Anda di halaman 1dari 88

TEHNIK PENGOLAHAN LIMBAH

DI FASYANKES

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur


Mojokerto, 27 Maret 2018
Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 59
• Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 WAJIB
melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.
• Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri
pengelolaan limbah B3, pengelolaannya diserahkan
kepada pihak lain.
• Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
KETENTUAN PIDANA DALAM PENGELOLAAN LIMBAH B3
(UU No. 32/2009)

Pelanggaran Dalam Pidana Denda


Pengelolaan Limbah B3 Penjara
Min Maks Min Maks
Pengelolaan Limbah B3 1 thn 3 thn 1 Milyar 3 Milyar
tanpa izin (Pasal 102)
Tidak melakukan 1 thn 3 thn 1 Milyar 3 Milyar
pengelolaan limbah B3
(Pasal 103)
Pejabat berwenang tdk - 1 thn - 500 jt
melakukan pengawasan
(Pasal 112)
Impor Limbah (Pasal 105) 4 thn 12 thn 4 Milyar 12 Milyar
Impor Limbah B3 (Pasal 106) 5 thn 15 thn 5 Milyar 15 Milyar
Mudah
menyala
Peraturan
Mudah
Pemerintah Infeksius
meledak
Nomor 101 tahun
2014 KARAKTERISTIK
tentang Limbah LIMBAH B3
Bahan
Berbahaya dan Beracun Reaktif
Beracun
Korosif
PP 101 / 2014 PENGELOLAAN LIMBAH B3
PP 101 / 2014 PENGELOLAAN LIMBAH B3
PP 101 / 2014 PENGELOLAAN LIMBAH B3
PP 101 / 2014 PENGELOLAAN LIMBAH B3
PP 101 / 2014 PENGELOLAAN LIMBAH B3
Pengecualian
IZIN PENGOLAHAN LIMBAH B3 (Permen LHK 56 /2015)
PENGOLAHAN LIMBAH B3 (Permen LHK 56 /2015)
Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2014
tentang Kesehatan Lingkungan
Penyelenggaraan
kesling
PENGOLAHAN
PENGAWASAN LIMBAH
LIMBAH Pengamanan 1. Limbah cair, padat,
Dilaksanakan sesuai per gas
UU-an Limbah 2. Seusai peraturan per
UU-an

PELINDUNGAN KESMAS
1. Sampah tdk diolah (pengurangan,
penanganan)
2. Zat kimia berbahaya (pajanan &
kontaminasi penggunaan)
3. Gangguan Fisika udara
4. Radiasi pengion dan non pengion
5. Pestisida
PENYIMPANAN LIMBAH B3
Dilakukan dengan cara antara lain:
a. menyimpan Limbah B3 di fasilitas Penyimpanan Limbah B3;
b. menyimpan Limbah B3 menggunakan wadah Limbah B3 sesuai
kelompok Limbah B3;
c. penggunaan warna pada setiap kemasan dan/atau wadah
Limbah sesuai karakteristik Limbah B3; dan
d. pemberian simbol dan label Limbah B3 pada setiap kemasan
dan/atau wadah Limbah B3 sesuai karakteristik Limbah B3.

Sumber: [Pasal 7 ayat (1), PERMEN LHK P.56/Menlhk-


Sekjen/2015]

14
MASA PENYIMPANAN LIMBAH B3
Untuk limbah dengan karakteristik infeksius; benda
tajam; dan patologis; disimpan di tempat
Penyimpanan Limbah B3 sebelum dilakukan
Pengangkutan Limbah B3, Pengolahan Limbah B3,
dan/atau Penimbunan Limbah B3 paling lama:
1. 2 (dua) hari, pada temperatur lebih besar dari 0°C (nol
derajat celsius); atau
2. 90 (sembilan puluh) hari, pada temperatur sama dengan
atau lebih kecil dari 0°C (nol derajat celsius),
sejak Limbah B3 dihasilkan.

Sumber: [Pasal 8 ayat (2) huruf a, PERMEN LHK P.56/Menlhk-Sekjen/2015]

15
PENYIMPANAN LIMBAH B3
Dilakukan dengan cara antara lain:
a. menyimpan Limbah B3 di fasilitas Penyimpanan Limbah
B3;
b. menyimpan Limbah B3 menggunakan wadah Limbah B3
sesuai kelompok Limbah B3;
c. penggunaan warna pada setiap kemasan dan/atau wadah
Limbah sesuai karakteristik Limbah B3; dan
d. pemberian simbol dan label Limbah B3 pada setiap
kemasan dan/atau wadah Limbah B3 sesuai karakteristik
Limbah B3.

