Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

LIMBAH BAHAN BERBAHAYA BERACUN (LB3)


PERTAMBANGAN DAN PENGELOLAANNYA

A. Capaian Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah diharapkan mahasiswa memahami
sumber limbah kegiatan pertambangan, hierarki pengelolaan limbah, dan
potensi dampak limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) terhadap
lingkungan.

B. Kompetensi Dasar Pembelajaran


Menjelaskan tentang LB3 termasuk sumber penghasil, strategi
pengelolaan, dan dampak yang mungkin ditimbulkanjika tidak dilakukan
pengelolaan

C. Indikator Pembelajaran
1. Menjelaskan sumber LB3 dalam sebuah kegiatan pertambangan.

2. Menjabarkan strategi dan hierarki pengelolaan LB3 pada kegiatan


pertambangan.

3. Menjelaskan dampak LB3 terhadap komponen lingkungan hidup.

D. Peta Konsep

LIMBAH BAHAN BERBAHAYA


BERACUN (LB3)PERTAMBANGAN
DAN PENGELOLAANNYA

SUMBER LIMBAH HIRARKI POTENSI DAMPAK


PENDAHULUAN KEGIATAN PENGELOLAAN LB3 TERHADAP
PERTAMBANGAN LIMBAH LINKUNGAN
E. Materi Pembelajaran
1. Pendahuluan
Pertambangan merupakan kegiatan yang kompleks dengan
melibatkan peralatan berat dan ringan, teknologis, proses produksi
(mesin), dan material pendukung. Dalam kegiatan yang dilakukan akan
menghasilkan residu yang umumnya disebut dengan limbah. Sebagai
ilustrasi bahwa brazil menghasilkan 3,6 miliar ton limbah padatan
penambangan selama periode 11 tahun dimana angka tersebut setara
dengan 62% dari total mineral (bukan bahan bakar) yang ditambang dari
perut bumi pada tahun 2006 (Carmio et al, 2020).
Volume limbah yang dihasilkan kegiatan pertambangan tentu
memerlukan upaya pengelolaan yang terencana dan efektif sehingga
limbah dapat termanfaatkan Kembali atau teroleh sesuai dengan
persyaratan pengolahan. Saat ini Pemerintah Republik Indonesia telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan sebelumnya juga telah
dikeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. Beberapa Jenis pengelolaan dengan suhu tinggi menggunakan
insinerator, dan penyimpanan sementara di Tempat Penyimpanan
Sementara (TPS) LB3 seperti ditunjukkan pada gambar 6-1a−6-1b

Gambar 6-1a Fasilitas Gambar 6-1b Fasilitas


Insinerator TPS LB3
Pemenuhan terhadap perundangan yang berlaku juga mengikat pada
kegiatan pertambangan dan operasinya di mana pertambangan dalam
melakukan pengelolaan limbah yang dihasilkan, dalam kaitannya dengan
pengelolaan limbah maka perusahaan pertambangan harus memetakan
sumber dan jenis limbah yang dihasilkan. Selain itu identifikasi terhadap
hierarki pengelolaan limbah juga harus dilakukan sehingga pengelolaan
limbah akan efektif dalam perspektif lingkungan, dan ekonomi (cost).

2. Sumber Limbah Kegiatan Pertambangan


Limbah kegiatan pertambangan umumnya diklasifikasikan
berdasarkan karakteristik fisik dan kimia serta sumber penghasil
limbahnya. Beberapa aktivitas pertambangan yang menghasilkan limbah
telah dideskripsikan oleh Lottermoser (2010) seperti ditampilkan pada
Tabel 6-1.
Tabel 6-1 Limbah Kegiatan Penambangan dan Pengolahan
Aktivitas penghasil limbah Jenis Limbah
Tambang terbuka, tambang bawah Limbah batuan, overburden, air
tanah asam tambang, emisi
Pengelolaan mineral, pencucian Tailings, lumpur/Sludge, air
batubara proses, emisi
Pyrometallurgy, hydrometallurgy, Slags, abu, debu, ore terlindi, air
electrometallurgy proses, emisi

Limbah yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan umumnya


bersifat site spesifik dimana jenis dan volume limbah dipengaruhi oleh
beberapa parameter antara lain jenis mineral, metode penambangan,
skala penambangan, dan metode penempatan tailings. Salah satu site
pertambangan mineral tembaga-emas di Indonesia menghasilkan dua
jenis limbah yaitu limbah bahan berbahaya beracun (LB3) dan limbah
Non-B3 seperti ditunjukkan pada Gambar 6-2. Limbah B3 yang dihasilkan
kemudian dikelola dengan menempatkan pada Tempat Penyimpanan
Sementara (TPS) LB3 yang selanjutnta dikirimkan kepada pihak
ketiga/pengolah berizin.
Gambar 6-2 Limbah Hasil Pertambangan Mineral Tembaga
Informasi mengenai jenis limbah akan membantu perusahaan untuk
menentukan strategi pengelolaanya di mana limbah Non-B3 akan
ditempatkan pada sanitary landfill sedangkan limbah B3 akan ditempat
di TPS berizin selama periode 90 hari atau sesuai ketentuan perundangan
yang berlaku. Pengujian karakteristik merupakan salah satu upaya untuk
mengklasifikasikan limbah. Dalam melakukan uji karakteristik kimia
terhadap sebuah produk maka proses pelindian dilakukan untuk
mendeteksi kandungan logam yang terkandung dalam sebuah produk
misalnya genting beton, bata beton, plesteran semen (Husiin et al, 2011;
Mulia and Sari 2018). Proses pelindian juga dapat digunakan untuk
menentukan apakah sebuah produk dikategorikan sebagai bahan
berbahaya dan beracun atau tidak di mana salah satu teknik pelindian
yang digunakan adalah Toxicity Characteristic Leaching Procedure
(TCLP).

