Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

GANESA ENDAPAN LATERIT BAUKSIT

Disusun Oleh :

Junda Izzatul Fathan


710017188

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Makalah ............................................................................................... 2
1.3 Manfaat Makalah ............................................................................................. 2
BAB II GANESA ENDAPAN LAERIT ............................................................... 3
2.1 Pengaruh Lempeng Tektonik ........................................................................... 3
2.2 Permodelan ....................................................................................................... 4
2.3 Genesa dan Faktor Pembentukan Endapan Laterit Bauksit ............................. 5
BAB III METODE PENAMBANGAN MINERAL LATERIT BAUKSIT ........ 10
3.1 Metode Penambangan Bauksit Laterit ............................................................. 10
3.2 Proses Penambangan Mineral Laterit Bauksit ................................................. 11
3.3 Pemanfaatan Bauksit Laterit ............................................................................ 15
BAB IV KESIMPULAN .......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Profil pembentukan tanah.......................................................................


Gambar 2.2 Pembentukan Tanah Sesuai Iklim ..........................................................
Gambar 3.1 Metoda Penambangan Tambang Terbuka Sistem Open Pit ...................
Gambar 3.2 Land Clearing .........................................................................................
Gambar 3.3 Penggalian dan Pemuatan.......................................................................
Gambar 3.4 Aktivitas Pengangkutan Material ...........................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data Kementerian ESDM tahun 2010, menyatakan bahwa sumber daya


bauksit di Indonesia sebanyak 726.585.010 juta ton bijih dan cadangan 111.791.676
juta ton bijih. Penyebaran daerah tambang bauksit salah satunya adalah daerah
Kalimantan Barat yng didukung dengan batuan dasar yang bersifat asam-intermediet
(seperti Sienit, Diorit kuarsa, Granodiorit dan Nefelin) sehingga kaya dengan
komposisi unsur Al berumur Pra-tersier (kapur) yang didukung dengan iklim tropis,
curah hujan yang tinggi dan mekanisme proses pelapukan untuk terjadinya proses
lateritisasi pembentukan endapan dan karakterisitik bauksit yang dihasilkan.

Bauksit merupakan mineral sekunder yang dihasilkan melalui proses pelapukan


(lateritisasi) yang terjadi selama berjuta – juta tahun yang lampau pada batuan beku
misalnya granit. Pada saat
ini permintaan pasar internasional (terutama china) akan mineral bijih khususnya
bijih bauksit semakin meningkat. Hal ini perlu direspon dengan cara melakukan
eksplorasi pada beberapa tempat yang mempunyai potensi sumberdaya dan atau
cadangan bauksit.

Apabila sistem penambangan terbuka yang akan diaplikasikan terhadap cadangan


bauksit di atas, maka agar dapat ditambang dengan aman perlu dilakukan kajian
geoteknik khususnya kestabilan lereng jenjang penambangan. Salah satu faktor
penyebab ketidakstabilan lereng jenjang adalah nilai besaran sudut kemiringan lereng
tunggal dan atau total. Berbagai nilai besaran sudut kemiringan lereng disimulasikan

1
berdasarkan karanteristik lapisan pembentuk kelerengan jenjang, yang pada akhirnya
ditentukan nilai besaran sudut kemiringan lereng yang masih aman untuk dilakukan
penambangan (ultimate pit slope) Akibat dari penentuan ultimate pit slope adalah
cadangan yang terambil (mineable reserve) menjadi terbatas, dan apabila disinergikan
dengan harga bauksit dan biaya penambangan per satuan berat diharapkan didapatkan
cadangan yang optimal, baik dikaji dari segi teknik maupun segi ekonomi.

1.2 Tujuan Makalah


Tujuan dalam Makalah ( Mineralisasi : Endapan Bauksit Laterit ) ini adalah :

1. Memaparkan apa hubungan pergerakan lempeng dengan terbentuknya


endapan bauksit laterit.
2. Mempelajari dan memahami mengenai permodelan pembentukan dari Bauksit
laterit.
3. Untuk memahami mengenai ganesa pembentukan dari bauksit laterit.

