Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BLENDING BATUBARA

MURNIATI
09320200143
C1

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ilmiah dengan judul Blending Batubara..
Makalah ini disusun dengan maksimal untuk memenuhi salah satu tugas
pada mata kuliah Preparasi dan Pencucian Batubara serta mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu penulis meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir
kata kami berharap semoga makalah tentang Blending Batubara ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 27 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................. i

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 4

1.2 Maksud dan Tujuan........................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batubara......................................................................................................... 6

2.2 Blending Batuara............................................................................................ 14

2.3 Coal Blending Solusi Membentuk Grade Batubara Baru.............................. 16

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Komposisi Batubara....................................... 17

2.5 Teori Blending Lapangan............................................................................... 18

2.6 Mamfaat Blending Batubara.......................................................................... 20

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batubara merupakan salah satu bahan galian yang berpotensi untuk


dimanfaaatkan lebih lanjut selain minyak dan gas bumi, batubara pada saat ini lebih
banyak digunakan sabagai bahan bakar untuk pembangkit listrik seperti PLTU.
Walaupun sebenarnya batubara bermanfaat juga dalam sektor rumah tangga, industri
dan transportasi. Gas alami dari batubara tersebut bisa dimanfaatkan menjadi
berbagai produk seperti bahan bakar industri, produk hidrogen, produk solar dan
pembangkit listrik tenaga gas, bahan pabrik-pabrik dan diekspor untuk menambah
devisa negara.
Banyaknya jenis pemanfaatan batubara tersebut juga memiliki kriteria
batubara yang dibutuhkan untuk memaksimalkan penggunaannya. Oleh karena itu,
untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut batubara yang diproduksi harus
sesuai dengan syarat atau spesifikasi kualitas seperti kandungan air, kandungan abu,
zat terbang, nilai kalori dan sulfur yang diinginkan pasar dengan jumlah produksi
batubara juga harus memenuhi permintaan pasar. Namun dalam pemenuhan
kebutuhan tersebut masih terdapat kendala antara lain kadar abu, sulfur dan moisture
batubara yang mengalami perubahan kualitas.
Blending batubara adalah proses untuk memenuhi permintaan konsumen dan
agar batubara dengan kualitas rendah dapat bernilai ekonomis. Beberapa perusahaan
yang melakukan kegiatan blending batubara guna memenuhi permintaan pasar agar
batubara yang di kirim sesuai permintaan konsumen. Selain itu penerapkan sistem
mine brand untuk batubara hasil dari front penambangan dan market brand untuk
batubara yang siap dijual, bila mine brand telah memenuhi spesifikasi permintaan
maka batubara tersebut dapat langsung dipasarkan. Apabila spesifikasi tidak sesuai
dengan permintaan pasar, maka dilakukan blending untuk mengatasi permasalahan
sfesifikasi batubara yang tidak sesuai dengan permintaan pasar (Suparny, 2016).
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu agar mahasiswa/peserta
didik dapat mengetahui serta mengenal salah satu metode dalam meningkatkan
kualitas atau nilai batubara dengan metode blending serta tahapan – tahapan yang ada
didalamnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batubara