Sumber: [Pasal 7 ayat (1), PERMEN LHK P.56/Menlhk-


Sekjen/2015]
16
Lampiran I (PP 101/2014)
Tabel 3. Daftar Limbah B3 Dari Sumber Spesifik Umum
Kode Kode
Jenis Sumber Kategori
Kegiata Limba Uraian Limbah
Kegiatan Limbah Bahaya
n h
Limbah klinis memiliki
A337-1 1
karakteristik infeksius
Seluruh rumah
sakit dan A337-2 Produk farmasi kedaluwarsa 1
laboratorium
klinis A337-3 Bahan kimia kedaluwarsa 1
Rumah Fasilitas Peralatan laboratorium
sakit dan incinerator A337-4 1
terkontaminasi
37 fasilitas IPAL yang
Peralatan medis
pelayanan mengolah
mengandung logam berat,
kesehatan effluen dari
A337-5 termasuk merkuri (Hg), 1
kegiatan rumah
kadmium (Cd), dan
sakit dan
sejenisnya
laboratorium
klinis B337-1 Kemasan produk farmasi 2
B337-2 Sludge IPAL 2
PERMEN LHK Nomor: P.56/MenLHK-Sekjen/2015
Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan
Limbah B3 dari FASYANKES

 Mengatur Terhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatan :


a. Pusat Kesehatan Masyarakat;
b. Klinik Pelayanan Kesehatan Atau Sejenis; Dan
c. Rumah Sakit
CONTOH PENANGANAN LIMBAH MEDIS
YANG BENAR

1. Hanya limbah 2. Limbah harus ditempatkan


infeksius yang boleh dalam wadah sesuai dengan jenis
dimasukkan ke dalam dan karakteristik limbah (lihat
wadah ini – limbah KEPMENKES 1204/2004). Tarik
terkena darah atau plastik secara perlahan sehingga
cairan tubuh – [limbah udara dalam kantong minimum.
benda tajam Jangan mendorong kantong ke
ditempatkan pada wadah bawah atau melobanginya untuk
limbah benda tajam] mengeluarkan udara. 19
CONTOH PENANGANAN LIMBAH MEDIS
YANG BENAR

3. Putar ujung atas 4. Gunakan kepang 5. Letakkan penutup


plastik untuk plastik untuk wadah dan tempat
membentuk kepang membentuk ikatan pada tempat
tunggal. tunggal. penyimpanan
Dilarang mengikat sementara (atau pada
dengan model lokasi pengumpulan
“telinga kelinci”. internal).
20
PENGIKATAN KANTONG LIMBAH YANG SALAH

Beberapa contoh pengikatan kantong limbah yang TIDAK


BENAR:
1. Kantong limbah tidak boleh dibiarkan terbuka;
2. Kantong limbah tidak boleh diikat model “kuping anjing”;
3. Kantong limbah tidak boleh diikat dengan selotipe atau sejenis.

21
PENGOLAHAN
PENGOLAHAN
PENGOLAHAN TERMAL NONTERMAL

 AUTOKLAF
 DISINFEKSI KIMIAWI
 MICROWAVE
 PROSES BIOLOGIS
 IRADIASI
 ENKAPSULASI
 INSINERATOR
 INERTISASI
TEKNOLOGI LAIN SESUAI
PERKEMBANGAN ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI.

22
INSINERATOR
[PERSYARATAN TEKNIS Permen LHK No P.56 Psl 22]
 Efisiensi pembakaran > 99,95%;
 Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber)
minimum 800oC (temperatur operasional);
 Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber)
minimum 1000oC (temperatur operasional), dengan waktu
tinggal minimum 2 (dua) detik;
 Memiliki alat pengendali pencemaran udara (misal: wet
scrubber);
 Ketinggian cerobong minimum 14 meter dari permukaan
tanah; dan
 Memenuhi baku mutu emisi.
 Pengolahan limbah sitotoksik (genotoksik) pada temperatur >
1200oC.