1.3 Manfaat Makalah


Tugas Makalah ( Mineralisasi : Endapan Bauksit Laterit ) ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui hubungan pergerakan lempeng dengan terbentuknya


endapan bauksit laterit.
2. Dapat mengerti permodelan pembentukan dari bauksit laterit.
3. Dapat mengetahui lebih jelas mengenai genesa pembentukan bauksit laterit.

2
BAB II
GANESA ENDAPAN LATERIT BAUKSIT

2.1 Pengaruh Lempeng Tektonik


Mineral bijih seperi bauksit sebagai hasil proses pelapukan juga merupakan
topik yang sangat menarik untuk dikaji. Karena wilayah Indoesia mempunyai iklim
yang sangat dinamis dengan kondisi geologinya yang sedemikian kompleks, sehingga
pembentukan mineral biji tersebut sangat berpotensi di Indonesia. Kerak di indonesia
tidak stabil sehingga mempermudah proses laterisasi ( pelapukan ). Faktor di atas
dapat kita kategorikan sebagai faktor eksternal yaitu proses yng berasal dari luar bumi
antarlain termasuk di dalamnya perubahan iklim dan lain lain.Faktor internal dapat
juga menggangu kesetimbangan lingkungan. Faktor internal yang dimaksud yaitu
kegiatan vulkanik, tektonik, dan keterdapatan sumber daya mineral dan energi.

Proses laterisasi berhubungan erat dengan tektonik lempeng karena dengan


pergerakan lempeng tersebut, dapat mempermudah proses laterisasi ( pelapukan )
batuan bauksit, sehingga biasanya bauksit terbentuk di dekat kerak yang tidak stabil.

Bauksit laterit dapat terbentuk pada kompleks ophiolit phaneorozoic, banyak endapan
terdapat di area cretaceous hingga miocene yang makin melebar. Kompleks tersebut
biasanya berupa patahan ( fault ) dan kekar ( joint ) dan dipengaruhi oleh
pengangkatan tektonik yang menaikan topografi dan menurunkan permukaan air
tanah, yang mengakibatkan peningkatan aliran air dan intensitas pelapukan.

Di kedua daerah tersebut, zona pengkayaan ( enrichment ) terdalam dengan kadar


tertinggi umumnya berasosiasi dengan patahan curam dan shear. Sebaliknya patahan
thrust besar yang berasosiasi dengan pengisian ( emplacement ) kompleks ophiolit
dan dengan platform olivine yang stabil cenderung membentuk zona serpentin

3
mylonitik – atau batuan ultrafamik talc-karbonat teralterasi yang bersifat kurang
permeabel ( dapat ditembus )dan dapat membentuk penghalang hidromorfik yang
mencegah kosentrasi Al.

2.2 Permodelan
Pada umumnya Bauksit yang terbentuk adalah jenis gibsit yang terbentuk
pada lapisan tanah andosol dan catena, termasuk endapan bauksit residu hasil
pelapukan batuan (insitu). Setiap batuan dasar memiliki karakteristik bauksit tertentu
diantaranya Granodiorit menghasilkan tanah laterit berwarna merah bata dengan
tekstur bauksit agak kasar terdapat mineral kuarsa berukuran 1-3mm dengan
ketebalan lapisan saprolit 7-10m, Diorit kuarsa membentuk endapan tanah laterit
berwarna kuning keorange-an dengan kondisi batuan/sampel lebih halus dengan
mineral yang cenderung lepas dengan ketebalan lapisan saprolit 4-8m, dan Diorit
menghasil kan warna tanah cenderung coklat hingga coklat gelap dengan tanah laterit
berwarna kuning. Sering ditemukan rembesan air, boulder fresh rock, lempung dan
pasir silikaan pada bagian bawah dengan ketebalan lapisan saprolit relatif lebih
variatif yaitu antara 2-8m

Horizon dibagi menjadi Humus (padat vegetasi), tanah (laterit I, biasanya ditandai
dengan butiran halus dan lepas serta batuan dasar yang ada dibawahnya), Lapisan
ferikrit hitam (iron cap), Ore/saprolit (biji bauksit), dan batuan dasar

1. Horison tanah adalah lapisan tanah atau bahan tanah yang kurang lebih sejajar
dengan permukaan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan
berbeda dengan lapisan disebelh atas ataupun bawahnya yang secara genetik ada
kaitannya. Yang biasanya disebut sebagai tanah penutup ( OB ) atau lapisan awal
yang biasanya berwarna coklat.

