Anda di halaman 1dari 16

PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN

BERACUN (LB3) RSUD AROSUKA

PEMERINTAH KABUPATEN SOLOK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan pusat pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan pasien.
Tujuan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai tujuan terapi yaitu pasien pulang,
sembuh, dan puas. Jenis pelayanan kepada pasien antara lain tindakan preventiv,
promotiv, curativ, dan rehabilitativ
Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien tidak lepas
menggunakan penunjang medis yaitu farmasi, gizi, dan tehnik yang menghasilkan
limbah. Limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah padat medis, limbah padat non
medis, maupun limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3).
Resiko dampak menggunakan limbah B3 akan berakibat menimbulkan kerugian
material, peralatan, disfungsi, maupun kesehatan. Sehubungan dengan kepentingan
tujuan terapi dan resiko dampak penggunaan limbah B3 diperlukan panduan pengelolaan
limbah B3 dan limbah B3 yang menjamin keselamatan dan keamanan.
Panduan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun disusun dengan tujuan
untuk memberikan petunjuk teknis dalam melaksanakan pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun di RSUD Arosuka Kabupaten Solok, sehingga akan tercipta
kondisi kerja yang tertib, aman serta selamat dari resiko melaksanakan pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun.

B. TUJUAN
Untuk memberikan pedoman dalam mengelola limbah bahan berbahaya dan beracun di
RSUD Arosuka Kabupaten Solok
1. Tujuan Khusus
a. Memberikan ketentuan dasar dalam mengelola limbah B3 rumah sakit
b. Meningkatkan pengetahuan petugas dalam mengelola limbah B3 rumah sakit
c. Meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi
petugas pengelola limbah B3
C. DASAR HUKUM
1. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
3. Peraturan Pemerintah RI No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah bahan
Berbahaya dan Beracun
4. Peraturan Mentri Lingkungan Hidup RI No. 14 Tahun 2013 Tentang Simbol dan
Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
5. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
6. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Direktorat Jendral PPM & PL dan
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2002

D. DEFINISI
1. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk lain
2. Limbah bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disebut limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3
3. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan

E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun mencakup:
1 Identifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3)
2 Pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3)
3 Penyimpanan limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3)
4 Pengemasan limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3)
5 Pemasangan simbol dan label limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3)
6 Penanganan limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3)
7 Pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3)
8 Penanganan tumpahan limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3)
9 Sistem tanggap darurat di TPS limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3)
BAB II
PROGRAM PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
(LB3)

A. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3)


1. Identifikasi limbah B3
Identifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) meliputi :
1. Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :
a Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada
umumnya berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan
pemeliharan alat, pencucian, pencegahan korosi (inhibitor korosi), pelarut
kerak, pengemasan, dan lain-lain.
b Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah sisa proses suatu industri
atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian
ilmiah.
c Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi, karena tidak memenuhi
yang ditentukan alat tidak dapat dimanfaatkan kembali, maka suatu
produk menjadi limbah B3 yang memerlukan pengelolaan seperti limbah
B3 lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk sisa kemasan limbah B3
dan bahan-bahan kimia yang kadaluarsa.
2. Perincian dari masing-masing jenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
seperti tercantum dalam lampiran I Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomer 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, Uji karakteristik limbah B3 meliputi :
a. mudah meledak;
b. mudah terbakar;
c. bersifat reaktif;
d. beracun;
e. menyebabkan infeksi; dan
f. bersifat korosif
(Lampiran 1, 2 dan 3 PP 85 Tahun 1999)
2. Pengumpulan Limbah B3
Pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pengumpulan dengan tujuan mengumpulkan limbah B3 sebelum dikirim ke tempat
pengolahan dan/atau pemanfaatan dan/atau penimbunan limbah B3
Pengumpul limbah B3 dapat menyimpan limbah b3 yang dikumpulkannya
paling lama 90 (sembilan puluh) hari sebelum diserahkan kepada pemanfaat
dan/atau penimbun limbah B3

3. Penyimpanan Limbah B3
Penyimpanan limbah B3 dilakukan di tempat penyimpanan yang sesuai dengan
persyaratan yang berlaku
a. Persyaratan teknis TPS limbah bahan berbahaya dan beracun(LB3) yaitu :
– TPS limbah B3 harus sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang di
simpan
– TPS limbah B3 harus memiliki desain dan konstruksi yang mampu
melindungi limbah B3 dari hujan dan sinar matahari
– Lantai harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak

– Dinding terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar

– TPS limbah B3 harus dilengkapi dengan penerangan dan ventilasi yang


cukup.
– Suhu ruang harus dapat dikendalikan tetap dalam kondisi normal

– TPS limbah B3 tidak boleh dicampur, yaitu harus disimpan sesuai masing-
masing karakteristik limbah B3
– Jika yang disimpan limbah B3 dengan karakteristik yang berbeda maka
perlu ada batasan pemisah antara setiap jenis limbah yang berbeda sifat
– TPS limbah B3 harus dapat menampung seluruh volume limbah B3 ada

– Rancangan bangunan disesuaikan dengan jumlah, karakteristik limbah B3


dan upaya pengendalian pencemaran lingkungan.
– TPS limbah B3 harus memiliki saluran drainase dan bak penampung

– Kemiringan lantai minimum 1% menuju saluran bak penampung

– Bangunan TPS limbah B3 harus dilengkapi dengan simbol


– TPS limbah B3 harus dilengkapi ijin penyimpanan limbah B3

b. Persyaratan lokasi TPS limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) yaitu :
– Lokasi tempat penyimpanan yang bebas banjir, tidak rawan bencana dan
di luar kawasan lindung serta sesuai dengan rencana tata ruang
– Letak TPS harus berada di kawasan kegiatan

– Letak bangunan pada jarak yang aman dan tidak berdekatan dengan
tempat umum
c. Persyaratan Fasilitas Pengolahan Limbah B3
– Sistem Keamanan Fasilitas

– Sistem Pencegahan Terhadap Kebakaran

– Sistem pencegahan tumpahan limbah

– Sistem Penanggulangan Keadaan Darurat

4. Pengemasan limbah B3
Dalam pengemasan limbah B3 perlu diperhatikan persyaratan pengemasan
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku meliputi :
Persyaratan pra pengemasan
(1) Setiap penghasil/pengumpul limbah B3 harus dengan pasti mengetahui
karakteristik bahaya dari setiap limbah B3 yang
dihasilkan/dikumpulkannya.
(2) Bagi penghasil yang menghasilkan limbah B3 yang sama secara terus
menerus, maka pengujian karakteristik masing-masing limbah B3 dapat
dilakukan sekurang-kurangnya satu kali.
(3) Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan kecocokannya
terhadap jenis dan karakteristik limbah yang akan dikemasanya.
a. Persyaratan umum kemasan
(1) Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan
bebas dari pengkaratan serta kebocoran.
(2) Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan
karakteristik limbah B3 yang akan dikemasnya dengan
mempertimbangkan segi keamanan dan kemudahan dalam
penanganannya.

(3) Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE,PP atau PVC) atau
bahan logam (teflon,baja karbon, SS304, SS316 atau SS440) dengan
syarat bahan kemasan yang dipergunakan tidak Bereaksi dengan limbah
B3 yang disimpanya.
(4) Limbah yang tidak sesuai karakteristiknya tidak boleh dicampur dalam
satu kemasan
(5) Pengisian kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan
pengembangan volume limbah, pembentukan gas, atau naiknya tekanan
(6) Jika kemasan sudah tidak layak (pengkaratan/rusak permanen, bocor),
limbah dipindahkan ke kemasan lain yang layak
(7) Tiap kemasan diberi tanda sesuai persyaratan sbb:
 Simbol sesuai dengan karakteristiknya limbah
 Simbol berukuran minimum 10 cm x 10cm
 Bahan simbol harus tahan goresan dan bahan kimia
 Simbol dipasang pada sisi – sisi yang tidak terhalang / mudah dilihat
 Simbol tidak boleh terlepas, dilepas, atau diganti dengan simbol lain
sebelum kemasan dikosongkan
 Kemasan yang sudah dikosongkan dan dibersihkan diberi label
“KOSONG”
 Label berisi informasi dasar kualitatif dan kuantitatif limbah
(8) Limbsh B3 padat dapat disimpan dalam kemasan jumbo bag, drum,
karung, atau tanpa kemasan (curah)
(9) Setiap kemasan wajib diberi simbol dan label
(10) Kemasan jumbo bag, drum, karung dialasi palet
b. Prinsip Pemgemasan Limbah B3
(1) Limbah-Limbah B3 yang tidak saling cocok, atau limbah bahan yang
tidak saling cocok tidak boleh disimpan secara bersama- sama dalam
satu kemasan;
(2) Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan, maka
jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan
kemungkinan tyerjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan
gas atau terjadinya kenaikan tekanan.
(3) Jika kemasan yang berisi limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak
layak (misalnya terjadi pengkaratan, atau terjadi kerusakan permanen)
atau jika mulai bocor, maka limbah B3 tersebut harus dipindahkan ke
dalam kemasan lain yang memenuhi syarat sebagai kemasan bagi limbah
B3.
(4) Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi
ketentuan tentang tata cara dan persyaratan bagi penyimpanan limbah
B3.
(5) Terhadap kemasan wajib dilakukan pemeriksaan oleh penanggung
jawab pengelolaan limbah B3 fasilitas (penghasil, pengumpul atau
pengolah) untuk memastikan tidak terjadinya kerusakan atau kebocoran
pada kemasan akibat korosi atau faktor lainnya.
(6) Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan
sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan limbah B3.