23
PERSYARATAN AUTOKLAF
[PERSYARATAN TEKNIS Permen LHK No P.56 Psl 22]

 untuk autoklaf tipe gravity flow, desinfeksi limbah medis


dilakukan pada:
Temperatur > 121oC dan tekanan 15 psi dengan waktu tinggal autoklaf >
60 menit;
temperatur > 135oC dan tekanan 31 psi dengan waktu tinggal autoklaf >
45 menit; atau
temperatur > 149oC dan tekanan 52 psi dengan waktu tinggal autoklaf >
30 menit.
 untuk autoklaf tipe vacuum, desinfeksi limbah medis dilakukan
pada:
temperatur > 121oC dan tekanan 15 psi dengan waktu tinggal autoklaf >
45 menit; atau
temperatur > 135oC dan tekanan 31 psi dengan waktu tinggal autoklaf >
30 menit.
24
LIMBAH DILARANG DIAUTOKLAF
 limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, sisa
kemasan, atau buangan produk yang tidak
memenuhi spesifikasi;
 limbah patologis dan jaringan anatomi;
 limbah radioaktif;
 limbah farmasi; dan
 limbah material sitotoksik (genotoksik).

25
MICROWAVE
 Persyaratan teknis disinfeksi limbah medis menggunakan
peralatan microwave dilakukan pada temperatur 100oC
(seratus derajat celsius) dengan waktu tinggal sekurang-
kurangnya 30 (tiga puluh) menit.

 Peralatan microwave dilarang digunakan untuk disinfeksi:


limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi;
limbah patologis dan jaringan anatomi;
limbah radioaktif;
limbah farmasi;
limbah material sitotoksik (genotoksik); dan
limbah logam.

26
IRRADIASI FREKWENSI RADIO
(radiofrequency irradiation)
 Dilakukan pada temperatur > 90oC (sembilan puluh
derajat celsius).

 Peralatan irradiasi frekwensi radio dilarang digunakan


untuk disinfeksi:
– limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan,
atau buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi;
– limbah patologis dan jaringan anatomi;
– limbah radioaktif;
– limbah farmasi; dan
– limbah material sitotoksik (genotoksik).

27
NON-THERMAL
PENGOLAHAN NON
INCINERASI
Desinfeksi KIMIA
[PERSYARATAN TEKNIS Permen LHK No P.56 Lampiran V]
 Sebagai alternatif terakhir jika tdk ada fasilitas
pengolah lain.
 Untuk LM yg mengandung Pathogen.
 Dapat dikombinasi dengan pencacahan untuk lebih
optimal
 Bahan yg digunakan :
◦ Natrium hipoklorit (NaOcl) 3% sd 6%
◦ Asam peroksi-asetat (asam perasetat)
◦ Glutaraldehida
◦ Natrium hidroksida
◦ Gas Ozone
◦ Kalsium oksida
Desinfeksi Biologis

 Menggunakan Organisme dan/atau


enzim
 Memerlukan pengaturan :
 temperatur,
 PH,
 Jumlah Organisme,
 Kelembaban,
 dan variabel lainnya
ENKAPSULASI
 suatu pengolahan limbah dengan cara limbah
dimasukan dalam kontainer, kemudian
ditambahkan zat yang dapat menyebabkan
limbah tidak dapat bergerak, dan kemudian
kontainer ditutup. Kontainer kemudian ditutup
dengan adukan semen atau pasir bitumen, dan
setelah kering buang ke lokasi landfill
Limbah yang dapat
diproses dengan cara ini
antara lain limbah benda
tajam, residu bahan kimia
atau sediaan farmasi.
Enkapsulasi
Proses enkasulasi pada prinsipnya melakukan solidifikasi
terhadap limbah untuk menghindari terjadinya pelindian
(Leacheat) terhadap limbah.

Enkapsulasi dilakukan dengan cara memasukkan limbah


sebanyak 2/3 dari volume wadah dan selanjutnya
ditambahkan material immobilisasi sampai penuh
sebelum wadahnya ditutup dan dikungkung.

Material immobilisasi dapat berupa pasir bituminus


dan/atau semen. Wadah yang digunakan dapat berupa
high density polyethylene (HDPE) atau drum logam.

