Dosen Pengampu:
Ir. Nurdrajat M.T
Disusun oleh:
Viska Salsanur Anisa Ginanjar
270110180116
Kelas D
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat membuat sebuah resume yang saya susun
dengan sebaik mungkin ini. Resume ini bertujuan untuk memenuhi Ujian Akhir
Semester Ganjil kuliah Geologi Batu Bara.
Demikian resume yang saya buat, mohon kritik dan sarannya atas kekurangan dalam
penyusunan resume ini. Semoga resume ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
bagi saya selaku penulis.
i
DAFTAR ISI
ii
6. PETROGRAFI BATUBARA .............................................................................. 25
7. PENYALURAN LAPISAN BATUBARA ......................................................... 26
8. SISTEM BATUBARA ........................................................................................ 27
9. LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA ............................................. 28
10. BATUBARA DI INDONESIA ............................................................................ 31
10.1 Cadangan batubara di Indonesia ...................................................................... 31
10.2 Produksi batubara di Indonesia ....................................................................... 31
10.3 Konsumsi batubara di Indonesia ..................................................................... 31
10.4 Ekspor batubara di Indoenesia ........................................................................ 31
10.5 Penyebaran cekungan penghasil batubara di Indonesia .................................. 32
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 34
iii
1. PENGERTIAN BATUBARA
Batubara merupakan batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah
heterogen yang mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen, serta oksigen sebagai
komponen unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan, zat
lain yaitu senyawa anorganik pembentuk debu, tersebar sebagai partikel zat
mineral yang terpisah di seluruh senyawa batu bara (Ellion, 1981). Jadi dapat
dipersingkat bahwa batubara adalah batuan karbonat berbentuk padat, rapuh,
berwarna cokelat tua sampai hitam, dapat terbakar, yang terbentuk dari tumbuhan
yang telah mati pada masa lampau kemudian tertimbun dan terakumulasi pada
lapisan-lapisan batuan oleh tekanan dan suhu yang tinggi pada waktu yang lama
sehingga mengalami perubahan secara fisika dan kimia.
Gambar 1 Batubara.
1
2. PEMBENTUKAN BATUBARA
2.1 Proses Pembentukan Batubara
Pembentukan batubara ada dua tahap, yaitu penggambutan
(peatification) dan pembatubaraan (coalification).
2
membutuhkan kondisi lingkungan tertentu. Daerah yang ideal untuk
pembentukan gambut misalnya rawa, delta sungai, danau dangkal atau
daerah yang kondisinya tertutup udara. Menurut Bend (1992) dan
Diessel (1992) ada beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuhnya
gambut, yaitu:
Evolusi tumbuhan
Iklim
Geografi dan tektonik
daerah
Gambar 3 Gambut.
3
2.1.2 Pembatubaraan (coalification)
Setelah tahap penggambutan, selanjutnya adalah tahapan yang
mengubah bahan baku batubara (gambut) ini menjadi batubara
seuntuhnya, yaitu tahapan pembatubaraan. Tahap ini adalah diagenesis
atau pengubahan pada gambut yang disebabkan oleh pengaruh
meningkatnya tekanan dan temperatur sebagai hasil gabungan proses
biokimia, fisik, serta kimia yang disebabkan oleh pembebanan sedimen
dalam durasi waktu yang lama. Tahap ini mengakibatkan peningkatan
kandungan karbon dan penurunan kandungan oksigen serta air. Gambut
berubah menjadi lignit. Jika terjadi peningkatan tekanan dan temperatur
lagi, selanjutnya lignit akan mengalami proses perubahan fisika dan
kimianya sehingga warnanya menjadi lebih hitam dan bertambah keras,
dinamakan bituminous.
Kemudian jika tekanan dan temperatur meningkat lagi;
peningkatan hal tersebut bisa diakibatkan oleh intrusi, maka akan
menjadi batubara antrasit yang memiliki kandungan karbon paling
tinggi. Sehingga dapat disimpulkan semakin matang batubara atau
semakin tinggi tingkat karbonnya maka semakin tinggi juga tekanan dan
temperatur yang dimiliki dalam prosesnya. Representasinya adalah
warnanya yang semakin mengkilap dan teksturnya yang semakin getas.