Batubara merupakan salah satu bahan bakar fosil berupa batuan sedimen
organik (non-klastik) yang dibentuk oleh sisa-sisa bagian tumbuhan dari vegetasi
prasejarah yang terakumulasi pada suatu area pengendapan, kemudian mengalami
proses pembatubaraan (coalification). Batubara terdiri atas unsur-unsur utama yaitu
karbon, hidrogen dan oksigen serta unsur-unsur tambahan seperti belerang dan
nitrogen. Batubara banyak dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit uap di
PLTU dan juga bentuknya bisa diubah menjadi zat cair dan gas (Dimas dkk, 2014
dalam Muchjidin, 2006).
2.1.1 Teori Terbentuknya Batubara
Teori yang menjelaskan terbentuknya batubara berdasarkan proses
pembentukannya yaitu:
a. Teori Insitu
Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk batubara
merupakan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di tempat batubara tersebut
terbentuk. Setelah tumbuh-tumbuhan tersebut tumbang atau roboh tumbuh
tumbuhan tersebut tidak mengalami proses transportasi dan segera tertimbun
oleh lapisan sedimen, untuk selanjutnya mengalami proses pembatubaraan
(coalification).
b. Teori Drift
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk batubara berasal
dari tempat yang berbeda dengan tempat pembentukan batubara. Dengan
demikian tumbuhan yang telah mati mengalami proses transportasi oleh
media air dan terakumulasi di suatu tempat dan selanjutnya tertutup oleh
sedimen-sedimen dan mengalami coalification.
2.1.2 Karakteristik Batubara
Pada batubara terdapat berapa substansi yang terbentuk selama proses terjadi
coalification. Substansi tersebut merupakan nilai yang terkadung dalam batubara.
Untuk mendapatkan nilai tersebut umumnya dilakukan pengujian dengan
mengunakan instrumen yang sesuai dengan metode standar yang telah ditentukan
dalam sistem klasifikasi batubara.
2.1.3 Klasifikasi Batubara
Pengklasifikasian batubara di dasarkan pada derajat dan kualitas dari batubara
tersebut, yaitu :
a. Gambut / Peat
Golongan ini sebenarnya termasuk jenis batubara, tapi merupakan
bahan bakar. Hal ini disebabkan karena masih merupakan fase awal dari
proses pembentukan batubara. Endapan ini masih memperlihatkan sifat awal
dari bahan dasarnya (tumbuh-tumbuhan).
b. Lignite
Golongan ini sudah memperlihatkan proses selanjutnya berupa
struktur kekar dan gejala pelapisan. Apabila dikeringkan, maka gas dan airnya
akan keluar. Endapan ini bisa dimanfaatkan secara terbatas untuk kepentingan
yang bersifat sederhana, karena panas yang dikeluarkan sangat rendah.
c. Sub-Bituminous
Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri tertentu yaitu warna yang
kehitamhitaman dan sudah mengandung lilin. Endapan ini dapat digunakan
untuk pemanfaatan pembakaran yang cukup dengan temperatur yang tidak
terlalu tinggi.
d. Bituminous
Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh
(brittle) dengan membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak
mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan. Endapan ini dapat digunakan
antara lain untuk kepentingan transportasi dan industri.
e. Anthracite
Golongan ini berwarna hitam, keras, kilap tinggi, dan pecahannya
memperlihatkan pecahan chocoidal. Pada proses pembakaran memperlihatkan
warna biru dengan derajat pemanasan yang tinggi. Digunakan untuk berbagai
macam industri besar yang memerlukan temperatur tinggi (Hertati, 2014).
2.1.4 Proses Pembentukan Batubara
Pembentukan batubara bisa dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap
penggambutan (peatification) dan tahap pembatubaraan (coalification).
a. Tahapan penggambutan (Peatification)
Tahap biokimia (penggambutan) adalah tahap ketika sisa-sisa
tumbuhan yang tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobic) di daerah
rawa dengan sistem penirisan (drainage system) yang buruk dan selalu
tergenang air beberapa ini dari dari permukaan air rawa. Material tumbuhan
yang busuk tersebut melepaskan unsure H, N, O dan C dalam bentuk senyawa
CO2, H20 dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobic
dan fungsi material tumbuhan itu diubah menjadi gambut (Stach, 1982, Opcit
Susilawati 1992).
Tahapan ini berawal dari tumbuhan yang tua lama kelamaan mati dan
menumpuk serta tertimbun di daerah rawa. Timbunan ini makin lama makin
tebal dan seiring laju pertambahan timbunan tumbuhan, terdapat pula laju
penurunan dasar rawa. Hal ini menyebabkan terakumulasinya timbunan
tumbuhan mati yang kemudian diuraikan oleh bakteri. Bagian-bagian
tumbuhan ini terurai dalam kondisi anaerob menjadi karbon dioksida, air dan
