Anda di halaman 1dari 28

Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr.

Muhammad Zein Painan Tahun 2017

BAB I
PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagai
penunjang kesejahteraan masyarakat banyak, rumah sakit menjadi
salah satu tempat dalam mendukung kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu upaya peningkatan
kesehatan yang terdiri dari balai pengobatan dan tempat praktik
dokter yang juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti ruang
operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur, laundry,
pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan. Selain membawa dampak positif bagi masyarakat,
yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang sakit, rumah sakit juga
memiliki kemungkinan membawa dampak negatif. Dampak
negatifnya dapat berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan,
yaitu bila limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik.
Dalam pengolahan limbah Rumah sakit tidak hanya
menghasilkan limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah
infeksius yang mengandung bahan beracun berbahaya (B3). Dari
keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10 sampai 15 persen di
antaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung logam
berat, antara lain mercuri (Hg). Sekitar 40 % lainnya adalah limbah
organik yang berasal dari sisa makan, baik dari pasien dan keluarga
pasien maupun dapur gizi.Sisanya merupakan limbah anorganik
dalam bentuk botol bekas infus dan plastik.
Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah
satu sumber pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini
disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa
organik yang cukup tinggi, mengandung senyawa-senyawa kimia
yang berbahaya serta mengandung mikroorganisme pathogen yang
dapat menyebabkan penyakit (Said, 2003). Pengelolaan limbah RS
yang tidak baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan

1
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

penularan penyakit dari pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien, dari


pekerja ke pasien, maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung
RS. Tentu saja RS sebagai institusi yang sosioekonomis karena
tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang
dihasilkan. Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan petugas RS
maupun orang lain yang berada di lingkungan RS dan sekitarnya,
Pemerintah (Depkes) telah menyiapkan peraturan, pedoman dan
kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di
lingkungan RS, termasuk pengelolaan limbah RS.
Pada tahun 1999, WHO melaporkan di Perancis pernah terjadi
8 kasus pekerja kesehatan terinfeksi HIV, 2 di antaranya menimpa
petugas yang menangani limbah medis. Hal ini menunjukkan bahwa
perlunya pengelolaan limbah yang baik tidak hanya pada limbah
medis tajam tetapi meliputi limbah rumah sakit secara keseluruhan.
Namun, berdasarkan hasil Rapid Assessment tahun 2002 yang
dilakukan oleh Ditjen P2MPL Direktorat Penyediaan Air dan Sanitasi
yang melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota, menyebutkan
bahwa sebanyak 648 rumah sakit dari 1.476 rumah sakit yang ada,
yang memiliki insinerator baru 49% dan yang memiliki Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebanyak 36%. Dari jumlah tersebut
kualitas limbah cair yang telah melalui proses pengolahan yang
memenuhi syarat baru mencapai 52%.
Hasil dari kualitas pengolahan limbah cair tidak terlepas dari
dukungan pengelolaan limbah cairnya. Suatu pengelolaan limbah cair
yang baik sangat dibutuhkan dalam mendukung hasil kualitas
effluent sehingga tidak melebihi syarat baku mutu yang ditetapkan
oleh pemerintah dan tidak menimbulkan pencemaran pada
lingkungan sekitar. Oleh karena pentingnya pengelolaan limbah cair
rumah sakit maka disusun makalah ini yang akan membahas
mengenai pengolahan limbah Rumah Sakit, meliputi antara lain
klasifikasi limbah rumah sakit, sumber-sumbernya, serta metode-
metode pengolahan limbah tersebut

2
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN LIMBAH RUMAH SAKIT


Limbah adalah bagian dari hasil produksi yang pada umumnya
dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang kurang baik,
namun jika limbah tersebut dapat dimanfaatkan atau didaur ulang
kembali menjadi produk yang sejenis atau jenis produk lainnya maka
akan mempunyai nilai tambah (added value) yang sangat
menguntungkan. Dari semua kegiatan-kegiatan rumah sakit,
menghasilkan berbagai macam limbah berupa benda cair, padat dan
gas. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan
penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang
bersumber dari limbah rumah sakit.
Sesuai dalam UU No. 9 tahun 1990 tentang Pokok-pokok
Kesehatan, bahwa setiap warga berhak memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Ketentuan tersebut menjadi dasar
bagi pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan yang berupa
pencegahan dan pemberantasan penyakit, pencegahan dan
penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan
melalui berbagai macam cara, yaitu pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Selain itu, perlindungan terhadap bahaya
pencemaran lingkungan juga perlu diberi perhatian khusus. Rumah
sakit merupakan sarana upaya perbaikan kesehatan yang
melaksanakan pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan pula
sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan rumah sakit berupa kegiatan