4
Gambar 6 Proses pembatubaraan (van Krevelen, 1993)
5
Tektonik
Pergerakan peristiwa tektonik dapat mempengaruhi ruang
akumulasi sebagai wadah pembentukan batubara.
Tinggi muka air laut
Tingkat sedimen
Semakin tinggi proses sedimentasi maka semakin tinggi juga
pengendapan dan penimbunan material organik sebagai bahan
gambut
Proses singenetik
6
Migrasi atau akumulasi minyak/gas.
3. KARAKTERISTIK BATUBARA
Karakteristik batubara dibedakan menjadi:
Berdasarkan derajat metamorfisme (peringkat)
Berdasarkan dari kualitas relatif batubara untuk penggunaan tertentu (kelas)
Berdasarkan perbedaan tumbuhan pembentuk batubara (tipe)
7
batubara. Batubara yang bagus memiliki jumlah kalori diatas 7000cal. Berikut
adalah peringkat batubara tersebut:
8
3.1.2 Batubara Bituminus
Jenis batubara lignit memiliki kandungan air yang cukup tinggi yaitu
35-75% dan jumlah kalori 8,300 Btu/lb (ASTM, 2014). Jenis batubara
ini memiliki warna cokelat, kilap tanah dan sifat yang lunak karena
kandungan airnya yang cukup tinggi.
9
Gambar 10 Sistem peringkat batubara A.S. yang menunjukkan parameter yang digunakan
untuk menentukan peringkat.
10
kokas. Batubara kelas metalurgi untuk produksi baja harus sangat
rendah abu (umumnya kurang dari 10 persen) dan belerang (kurang dari
1 persen), memiliki kandungan materi yang mudah menguap dari 20
hingga 30 persen (peringkat bituminus volatil sedang hingga tinggi),
dan memiliki keseimbangan yang menguntungkan antara komponen
reaktif dan lembam.
11
3.3.1 Karakteristik Lithotype (Makroskopik)
Karakteristik litoptipe adalah karakteristik yang dapat diamati
dalam skala singkapan tanpa mikroskop. Kebanyakan batubara
memiliki lapisan internal yang disebut banding. Ada tidaknya
banding disebut dengan Coal type atau lithotype, dan juga ditentukan
oleh kecerahan atau keburaman individual bands. Tipe tumbuhan
penyusun batubara yang berkembang selama waktu geologi
menyebabkan variasi jenis lithotypes yang berbeda pada batubara
dengan umur yang berbeda (Thomas, 2002). Coal Type terdiri dari
kelompok Humic dan Sapropelic. Humic adalah kelompok batubara
yang memiliki puing tumbuhan makroskopis seperti tumbuhan,
sedangkan sapropelic yaitu tumbuhan mikroskopis yang terbatas
puing dan homogeny seperti alga, ganggang, spora. Secara
makroskopis, penjelasan lithotype adalah sebagai berikut :
Jenis
Litotipe Penampilan
Batubara
vitrain warna hitam bersinar, mengkilap dan
ikatannya rapuh, biasanya retak atau
memiliki belahan. Cenderung untuk pecah
menjadi kubus kecil
12
fusain warna hitam keabuan, ikatan dengan sedikit
kilap, berserat, halus, rapuh, kadang seperti
arang
cannel berwarna hitam sampai hitam gelap, tidak
terikat, batubara dengan kilap warna kusam
Sapropelic
keabuan, patahan seperti kaca
(tidak terikat)
boghead sama seperti cannel namun warnanya lebih
kecoklatan
13
• Inertinite : berasal dari bahan yang sama dengan pembentuk
maseral vitrinit, namun bahan tersebut telah mengalami oksidasi
(oxidized plant material)
Microlithotype Characteristic and Description
Berbentuk lensa memanjang dengan tebal
beberapa millimeter, berasal dari kondisi
aneaerobik karena tingginya muka airtanah
Vitrite
di gambut, Batuabara dengan umur Late
Crestaceous dan Paleogen-
14
Tersusun atas vitrinite dan inertite,
Vitrinertite ditemukan pada inertiniterich di batubara
Gondawa
Durite terdiri dari 95% liptinite dan
Durite inertinite, terjadi di dekat tepi cekungan
batubara dimana air mengalami fluktuasi
Merupakan kelompok microlithotype
dimana ketiga kelompok maceral hadir.