asam humin. Proses ini dinamakan humifikasi dengan gambut sebagai hasil
akhir (Sukandarrumidi, 1995).
b. Tahapan pembatubaraan (Coalification)
Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan proses diagenesis
terhadap komponen organik dari gambut yang menimbulkan peningkatan
temperatur dan tekanan sebagai gabungan proses biokimia, kimia fisika yang
terjadi karena pengaruh pembebanan sedimen yang menutupinya dalam kurun
waktu geologi. Pada tahap tersebut persentasi karbon akan meningkat,
sedangkan pesentasi hydrogen dan oksigen akan berkurang sehinnga
menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat maturitas material organiknya.
Tahap ini merupakan diagenesis atau pengubahan pada gambut akibat
adanya pengaruh tekanan dan peningkatan temperatur sebagai hasil gabungan
proses biokimia, fisik, serta kimia yang disebabkan pembebanan sedimen
dalam kurun waktu lama. Pada tahap ini terjadi peningkatan kandungan
karbon dan penurunan kandungan oksigen serta air. Gambut akan berubah
menjadi lignit atau sering disebut dengan brown coal.
Dengan adanya peningkatan temperatur dan tekanan terus-menerus,
lignit selanjutya akan berubah menjadi sub-bituminus. Batubara akan terus
mengalami perubahan fisika dan kimia sehingga memiliki warna yang lebih
hitam dan bertambah keras menjadi bituminus, lalu bisa meningkat lagi
menjadi batubara antrasit yang memiliki kandungan karbon tertinggi.
Kedalaman lapisan batubara bisa menimbulkan efek tekanan. Makin dalam
lapisan tersebut berarti mendapat tekanan dari lapisan tanah di atasnya
(overburden).
Makin lama terpendam, batubara itu akan mendapatkan tekanan dan
temperatur tinggi yang makin lama. Efeknya batubara akan menjadi makin
matang seiring semakin lamanya pemendaman. Selain itu, tekanan juga bisa
diakibatkan oleh aktivitas tektonik berupa shear atau gaya geser. Dalam
proses intrusi, tekanan juga memiliki andil, selain temperatur yang
mematangkan batubara yang diterobos. Pada dasarnya terdpat dua jenis
material yang membentuk batubara, yaitu:
1. Combustible Material
Yaitu bahan atau material yang dapat dibakar/dioksidasi oleh oksigen.
Material tersebut umumnya terdiri dari karbon padat (fixed carbon),
senyawa hidrokarbon, total sulfur, senyawa hidrogen dan beberapa
senyawa lainnya dalam jumlah kecil.
2. On Combustible Material
Yaitu bahan atau material yang dapat dibakar/dioksidasi oleh oksigen.
Material tersebut umumnya terdiri dari senyawa anorganik (SiO2, Al2O3,
Fe2O3,TiO2, Mn3O4, CaO, MgO, Na2O, K2O dan senyawa logam
lainnya dalam jumlah kecil) yang akan membentuk abu dalam batubara.
Kandungan non combustible material ini umumnya tidak diingini karena
akan mengurangi nilai bakarnya.
2.1.5 Analisis Kualitas Batubara
Kualitas batubara dapat dinyatakan dengan parameter yang ditujukan pada
saat memberikan perlakuan panas terhadap batubara, cara ini bisa disebut analisa
proksimat dan analisa ultimat.
a. Analisa proximate
Merupakan analisa pendahuluan untuk mengetahui kualitas batubara secara
pasar maupun perdagangan. Analisa proximate terdiri dari 4 (empat) nilai
analisa yang jika dijumlahkan akan bernilai 100%, yaitu:
1. Kandungan Air
Merupakan analisa untuk menentukan kadar air yang terkandung pada
batubara. Nilai moisture dapat digunakan untuk menghitung hasil-hasil
analisa ke dalam basis (kondisi) yang berbeda misalnya dry basis, dry ash
free, mineral matter free, as received, dan lain - lain.
2. Kandungan Abu
Analisa ini untuk mengetahui akumulasi jumlah abu yang dihasilkan dari
proses pembakaran batubara. Kadar abu dalam batubara dapat
menurunkan nilai kalori hasil pembakaran batubara. Nilai kandungan abu
mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling), keausan dan korosi alat yang
dilalui.
3. Kandungan Zat Terbang
Volatile matter merupakan zat organik (organic volatile matter) maupun
anorganik (inorganic volatile matter) pada batubara yang menguap atau
berubah menjadi gas saat batubara dibakar. Adapun volatile matter dari
hasil pembakaran batubara terdiridari gas-gas yang mudah terbakar seperti
hidrogen, karbon monoksida, metan dan gas yang tidak terbakar seperti
karbon dioksida.
4. Fixed Carbon atau Karbon Tertambat
Adalah karbon yang terdapat dalam batubara dimana bagian yang
menghasilkan energi saat batubara dibakar. Jumlahnya ditentukan oleh
kandungan air, kandungan abu dan kandungan zat terbang.
b. Analisa Ultimate
Didefinisikan sebagai analisis batubara yang dinyatakan dalam kandungan
unsur karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen. Analisa ini menjelaskan
bahwa batubara terdiri dari semua unsur tersebut dengan total komposisi