4
2. Tanah Laterit atau sering disebut juga dengan tanah merah merupakan tanah
yang berwarna merah hingga coklat yang terbentuk pada ligkungan yang lembab,
dingin, dan mugkin genangan-genangan air, Secara spesifik tanah merah memiliki
profil tanah yang dalam,mudah menyerap air memiliki kandungan bahan organik
yang sedang dan pH netral hingga asam dan banyak mengandung zat besi dan
aluminium sehingga baik digunakan pondasi bangunan karena mudah menyerap
air.
3. Gossan yaitu zona atau lapisan yang terjadi karena pelapukan ( laterisasi) yang
mengakibatkan rongga-rongga kosong yang dapat dimasuki air sehingga
mempercepat proses pelapukan, tetapi pada zona ini hanya sedikit yang
terkandung bauksit laterit dibadingkan pada zona saprolit.
4. Saprolit yaitu zona dimana mengandung bauksit laterit yang sangat tinggi kadar
aluminiumnya, sehingga penambangan bauksit dilakukan pada zona ini yang
mana ketebalannya berkisar 2-8 m.

Pembentukan ketebalan bauksit ini sangat tergantung kepada morfologi dimana


penebalan pada bagian miring dengan kelerengan ±25o, sedangkan pada lembah
dan puncak bukit mengalami penipisan.

2.3 Genesa dan Faktor Pembentukan Endapan Laterit Bauksit


Unsur senyawa yang diperhatikan merupakan ikatan pengayaan unsur tunggal
yang bereaksi terhadap media air dan mengendapkan senyawa baru, dalam
pertambangan bauksit senyawa tersebut adalah Aluminium trihidrat (Al2O3), Besi
trihidrat (Fe2O3), Silikat oksida (SiO2), Titanium oksida (TiO2) dan Total silikat (R-
SiO2). Intensifnya perkembangan laterit di daerah tropis basah menyebabkan
terbentuknya tanah laterit.
Pada umumnya proses laterisasi pada bauksit terdiri dari beberapa tahapan, yaitu
pelarutan, transportasi, dan pengendapan kembali mineral. Faktor yang terpenting

5
pada pelarutan adalah pH, solubility, dan kestabilan mineral. Faktor yang
berpengaruh pada transportasi dan pengendapan kembali mineral adalah iklim,
topografi, morfologi, dan mobilitas unsur. Hasil pelapukan akan ditransportasikan
oleh airtanah atau air hujan, kemudian diendapkan kembali. Proses terjadi dengan
baik pada permukaan tanah landai dengan kemiringan tertentu, keadaan morfologi
dan topografi yang cenderung bergelombang miring.

Beberapa unsur yang sangat penting dalam endapan laterit bauksit adalah Al, Fe, Si
dan Ti. Perbandingan antara nilai Al dan Si merupakan patokan keekonomisan
tambang bauksit. Pada iklim tropis, Ca, Ni, Si dan Ti mengalami pelindian terlebih
dahulu dan lebih mobile dibanding dengan Al dan Fe.Pelarutan dan penguraian
plagioklas, alkali feldspar, besi, aluminium dan silika dalam larutan akan membentuk
suspensi koloid. Pada larutan, besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap
sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan
membentuk mineral geothit FeO(OH), hematit (Fe2O3), dan kobalt (Co) dalam
jumlah kecil, sedangkan Al akan mengendap menjadi endapan bauksit Al2O3.2H2O
(dalam hal ini bauksit secara umum). Pengendapan dikontrol pH sebagai penetralisir
reaksi kimia oleh tanah. Jika konsentrasi air berkurang pada saat pengendapan laterit
bauksit, maka buhmit dan diaspor dapat terbentuk.