Trimacerite dibagi lagi menjadi tiga
microlitotipe: duroclarite dimana vitrinite
lebih melimpah daripada liptinite;
Trimacerite
clarodurite dimanainertinite lebih besar dari
vitrinite dan liptinite; dan vitrinertoliptite
dimana liptinite mendominasi. Di
kebanyakan batubara, selain vitrite,
trimacerite paling sering hadir
15
4. KOMPOSISI BATUBARA
Lapisan batubara terdiri dari ikatan atau lapisan batubara yang terkadang
dipisahkan oleh lapisan batuan sedimen tipis (biasanya serpih) yang disebut
parting. Ikatan batubara digambarkan sebagai tipe dan litotipe. Ikatan batubara
terbentuk dari gambut yang sebagian besar terdiri dari sisa tumbuhan dengan
sejumlah mineral. Bagian sedimen tipis yang disebut partings di sebagian besar
batubara terbentuk ketika gambut pembentuk batubara terkena banjir.
Gambar 13 Lapisan batubara biasanya mengandung parting sebagai sisipan pada tiap lapisannya.
Gambar 14 Lapisan batubara mengandung komponen organik dari tumbuhan dan komponen mineral
dari berbagai sumber.
Jenis dan litotipe batubara berasal dari bahan organik yang terdiri dari bagian
tanaman yang berbeda seperti akar, daun, batang, jejak kulit pohon, daun, akar,
struktur kayu, spora, pollen, damar, dan lain-lain. Melalui proses
penggambutan dan kemudian pembatubaraan, bagian tanaman yang khas
terurai sebagian dan diubah menjadi partikel dan gel organik kecil yang disebut
maseral. Gambut pembentuk batubara dan batubara berikutnya juga
mengandung partikel anorganik yang tersebar, yang disebut mineral. Jadi dapat
disimpulkan unsur pembentuk bara terdiri dari maseral sebagia bahan organik
dan mineral sebagai bahan anorganik.
16
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa batubara merupakan
senyawa hidrokarbon padat yang terdapat di alam dengan komposisi yang
cukup kompleks yaitu ada bahan organik ada juga bahan anorganik. Pada
dasarnya terdapat dua jenis material yang membentuk batubara berdasarkan
sifat dapat terbakar atau tidaknya bahan material organik dan anorganik yang
terkandung dalam batubara tersebut, yaitu:
• Combustible Material, yaitu bahan atau material yang dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari
karbon padat (Fixed Carbon), senyawa Hidrokarbon, Sulfur, senyawa
Hidrogen, dan beberapa senyawa lainnya yang keterdapatannya hanya
dalam jumlah kecil.
• Non Combustible Material, yaitu bahan atau material yang tidak dapat
dibakar/dioksidasi oleh oksigen. Material tersebut umumnya terdiri dari
senyawa anorganik (SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, MgO,
Na2O, K2O dan senyawa logam lainnya dalam jumlah kecil) yang akan
membentuk abu dalam batubara. Kandungan non combustible material
ini pada umumnya tidak diinginkan karena akan mengurangi nilai
bakarnya.
Material non-organik yang terdapat batubara biasanya terdapat sekitar 2-
60%, diklasifikasikan menjadi:
a. Primary vegetable ash
Material ini susah untuk dihilangkan, biasanya terbentuk dari
kandungan material dari dalam tumbuhan pembentuk batubara
b. Secondary minerals
Material ini bisa dihilangkan, biasanya terbentuk dari mineral yang
terdapat disekitar pengendapan batubara. Contoh dari secondary
mineral:
Kuarsa
17
Mineral lempung (kaolinite, illite, dll)
Oksida (hematite)
Karbonat (dolomite, kalsit, siderite, dll)
Sulfida (pirite, marcasite, zink sulfida)
Fosfat (apatit)
Dan yang lainnya (klorida, sulfat, nitrit, logam berat)
5. KUALITAS BATUBARA
Kualitas batubara adalah sifat kimiawi dan fisik pada batubara yang
dapat mempengaruhi potensi penggunaannya. Penting untuk mengetahui
tentang kualitas batubara karena itu akan menentukan apakah batubara
tersebut dapan digunakan secara komersial. Batubara juga harus memiliki
kualitas tertentu untuk dapat ditambang dan kemudian dijual sebagai produk
murni, atau jika kurang berkualitas maka batubara tersebut dapat dicampur
dengan batubara yang lain untuk mencapai titik kualitas tersebut.