masing-masing unsur tersebut sebesar 100% dalam suatu massa batubara.
Analisa ultimate, merupakan metode untuk menentukan nilai kalori. Nilai
kalori adalah jumlah panas (kalor) yang dihasilkan oleh pembakaran
sempurna (Saputra, 2014).
c. Parameter Kualitas Batubara
Penilaian kualitas batubara ditentukan oleh beberapa parameter yang
terkandung dalam batubara yang ditentukan dari sejumlah analisis di
laboratorium, parameter kualitas batubara umumnya terdiri dari :
1. Kandungan Air Total (Total Moisture)
Kandungan air total adalah banyaknya air yang terkandung dalam
batubara sesuai dengan kondisi lapangan. Kandungan air total sangat
dipengaruhi oleh ukuran butir batubara dan iklim daerah sekitar yang
dinyatakan dalam % dan dasar pelaporan dari batubara dalam keadaan
insitu (ar).
2. Kandungan Air Bawaan (Inherent Moisture)
Merupakan kandungan air yang ada pada batubara bersama dengan saat
terbentuknya batubara tersebut. Kandungan air bawaan berhubungan erat
dengan nilai kalori, umumnya bila kandungan air bawaan berkurang maka
nilai kalori meningkat demikian juga sebaliknya yang dinyatakan dalam %
dasar pelaporan dalam kondisi bebas air permukaan (adb).
3. Zat Terbang (Volatile Matter)
Merupakan zat aktif yang terdapat pada batubara yang menghasilkan
energi atau panas apabila batubara tersebut dibakar, sehingga zat terbang
merupakan zat aktif yang mempercepat proses pembakaran. Zat terbang
tersebut terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar seperti hidrogen (H),
karbon monoksida (CO) dan metana (CH4) yang dinyatakan dalam %
dasar pelaporan dalam kondisi bebas air permukaan (adb).
4. Nilai Kalori (Calorific Value)
Nilai kalori yaitu jumlah panas yang dihasilkan apabila sejumlah tertentu
batubara dibakar. Nilai kalori ditentukan dari kenaikan suhu pada saat
sejumlah tertentu batubara dibakar. Satuannya dinyatakan dalam Kkal/kg
dan dasar pelaporan dalam kondisi bebas air permukaan (adb). Calorfic
value dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Gross Calorfic Value (GCV)
Gross calorfic value (GCV) merupakan nilai kalor yang biasa dipakai
sebagai laporan analisis. Atau kalor yang dihasilkan oleh pembakaran
sempurna satu satuan berat bahan bakar padat atau cair, atau satu
satuan volume bahan bakar gas, pada tekanan tetap, suhu 250°C,
apabila semua air yang mulamula berwujud cair setelah pembakaran
mengembun menjadi cair kembali.
b. Net Calorfic Value (NCV)
Net Calorfic Value (NCV) merupakan nilai kalor yang benar-benar
dimanfaatkan dalam proses pembakaran batubara. Atau kalor yang
besarnya sama dengan nilai kalor atas dikurangi kalor yang diperlukan
oleh air yang terkandung dalam bahan bakar dan air yang terbentuk
dari pembakaran bahan bakar untuk menguap pada 250°C dan tekanan
tetap. Air dalam sistem setelah pembakaran berwujud uap air pada
250°C
5. Kandungan Sulfur (Total Sulfur)
Digunakan untuk mengetahui kandungan total belerang yang terdapat
pada batubara dengan membakar sampel batubara pada suhu tinggi, yang
dinyatakan dalam %, dan dasar pelaporan dalam kondisi bebas air
permukaan (adb). Sulfur dalam batubara terdapat dalam tiga bentuk utama
yaitu :
a. Sulfur piritik
Sulfur piritik jumlahnya sekitar 20-30% dari sulfur total dan
terasosiasi dalam abu. Sulfur piritik umumnya dapat dihilangkan
dengan proses pencucian batubara.
b. Sulfur organik
Sulfur organik jumlahnya sekitar 20-80% dari sulfur total dan secara
kimia terikat di dalam batubara, biasanya berasosiasi dengan sulfat
selama proses pembatubaraan.
c. Sulfat
Sulfat kebanyakan sebagai kalsium sulfat, natrium sulfat, dan besi
sulfat, jumlahnya sangat kecil kecuali pada batubara yang telah
terekspos dan telah teroksidasi.
6. Kandungan Abu (Ash Content)
Merupakan sisa-sisa zat anorganik yang terkandung dalam batubara
setelah dibakar. Kandungan abu tersebut dapat dihasilkan dari pengotor
bawaan dalam proses pembentukan batubara maupun dari proses
penambangan yang dinyatakan dalam %, dasar pelaporan dalam kondisi
bebas air permukaan (adb).
7. Karbon Tertambat (Fixed Carbon)
Merupakan karbon yang tertinggal sesudah zat belerang dan kandungan
airnya hilang. Dengan adanya pengeluaran zat terbang dan kandungan air
maka karbon tertambat secara otomatis akan naik, sehingga semakin
tinggi kandungan karbon maka kelas batubaranya akan naik. Karbon
tertambat didapat dari 100% dikurangi dengan jumlah dari kandungan air
bawaan, abu dan zat terbang, yang dinyatakan dalam %, dasar pelaporan
dalam kondisi bebas air permukaan (adb) (Nurisman, 2014).
2.2 Blending Batubara