Selain itu, pengayaan unsur lainnya yang terikat bauksit adalah R-Si. Unsur ini
merupakan unsur terpisah dari Si yang terbentuk pada laterit bauksit, serta usnsur
yang dipertimbangkan dalam penambangan bauksit. Hal ini disebabkan karena untuk
menguraikan senyawa bauksit nantinya, perlunya penambahan NaOH untuk
mendapatkan bauksit murni. Proses pengayaan dan pengendapan laterit bauksit paling
baik pada topografi miring yang mana proses mobilitas unsur yang rendah, karena
pada bagian puncak cenderung untuk mengalirkan hasil erosi dan respirasi air
meteorik. Sedangkan pada bagian lembah, lebih banyak membentuk endapan laterit
Fe seperti hematit dan limonit sebagai hasil akumulasi material sedimen serta

6
peresapan larutan. Kehadiran kekar ataupun rekahan akan mempercepat proses
respirasi dan penghancuran batuan sehingga mempengaruhi pembentukan zona
deposit.

Faktor yang terlibat dalam mempengaruhi ketebalan lapisan saprolit diantaranya :

1. Waktu dan Perubahan Iklim


Batuan berumur Kapur-Holosen dengan rentang waktu ±143 juta tahun dimana
batuan beku dipastikan hadir pada saat 25 juta tahun lalu dengan intensitas lapukan
batuan dimulai 10 juta dimana kedudukan pulau Kalimantan telah stabil. Kalimantan
setiap tahunnya memiliki nilai curah hujan yang tinggi, yaitu sekitar 401-500 mm
perbulan dengan temperatur daerah penelitian diperkirakan 32-40o C, biasanya sangat
panas disiang hari dan dingin dimalam hari. Rentang waktu yang sangat lama dan
kondisi perubahan iklim yang tidak menentu dengan intensitas hujan sangat tinggi
mengakibatkan endapan laterit bauksit dapat terbentuk menyesuaikan jenis batuan
serta rekahan struktur geologi.

Gambar 2.1 Profil pembentukan tanah

7
2. Vegetasi dan Proses Pelapukan
Daerah penelitian dominan hutan, tetapi sebagian telah difungsikan
sebagai perkebunan. Sebagai salah satu daerah tropis, perkembangan
tumbuhan yang ditunjang curah hujan yang cukup menjadi faktor utama
pelapukan batuan yang ada. Hal ini ditunjukan dengan terbentuknya horizon
tanah penutup setebal 20-30cm. Pada daerah yang dominan vegetasi, sangat
sulit untuk ditemukan batuan dasarnya. Tanaman yang mati menghasilkan
larutan asam humus yang menyebabkan dekomposisi batuan dan mengubah
pH larutan dalam tanah. vegetasi akan mengakibatkan penetrasi air lebih
dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan,
akumulasi air hujan akan lebih banyak sehingga tanah humus akan lebih tebal.

Gambar 2.2 Pembentukan Tanah Sesuai Iklim

3. Muka Air Tanah dan Morfologi

8
Berdasarkan pengamatan data testpit, beberapa menunjukkan ketinggian
air bawah permukaan dengan merembesnya air dilubang testpit. Kedalaman
rata-rata mata air ditemukan adalah 10-15m dengan ketinggian 105m dari
permukaan laut mengikuti morfologi yang terbentuk. Bauksit terdiri dari
unsur senyawa seperti Al dan Fe yang tidak mobile sehingga terendapkan
kebawah permukaan dimana sumber unsur tersebut. Media yang paling
berpengaruh dalam proses pelindian dan pengendapan kembali mineral adalah
air. Ketika pada suatu daerah memiliki kondisi muka air tanah yang tidak
stabil (masih cenderung naik turun), maka akan mengganggu proses ikatan
senyawa yang ada dan proses lateritisasi akan terus terjadi. Maka dari itu
diperlukan kondisi muka air tanah yang tenang untuk membentuk lapisan
endapan laterit bauksit yang ideal.