5. Pemasangan simbol dan label limbah B3


Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol sesuai dengan klasifikasinya dan label
sesuai dengan jenis klasifikasinya.
Persyaratan pemasangan simbol dan label limbah B3 :
a. Simbol dan label yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus mempunyai
ukuran minimal 10 cm x 10 cm atau lebih, sedangkan untuk tempat
penyimpanan atau gudang limbah B3 ukuran minimum yang dipasang adalah
25 cm x 25 cm atau lebih, sehingga simbol dapat terlihat jelas dari jarak 20
meter.
b. Simbol dan label yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus dipasang
pada sisi – sisi kemasan yang tidak terhalang oleh kemasan lain dan mudah
terlihat
c. Simbol dan label yang dipasang pada kemasan limbah B3 tidak boleh
terlepas, dan atau dilepas, diganti dengan simbol yang lain sampai dilakukan
pengangkutan oleh pihak ke III yang berizin KLH.
d. Setiap kemasan wajib diberi simbol dan label sesuai dengan karakteristik
limbah B3 yang disimpan, jika suatu limbah memiliki karakteristik lebih dari
satu, maka kemasan harus ditandai dengan simbol karakteristik campuran;
e. Pemasangan label identitas limbah dipasang pada kemasan di sebelah atas
simbol dan harus terlihat dengan jelas. Label ini juga harus dipasang pada
kemasan yang akan dimasukkan ke dalam kemasan yang lebih besar.

f. Simbol Limbah B3
Mudah meledak (explosive)
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang
pada suhu dan tekanan standart (25°C , 760
mmHg) dapat meledak dan menimbulkan
kebakaran atau melalui reaksi kimia dan
fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu
dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan sekitarnya

g. Mudah Terbakar

Simbol untuk B3 klasifikasi mudah menyala menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar karena kontak dengan udara pada
temperatur ambien
c. Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber nyala api Gas yang mudah terbakar
pada suhu dan tekanan normal
d. Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah yang berbahaya, jika bercampur
atau kontak dengan air atau udara lembab
e. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala dibawah 0°C dan titik didih lebih rendah atau sama
dengan 35°C
f. Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0°C - 21°C
g. Cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau pada titik nyala (Flashpoint)
tidak lebih dari 60°C (140°F) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau
sumber nyala lain pada tekanan 760mmHg. Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode
“Closed-Up Test”
h. Padatan yang pada temperatur dan tekanan standart (25°C dan 760mmHg) dengan mudah
menyebabkan terjadinya kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan bahan
kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus
dalam 10detik. Padatan yang hasil pengujiannya “Seta Closed Cup Flast Point Test” nya
menunjukkan titik nyala kurang dari 40°C
h. Beracun

Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki


karakteristik sebagai berikut :
a. Sifat racun bagi manusia, yang dapat
menyebabkan keracunan atau sakit yang cukup
serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernafasan, kulit dan mulut.
b. Penentuan tingkat sifat racun ini didasarkan atas
uji LD50 dan TCLP (amat sangat beracun, sangat
beracun, dan beracun)
c. Sifat bahaya toksisitas akut

i. Korosif (corrosive)
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang
memiliki karak teristik sebagai berikut :
a. Padatan maupun cairan yang terjadi kontak
secara langsung dan/atau terus menerus dengan
kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan
iritasi atau peradangan
b. Toksisitas sistemik pada organ target spesifik
karena paparan tunggal dapat menyebabkan
iritasi pernafasan, mengantuk, atau pusing
c. Sensitasi pada kulit yang dapt menyebabkan
reaksi alergi pada kulit, dan atau
iritasi/kerusakan parah pada mata yang dapat
menyebabkan iritasi serius pada mata

j. Bersifat iritasi (irritant)

Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki


karakteristik sebagai berikut :
a. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
b. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng
baja SAE 1020 dengan laju korusi >6.35
mm/tahun dengan temperatur pengujian 55°C
c. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3
bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12.5
untuk B3 yang bersifat basa
k. Berbahaya bagi lingkungan (dabgerous to the environment)
Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan yang
dapat menimbulkan bahaya terhadap
lingkungan. Bahan kimia ini dapat merusak atau
menyebabkan kematian pada ikan atau
organisme aquatic lainnya atau bahaya lain yang
dapat ditimbulkan, seperti merusak lapisan ozon
(misalnya CFC = Chlorofluorocarbon),
peristentdilingkungan (misalnya PCBs =
Polychlorinated Biphenyls)

l. Karsinogenik (carcinogenic), Teratogenic (teratogenic), Mutagenik


(mutagenic)
Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek,
jangka panjang, atau berulang dengan bahan ini dapat
menyebabkan efek kesehatan sebagai berikut :
a. Karsinogenik yaitu penyebab sel kanker
b. Tetragenik yaitu sifat bahan yang dapat
mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan
embrio
c. Mutagenic yaitu sifat bahan yang menyebabkan
perubahan kromosom yang berarti dapat merubah
genetika
d. Toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik
e. Toksisitas terhadap system reproduksi dan/atau
gangguan saluran pernafasan

6. Penanganan limbah B3
a Limbah B3 yang terdapat didalam TPS limbah B3 RSUD Gambiran dikirim
ke pihak ketiga yang telah mendapat ijin untuk melakukan pengolahan
limbah B3 dari KLH.
b Dalam penanganan residu abu pasca pembakaran sampah medis
diincenerator, residu abu dimasukkan kedalam drum kemudian dilakukan
kapsulisasi dimana dilakukan pengelasan pada tutup drum dan pengecoran
dengan spesi semen dan pasir.
7. Pembuangan limbah B3
a Penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya paling
lama 90 (sembilan puluh) hari sebelum menyerahkannya kepada pengumpul
atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3.
b Bila limbah B3 yang yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh) kilogram per
hari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya
lebih dari sembilan puluh hari sebelum diserahkan kepada pemanfaat atau
pengolah atau penimbun limbah B3, dengan persetujuan Kepala instansi yang
bertanggung jawab.
c Dalam pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun disertai dengan
bukti dokumen pembuangan limbah B3 berupa manifest limbah B3, dimana
dokumen limbah B3 terdiri dari 7 rangkap yaitu :
(1) Lembar asli (pertama) disimpan oleh pengangkut limbah B3 setelah
ditandatangani oleh pengirim limbah B3;
(2) Lembar kedua yang sudah ditandatangani oleh pengangkut limbah B3,
oleh pengirim limbah B3 dikirimkan kepada instansi yang bertanggung
jawab;
(3) Lembar ketiga yang sudah ditandatangani oleh pengangkut disimpan
oleh pengirim limbah B3;
(4) Lembar keempat setelah ditandatangani oleh pengirim limbah B3 oleh
pengangkut diserahkan kepada penerima limbah B3;
(5) Lembar kelima dikirimkan oleh penerima kepada instansi yang
bertanggung jawab setelah ditandatangani oleh penerima limbah B3;
(6) Lembar keenam dikirim oleh pengangkut kepada Bupati/Walikotamadya
Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan dengan pengirim, setelah
ditandatangani oleh penerima limbah B3;
(7) Lembar ketujuh setelah ditandatangani oleh penerima oleh pengangkut
dikirimkan kepada pengirim limbah B3;
(8) Lembar kedelapan sampai dengan lembar kesebelas dikirim oleh
pengangkut kepada pengirim limbah B3 setelah ditandatangani oleh
pengangkut terdahulu dan diserahkan kepada pengangkut berikutnya.
8. Penanganan tumpahan limbah B3
a. Fasilitas pengolahan limbah B3 harus mempunyai rencana, dokumen dan
petunjuk teknis operasi pencegahan tumpahan limbah B3
b. Melakukan pengawasan yakni melakukan indentifikasi setiap kelainan yang
terjadi, seperti malfungsi, kerusakan, kelalaian operator, kebocoran atau
tumpahan yang dapat menyebabkan terlepasnya limbah dari fasilitas
pengolahan ke lingkungan.
c. Penggunaan bahan penyerap (absorbent) yang sesuai dengan jenis dan
karakteristik tumpahan limbah B3 antara lain serbuk gergaji, pasir dan bahan
penghambat lainnya.