Coal Blending atau pencampuran batubara adalah penggabungan atau


penimbunan secara bersamaan dan terus-menerus dalam waktu tertentu dari dua atau
lebih material (batubara beda kualitas), yang dianggap mempunyai komposisi yang
konstan (parameter kualitas konstan) dan terkontrol proporsinya. Pencampuran
dilakukan pada batubara yang berbeda nilai kalori, kandungan sulfur dan kandungan
abu, sehingga kualitas batubara hasil campuran merupakan perpaduan dari parameter
kualitas batubara yang dicampur. Pencampuran batubara dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, dengan komposisi yang
homogen.
Dalam pengertian lain, blending adalah suatu proses pencampuran beberapa
batubara yang memiliki kualitas yang berbeda sehingga membentuk suatu batubara
dengan kualitas tertentu yang diinginkan. Proses blending tidak selalu bertujuan
untuk meningkatkan nilai kalori batubara tetapi juga untuk mencapai komposisi
tertentu dari batubara sesuai dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Adapun
beberapa parameternya antara lain nilai kalori, moisture, abu, sulfur AFT (fusion
temperature) dll. Dalam melakukan blending dapat dilakukan dengan kalkulasi
kualitas blending dengan rumusan berikut:
Kc = K1 x X1 x K2 X X2 + …. Kn x Xn
X1 x X2 + ……Xn
Keterangan:
Kc = kualitas hasil blending
K1 = kualitas batubara satu
K2 = kualitas batubara dua
Kn= kualitas batubara n
X1= kuantitas batubara sattu
X2 = kuantitas batubara dua
Xn= kuantitas batubara (Anwary, 2014)
Beberapa alasan perlu dilakukannya proses blending yaitu batubara tidak
memenuhi spesifikasi pasar (kurang memiliki nilai jual) kesulitan perolehan batubara
yang sesuai dengan spesifikasi pasar tanpa proses blending. Batubara yang tidak
memenuhi spesifikasi pasar sering menimbulkan persoalan teknis sebagai contoh
ketika dibakar di dalam boiler PLTU akan menimbulkan masalah seperti korosi,
slagging, fouling, bottom ash problems yang berdampak pada penurunan efisiensi
termal.
Sehingga coal blending sangat diperlukan untuk mengantisipasi
permasalahan-permasalahan khususnya untuk PLTU batubara kedepan dan
mendukung unit pembangkit agar mampu beroperasi secara optimal. Untuk
mendapatkan kualitas batubara yang sesuai dengan permintaan pasar dilakukan
blending batubara high dan low grade dengan perbandingan tertentu. Faktor penting
yang harus diperhatikan dalam proses blending adalah:
a. Kuantitas batubara yang ada di stockpile.
b. Variasi parameter batubara yang akan diblending.
c. Parameter yang menjadi tolak ukur blending (nilai kalori dan total sulfur).
d. Peralatan blending yang memadai.
e. Kapasitas stockpile harus mencukupi (Nurisman dkk, 2014).
2.2.1 Metode Blending
a. Chevron Stockpiling
Adalah suatu cara blending dengan membentuk tumpukan menurut garis bujur
dari penampang silang (cross section) berbentuk segitiga dimana komponen-
komponen berurutan ditimbun sama rata sepanjang poros tengah tumpukan.