9
BAB III
METODE PENAMBANGAN
ENDAPAN LATERIT BAUKSIT

3.1 Metode Penambangan Bauksit Laterit


Metoda penambangan bauksit dilakukan dengan metoda tambang terbuka
sistem open pit dimana open pit ini diterapkan untuk endapan bijih yang mengandung
logam. Open pit dan open cut dapat dibedakan dari arah penambangannya,
penambangan dengan metoda open pit dilakukan dari permukaan yang relatif
mendatar ke bawah mengikuti endapan bijih, sedangkan open cut dilakukan pada
lereng suatu bukit. Jadi penerapan open pit dan open cut sangat tergantung pada letak
dan bentuk endapan bijih yang akan ditambang.

Dalam sistem penambangan dibatasi oleh beberapa faktor – faktor kendala antara
lain ;

1. Faktor teknik – ekonomi yang diwujudkan dalam usaha mendapatkan perolehan


tambang semaksimal mungkin dengan biaya yang sekecil mungkin.
2. Faktor keamanan dan keselamatan kerja yang diwujudkan dalam usaha
memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam melaksanakan kegiatan
penambangan
3. Faktor keserasian lingkungan hidup yang diwujudkan dalam usaha mencegah
terjadinya perusakan alam, serta pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
kegiatan penambangan

Metoda yang digunakan dalam pelaksanaan penambangan endapan bauksit


adalah menggunakan metoda tambang terbuka (surface mining) sebab kita dapat

10
ketahui bahwa endapan bauksit berada di permukaan dengan over burden yang tidak
terlalu dalam pengupasannya.

Gambar 3.1 Metoda Penambangan Tambang Terbuka Sistem Open Pit

3.2 Proses Penambangan Mineral Laterit Bauksit

1. Pengupasan Tanah Penutup (Land Clearing)


Pengupasan tanah penutup merupakan langkah awal dimana proses
penambangan endapan bahan tambang akan dilakukan, kegiatan ini dimulai
dari pembersihan tempat kerja dari semak–semak, pohon–pohon besar dan
kecil, kemudian membuang tanah atau batuan yang menghalangi pekerjaan–
pekerjaan selanjutnya. Setelah pekerjaan di atas selesai selanjutnya dilakukan
pekerjaan pembabatan atau penebasan yang meliputi ;meratakan, membuat
jalan darurat untuk lewatnya alat-alat mekanis. Dalam pekerjaan ini yang
harus selalu diperhatikan ialah mempergunakan keuntungan dari gaya berat.

Proses pengupasan tanah penutup dilakukan untuk menghilangkan material


yang menutupi endapan bauksit yang akan ditambang agar dihasilkan endapan

11
bauksit dengan kadar yang lebih tinggi, dan menghilangkan serta mengurangi
pengotor pada saat dilakukan pencucian.

Gambar 3.2 Land Clearing

2. Penggalian dan Pemuatan (Excavation and Loading)


Penggalian adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk membongkar dan
melepaskan endapan bahan tambang dari batuan induknya atau batuan samping.
Beberapa alat gali yang dapat digunakan dalam penggalianya itu Power Shovel,
Back Hoe, dan lain – lain. Setelah penggalian dilakukan maka material atau bahan
tambang yang telah ditambang dimuat. Untuk material yang tidak tertentu keras,
kegiatan pembongkaran dilakukan dengan menggunakan ripper. Alat ini pada
hakekatnya sebuah bajak yang gigi – giginya terbuat dari baja yang keras.
Sehingga kepadanya dapat diberikan tekanan yang cukup besar untuk lebih
memaksakannya ke dalam tanah / batuan.Untuk menghitung produksi ripper,
perhitungan yang digunakan adalah dengan ”cross section”, yang dapat
menentukan volume pekerjaan ripping ini, kemudian mencatat waktu yang
diperlukan, setelah pekerjaan ripping selesai. Volume ripping dibagi dengan
waktu ripping adalah produksi ripping.

12
Pemuatan (Loading) adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk
mengambil dan memuat material hasil pembongkaran ke dalam alat angkut.
Material hasil pembongkaran tersebar di lantai jenjang dan dikumpulkan dengan
alat wheel loader agar dapat dimuat. Dalam pemilihan alat muat yang digunakan
harus sesuai dengan beberapa faktor diantaranya yaitu :

1. Kapasitas alat angkut


2. Besar produksi yang diiginkan
3. Keadaan lapangan
4. Jenis material atau batuan
5. Keterampilan Operator
6. Iklim atau cuaca

Gambar 3.3 Penggalian dan Pemuatan

13
3. Pengangkutan (Hauling)
Material hasil pembongkaran yang telah dimuat kembali diangkut ke
lokasi pengolahan (Crushing Plant) untuk dimasukkan ke mesin penghancur.
Operator pengangkutan material produktivitasnya dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu ;

1. Kondisi jalan dari tempat penambangan ke Crushing Plant


2. Jarak angkut dari lokasi penambangan
3. Digging Resistance
4. Waktu Edar alat angkut
5. Waktu Kerja efektif pengangkutan
6. Produksi alat angkut
7. Jumlah alat angkut

Proses pengankutan dilakukan untuk pemindahan material dari lokasi


penggalian atau front penambangan ke lokasi penampungan sementara
dimana nanti selanjutnya akan dilakukan pencucian pada proses pengolahan
bauksit itu sendiri. Proses pengangkutan ini bisa dilakukan dengan
menggunakan beberapa macam alat angkut seperti dump truck, lori, belt
conveyor, dll. Pada penambangan bauksit alat angkut yang digunakan yaitu
dump truck dengan berbagai macam ukuran dan kemampuan muatnya.

14
Gambar 3.4 Aktivitas Pengangkutan Material

3.3 Pemanfaatan Bauksit Laterit


Utamanya biji bauksit akan di lelehkan dan kemudian di olah untuk menjadi
alumunium. Proses tersebut memakan proses yang panjang dan memerlukan
tenaga listrik yang banyak sekali. Sejauh ini Negara yang memproses pengolahan
bauksit menjadi alumunium adalah Australia. Negeri kanguru tersebut menjadi
produsen bauksit dan alumina terbesar di dunia.

Sejauh ini Negara tujuan yang membutuhkan alumunium dari Australia adalah
Negara-negara asia seperti jepang dan termasuk Indonesia. Cukup ironi memang,
mengingat kita memiliki bahan biji bauksit namun kita tidak mampu
mengolahnya dengan optimal untuk di jadikan alumunium. Sifat yang dimiliki
alumunium sangat khas yaitu mampu mengahantar panas dengan efisien.

15
Manfaat Bauksit bagi kehidupan sehari-hari sebagai berikut :

1. Pemanfaatan Untuk Pembuatan Peralatan Sehari-Hari


Dari alumunium tersebut akan di buat berbagai perlatan yang dibutuhkan
manusia sehari-harinya seperti.

a) Bahan utama pembuatan wajan


b) Pembuatan lapisan luar panic
c) bahan paling luar pada kaleng makanan
d) Pemanfaatan Untuk Industri
e) Pembuatan badan pesawat terbang
f) Pembuatan atap sebuah pabrik atau rumah.

Selain tu sifat yang dimiliki alumunium adalah memiliki berat yang ringan
namun memiliki kerapatan yang cukup baik, secara kekuatan juga besar.
Sehingga di gunakan untuk pembuatan teknologi di zaman modern ini, seperti.