18
dalam penggunaan praktis batubara. Analisis akhir adalah penentuan
elemen bahan kimia dalam batubara, yaitu karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen dan belerang.
19
Materi yang mudah menguap mewakili komponen batubara itu,
kecuali kelembaban, yang dibebaskan pada suhu tinggi tanpa adanya
udara. Bahan ini terutama diturunkan dari fraksi organik batubara,
tetapi dalam jumlah kecil mungkin juga dari materi mineral yang ada.
Karbon tetap
Kandungan karbon tetap batubara adalah karbon yang
ditemukan pada residu yang tersisa setelah bahan yang mudah
menguap telah dibebaskan. Karbon tetap tidak ditentukan secara
langsung, tetapi perbedaannya, dalam batubara yang dikeringkan
dengan udara, di antaranya total persentase komponen lainnya,
yaitu kelembaban, abu dan bahan yang mudah menguap.
5.1.2 Analisis akhir
Karbon dan Hidrogen
Nitrogen
Setelah pembakaran batubara, nitrogen membantu
membentuk oksida, yang mungkin dilepaskan sebagai gas buang
dan dengan demikian mencemari atmosfer, dan batubara yang
rendah nitrogen disukai oleh industri. Batubara seharusnya tidak
memiliki aturan kandungan nitrogen lebih dari 1,5–2,0% (d.a.f.)
karena emisi NOx ini
Sulfur
20
Seperti dalam kasus nitrogen, kandungan sulfur pada batubara
menghadirkan masalah dengan pemanfaatan dan polusi yang
dihasilkan. Sulfur menyebabkan korosi dan pengotoran pada
tabung boiler,dan polusi atmosfer saat dilepaskan dalam gas buang.
Oksigen
Oksigen merupakan komponen dari banyak organik dan
senyawa anorganik dalam batubara serta kelembaban
kandungannya. Ketika batubara teroksidasi, oksigen mungkin
hadir dalam oksida, hidroksida dan mineral sulfat, juga sebagai
bahan organik teroksidasi. Ini harus diingat bahwa oksigen
merupakan indikator penting dalam peringkat batubara
21
5.3 Sifat fisik batubara
Selain sifat kimia dan pembakaran batu bara, dibutuhkan beberapa
sifat fisik batubara yaitu massa jenis, kekerasan, grindabilitas, abrasivitas
batubara, distribusi ukuran dan uji float-sink.
Massa jenis
Massa jenis batubara bergantung kepada mineralnya. Ini
merupakan faktor penting dalam mengkonversi satuan volume
batubara menjadi satuan massa untuk perhtiungan cadangan
batubara. Massa jenis ditentukan oleh penurunan berat saat
direndam di dalam air.
Pengujian sampel lapangan dan sampel inti dengan cara ini
memberikan 'densitas yang jelas ', karena udara tetap terperangkap di
dalam batubara.
22
Distribusi ukuran dalam batubara tergantung pada penambangan
dan penanganan yang dilakukan, bersama dengan kekerasan,
kekuatan, dan tingkat keretakan yang melekat padanya.
Uji float-sink
Partikel dalam batubara memiliki kepadatan relatif yang
berbeda. Kepadatan tersebut mewakili variasi jumlah materi
mineralnya. Akibatnya proses persiapan batubara dirancang untuk
menghilangkan ini, sehingga tingkat abu batubara berkurang, dan
dengan demikian meningkatkan produk untuk digunakan atau dijual.