Gambar 2.1 Chevron Stockpiling


b. Windrow Stockpiling
Adalah suatu cara blending membentuk tumpukan menurut garis bujur dari
penampang saling berbentuk segituga yang dimana komponen-komponen
berurutan ditimbang dalam tumpukan yang berdampingan maju membentuk
keseluruhan tumpukan

Gambar 2.2 Windrow Stockpiling

c. Layered stockpiling
Merupakan cara membentuk tumpukan dimana komponen-komponen
berurutan ditambahkan dalam bentuk lapisan.

2.3 Coal Blending Solusi Membentuk Grade Batubara Baru

Proses pencampuran batubara digunakan untuk mencapai kualitas atribut yang


diinginkan. Pengaplikasian batubara yang dimaksud adalah pembangkit uap dan
kokas. Proses ini harus dilakukan untuk menghindari kehilangan faktor keekonomian.
Salah satu tingginya grade batubara berada di stockpile. Batubara hasil campuran
merupakan perpaduan dari semua kualitas batubara. Dengan kata lain, batubara
kualitas rendah dapat memenuhi persyaratan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Atribut kualitas dalam pencampuran akan berbeda dari satu lokasi tambang ke lokasi
tambang. Dan tergantung pula pada lapisan batubara bervariasi dalam kualitas dan
tujuan akhir penggunaannya.
Dalam batubara termal, atribut kualitas yang menarik mencakup abu, bahan
yang mudah menguap, sulfur total dan nilai kalor bruto. Untuk batubara kokas,
terkadang mempertibangkan atribut termasuk jumlah pembengkakan wadah, fluiditas,
dan RoMax. Setelah melakukan hasil coal blending ada pemeriksaan ulang oleh
independent surveyor. Pihak ketiga yang bertugas untuk memenuhi parameter yang
diminta buyer.
a. Gross valorie value adalah jumlah panas volume konstan yang telah diketahui
sesuai ketentuan.
b. Total moisture adalah jumlah keseluruhan air yang di permukaan dan di
dalam batubara.
c. Equilibrium moisture adalah jumlah air di dalam batubara yakni inheren
moisture dalam batubara.
d. Ash content adalah jumlah material yang tersisa dalam proses pembakaran
batubara.
e. Fixed Carbon adalah jumlah karbon tertambat dalam suatu batubara.
f. Total sulfur adalah jumlah sulfur yang berada pada batubara organik dan
anorganik.
g. HGI adalah tingkat ketergerusan batubara menjadi bubuk atau debu.
Pencampuran batubara memiliki sifat heterogen meski area pertambangan
tidak menjamin kesamaan kualitas. Terlebih spesifikasi atau parameter yang diminta
oleh buyer untuk keperluan bisnis mereka.