2. Pemanfaatan di Berbagai Keperluan Lainnya


Selain pemanfaat utama untuk dijadikan alumunium, bauksit juga memiliki
banyak kegunaan untuk industry lainnya. Biji bauksit bisa di ubah menjadi
sesuatu yang selama ini ada di sekitar kita, seperti:

a) Dala industry logam, dijadikan bahan baku pembuatan besi


b) di jadikan bahan dasar untuk pebuatan tinta kering dan tinta laser, pada
mesin fotokopi.
c) Di Industry rekaman, bauksit menjadi bahan utama untuk pembuatan pita
kaset
d) Bahan dasar pembuatan keramik

16
e) Kandungan alumina pada bauksit juga di jadikan penyannga katalis pada
proses penambangan lain untuk menghilangkan kotoran pada hasil tambang
seperti minyak bumi, nitrogen, dan sulfur.

17
BAB IV
KESIMPULAN

1. Bauksit terbentuk dengan kadar aluminium ( Al ) yang tinggi , kadar besi ( Fe )


yang rendah serta sedikit mengandung kuarsa ( SiO2 )
2. Faktor yang terlibat dalam mempengaruhi ketebalan lapisan saprolit yaitu waktu
dan perubahan iklim, vegetasi dan proses pelapukan, muka air tanah dan
Morfologi
3. Di indonesia terdapat banyak kerak yang tidak stabil sehingga mempermudah
proses laterisasi ( pelapukan ) dalam pembentukan bauksit laterit
4. Bauksit dengan kadar yang tinggi terdapat pada zona Saprolit dan pada zona
gossan keterdapatan bauksit masih sedikit dibadingkan pada zona saprolit yang
dominan lebih banyak.
5. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penambangan endapan bauksit adalah
menggunakan metoda tambang terbuka (surface mining) sebab kita dapat ketahui
bahwa endapan bauksit berada di permukaan dengan over burden yang tidak
terlalu dalam pengupasannya
6. Beberapa manfaat yang dihasilkan dari bauksit laterit antara lain : Bahan utama
pembuatan wajan, Pembuatan lapisan luar panci, bahan paling luar pada kaleng
makanan, Pembuatan badan pesawat terbang, Pembuatan atap sebuah pabrik atau
rumah. Dala industry logam, dijadikan bahan baku pembuatan besi, di jadikan
bahan dasar untuk pebuatan tinta kering dan tinta laser, pada mesin fotokopi, Di
Industry rekaman, bauksit menjadi bahan utama untuk pembuatan pita kaset,
Bahan dasar pembuatan keramik, Kandungan alumina pada bauksit juga di
jadikan penyannga katalis pada proses penambangan lain untuk menghilangkan
kotoran pada hasil tambang seperti minyak bumi, nitrogen, dan sulfur.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Clay symposium, 1952. Problem of Clay and Laterit Genesis. New York : The
America Institute of Mining and Metallurgical Engineers.
2. Dhadar, J.R., 1983. Eksplorasi Endapan Bahan Galian. Bandung: G.S.B
Bandung
3. Dominique L. Butty and Claude A. Chapallaz. 1984. Bauxite Genesis. Senior
Geologists, Billiton International Metals B.V. Leidschendam, The
Netherlands. Chapter 7.
4. Guilbert, J.M. dan Park, C.F. Jr., 1986, The Geology of Ore Deposits.
W.H.Freeman and Company: New York.
5. Koesoemadinata, R.P. Geologi Eksplorasi. Bandung: ITB 1993
Suwarna (GRDC) dan R.P. Langford (AGSO). 1993. Peta Geologi Regional
Lembar Singkawang skala 1 : 250.000. Bandung : Directorate General of
Geology and Development Center.
6. Priyadi bambang. 2009. PPT Chapter 4 GKExp Unsoed 2010 Weathering.
Bandung : Institut Teknologi Bandung (Tidak dipublikasikan : Materi
Kuliah).
7. Priyadi bambang. 2009. PPT Chapter 5 GKExp Unsoed 2010 Soil Formation.
Bandung : Institut Teknologi Bandung (Tidak dipublikasikan : Materi Kuliah)

19

Anda mungkin juga menyukai