5. 4 Oksidasi Batubara
Pemaparan batubara terhadap pelapukan di atmosfer, atau oleh air
tanah beroksigen, menghasilkan oksidasi konstituen organik dan
anorganik batubara. Oksidasi mengurangi kualitas batubara dengan
mengubah bahan kimia dan sifat fisik batubara. Khususnya, nilai kalori
diturunkan, dan caking dihilangkan. Ada juga hilangnya daya apung
selama pencucian batubara.
23
dan sejauh mana hal ini dapat terjadi dipengaruhi menurut peringkat
batubara, kandungan pirit, iklim, hidrologi dan oleh luas permukaan
di dalam batubara yang dapat diakses oleh oksidasi. Sangat penting
untuk menentukan berapa banyak batubara deposit telah teroksidasi.
Batubara teroksidasi mungkin saja dikecualikan dari tonase yang
diproduksi.
24
6. PETROGRAFI BATUBARA
Petrografi adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan. Tujuan mempelajari
petrografi batubara adalah untuk menegtahui komponen penyusun batubara
tersebut, memahami bagaimana batubara terbentuk dan mengatahui sejauh mana
penggunaan batubara itu sendiri dapat dimanfaatkan. Berikut adalah diagram
klasifikasi petrografi batubara berdasarkan komponen mikroskopik penyusun
batubara.
25
7. PENYALURAN LAPISAN BATUBARA
Endapan batubara dapat menghasilkan bentuk saluran yang berbeda-beda,
berikut adalah jenis jenis dari penyaluran pada lapisan batubara tersebut.
Gambar Saluran Lapisan Batubara
26
Selain saluran endapan batubara yang berbeda-beda, ada juga berbagai macam
pemisah dalam lapisan batubara atau biasa disebut juga split. Split adalah adalah
badan batuan berbentuk baji lebar yang menyebabkan bagian-bagian lapisan di
atas dan di bawah lapisan batubara terpisah satu sama lain. Jenis-jenis split
tersebut adalah sebagai berikut.
a. a. simple splitting
b.
b. multiple splitting
c.
c. z/s shaped
8. SISTEM BATUBARA
Konsep sistem batubara digunakan untuk pengilaian geologi batubara di area
tersebut. Sistem batubara diperukan sebagai bahan pemahaman proses
pembentukan, penilaian karakteristik (fisika dan kimia), sumberdaya dan
kemampuan produksi batubara.
Sistem batubara merupakan unit yang disusun oleh satu atau lebih lapisan
batubara atau kelompok lapisan batubara yang memiliki sejarah pembentukan
yang sama mulai dari gambut, kemudian proses penimbunan, mengalami
diagenesa hingga menjadi batubara dakam berbagai tingkat mulai dari lignit-
bitumina (-ous), hingga antrasit.
27
Sistem batubara didefinisikan dengan kriteria berikut:
1. Ciri utama endapan paleopat-nya
Didasarkan pada keadaan tumbuhan yang menjadi sumber batubara
tersebut. Dapat bersumber dari tumbuhan tingkat tinggi atau tingkat
rendah. Tumbuhan tingkat tinggi adalah tumbuhan yang memiliki
bagian lengkap dan sempurna mulai dari akar, batang, hingga daunnya,
serta memiliki ukuran yang tinggi. Sedangkan tumbuhan tingkat rendah
adalah tumbuhan yang bagiannya tidak selengkat tumbuhan tingkat
tinggi, dan ukurannya pendek)
2. Kerangka stratigrafi batubara-nya
3. Kelimpahan lapisan batubara
Hal ini berkaitan denga banyaknya lapisan pembawa batubara
4. Kualitas batubara
Kualitas batubara ditentukan oleh kandungan sulfur, atau karbonnya.
5. Peringkat batubara
Seperti yang sudah kita tagu peringkat batubara dari yang rendah hingga
yang tinggi adalah lignit – bitumina – antrasit. Pringkat batubara yang
berbeda maka sistemnya juga berbeda. Hal ini berkaitan dengan umur,
lignit memiliki umur yang lebih muda daripada antrasit. Proses tektonik
(sejarah geologi) juga mempengaruhi hal ini, antrasit mengalami proses
atau peristiwa geologi yang lebih jauh daripada lignit seperti proses
penimbunan, intrusi magma, dan struktur.