2.4 Faktor yang mempengaruhi komposisi batubara

Terdapat faktor yang mempengaruhi bisa mempengaruhi komposisi blending


batubara yaitu:
a. Batubara terkontaminasi dengan material lain
b. Terlalu lama menyimpan batubara di stockpile sehingga dapat menurunkan
kualitas.
c. Hujan terus menerus
Coal blending sebenarnya upaya meningkatkan nilai keekonomian batubara.
Pada kenyataannya, batubara bersifat heterogen dengan kualitasnya yang berbeda-
beda di tiap lokasi penambangan.
2.5 Teori Blending Lapangan

Dalam pelaksanaan proses blending di stockpile harus didukung oleh analisis


data laboratorium, sehingga didapatkan kualitas yang diharapkan. Prinsip kerja
blending di stockpile adalah mencampur dua jenis atau lebih kualitas batubara dengan
proporsi perbandingan yang telah ditentukan. Ada beberapa teori pencampuran
batubara di lapangan, antara lain:
2.5.1 Metode Curah Langsung
Metode ini menggunakan alat penumpah sebanyak dua buah yang
menumpahkan material ke apron feeder.
2.5.2 Metode Dua Conveyor
Cara kerja dari metode ini adalah batubara ditumpahkan oleh dua buah alat
penumpah batubara pada apron feeder. Setelah dua buah apron feeder tersebut penuh
maka AF 1 dan AF 2 dibuka bersamaan dengan aliran tertentu berdasarkan
perhitungan komposisi blending.
2.5.3 Metode Silang
Dua buah tumpukan batubara berada pada posisi yang saling berdekatan
sehingga lahan bebas tidak terdapat diantara kedua tumpukan tersebut.
2.5.4 Metode Berlapis
Metode ini dapat digunakan pada kondisi dimana tumpukan batubara saling
berjauhan dan terdapat lahan bebas berada diantara kedua tumpukan tersebut.
2.5.5 Metode tumpah dorong
Metode seperti ini dilakukan pada batubara yang baru di dumping di stockpile
yang berasal dari front penambangan.
Teknik blending batubara yang umum dilakukan adalah dengan menggunakan
teknik pengaturan tumpukan (stacking) pada stockpile dan teknik pengaturan laju
batubara pada conveyer. Proses pencampuran di lapangan kadangan kala tidak
mencapai titik optimum dan tidak sesuai dengan target yang di inginkan
sehingga mengurangi kualitas dari batubara itu sendiri. Aspek - aspek penyebab
ketidaktercapaian target nilai kalori yang ditetapkan adalah ketidakcapaain kualitas
batubara sesuai permintaan.
Selain itu juga dapat disebabkan oleh ketidaksesuain rasio komposisi berat
batubara yang akan dilakuan pencampuran, sehingga nilai kalori diperoleh dibawah
target yang akan diminta oleh konsumen. Metode simpleks digunakan dalam
perhitungan proporsi pencampuran batubara. Metode ini menggunakan iterasi sebagai
proses perhitungannya. Metode ini dapat digunakan dalam menyelesaikan model
formulasi linear programming yang mempunyai dua atau lebih variabel keputusan.
Program POM-QM for Windows digunakan pada perhitungan metode simpleks .
Program POM-QM (Production and Operations Management Quantitatif Method)
merupakan sebuah progam komputer yang fungsinya untuk menyelesaikan masalah
mengenai produksi dan manajemen operasi yang bersifat kuantitatif. Dalam
menganilis kualitas hasil dilakukan analisis regresi linear sederhana. Regresi ini
adalah cara untuk mendapatkan hubungan antara variabel terikat (Y) dengan sebuah
variabel bebas (X). Bentuk umum untuk persamaan linier sederhana secara umum
adalah dapat ditulis berikut ini:
Y = a + bX
Keterangan:
Y : variable terikat
X : variable bebas
B : konstanta
Rumus dasar perhitungan blending juga meliputi (Batubara A x P) +
(Batubara B x P ) n = Batubara C 
Dimana :
Batubara A = Batubara yang akan dicampur.
Batubara B = Sebagai pencampur batubara A.
Batubara C = Batubara dari hasil akhir pencampuran.
Dalam melakukan blending dapat dilakukan dengan mengkalkulasi kualitas
dan kuantitas blending dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :
QB = (Q1 x W1 ) + (Q2 x W2 ) +⋯(Qn xWn) / (W1+ W2) + ⋯ (Wn+Wn)
Dimana :
QB = kualitas hasil blending
Q1 = kualitas batubara 1 (kkal/kg)
Q2 = kualitas batubara 2 (kkal/kg)
Qn = kualitas batubara n
W1 = kuantitas batubara 1 (ton)
W2 = kuantitas batubara 2 (ton)
Wn = kuantitas batubara n