3
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan serta


jiwa.
Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah
yang berupa benda cair, padat dan gas. Pengelolaan limbah rumah
sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah
sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit.
Unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan
pelayanan rumah sakit (termasuk pengelolaan limbahnya), yaitu :
- Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit.
- Pengguna jasa pelayanan rumah sakit.
- Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan
saran-saran.
- Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan
sarana dan fasilitas yang diperlukan.
Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksanakan
dengan menyiapkan peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan
kebijakan-kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan
kesehatan di lingkungan rumah sakit. Di samping itu secara bertahap
dan berkesinambungan Departemen Kesehatan mengupayakan
instalasi pengelolaan limbah rumah sakit. Sehingga sampai saat ini
sebagian rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas
pengelolaan limbah, meskipun perlu untuk disempurnakan. Namun
harus disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu
ditingkatkan lagi.
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan sebagai
upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat
tersebut. Rumah sakit sebagai salah satu upaya peningkatan
kesehatan tidak hanya terdiri dari balai pengobatan dan tempat
praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,
seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur,
laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan.

4
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang


berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi :
limbah domestik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas
pencucian pakaian, limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal
dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka,
cucian darah. dan lainnya, air limbah laboratorium, dan lain-lain.
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan
limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan
penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis
dan non klinis baik padat maupun cair. Bentuk limbah klinis
bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di
dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut : Limbah benda
tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit
seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur,
pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi
bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau
tusukan.Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi
oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau
radioaktif.
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular (perawatan intensif). Limbah laboratorium yang
berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang
perawatan/isolasi penyakit menular.Limbah jaringan tubuh meliputi
organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan
pada saat pembedahan atau otopsi. Limbah sitotoksik adalah bahan
yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat
sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
sitotoksik.Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat
kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak
memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat

5
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat


yang tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah
yang dihasilkan selama produksi obat- obatan. Limbah kimia adalah
limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan
radioisotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio
nukleida.
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit
juga menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga
sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari
kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng,
botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah
dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan
lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai
karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam
mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat
pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang
ada (laboratorium, klinik dll).Tentu saja dari jenis-jenis
mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah
sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan
organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan
dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH,
mikrobiologik, dan lain-lain.

2.2 SUMBER-SUMBER LIMBAH RUMAH SAKIT


Sumber-sumber limbah rumah sakit antara lain:
 Limbah Infeksius: Ekskreta, spesimen lab., bekas balutan,
jaringan busuk
 Limbah tajam: jarum bekas alat suntik, pecahan peralatan
gelas
 Limbah plastik

6
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

 Limbah jaringan tubuh

Jenis-jenis limbah rumah sakit yaitu sebagai berikut.


 Limbah sitotoksik: teratogenik, mutagenic
 Limbah kimia dari Lab. farmasi
 Limbah radioaktif
 Limbah domestik
 Limbah laundry
Limbah rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Mengingat
dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan
yang baik meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan
sarana, keuangan dan tatalaksana pengorganisasian yang ditetapkan
dengan tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi
persyaratan kesehatan lingkungan (Said, 1999).
Limbah rumah Sakit bisa mengandung bermacam-macam
mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat
pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang. Limbah cair rumah
sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik yang
umumnya diukur dan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain.
Sedangkan limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah
membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah- limbah
tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme patogen
atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit
infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang
disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadal,
kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan,
serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masib
buruk (Said, 1999).
Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling
baik jika dilakukan dengan memilah-milah limbah ke dalam pelbagai
kategori. Untuk masing-masing jenis kategori diterapkan cara
pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum pembuangan

7
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko


kontaminsai dan trauma (injury). Jenis-jenis limbah rumah sakit
meliputi bagian berikut ini :
1. Limbah Klinik
Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin,
pembedahan dan di unit-unit resiko tinggi.Limbah ini mungkin
berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan
populasi umum dan staff rumah sakit. Oleh karena itu perlu
diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. contoh limbah jenis
tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan
badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan
semprit bekas, kantung urin dan produk darah.
2. Limbah Patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya
diautoklaf sebelum keluar dari unit patologi. Limbah tersebut
harus diberi label biohazard.
3. Limbah Bukan Klinik
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau
kantong dan plastik yang tidak berkontak dengan cairan badan.
Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut
cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk
mengangkut dan mambuangnya.
4. Limbah Dapur
Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor.
Berbagai serangga seperti kecoa, kutu dan hewan mengerat
seperti tikus merupakan gangguan bagi staff maupun pasien di
rumah sakit.
5. Limbah Radioaktif
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan
pengendalian infeksi di rumah sakit, pembuangannya secara
aman perlu diatur dengan baik.