28
membentuk batubara tersebut, misalnya endapan batubara yang mengandung
banyak maseral vitrinit (> 95%) dapat dijumpai pada hutan berawa (Swamp
Forest) atau daratan berawa beriklim sedang. (Diessel, 1984, op cit Susilawati
,1992).
Diessel (1992) membagi lingkungan pengendapan batubara menjadi lima
bagian berdasarkan perhitungan Gelififaction Index (GI) dan Tissue Preservation
Index (TPI).
𝑉𝑖𝑡𝑟𝑖𝑛𝑖𝑡𝑒 + 𝑀𝑎𝑐𝑟𝑖𝑛𝑖𝑡𝑒
𝐺𝐼 =
𝑆𝑒𝑚𝑖𝑓𝑢𝑠𝑖𝑛𝑖𝑡𝑒 + 𝐹𝑢𝑠𝑖𝑛𝑖𝑡𝑒 + 𝐼𝑛𝑒𝑟𝑡𝑜𝑑𝑒𝑡𝑟𝑖𝑛𝑖𝑡𝑒
29
b. Alluvial Valley and Upper Delta Plain
Dua lingkungan pengendapan yang sulit dibedakan karena kesamaan litofasies
dan sifat batubara yang terbentuk. Transisi dari lembah dan dataran aluvial
dengan dataran delta melalui sungai stadium dewasa yang banyak memiliki
meander. Endapan sedimen, umumnya berupa batupasir yang berselang-seling
dengan batulumpur. Daerah ini memiliki nilai TPI dan GI tinggi dengan
didominasi oleh maseral humotelitnite dan kandungan abu dan sulfur rendah.
c. Lower Delta Plain
Lingkungan pengendapan ini dibedakan dengan upper delta plain dari tingkat
pengaruh air laut terhadap sedimentasi. Endapan sedimen daerah ini terdiri dari
batulanau, batulempung, dan serpih yang diselingi oleh batupasir halus. Daerah
ini memiliki kandungan inertinit rendah dengan nilai GI tinggi. Kandungan
huminit didominasi oleh humodetrinit sehingga mempunyai nilai TPI yang
rendah sehingga menunjukkan tingginya proporsi tumbuhan dengan jaringan
lunak dan biodegradasi tinggi pada kondisi pH tinggi.
d. Backbarrier Strand Plain
Morfologi garis pantai dikontrol oleh rasio sedimentasi dengan energi pantai
yaitu gelombang, pasang, dan arus. Jika nilai rasio tinggi maka akan terbentuk
delta namun jika nilai rasio rendah, maka sedimentasi akan terdistribusi di
sepanjang pantai. Rawa gambut pada barrier beach memiliki permukaan yang
relatif lebih rendah terhadap muka air laut sehingga sering kebanjiran. Gambut
akan terakumulasi di suatu tempat jika fluktuasi air pasang tidak tinggi, sehingga
timbunan material gambut tidak berpindah tempat. Daerah ini dipengaruhi oleh
regresi dan transgresi air laut. Nilai GI dan TPI rendah dengan kandungan sulfur
relatif rendah apabila batubara terbentuk saat proses regresi sedangkan nilai GI,
TPI, dan kandungan sulfur yang tinggi jika batubara terbentuk saat proses
transgresi.
e. Estuary
30
Daerah endapan yang terbentuk ketika nilai rasio antara sedimentasi dengan
energi pantai sangat rendah. Sedimen pada saerah ini berupa perselingan
laminasi batulanau dan batupasir halus. Batubara yang terbentuk umumnya tipis
dan penyebarannya tidak terus menerus.
31
cal/gram) yang sebagian besar permintaannya berasal dari Cina dan India.
Pada tahun 2016, Indonesia mengekspor 80% dari produksi Batubara
(402.701.230 ton)
32
Gambar 18 peta persebaran formasi batubara di Indonesia
Gambar 17 peta penyebaran sumber dan cadangan batubara pada setiap daerah di
Indonesia
33
Daftar Pustaka
34