3. Hierarki Pengelolaan Limbah


Dalam melakukan pengelolaan limbah baik limbah B3 maupun
limbah non-B3 memiliki konsep yang serupa di mana pola pengelolaan
yang dilakukan seperti ditampilkan pada Gambar 6-3. Prinsip-prinsip
yang harus dilakukan dalam melakukan dalam melakukan pengelolaan
limbah adalah menghindari (avoid), mengurangi (reduce), menggunakan
Kembali (recoveryI), mengolah (treatment), dan membuang (disposal).
Jika mengacu ke Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah B3 maka prinsip pengelolaan Limbah B3
meliputi pengurangan (reduce), pengumpulan (collecting), pengangkutan
(transporting), pemanfaatan (ultizing), pengolahan (treatment),
penimbunan (landfilling).

Gambar 6-3 Hierarki Pengelolaan Limbah


Terminologi terhadap pengelolaan limbah perlu diketahui sehingga
strategi yang diterapkan sesuai dengan perundangan yang berlaku.
Adapun terminology yang digunakan dalam pengelolaan limbah
dijabarkan secara lebih rinci pada Tabel 6-2
Tabel 6-2 Terminologi Pengolahan Limbah

Terminologi Deskripsi Contoh Aplikasi


Pengurangan Kegiatan Penghasil Limbah B3 Pengurangan
limbah B3 untuk mengurangi jumlah penggunaan bahan B3
dan/atau racun dari Limbah B3 dan menggantikan
sebelum dihasilkan dari suatu dengan bahan yang
usaha dan/atau kegiatan. lebih ramah
lingkungan
Pemanfaatan Kegiatan penggunaan Kembali, Recovery logam
Limbah B3 daur ulang dan/atau perolehan berharga seperti Au,
Kembali yang betujuan untuk Cu, Ag, Pt dari limbah
mengubah Limbah B3 menjadi elekronik
produk yang dapat digunakan
sebagai substitusi bahan baku,
bahan penolong, dan/atau
bahan bakar yang aman bagi
Kesehatan manusia dan
lingkungan hidup
Pengolahan Proses untuk mengurangi Insinerasi terhadap
Limbah B3 dan/atau menghilangkan sifat limbah medis yang
bahaya dan/atau sifat racun dihasilkan oleh
fasilitas kesehatan
Penimbunan Kegiatan menempatkan Limbah Membuat fasilitas
Limbah B3 B3 pada fasilitas penimbunan penimbunan (landfill)
dengan maksud tidak yang dilengkapi
membahayakan Kesehatan dengan geomembrane
manusia dan lingkungan hidup dan sumur pantau air
tanah
Pembuangan kegiatan membuang, Pembuangan limbah
Limbah B3 menempatkan, dan/atau tailings ke laut pada
memasukkan limbah dan/atau kedalaman tertentu
bahan dalam jumlah,
konsentrasi, waktu, dan lokasi
tertentu dengan persyaratan
tertentu ke media lingkungan
hidup tertentu
Sumber: PP 101 Tahun 2014

4. Potensi Dampak LB3 terhadap Lingkungan


Limbah yang tidak dikelola dengan baik tentu akan memberikan
dampak ke manusia dan lingkungan. Beberapa jenis limbah
pertambangan yang telah dipaparkan di atas antara lain limbah cair
domestik, limbah B3, dan limbah padat. Dampak yang didtimbulkan dari
limbah-limbah tersebut antara lain:

i. Limbah medis dapat menimbulkan patogen yang dapat berakibat


buruk terhadap manusia dan lingkungannya (Asrun et all, 2022).
ii. Limbah cair domestik menimbulkan pencemaran terhadap sumber
air tanah dan badan air sehingga berpengaruh pada nilai E-coli
(Megarini et al, 2015).
iii. Limbah tailing pertambangan yang bersifat asam mencemari
sungai/air permukaan sehingga memberikan dampak kepada
manusia dan mahluk hidup lainnya seperti bekas tambang
tembaga, timbal, seng, dan timah di akhir abad 19 dan awal abad
(Lottermoser, 2010)
iv. Limbah B3 (umum) dapat mencemari badan air dan tanah. Selain
itu, paparan bahan berbahaya beracun (B3) dapat menyebabkan
kerusakan pada berbagai jaringan/organ tubuh manusia
(Sudarmadji et al, 2016)
Dampak yang ditimbulkan oleh limbah pertambangan memerlukan
pengelolaan khusus seperti dipaparkan pada subbab 3. Dengan
pengelolaan yang tepat maka potensi dampak yang mungkin
timbul dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Upaya-upaya
pemanfaatan LB3 dapat pula menjadi praktik terbaik
pertambangan (good mining practices) sebagai upaya melindungi
lingkungan dan mendapatkan izin sosial beroperasi serta
pemenuhan peraturan perundangan.

Anda mungkin juga menyukai