8
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

2.3 DAMPAK LIMBAH RUMAH SAKIT


Limbah Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan
oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Limbah
rumah Sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme
bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang
dilakukan sebelum dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat
mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur
dan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain. Sedangkan limbah
padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah
mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah- limbah tersebut
kemungkinan besar mengandung mikroorganisme patogen atau
bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi
dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh
teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan
penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta
penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang nasib buruk .
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko
untuk mendapat gangguan karena buangan rumah sakit.Pertama,
pasien yang datang ke Rumah Sakit untuk memperoleh pertolongan
pengobatan dan perawatan Rumah Sakit. Kelompok ini merupakan
kelompok yang paling rentan Kedua, karyawan Rumah sakit dalam
melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan orang sakit
yang merupakan sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung /
pengantar orang sakit yang berkunjung ke rumah sakit, resiko
terkena gangguan kesehatan akan semakin besar. Keempat,
masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah Sakit, lebih-lebih lagi
bila Rumah sakit membuang hasil buangan Rumah Sakit tidak
sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya.Akibatnya adalah
mutu lingkungan menjadi turun kualitasnya, dengan akibat
lanjutannya adalah menurunnya derajat kesehatan masyarakat di
lingkungan tersebut.Oleh karena itu, rumah sakit wajib
melaksanakan pengelolaan buangan rumah sakit yang baik dan
benar dengan melaksanakan kegiatan Sanitasi Rumah Sakit.

9
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

Dari berbagai jenis sampah/limabah yang dihasilkan oleh


rumah sakit sangat berpotensi untuk menyebabkan gangguan dalam
kehidupan dan kesehatan manusia serta lingkungannya,dan dampak
negatif yang dapat terjadi bila sampah rumah sakit tidak di tangani
secara baik dan benar dapat mengakibatkan berbagai macam
gangguan-gangguan antara lain ; infeksi silang ( Nosokomial ) dapat
terjadi pada pengguna rumah sakit yaitu pasien,pengunjung,dan
karyawan :
 Gangguan kesehatan dan keselamatan kerja,terutama bagi
karyawan rumah sakit bila tidak di lengkapi dengan sistem
proteksi yang tepat
 Gangguan estetika dan kenyamanan berupa bau,serat kesan
kotor yang dapat memberikan efek psikologis bagi pengguna
rumah sakit
 Pencemaran lingkungan,melalui sampah/limbah yang di
buang baik internal maupun external
 Kerusakan bangunan dapat disebab oleh kimia yang terlarut
 Gangguan kerusakan tanaman dan binatang hidup di
sebabkan oleh buangan bahan kimia dan bahan infeksius
 Gangguan terhadap kesehatan manusia disebabkan oleh
virus/bakteri bahan kimia dan gas
 Gangguan terhadap genetik dan reproduksi manusia dapat
disebabkan oleh bahan kimia, senyawa radio aktif dan
lainnya
 Dapat terjadi kerusakan ekosistem yang lebih luas dan
berskala besar.
Melihat karakteristik dan dampak-dampak yang dapat
ditimbulkan oleh buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut
diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem
dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai
Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental Managemen System)
dan diadopsi Internasional Organization for Standar (ISO) sebagai
salah satu sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan lingkunan

10
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

dengan nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan di dalam Sistem


Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Dengan pendekatan sistem
tersebut, pengelolaan lingkungan itu sendiri adalah suatu usaha
untuk meningkatkan kualitas dengan menghasilkan limbah yang
ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat sekitar.

2.4 PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH SAKIT


Limbah yang masih bisa dimanfaatkan agar dipisahkan dari
limbah yang tercemar oleh limbah B3 ataupun limbah infeksius.
Limbah domestik yang dapat didaur ulang ataupun dimanfaatkan
harus dipisah dalam tempat terpisah. Limbah domestik berupa
kertas/karton, plastik, gelas dan logam masih mempunyai nilai jual
untuk di reuse. Begitu pula dengan limbah domestik berupa sampah
organik bisa untuk kompos. Limbah plastik bekas pengobatan
lainnya seperti bekas infus yang tidak terkontaminasi limbah B3 atau
limbah infeksius dapat didaur ulang. Pada saat ini hanya sekitar 19%
limbah domestik dari rumah sakit yang sudah dimanfaatkan untuk
didaur ulang. Limbah berbahaya dan beracun sendiri tidak menutup
kemungkinan untuk dapat dimanfaatkan ataupun untuk di-reuse.
Beberapa limbah kimia yang dapat dimanfaatkan kembali antara lain
adalah limbah radiologi seperti fixer dan developer dengan dikirimkan
ke pihak ke-3 yang berizin.

