : Materi Kuliah)

2012. ANTAM Unit Geomin, 2012. Laporan Tahunan Site Landak. Pontianak
(unpublished)
2013. R. Anand, R. J. Gilkes, G. I. D. Roach. 1991. Geochemical and Mineralogical
Characteristics Of Bauxites, Darling Range, Western Australia. Applied
Geochemistry. Vol. 6. pp. 233-248.

Anda mungkin juga menyukai