2.6 Mamfaat Blending Batubara

Stockpile management berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan


proses. Sebagai  strategi persediaan terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek
atau jangka panjang. Disamping tujuan tersebut di stockpile juga digunakan untuk
mencampur batubara supaya terjadi homogenisasi yang bertujuan untuk menyiapkan
produk dari satu tipe material dimana kualitas batubara dan ukurannya disamakan.
Dalam proses homogenisasi ada dua jenis proses pengerjaan yaitu coal blending dan
coal mixing.
Manfaat blending batubara atau coal blending adalah untuk memperoleh
produk akhir dari dua atau lebih tipe batubara yang dimana batubara akan
terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi jumlah yang cukup besar untuk
mengenali salah satu dari tipe batu bara tersebut ketika proses pengambilan contoh
dilakukan. Sedangkan mixing merupakan salah satu tipe batubara yang tercampur
masih dapat dilokasikan dalam kuantitas kecil dari hasil campuran material dari dua
atau lebih tipe batubara.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pencampuran atau blending adalah penggabungan atau penimbunan secara


bersamaan dan terus menerus dalam waktu tertentu dari dua atau lebih material
(batubara beda kualitas), yang dianggap mempunyai komposisi yang konstan
(parameter kualitas konstan) dan terkontrol proporsinya. Dalam hal ini pencampuran
dilakukan terhadap batubara yang berbeda kualitasnya, sehingga kualitas batubara
hasil campuran merupakan perpaduan dari semua parameter kualitas batubara yang
dicampur atau dengan kata lain batubara dengan kualitas rendah akan menjadi lebih
baik dan dapat memenuhi batasan-batasan persyaratan untuk memenuhi permintaan
konsumen.
Kriteria optimal dalam kajian pencampuran batubara ini adalah
memaksimalkan pemanfaatan batubara kualitas rendah tanpa melebihi batasan yang
ada. Diharapkan dari kajian ini pemanfaatan batubara dapat optimum sehingga
perolehan tambang akan bertambah dan juga dapat memenuhi permintaan konsumen
akan batubara dengan kualitas tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

American Society for Testing and Materials. 2002. Standard Quality of Coal Mining :
ASTM Internasional.
Anonim. 2014. Coal Mining Company. http://www.bayan.com.sg/index.php/en/ 7
Oktober 2014.
Anonim. 2017. Informasi Jual Beli Batubara. https://idmining.wordpress.com/2017/
07/03/in formasi-jual-beli-batubara/ 3 Juli 2017.
Bennylin. 2019. Batubara. https://Wikipedia.co.id/ 06 juli 2019.
Carpenter, Anne M. 1995. “Management Of Coal Stockpile”. IEA Coal Reseach.
Satuan Kerja Kendali Produk PT Bukit Asam. 2019. PT. Bukit Asam, Tbk Tarahan :
Bandar Lampung.
Suparny, Eny. 2016. Kajian Optimalisasi Pencampuran Batubara Beda Kualitaas
untuk Memenuhi Permintaan Konsumen Di PT Berau Coal, Kabupaten Berau
Provinsi Kalimantan Timur. http://eprints.upnyk.ac.id/8707/ 11 November
2016.

Anda mungkin juga menyukai