2.5 PENANGANAN LIMBAH RUMAH SAKIT


Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan
kesehatan masyarakat, yaitu limbah berupa virus dan kuman yang
berasal dan Laboratorium Virologi dan Mikrobiologi yang sampai saat
ini belum ada alat penangkalnya sehingga sulit untuk
dideteksi.Limbah cair dan Iimbah padat yang berasal dan rumah
sakit dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau
penyakit bagi para petugas, penderita maupun masyarakat.Gangguan
tersebut dapat berupa pencemaran udara, pencemaran air, tanah,
pencemaran makanan dan minunian.Pencemaran tersebut

11
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

merupakan agen agen kesehatan lingkungan yang dapat mempunyai


dampak besar terhadap manusia (Agustiani dkk, 1998).
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan menyebutkan bahwa setiap warga negara Indonesia
berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.Oleh
karena itu Pemerintah menyelenggarakan usaha-usaha dalam
lapangan pencegahan dan pemberantasan penyakit pencegahan dan
penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan
pendidikan kesehatan pada rakyat dan lain sebagainya (Karmana
dkk, 2003). Usaha peningkatan dan pemeliharaan kesehatan harus
dilakukan secara terus menerus, sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan, maka usaha pencegahan dan
penanggulangan pencemaran diharapkan mengalami kemajuan.
Adapun cara-cara pencegahan dan penanggulangan pencemaran
limbah rumah sakit antara lain adalah melalui (Karmana dkk, 2003) :
 Proses pengelolaan limbah padat rumah sakit.
 Proses mencegah pencemaran makanan di rumah sakit.
Sarana pengolahan/pembuangan limbah cair rumah sakit pada
dasarnya berfungsi menerima limbah cair yang berasal dari berbagai
alat sanitair, menyalurkan melalui instalasi saluran pembuangan
dalam gedung selanjutnya melalui instalasi saluran pembuangan di
luar gedung menuju instalasi pengolahan buangan cair. Dari instalasi
limbah, cairan yang sudah diolah mengalir saluran pembuangan ke
perembesan tanah atau ke saluran pembuangan kota (Sabayang dkk,
1996). Limbah padat yang berasal dari bangsal-bangsal, dapur,
kamar operasi dan lain sebagainya baik yang medis maupun non
medis perlu dikelola sebaik-baiknya sehingga kesehatan petugas,
penderita dan masyarakat di sekitar rumah sakit dapat terhindar dari
kemungkinan-kemungkinan dampak pencemaran limbah rumah
sakit tersebut (Sabayang dkk, 1996).
Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya
mengurangi volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses
produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau hayati.

12
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus


dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya
limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya
mengunangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan
limbah (Shahib, 1999). Program minimisasi limbah di Indonesia baru
mulai digalakkan, bagi rumah sakit masih merupakan hal baru, yang
tujuannya untuk mengurangi jumlah limbah dan pengolahan limbah
yang masih mempunyainilai ekonomi (Shahib, 1999).
Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan
pilihan teknologi mana yang terbaik untuk pengolahan limbah,
khususnya limbah berbahaya antara lain reduksi limbah (waste
reduction), minimisasi limbah (waste minimization), pemberantasan
limbah (waste abatement), pencegahan pencemaran (waste
prevention) dan reduksi pada sumbemya (source reduction) (Hananto,
1999).
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus
dilaksanakan pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu
mencegah atau mengurangi terjadinya limbah yang keluar dan proses
produksi. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi
volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan
keluar ke lingkungan secara preventif langsung pada sumber
pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan yakni
meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan
limbah dan pelaksanaannya relatif murah (Hananto, 1999). Berbagai
cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah
(Arthono, 2000) :
 House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh
rumah sakit dalam menjaga kebersihan lingkungan
dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau
kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi
dengan sebaik mungkin.
 Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai
jenis aliran limbah menurut jenis komponen, konsentrasi

13
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah,


mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan
limbah.
 Pelaksanaan preventive maintenance, yakni
pemeliharaan/penggantian alat atau bagian alat menurut
waktu yang telah dijadwalkan.
 Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu
upaya agar persediaan bahan selalu cukup untuk
menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak
berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan
lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan
terkontrol.
 Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai
dengan petunjuk pengoperasian/penggunaan alat dapat
meningkatkan efisiensi.
 Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi
proses kegiatan yang kurang potensi untuk
mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup
tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan
rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya.
Kebijakan kodifikasi penggunaan warna untuk memilah-milah
limbah di seluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai,
sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan di tempat sumbernya, perlu
memperhatikan hal-hal berikut (Haryanto, 2001) :
1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan
dua warna, satu untuk limbah klinik dan yang lain untuk
bukan klinik.
2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah
klinik.
3. Limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis,
dianggap sebagai limbah klinik.

14
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap


sebagai limbah klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum
dibuang.

a. Limbah Padat
Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan
kebijakan modifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut
(Sundana, 2000) :
1. Pemisahan limbah
 Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
 Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
 Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang
berbeda, yang menunjukkan ke mana plastik harus diangkut
untuk insinerasi atau dibuang. Di beberapa negara, kantung
plastik cukup mahal sehingga sebagai ganti dapat digunakan
kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga
dapat diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini dapat
ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan di
tong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.
2. Penyimpanan limbah
 Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi
2/3 bagian. Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label
yang jelas
 Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga
kalau dibawa mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di
tempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan
 Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-
kantung dengan warna yang samatelah dijadikan satu dan
dikirim ke tempat yang sesuai
 Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap
kutu dan hewan perusak sebelum diangkut ke tempat
pembuangannya
3. Penanganan limbah

15
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

 Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut


bila telah ditutup
 Kantung dipegang pada lehernya
 Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya
dengan memakai sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan
(overal), pada waktu mengangkut kantong tersebut
 Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung
baru yang bersih untuk membungkus kantung baru yang kotor
tersebut seisinya (double bagging)
 Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda
tajam yang dapat mencederainya di dalma kantung yang salah
 Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya
kedalam kantung limbah

4. Pengangkutan limbah
Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan
menurut kode warnanya.Limbah bagian bukan klinik misalnya
dibawa ke kompaktor, limbah bagian klinik dibawa ke
insinerator.Pengankutan dengan kendaran khusus (mungkin ada
kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang
digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan
dan dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran
kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.
5. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik
dapat dibuang ditempat penimbunan sampah (land-fill site), limbah
klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun
dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada
hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.
Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih
sederhana dibanding dengan limbah cair, pengelolaan limbah gas
tidak dapat terlepas dari upaya penyehatan ruangan dan bangunan

16
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

khususnya dalam memelihara kualitas udara ruangan (indoor) yang


antara lain disyaratkan agar (Agustiani dkk, 2000) :
 Tidak berbau
 Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran
rata-rata selama 24 jam
 Angka kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalori/m3
udara dan bebas kuman padao gen (khususnya alpha
streptococus haemoliticus) dan spora gas gangrer. Ruang
perawatan dan isolasi : kurang dan 700 kalorilm3 udara dan
bebas kuman patogen. Kadar gas dan bahan berbahaya dalam
udara tidak melebihi konsentrasi maksimum yang telah
ditentukan.
Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator
sendiri.insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar
pada suhu 1300 – 1500 ºC atau lebih tinggi dan mungkin dapat
mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan
energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula memperoleh
penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah
sakit yang berasal dari rumah sakitlain. Insinerator modern yang baik
tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya
menampung limbah klinik maupun bukan klinik, termasuk benda
tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai (Rostiyanti dan
Sulaiman, 2001).
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun
dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (liming)
tersebut meliputi yang berikut (Djoko, 2001) :
 Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.
 Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm.
 Tambahkan lapisan kapur.
 Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa
ditambahkan sampai ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan
tanah.

17
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

 Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah.

Pengolahan Limbah Medis dengan Insenerasi


Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan
beracun (LB3) sesuai dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn 1999
lampiran I daftar limbah spesifik dengan kode limbah D 227. Dalam
kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa limbah rumah sakit
dan limbah klinis yang termasuk limbah B3 adalah limbah klinis,
produk farmasi kadaluarsa, peralatan laboratorium terkontaminasi,
kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, dan residu dari
proses insinerasi.
Dalam pengelolaan limbah padatnya, rumah sakit diwajibkan
melakukan pemilahan limbah dan menyimpannya dalam kantong
plastik yang berbeda beda berdasarkan karakteristik limbahnya.
Limbah domestik di masukkan kedalam plastik berwarna hitam,
limbah infeksius kedalam kantong plastik berwarna kuning, limbah
sitotoksic kedalam warna kuning, limbah kimia/farmasi kedalam
kantong plastik berwarna coklat dan limbah radio aktif kedalam
kantong warna merah. Disamping itu rumah sakit diwajibkan
memiliki tempat penyimpanan sementara limbahnya sesuai
persyaratan yang ditetapkan dalam Kepdal 01 tahun 1995.
Pengelolaan limbah infeksius dengan menggunakan incinerator harus
memenuhi beberapa persyaratan seperti yang tercantum dalam
Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut mengatur
tentang kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya.
Incinerator yang diperbolehkan untuk digunakan sebagai penghancur
limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan efisiensi
penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang
tinggi.
Dalam penangan limbah medis ini rumah sakit dapat
mengelolanya sendiri atau dikelola oleh rumah sakit lain atau
pengelola lain yang sudah memperoleh izin dari Kementerian Negara
Lingkungan Hidup.

18
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

b. Limbah Cair
Limbah cair (air limbah) merupakan limbah buangan hasil
kegiatan manusia sehari-hari yang berupa cairan dengan segala
bentuk polutan di dalamnya, termasuk padatan, bahan kimia,
maupun mikroorganisme pathogen.Salah satu hal penting yang harus
diperhatikan adalah pada pengelolaan limbah cair yang dihasilkan
dari pengoperasian rumah sakit tersebut, karena apabila tidak
dikelola dengan prosedur yang benar dikhawatirkan akan menjadi
rantai penyebaran penyakit infeksi di lingkungan masyarakat rumah
sakit maupun masyarakat di luar rumah sakit.
Limbah cair rumah sakit berpotensi menurunkan kualitas
lingkungan hidup, dan merupakan sumber utama penyebab
gangguan kesehatan. Mengingat pentingnya limbah cair terutama
dalam penyebab gangguan kesehatan maka limbah cair tersebut
perlu mendapatkan perhatian yang lebih didalam pengelolaannya.
Limbah cair rumah sakit dihasilkan dari kegiatan-kegiatan
pemeriksaan, perawatan, bedah, laboratorium, radiologi, poliklinik,
gawat darurat dan farmasi, limbah cair yang dihasilkan tersebut
sifatnya variatif dan umumnya bersifat infeksius, seperti limbah yang
berasal dari penderita rawat inap antara lain salmonella,
staphilococcus, streptococcus, virus hepatitis. Sifat lain dari limbah
cair rumah sakit yaitu toksik, iritatif, korosif kumulatif dan
karsinogenik, temperatur tinggi, berbau, berwarna, dan organis.
Selain itu limbah cair rumah sakit juga dihasilkan dari aktifitas
pasien, tenaga kesehatan, maupun kegiatan belajar siswa yang
sedang praktek. Rumah sakit merupakan penghasil limbah cair
terbesar dibandingkan dengan sarana kesehatan yang lain seperti
Puskesmas, Poliklinik, Laboratorium dan Balai Pengobatan.
Sistem extended aeration termasuk dalam proses pertumbuhan
biomassa tersuspensi. Pada proses pertumbuhan biomassa
tersuspensi, mikroorganisme bertanggung jawab atas kelangsungan
jalannya proses dalam kondisi suspensi liquid dengan metode

19
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

pengadukan/pencampuran yang tepat. Biomassa yang ada


dinamakan dengan lumpur aktif, karena adanya mikroorganisme aktif
yang dikembalikan ke bak/unit aerasi untuk melanjutkan
biodegradasi zat organik yang masuk sebagai influen (Tchobanoglous,
2003).
Proses extended aeration mirip dengan proses konvensional
plug-flow, hanya saja extended aeration beroperasi dalam fase
respirasi endogenous pada kurva pertumbuhan, yang membutuhkan
beban organik (organic loading) yang rendah dengan waktu aerasi
yang lebih lama (Reynolds, 1982

20
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

BAB III
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

3.1 PENGOLAHAN LIMBAH PADAT (SAMPAH PADAT)


Pengelolaan limbah padat RSUD Dr. Muhammad Zein
Painan dipisahkan antara sampah Infeksius dan non Infeksius.
Sampah Infeksius dikumpulkan menggunakan tong sampah yang
dilapisi kantong plastik warna kuning dan limbah bersifat non
Infeksius di kumpulkan pada tong sampah yang dilapisi kantong
plastik warna hitam.
a. Limbah Infeksius terdiri dari :
 Bahan habis pakai Infeksius: Jarum suntik, botol
infus, kapas medis, kasa, dll
 Bahan habis pakai laboratorium : botol reagensia,
gluko test, dll
 Obat kadaluarsa
 Limbah darah dan komponen darah seperti di
ruangan IGD, KB dan OK dibuang ke spull hook.
Masing-masing ruangan tersebut sudah disediakan.
 Jaringan manusia : jaringan sisa operasi
Limbah ini diolah dengan incinerator, residu dari
hasil pembakaran dikumpul pada TPS B3 (Tempat
Penyimpanan Sementara Bahan Berbahaya
Beracun) yang telah memiliki izin penyimpanan
smentara limbah bahan berbahaya dan beracu (B3)
nomor : 570/03/Kpts/BPMP2T-PS/2015. RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan memiliki incenerator type
OX3MED/OXIN-100/Indonesia dengan kapasitas
pembakaran 1,0 m3 /100 kg/ jam, luas bangunan
Incenerator 4,50 m x 3,50 m, Luas Incenerator 1,65
m x 2,80 m, Tinggi Cerobong Incenerator 14 m,
sistem pengisian sampah manual, menggunakan
bahan bakar minyak tanah/ solar, daya listrik 970

21
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

w/ 220 V/50 Hz/1 phasa dengan koordinat


geografis 010 20’ 39,7” LS 1000 34’ 52,9” BT.
Pembakaran dilakukan setiap hari yaitu pada pukul
08.00 – 10.00 WIB dengan waktu bakar 2 jam
dengan suhu + 5000C-12000C. Untuk izin
operasional incenerator RSUD Dr. Muhammad Zein
Painan sedang dalam proses pengurusan.
b. Sampah non medis dan sampah rumah tangga ditampung
di tong sampah yang diletakkan di setiap ruangan. Seluruh
sampah non infeksius dikumpulkan di area belakang RS,
langsung ditunggu mobil sampah Kebersihan untuk
dibuang ke TPA Gunuang Bungkuak Kab. Pesisir Selatan.
Sedangkan limbah medis (infeksius) dimusnahkan
menggunakan incenerator dengan kapasitas 1 m3/ hari
dan beroperasi setiap hari. Lokasi incenerator berada di
area belakang rumah sakit.
c. Limbah padat berupa jaringan tubuh diserahkan kepada
PERJAN RSUP M.Jamil Padang untuk dianalisis lebih
lanjut. Untuk beberapa kasus, setelah dilakukan proses
sterilisasi, limbah jaringan tubuh tersebut dapat
diserahkan kepada keluarga pasien untuk dikebumikan
d. Jumlah Limbah Infeksius yang dihasilkan RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan Bulan April s/d Juni 2017 adalah
3.351 kg.
e. Jumlah Limbah Non Infeksius yang dihasilkan RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan Bulan April s/d Juni 2017 adalah
29.640 kg.

3.2 PENGOLAHAN LIMBAH CAIR


RSUD Dr. Muhammad Zein Painan memiliki IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) untuk pengolahan limbah cair RS, IPAL ini
telah beroperasi sejak tahun 2009 dan telah memiliki izin

22
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

pembuangan kebadan air dengan Nomor : 660/33/LH/Kpts/BPT-


PS/2014. Beberapa tahap-tahap dalam pengolahan limbah cair RS :
1.1 Tahap pengolahan limbah cair
Untuk tahap ini menggunakan sistem aerobik dengan proses
lumpur aktif secara umum terdiri dari mainhole/bak pemisah
pasir/lumpur, sampwel/bak penampung, bak aerasi, kolam
phytoremediasi, kolam slow sandfilter (saringan pasir lambat),
serta kolam bioindikator. Air limbah yang berasal dari masing-
masing ruangan rumah sakit ditampung kedalam bak
penampung air limbah/menhol.
Kemudian air limbah dalam bak penampung dipompa ke
sampwel. Lumpur yang terdapat dalam bak sampwel
ditampung kedalam bak pengering lumpur, sedangkan air
resapannya ditampung kembali di bak penampung air
limbah/sampwel. Air limpasan dari sampwel dialirkan ke bak
aerasi dengan pompa seperti yang terlihat pada gambar 3. Di
dalam bak aerasi ini air limbah dihembus dengan udara
sehinga mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat
organik yang ada dalam air limbah. Energi yang di dapatkan
dari hasil penguraian zat organik tersebut digunakan oleh
mikrooragnisme untuk proses pertumbuhannya.
Dengan demikian di dalam bak aersi tersebut akan tumbuh
dan berkembang biomassa dalam jumlah yang besar. Biomasaa
atau mikroorganisme inilah yang akan menguraikan senyawa
polutan yang ada di dalam air limbah. Dalam bak aerasi ini air
limbah di kontakkan dengan senyawa klor untuk membunuh
miokroorganisme patogen. Air limbah kemudian dialirkan ke
kolam phytoremediasi, lanjut ke kolam slow sandfilter dalam
kolam ini terdapat saringan yang terdiri dari pasir, ijuk, kerikil.
Kemudian air limbah dialirkan ke kolam bioindikator,
indikatornya ikan, air limbah dapat langsung dibuang ke riol
perkotaan.

SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH RSUD Dr.M. ZEIN PAINAN DENGAN PROSES BIOLOGI AEROBIK

23
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

blower udara disinfeksi

air limbah dari menhol/bak sumpwell/bak bak aerasi kolam kolam slow bioindikator
ruangan pemisah penampung phytoremediasi sandfilter
pasir/lumpur (saringan
pasir lambat)

air

limbah lumpur

bak pengering
lumpur riol perkotaan

dibuang

disinfeksi :
1. soda ash
2. pH decreaser
3. poly alumchloride
4. chlorine cain kon.90%

Gambar : Diagram proses pengolahan air limbah dengan proses


lumpur aktif

1.2 Tahap pemeliharaan


Pemeliharaan yang dilakukan pada sarana IPAL seperti
alat-alat saniter, alat-alat pompa, saluran IPAL, menhol,
septik tank, bak pengumpul, bak saringan dan alat-alat
lain IPAL. Pemeliharaan juga telah dilakukan mulai dari
pengumpulan sampai tahap proses. Untuk penyedotan

24
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

tinja tahun 2017 dilakukan sebanyak 14 kali (Ruangan


Bedah, Interne, Klas, WC Umum, dan VIP).

1.3 Tahap pengawasan


Mengenai pengawasan yang dilakukan terhadap sistem
pengelolaan limbah cair ini bahwa pengawasa dilakukan
dari pihak Rumah Sakit Direktur, Kabag TU, Ka.IPLRS
kemudian dari Badan Lingkungan Hidup Kab. Pesisir
Selatan dan Dinkes Kab. Pesisir Selatan.

1.4 Kualitas effluent


Menurut data yang diperoleh dari UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan Padang Pemeriksaan kimia air
limbah dilakukan setiap 1 bulan sekali. Sejak tanggal 20
mei 2009 RSUD Dr. Muhammad Zein Painan telah rutin
mengirimkan sampel limbah cair untuk dianalisa ke
Laboratorium Kesehatan Padang.
Berdasarkan Hasil Pemeriksaan kimia limbah bulan April
dan Mei 2017 semua parameter dibawah nilai baku
mutu. Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan limbah cair
RSUD Dr. Muhammad Zein sudah efektif.

Tabel 3.1 Hasil Uji Pemeriksaan Kimia Air Limbah


RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Bulan April Dan Mei
2017

No Parameter Baku April Ket Mei Ket


Mutu
1. Suhu - 26 MS 27,5 MS
2. Zat Padat - 178,8 MS 135,4 MS
Terlarut
3. Zat Padat 30 12 MS 10 MS
Tersuspensi mg/L
4. pH 6,0- 7,07 MS 4,62 MS
9.0
5. BOD 5 30 5,9 MS 10,8 MS
6. COD 100 34,7 MS 23,5 MS
7. Minyak dan 5 <0,1 MS <0,1 MS
Lemak

25
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

8. Detergen - 0,492 MS <0,01 MS


sebagai MBAS
9. Amoniak 10 0,55 MS 4,62 MS
Nitrogen
Sumber : Laboratorium Kesehatan Padang Tahun 2017
Catt: TMS : Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan
MS : Memenuhi Syarat Kesehatan

BAB IV

26
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

KESIMPULAN

1. Limbah Padat (Sampah Medis dan Non Medis)


Pengelolaan limbah padat RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
dipisahkan antara sampah Infeksius dan non Infeksius.
Sampah Infeksius dikumpulkan menggunakan tong sampah
yang dilapisi kantong plastik warna kuning dan limbah bersifat
non Infeksius di kumpulkan pada tong sampah yang dilapisi
kantong plastik warna hitam. Limbah ini diolah dengan
incinerator, residu dari hasil pembakaran dikumpul pada TPS
B3 (Tempat Penyimpanan Sementara Bahan Berbahaya
Beracun) yang telah memiliki izin penyimpanan smentara
limbah bahan berbahaya dan beracu (B3) nomor :
570/03/Kpts/BPMP2T-PS/2015. Sedangkan Limbah bersifat
non infeksius hasil aktifitas perkantoran, instalasi gizi
dikumpulkan dibelakang Gedung RS pada pagi hari langsung
diangkut mobil pengangkut sampah melalui koordinasi Unit
Kegiatan Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang merupakan
bagian dari organisasi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan
untuk dibuang ke TPA Gunuang Bungkuak. Jumlah Limbah
Infeksius yang dihasilkan RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Bulan April s/d Juni 2017 adalah 3.351 kg, sedangkan Jumlah
Limbah Non Infeksius yang dihasilkan RSUD Dr. Muhammad
Zein Painan Bulan April s/d Juni 2017 adalah 29.640 kg.
2. Limbah Cair
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan memiliki IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) untuk pengolahan limbah cair RS, IPAL
ini telah beroperasi sejak tahun 2009 dan telah memiliki izin
pembuangan kebadan air dengan Nomor :
660/33/LH/Kpts/BPT-PS/2014. Pengolahan limbah cair RSUD
Dr. Muhammad Zein Painan menggunakan sistem aerobik
dengan proses lumpur aktif. Hasil Pemeriksaan kimia limbah
bulan April dan Mei 2017 semua parameter dibawah nilai baku

27
Laporan Triwulan Limbah RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2017

mutu. Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan limbah cair RSUD


Dr. Muhammad Zein sudah efektif.

28

Anda mungkin juga menyukai