9. Sistem tanggap darurat


Sistem Tanggap Darurat adalah sistem pengendalian keadaan darurat yang
meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, dan penanggulangan kecelakaan serta
pemulihan kualitas lingkungan hidup akibat kejadian kecelakaan Pengelolaan
Limbah B3.
Sistem tanggap darurat pengelolaan limbah B3 wajib dilaksanakan oleh setiap
orang yang menghasilkan limbah B3, Pengumpul limbah B3, pengangkut limbah B3,
pemanfaat limbah B3, pengolah limbah B3, dan/atau penimbun limbah B3 berdasarkan
program kedaruratan pengelolaan limbah B3 sesuai dengan kegiatan pengelolaan
limbah B3 yang dilakukan
Peralatan penanggulangan keadaan darurat meliputi :
a. Alat pemadam api (APAR)
b. Peralatan peringatan dini (ALARM)
c. Exhaust Fan
B. DOKUMENTASI
1. Log Book Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

LOG BOOK LIMBAH B3


RSUD AROSUKA KABUPATEN SOLOK

MASUKNYA LIMBAH B3 KELUARNYA LIMBAH B3 DARI TPS SISA


Maksimal
Tgl. Tgl. Sisa LB3
Sumber Jenis LB3 ∑ LB3 Penyimpanan s/d Jenis LB3 ∑ Limbah Tujuan Bukti Nomer
No. Masuk Keluar yang ada di
LB3 Masuk Masuk Tanggal: (t=0 + Keluar B3 Penyerahan Dokumen
LB3 LB3 TPS
90 hr, 180 hr)
(A) (B) (C ) (D) (E) (F) (G) (H) (I) (J) (K) (L )

Arosuka, …………………….
Mengetahui
Kepala Instalasi Penyehatan Lingkugan Penanggung Jawab Program

FEBRIZEN EGA SAPUTRA


2. Neraca Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

NERACA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


RSUD AROSUKA KABUPATEN SOLOK

1. Nama Perusahaan : RSUD AROSUKA KABUPATEN SOLOK


2. Bidang Usaha : Rumah Sakit
3. Periode Waktu :

JUMLAH CATATAN :
JENIS AWAL LIMBAH
4. (TON)
(a)
(b)

5. TOTAL
JENIS LIMBAH
JUMLAH PERIZINAN /
PERLAKUAN YANG
6. (TON) NOTIFIKASI LIMBAH B3
(a) DIKELOLA
(b) (d)
(c)
ADA TIDAK KADAL
ADA UARSA
6.1 DISIMPAN
6.2 DIMANFAATKAN
6.3 DIOLAH
6.4 DITIMBUN
6.5 DISERAHKAN PIHAK III 1.
6.6 EKSPOR
6.7 PERLAKUAN LAINNYA
7. TOTAL B (-)

8. RESIDU* C (+) TON


JUMLAH LIMBAH YANG
9. B (-) TON
BELUM TERKELOLA **
TOTAL JUMLAH LIMBAH
10. (C+D) TON
YANG TERSISA
KINERJA PENGELOLAAN
LIMBAH B3 SELAMA
11. %
PERIODE SKALA WAKTU
PENATAAN
KETERANGAN :
*RESIDU adalah jumlah limbah tersisa dari proses perlakuan seperti abu incenerator, bottom ash dan
atau fly ash dari pemanfaatan sludge oli di boiler, residu dari penyimpanan dan pengumpulan oli bekas
dll yang belum dikelola.
**JUMLAH LIMBAH YANG BELUM TERKELOLA adalah limbah yang disimpan melebihi skala
waktu penaatan.

Data– data tersebut diatas diisi dengan sebenar – benarnya sesuai dengan kondisi yang ada.
BAB III
PENUTUP

Demikian pedoman Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) di
RSUD Arosuka Kabupaten Solok dibuat, kepada petugas IPL (sanitasi) hendaknya
mensosialisasikan pedoman ini kepada petugas yang ditugaskan dalam mengelola limbah
padat dan limbah cair sehingga mereka mampu melaksanakan tugasnya sesuai ketentuan yang
berlaku.
Sekian dan terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai