Anda di halaman 1dari 63

PENGELOLAAN

LIMBAH B3
BERDASARKAN
PP 101 TAHUN 2014

Tri Widjaja
Departemen Teknik Kimia ITS
PP 101 TAHUN 2014
Terdiri dari 20 Bab , 259 Pasal
Bab-I. Ketentuan Umum Bab XIII. Penanggulangan
Bab-II Penetapan Limbah B3 Pencemaran dan/atau Kerusakan
Lingkungan Hidup dan
Bab-III Pengurangan Limbah B3
Pemulihan Fungsi Lingkungan
Bab-IV Penyimpanan Limbah B3 Hidup;
Bab-V Pengumpulan Limbah B3
Bab XIV Sistem Tanggap Darurat
Bab-VI Pengangkutan Limbah B3 dalam Pengelolaan Limbah B3
Bab-VII Pemanfaatan Limbah B3
Bab XV Pembinaan
Bab-VIII Pengolahan Limbah B3
Bab XVI Pengawasan
Bab-IX Penimbunan Limbah B3
Bab-X Dumping Limbah B3 Bab XVII Pembiayaan
Bab-XI Pengecualian Limbah B3 Bab XVIII Sanksi Administratif
Bab-XII Perpindahan Lintas batas Bab XIX Ketentuan Peralihan
Limbah B3
Bab XX Ketentuan Penutup
Bab-1 Ketentuan Umum

Definisi B3 dan Limbah B3


(Pasal 1 ayat 1,2 dan 3)
• Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3
adalah adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena
sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/ atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup
manusia, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain
• Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
• Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya
disingkat Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
•Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang


selanjutnya disingkat limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun
PENGELOLAAN LIMBAH B3 ADALAH
KEGIATAN YANG MELIPUTI
PENGURANGAN
DE
FIN

PENYIMPANAN
ISI

PENGANGKUTAN

PENGUMPULAN

Pasal 1, Ayat 11 PEMANFAATAN

PENGOLAHAN

PENIMBUNAN
Bab-II. PENETAPAN LIMBAH B3
Pasal 3, Ayat (1), (2), (3) dan (4)
(1). Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan.

(2). Limbah B3 pada ayat (1) berdasarkan katagori bahayanya terdiri


atas:
 Limbah B3 Katagori I
 Limbah B3 Katagori II
(3). Berdasarkan sumbernya
a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
b. Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, B3 yang tumpah;
B3 yang tidak memenuhi spesifikasi produk akan dibuang
dan kemasan B3, dan
c. Limbah B3 dari sumber spesifik
(4). Limbah B3 dari sumber spesifik meliputi:
 Limbah B3 dari sumber spesifik umum;
 Limbah B3 dari sumberspesifik khusus.
LIMBAH B3 BERDASARKAN KATAGORI BAHAYANYA
Risiko B Contoh Kelola
 Berdampak akut
dan langsung

Tata cara pengelolaan berbeda-


terhadap manusia  basa, asam,
Katagori I  Dapat dipastikan  solvent
berdampak  PCB
negatif terhadap  Halogen dll
lingkungan

beda
Memiliki efek
tunda dan
berdampak tidak
langsung terhadap  fly ash,
Katagori II manusia & Carbon aktif
lingkungan bekas,
Memiliki toksisitas Botol infus,
sub-kronis atau Copper slag
kronis
LIMBAH B3 BERDASAR SUMBERNYA
Tabel
1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik.
Umumnya bukan dari proses utama tetapi berasal dari
kegiatan lain seperti pemeliharaan, pencucian alat, inhibitor
korosi, pelarutan karat serta pengemasan.
Detail pada Lampiran I , Tabel I

2. Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, tumpahan B3, B3 yang tidak


memenuhi spesifik produk yang akan dibuang, dan bekas
kemasan B3

Detail pada Lampiran I , Tabel 2


LIMBAH B3 BERDASAR SUMBERNYA

3. Limbah B3 dari sumber spesifik


a. Sumber spesifik umum.
Umumnya merupakakan sisa proses suatu industri atau
kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan
Lampiran I, Tabel 3

b. Sumber Spesifik Khusus.


Limbah B3 yang mempunyai efek tunda (delayed effect),
berdampak tidak langsung pada manusia dan lingkungan hidup,
memiliki afek racun tidak akut, dan dihasilkan dalam jumlah yang
besar per satuan waktu
Lampiran I, Tabel 4

Note: katagori limbah 1 dan 2 untuk setiap jenis limbah B3 sudah


dicantumkan pada daftar Lampiran I.
LIMBAH B3 BERDASARKAN KARATERISTIKNYA
Beracun (toxic – T)
Limbah B3 beracun adalah Limbah yang memiliki karakteristik beracun
berdasarkan uji penentuan karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi
LD50, dan uji sub-kronis.
a. penentuan karakteristik beracun melalui TCLP
1.Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika Limbah memiliki
konsentrasi zat pencemar lebih besar dari TCLP-A sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.
2.Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika Limbah memiliki
konsentrasi zat pencemar sama dengan atau lebih kecil dari TCLP-A dan lebih
besar dari TCLP-B sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
b. Uji Toksikologi LD50
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika memiliki nilai sama dengan atau lebih
kecil dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 50
mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit.
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika memiliki nilai lebih besar dari Uji
Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima
puluh miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit dan lebih kecil atau sama
dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 5000
mg/kg (lima ribu miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit. Nilai Uji
Toksikologi LD50 dihasilkan dari uji toksikologi, yaitu penentuan sifat akut limbah melalui uji
hayati untuk mengukur hubungan dosis-respon antara limbah dengan kematian hewan uji.
Nilai Uji Toksikologi LD50 diperoleh dari analisis probit terhadap hewan uji.
c. Sub-kronis Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika uji toksikologi sub-
kronis pada hewan uji mencit selama 90 (sembilan puluh) hari menunjukkan sifat racun sub-
kronis, berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau biokonsentrasi,
studi perilaku respon antarindividu hewan uji, dan/atau histopatologis.
TATACARA PENETAPAN KATAGORI LIMBAH B3

(6)

(7)

(8)

(9)
Bahan kimia yang mudah meledak
• Zat kimia yang peka terhadap suhu dan tekanan
yang tinggi atau goncangan yang mendadak. Zat
padat atau cair atau campuran keduanya, akibat
suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam
jumlah dan tekanan besar serta suhu yang tinggi
sehingga bisa menimbulkan peledakan.
• Contoh : Trinitrotoluen (TNT), nitroglycerine,
amonium nitrat.
BAB
BAB –– III
III
PENGURANGAN
PENGURANGAN LIMBAH
LIMBAH B3
B3
Pengurangan Limbah B3 adalah kegiatan Penghasil Limbah B3 untuk
mengurangi dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau racun dari
Limbah B3 sebelum dihasilkan dari suatu usaha dan/atau kegiatan.

Pasal 10.
Wajib melakukan Pengurangan Limbah B3.

Pengurangan dapat dilakukan melalui:


substitusi bahan >> dapat dilakukan melalui pemilihan bahan baku
dan/atau bahan penolong yang semula mengandung B3 digantikan
dengan bahan yang tidak mengandung B3.
modifikasi proses >> dapat dilakukan melalui pemilihan dan
penerapan proses produksi yang lebih efisien.

 Penggunaan teknologi ramah lingkungan


BAB – IV
PENYIMPANAN LIMBAH B3

Pelaku Penyimpanan Penghasil Limbah B3


BAB – IV
PENYIMPANAN LIMBAH B3

PERSYARATAN LOKASI PENYIMPANAN LB3


Pasal 14
 Lokasi Penyimpanan Limbah B3 harus bebas banjir
dan tidak rawan bencana alam.
 Dalam hal lokasi Penyimpanan Limbah B3 tidak bebas
banjir dan rawan bencana alam, lokasi Penyimpanan
Limbah B3 harus dapat direkayasa dengan teknologi
untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
 Lokasi Penyimpanan Limbah B3 harus berada di
dalam penguasaan setiap orang yang menghasilkan
Limbah B3.
WAKTU PENYIMPANAN LIMBAH B3
Pasal 28
FASILITAS PENYIMPANAN LIMBAH B3
Pasal 15

Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 dapat berupa:


a. Bisa dalam bentuk containment building (bangunan);
b. Bisa dalam bentuk tangki dan/atau container;
c. Bisa dalam bentuk silo;
d. Bisa dalam bentuk tempat tumpukan limbah (waste
pile);
e. Bisa dalam bentuk waste impoundment; dan/atau
f. bentuk lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
PERSYARATAN MINIMUM FASILITAS PENYIMPANAN
BERUPA BANGUNAN
Pasal 16
a. desain dan konstruksi yang mampu melindungi Limbah B3 dari
hujan dan sinar matahari;
b. memiliki penerangan dan ventilasi; dan
c. memiliki saluran drainase dan bak penampung
PERSYARATAN PENGEMASAN LIMBAH B3
X
BAB-V
PENGUMPULAN LIMBAH B3

Pengumpulan Limbah B3 adalah kegiatan


mengumpulkan Limbah B3 dari penghasil limbah B3
sebelum diserahkan kepada Pemanfaat Limbah B3,
Pengolahan Limbah B3 dan/atau Penimbun Limbah B3

Pasal 31, Ayat (1). Setiap Orang yang menghasilkan


Limbah B3 wajib melakukan Pengumpulan Limbah
B3 yang dihasilkannya

Pasal 32,Ayat (1) Dalam hal setiap orang yg menghasilkan


Limbah B3 tidak mampu melakukan sendiri pengumpulan
Limbah B3 yang dihasilkannya, pengumpulan Limbah B3
diserahkan kepada pengumpul Limbah B3.
1. Penghasil Limbah B3

PELAKU PENGUMPULAN LB3

2. Pengumpul Limbah B3
(badan usaha yang
melakukan kegiatan
pengumpulan Limbah B3
BAB-VI
PENGANGKUTAN LIMBAH B3

Pasal 47.
(1). Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan dengan menggunakan
alat angkut yang tertutup untuk Limbah B3 kategori 1.
(2) Pengangkutan Limbah B3 dapat dilakukan dengan menggunakan
alat angkut yang terbuka untuk Limbah B3 kategori 2.

Pasal 48, Ayat (1)


(1) Pengangkutan Limbah B3 wajib memiliki:
a. rekomendasi Pengangkutan Limbah B3; dan
b. izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengangkutan Limbah
B3
Alat Pengangkutan

Draw- bar Roll-off Truck

Truck with compactor 14 M3

Van truck 36 drums

Truck with Close Box 10 M3


Truck with Roll-off box 10 M3

Jenis Transportasi Darat


Pengangkutan Limbah B3 yang Tidak Benar

 Kemasan yg tidak Tidak dicampur


sesuai
 Kendaraan pengangkut
tidak layak/tidaksesuai
 Tidak dilengkapi
simbol,label,plakat
BAB – VII
PEMANFAATAN LIMBAH B3
Pasal 53
PEMANFAATAN LIMBAH B3
Pasal 54
(1).Pemanfaatan LimbahNFAATAN LIMBAH B3 B3 sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) meliputi:
a. Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi bahan baku;
b. Pemanfaatan Limbah B3 sebagai substitusi sumber energi;
c. Pemanfaatan Limbah B3 sebagai bahan baku; dan
d. Pemanfaatan Limbah B3 sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
(2) Pemanfaatan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. ketersediaan teknologi;
b. standar produk jika hasil Pemanfaatan Limbah B3 berupa produk;
dan
c. standar lingkungan hidup atau baku mutu lingkungan hidup.
PEMANFAATAN LIMBAH B3
Pemanfaatan Limbah B3 dapat didefinisikan sebagai:
 Pengunaan kembali;
 Daur ulan dan/atau
 Perolehan kembali
yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi
produk yang dapat digunakan sebagai :
 substitusi bahan baku
 bahan penolong dan/atau
 bahan bakar
Yang aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan
BAB – VIII
PENGOLAHAN LIMBAH B3

Pasal 99
(1). Pengolahan Limbah B3 wajib dilaksanakan oleh
setiap orang yang menghasilkan limbah B3.
(2). Dalam setiap orang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak mampu melakukan sendiri ,
pengolahan Limbah B3 diserahkan kepada Pengolah
Limbah B3

1. Penghasil LB3

Pelaku Pengolahan LB3


2. Pengolah LB3 (Badan
Usaha yg melakukan
kegiatan pengolahan LB3
CARA PENGOLAHAN LIMBAH B3

Pasal 100
(1). Dilakukan dencan cara:
a. Thermal
b. Stabilisasi dan solidifikasi, dan/atau
c. Cara lain sesuai perkembangan teknologi.
(2). Pengolahan Limbah B3 dilakukan dengan
mempertimbangkan :
a. Ketersediaan teknologi;
b. Standard Lingkungan Hidup atau Baku Mutu
Lingkungan Hidup.
Jenis dan karakteristik Proses pengolahan Timbulan
Mudah
meledak Emisi
memenuhi
Mudah Fisik BML
terbakar Kimia

Reaktif
Solidifikasi/ Gas Limbah
Korosif
stabilisasi Cairan cair
Infeksi memenuhi
Padatan BML
Beracun
(TCLP) Insinerasi Limbah
padat
Limbah memenuhi
organik TCLP, uji
beracun Recoveri kuat tekan

Limbah
anorganik
beracun Alternatif pengolahan limbah B3 Landfill
BAB – IX
PENIMBUNAN LIMBAH B3

Penimbunan Limbah B3 adalah kegiatan


menempatkan Limbah B3 pada fasilitas
penimbunan dengan maksud agar tidak
membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup.
PENIMBUNAN LIMBAH B3

Pasal 145

(1). Setiap orang yang menghasilkan limbah B3


wajib melaksanakan penimbunan Limbah B3
(2). Dalam hal setiaporang seperti dimaksud pada
ayat (1) tidak mampu melakukan sendiri,
Penimbunan Limbah B3 diserahkan kepada
Penimbun Limbah B3
(1). Penghasil LB3

Pelaku Penimbunan LB3 (2). Penimbun LB3


(Badan usaha yang
melakukan kegiatan
penimbunan LB3)
Untuk Penimbusan dijabarkan pada
Permen LHK Nomor P.63/Menlhk/Setjen/KUM.1/7/2016
tentang
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENIMBUNAN
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI
FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR
PENGELOLAAN LIMBAH B3 RUMAH SAKIT/FASYANKES
o Pengelompokan jenis limbah rumah sakit/Fasyankes menjadi limbah medis dan non-
medis, sebenarnya dimaksudkan untuk lebih memudahkan pengelolaan berikutnya,
dari awal hingga akhir.
o Limbah Medis, yang berkategori limbah B3 infeksius seharusnya tidak dicampur
dengan limbah medis B3 lainnya, karena memiliki cara pengelolaan dan batas
penyimpanan yang sangat berbeda. Contoh: perban bekas, sisa jaringan tubuh, jarum
suntik bekas, kantong darah dan lain-lain yang berkategori limbah B3 infeksius
o Limbah Medis, juga jangan dicampur dengan limbah domestik (non-medis),
misalnya: berupa kertas, plastik, botol plastik, kaleng, sisa-sisa makanan, daun-daun,
bahan-bahan organik dan anorganik lainnya, karena sebagian bisa didaur-ulang atau
langsung dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA).
o Mencampur limbah domestik dan medis non-B3 (misal: sisa kemasan infus yang bisa
didaur-ulang) dengan limbah medis B3, akan mengubah limbah non-B3 menjadi
seperti limbah medis B3, yang harus dikelola secara khusus sebagai limbah B3
dengan tahapan proses lebih panjang dan biaya jauh lebih
Pengelolaan limbah Rumah Sakit
o Limbah rumah sakit dapat berupa Limbah medis sisa berbagai kegiatan medis rumah sakit yang
berkategori limbah B3.

o Limbah medis wajib diawasi secara ketat dan dikelola sesuai peraturan sebagai limbah B3,
yakni melalui a.l: strategi pemilahan, perlakukan khusus (misal: menggunakan autoclave,
hydroclave, microwave atau disinfeksi secara kimia), penempatan khusus (misal: safety box,
wadah dan kantong plastik khusus limbah B3 tertentu dengan warna dan simbol limbah B3
tertentu), penyimpanan sementara di TPS, pemanfaatan atau pengolahan jika layak secara
kesehatan lingkungan, pembakaran menggunakan insenerasi dengan kriteria teknologi standar
yang dioperasikan dengan baik dan benar, hingga pengiriman ke penimbunan akhir secured
landfill.
o Sampah domestik rumah sakit, sampah domestik rumah-tangga adalah limbah padat sisa
kegiatan non-medis rumah sakit yang berkategori non-B3. Bila sudah dipilah dengan baik
dan/atau dimanfaatkan dengan prinsip 3R, sisa yang tidak termanfaatkan bisa langsung dikirim
ke TPA (tempat pembuangan akhir) yang umumnya dikelola oleh pemkot.
PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS
o Sebagaimana limbah B3 lainnya, pengelolaan limbah medis juga dilakukan dengan cara:
minimisasi dan pemilahan, penyimpanan sementara, pengangkutan, pengolahan atau
pemanfaatan, dan penimbunan akhir.

o Khusus limbah medis yang bersifat infeksius, karena karakter bahaya-nya, terdapat
beberapa metoda dan alat yang sudah dikenal dan biasa digunakan sebagai sarana
penanganan awal, sebelum pengolahan (misal: insenerasi), yakni a.l:

 Dekontaminasi secara kimia (misal: menggunakan disinfektan)


 Penggunaan steam autoclaving atau hydroclaving
 Microwave
 Pengemasan menggunakan kantong plastik khusus dan/atau safety box
 Penyimpanan sementara tanpa atau menggunakan refrigerasi
 Kombinasi sebagian atau kesemuanya
Pertimbangan pemilihan penanganan limbah infeksius
 Penanganan limbah medis menggunakan sistem insenerasi masih merupakan pilihan terbaik.
 Insenerasi lebih dominan digunakan sebagai pengolah limbah medis (khususnya infeksius) di
berbagai penjuru dunia, karena lebih praktis, efektif dan langsung terlihat hasilnya, serta dari segi
biaya relatif murah.
 Kelebihan lain, proses insenerasi dapat mengurangi banyak jumlah massa atau volume limbah
B3 (reduksi hingga > 85%), sehingga memudahkan penanganan berikutnya, a.l: penyimpanan
sementara, pengumpulan, pengangkutan dan penimbunan akhir.
 Pengelolaan limbah medis menggunakan insenerasi juga membutuhkan waktu relative lebih
singkat dibanding dengan sistem secured landfill.
 Dari sisi kebutuhan lahan, area yang dibutuhkan untuk penempatan proses insenerasi jauh lebih
kecil, sangat cocok untuk rumah sakit di Indonesia yang umumnya berada di kawasan perkotaan
dengan lahan terbatas.
 Pengolahan limbah medis menggunakan insenerasi terpaksa menjadi upaya terakhir, terbaik &
dipercepat, karena penyimpanan limbah infeksius dan/atau yg terkontaminasi limbah infeksius
menurut peraturan dibatasi maksimum 48 jam
Pertimbangan Teknologi Insenerasi
Pertimbangan pemilihan teknologi insenerasi sebagai pengolah limbah medis:
Teknologi insenerasi ini ternyata diminati sebagai pengolah limbah
medis infeksius oleh berbagai rumah sakit di Indonesia, dari insenerator
yang berkapasitas cukup besar hingga berkapasitas kecil.
Menurut WHO (th 2000) insinerator dg temperatur pembakaran < 800⁰C dapat
menimbulkan produksi dioksin, furan dan polutan toksik lainnya.
Teknologinya pun beragam, mulai dari sistem batch sederhana, semi
batch, hingga intermitten atau semi kontinyu, serta rotary untuk skala
komersial. Sistem kontrolnya juga beragam, dari yang automatic, semi-
otomatis hingga manual.
Limbah padat (limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan & limbah dg
kandungan logam berat), sampai saat ini
alternatif terbaik teknologi pengolahannya
adalah Insinerator
Gb. Diagram pengelolaan limbah medis dan domestik rumah sakit
Dominasi proses insenerasi dalam pengolahan limbah B3

Pencapaian suhu bakar 800°C (Ruang Bakar 1)


dan 1000°C (Ruang Bakar 2), harus dicapai dalam
tempo maksimal

Flow Diagram: Proses Pengolahan limbah Rumah Sakit dengan Teknik Insenerasi
PROGRAM PENGELOLAAN LIMBAH B3 DARI FASYANKES
Pengelolaan Limbah B3 (pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan, PP 101/2014). Prinsipnya:
oPolluter pays principle: di mana penghasil bertanggung jawab terhadap limbah B3
yg dihasilkan.
oMinimisasi limbah B3: upaya untuk mendahulukan reduksi dan hirarki pengolahan
limbah B3 yg dihasilkan.
oPerubahan paradigma dari from cradle to grave menjadi from cradle to cradle:
mencakup pemantauan sejak limbah B3 dihasilkan sampai dengan pengelola akhir
dan orientasi pemanfaatan limbah B3 jika memungkinkan.
oKedekatan (proximity): pengelolaan/pengolahan sedekat mungkin dengan tempat
dihasilkan.
Pembangunan Model Pengelolaan Limbah B3 untuk Fasyankes di Makassar

 Program percontohan ini direncanakan untuk menampung limbah B3 dari 228


Fasyankes di Makassar dengan estimasi jumlah timbulan limbah B3 sebesar
3,34 ton/hari.
 Namun demikian, kapasitas pengolahan terpasang saat ini hanya 2,4 ton/hari.
Karena terdapat beberapa kondisi dan persyaratan pengolahan pada fasilitas
sebagai berikut:
- Limbah medis dapat diolah di fasilitas percontohan bagi limbah B3 yang
memenuhi persyaratan;
- Ditujukan untuk mengurangi pembuangan limbah Fasyankes ke Tempat
Pembuangan Akhir Sampah (TPA) domestik;
- Merupakan upaya sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah berupa sharing anggaran dari APBN dan APBD; dan
- Mengolah limbah Fasyankes sebanyak 2,4 ton/hari (kapasitas 100 kg/jam)
Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengelola limbah medis
dengan cara yang tepat seperti dirilis dari Medical Waste.

-Sampah umum seperti tisu, kapas dan bahan yang tidak terkena limbah
infeksius digabung dengan sampah biasa untuk dibuang.
-Benda tajam harus digabung, terlepas apakah terkontaminasi atau tidak, dan
harus dimasukkan ke wadah anti bocor (biasanya terbuat dari logam atau
plastik berkepadatan tinggi dan tidak tembus)
-Kantung dan wadah untuk limbah infeksius harus ditandai dengan lambang
atau tulisan zat infeksius.
-Limbah yg sangat menular jika memungkinkan, segera disterilkan dg autoklaf
-Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi
suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs)
selama kurang lebih 15 menit.
-Limbah sitotoksik, sebagian besar diproduksi di rumah sakit besar atau
fasilitas penelitian, harus dikumpulkan dalam wadah yang kuat dan anti bocor
dengan jelas diberi label "Limbah sitotoksik".
• Sejumlah kecil limbah kimia atau farmasi dapat dikumpulkan bersama dengan
limbah infeksius.
• Sejumlah besar obat-obatan kedaluwarsa atau kedaluwarsa yang disimpan di
bangsal atau departemen rumah sakit harus dikembalikan ke apotek
pembuangan.
• Limbah kimia dalam jumlah besar harus dikemas dalam wadah tahan bahan
kimia dan dikirim ke fasilitas pengolahan khusus (jika tersedia).
• Limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi (misalnya kadmium atau
merkuri) harus dikumpulkan secara terpisah.
• Wadah aerosol dapat dikumpulkan dengan limbah layanan kesehatan umum.
• Limbah infeksius radioaktif tingkat rendah Apusan, jarum suntik untuk
penggunaan diagnostik atau terapeutik) dapat dikumpulkan dalam kantong
atau wadah kuning untuk limbah infeksius jika ini ditujukan untuk pembakaran.

Anda mungkin juga menyukai