Pengertian Limbah B3
Definisi limbah B3 ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi
yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability,
reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan
kesehatan manusia.
Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Pasal 1 (21) mendefinisikan bahan
berbahaya dan beracun (disingkat B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang
karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lain.
Sedangkan definisi menurut OSHA (Occupational Safety and Health of the United State
Government) adalah bahan yang karena sifat kimia maupun kondisi fisiknya sangat
berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan properti dan atau
lingkungan.
B. Cara Mengolah dan Menangani Limbah B3 Dengan Benar
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar
atau dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat membahayakan manusia
dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih khusus
dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisik, biologi, maupun
kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah
limbah B3 masih memerlukan metode pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko
terjadi pencemaran. Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umumnya diterapkan
adalah sebagai berikut.
Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi.
Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah
stabilisasi/ solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk fisik dan
sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu untuk
memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah,
sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi
adalah semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik.
Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3
namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun
hasil pembakaran tidak mencemari udara.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini
dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan
bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan
Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-
bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran
oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode Kimia
atau Fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan
Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama
untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan
makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke
dalam rantai makanan di ekosistem.
Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah
dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam, di
bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini
akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Namun,
sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau korosi pipa atau pecahnya
lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes kelapisan tanah.
Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk
limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan
limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan mengendap di dasar.
Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam
kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3
bersama air limbah sehingga mencemari udara.
Teknologi pengolahan Limbah B3secara umum dapat dibagi empat macam, meliputi
proses fisika/fisikokimia, proses kimia, proses biologi, dan proses termal. Secara umum
skema teknologi pengolahan limbah B3 terhadap jenis limbah B3 yang berbeda-beda dapat
dilihat pada gambar di bawah ini. Pemilihan teknologi pengolahan limbah B3 disesuaikan
dengan karakteristik limbah B3 tersebut.
Upaya pengelolaan limbah B3 di industri besi dan baja dapat dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut:
6. Nickel (Ni)
Nikel berupa logam berwarna perak dalam bentuk berbagai mineral.Ni diproduksi
dari biji Nickel, peleburan/ daur ulang besi, terutama digunakan dalam berbagai macam baja
dan suasa serta elektroplating.Salah satu sumber terbesar Ni terbesar di atmosphere berasal
dari hasil pembakaran BBM, pertambangan, penyulingan minyak, incenerator.Sumber Ni di
air berasal dari lumpur limbah, limbah cair dari “Sewage Treatment Plant”, air tanah dekat
lokasi landfill.Pemajanan: melalui inhalasi, oral dan kontak kulit.
Dampak terhadap Kesehatan :Ni dan senyawanya merupakan bahan karsinogenik.
Inhalasi debu yang mengandung Ni-Sulfide mengakibatkan kematian karena kanker pada
paru-paru dan rongga hidung, dan mungkin juga dapat terjadi kanker pita suara.
7. Pestisida
Pestisida mengandung konotasi zat kimia dan atau bahan lain termasuk jasad renik
yang mengandung racun dan berpengaruh menimbulkan dampak negatif yang signifikan
terhadap kesehatan manusia, kelestarian lingkungan dan keselamatan tenaga kerja. Pestisida
banyak digunakan pada sektor pertanian dan perdagangan/ komoditi.Pemajanan melalui :
Oral, Inhalasi, Kulit
Dampak pada Kesehatan :Pestisida golongan Organophosphat dan Carbamat dapat
mengakibatkan keracunan Sistemik dan menghambat enzym Cholinesterase (Enzim yang
mengontrol transmisi impulse saraf) sehingga mempengaruhi kerja susunan saraf pusat yang
berakibat terganggunya fungsi organ penting lainnya dalam tubuh. Keracunan pestisida
golongan Organochlorine dapat merusak saluran pencernaan, jaringan, dan organ penting
lainnya.
8. Arsene
Arsene berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air di
temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain. Senyawa Arsen dengan
oksigen, clorin atau belerang sebagai Arsen inorganik, sedangkan senyawa dengan Carbon
dan Hydrogen sebagai Arsen Organik.Arsen inorganik lebih beracun dari pada arsen organik.
Suatu tempat pembuangan limbah kimia mengandung banyak arsen, meskipun bentuk
bahan tak diketahui (Organik/ Inorganik). Industri peleburan tembaga atau metal lain
biasanya melepas arsen inorganik ke udara. Arsen dalam kadar rendah biasa ditemukan pada
kebanyakan fosil minyak, maka pembakaran zat tersebut menghasilkan kadar arsen inorganik
ke udara Penggunaan arsen terbesar adalah untuk pestisida.
Pemajanan Arsen ke dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari makanan /
minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian
masuk ke peredaran darah.
Dampak terhadap Kesehatan:Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia
sejak lama, yang dapat mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan
kerusakan jaringan. Bila melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi
saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare.
Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih,
gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal.
9. Nitrogen Oxide (NOx)
NOx merupakan bahan polutan penting dilingkungan yang berasal dari hasil
pembakaran dari berbagai bahan yang mengandung Nitrogen.Pemajanan manusia pada
umumnya melalui inhalasi atau pernafasan.
Dampak terhadap kesehatan berupa keracunan akut sehingga tubuh menjadi lemah,
sesak nafas, batuk yang dapat menyebabkan edema pada paru-paru.
10. Sulfur Oxide (SOx)
Sumber SO2 bersal dari pembakaran BBM dan batu bara, penyulingan minyak,
industri kimia dan metalurgi.Dampak pada kesehatan berupa keracunan akut:
a. Pemajanan lewat ingesti efeknya berat, rasa terbakar di mulut, pharynx, abdomen yang
disusul dengan muntah, diare, tinja merah gelap (melena). Tekanan darah turun drastis.
b. Pemajanan lewat inhalasi, menyebabkan iritasi saluran pernafasan, batuk, rasa tercekik,
kemudian dapat terjadi edema paru, rasa sempit didada, tekanan darah rendah dan nadi
cepat.
c. Pemajanan lewat kulit terasa sangat nyeri dan kulit terbakar.
11. Karbonmonoksida (CO)
Karbonmonoksida adalah gas yang tidak berbau dan tidak berwarna, berasal dari hasil
proses pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung rantai karbon
(C).Pemajanan pada manusia lewat inhalasi.
Dampak pada kesehatan :
a. Keracunan akut
Terjadi setelah terpajan karbonmonoksida berkadar tinggi. CO yang masuk kedalam
tubuh dengan cepat mengikat haemoglobine dalam darah membentuk karboksihaemoglobine
(COHb), sehingga haemoglobine tidak mempunyai kemampuan untuk mengikat oksigen
yang sangat diperlukan untuk proses kehidupan dari pada jaringan dalam tubuh. Hal ini
disebabkan karena CO mempunyai daya ikat terhadap haemoglobine 200 sampai 300 kali
lebih besar dari pada oksigen, yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi otak atau hypoxia,
susunan saraf, dan jantung, karena organ tersebut kekurangan oksigen dan selanjutnya dapat
mengakibatkan kematian.
b. Keracunan kronis
Terjadi karena terpajan berulang-ulang oleh CO yang berkadar rendah atau
sedang.Keracunan kronis menimbulkan kelainan pada pembuluh darah, gangguan fungsi
ginjal, jantung, dan darah.
DAFTAR PUSTAKA
https://environment-indonesia.com/training/cara-mengolah-dan-menangani-limbah-b3-
dengan-benar/ (Diakses 7 Maret 2019)