Limbah yang dilakukan enkapsulasi dapat berupa limbah


benda tajam, limbah farmasi dan/atau limbah bahan kimia
sebelum akhirnya hasil enkapsulasi tersebut ditimbun di
landfill.
INERTISIASI
 pencampuran limbah dengan semen untuk
meminimalkan risiko berpindahnya substansi
yang ada di dalam limbah ke air permukaan atau
air tanah, proporsi campurannya adalah sbb:
• Limbah Sediaan Farmasi 65%
• Batu Kapur 15%
• Semen 15%
• Air 5%
Metode ini sangat sesuai
untuk limbah sediaan
farmasi atau abu insenerasi
Inertisiasi
Solidifikasi Limbah menggunakan semen & material lain
sebelum ditimbun di fasilitas sanitasy landfill
1) Limbah dicampur dengan pasir dan semen dengan
perbandingan limbah, pasir dan semen portland 3:1:2, atau
dengan komposisi lain sehingga dapat memenuhi
persyaratan:
a. Uji kuat tekan dilakukan setelah 5 (lima) hari dengan kuat
tekan rata-rata minimum 225 kg/cm2 (duaratus duapuluh
lima kilogram per meter persegi); dan
b. Hasil uji TCLP (toxicity characteristic leaching procedure)
di bawah baku mutu TCLP sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
2) Hasil pencampuran selanjutnya dituangkan dalam sebuah
cetakan dengan ukuran dimensi sekurang-kurangnya 40 cm x
40 cm x 40 cm, setelah cetakan tersebut sebelumnya telah
dilapisi dengan plastik sehingga dapat mengungkung
campuran limbah. Hasil pencampuran didiamkan selama 5
(lima) hari untuk penyempurnaan proses solidifikasi, dan
memenuhi persyaratan pada angka 10/
4) Apabila hasil uji mutu TCLP pada angka 3) dipenuhi, hasil
proses solidifikasi selanjutnya ditimbun di fasilitas
penimbunan sanitary landfill atau controlled landfill.
PENGUBURAN (DEEP BURIAL)
o Lokasi & Fasilitas penguburan limbah medis wajib
memiliki persetujuan dari BLH kabupaten/kota.
o Limbah medis yang dapat dilakukan penguburan
yaitu:
o limbah patologis; dan/atau
o limbah benda tajam.
o Persyaratan teknis pengolahan limbah medis lihat :
Pasal 25 & 26 Permen LHK No. P.56

35
CONTOH FASILITAS PENGUBURAN
UNTUK LIMBAH PATOLOGIS

36
CONTOH FASILITAS PENGUBURAN
UNTUK LIMBAH BENDA TAJAM

37
Needle Pit dg PVC
SEGREGASI YANG BAIK:

41
JANGAN DITIRU....
SEPERTI INI .......?????
WADAH / TEMPAT LIMBAH MEDIS
CONTOH WADAH LIMBAH BENDA TAJAM

46
DIMANFAATKAN SBG WADAH BENDA TAJAM..?????
KONDISI LIMBAH DI TPS
TPS
KONDISI LIMBAH DI TPS
CONTOH TEMPAT PENYIMPANAN
SEMENTARA LIMBAH B3

54
Persyaratan TPS (Tempat Penyimpanan
Sementara) Limbah Medis ;
1. Lantai kedap air
2. Memiliki saluran air yang baik
3. Permukaan mudah dibersihkan
4. Aman dan dapat dikunci
5. Tersedia air cukup di lingkungan TPS
6. Lokasi mudah diakses petugas pengelola
7. Pencahayaan dan ventilasi yang baik sampah
8. Memilki Perijinan dari DLH Kab/ Kota

Permenkes 1204/2004
PENGANGKUTAN
DI FASYANKES MASIH MJD POLEMIK
Tugas Sanitarian RS/PKM

 Menyiapkan perencanaan
 Mengembangkan prosedur rutin termasuk manual
untuk pelaksanaannya.
 Melatih dan mengawasi karyawan-karyawan
tertentu termasuk petugas cleaning service.
 Membagi tugas dan tanggung jawab.
 Melapor kepada atasan atau pimpinan
FASYANKES harus mengolah limbah cairnya / IPAL
dasar hukumnya apa .....?
1.Permen LH RI No 5 / 2014
2.Pergub Jatim No. 72 / 2013

IPAL YANG MEMENUHI SYARAT SPT APA.....?


Peraturan Gubernur Jatim No 72 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air
Limbah BAGI INDUSTRI DAN/ATAU KEGIATAN USAHA LAINNYA
Aliran Limbah
Sumber
Laboratoriu
Hujan Laundry Poliklinik Rawat Bedah
m

Pra Pengolahan
Bar Grease Trap Pengolahan disinfektan

Saluran
Pipa Drainase

Pengolahan
Rotating Biological
Lumpur Aktif Extended Aeration Contactor
Filter Anaerobik Anaerobik-Aerobik

Pembuangan
Badan Air
Cara Memilih IPAL
Memahami dengan benar konsep yang Risiko kesulitan dalam operasional,
terjadi pada setiap sistem IPAL. pemeliharaan, dan perawatan.

Keuntungan dan kerugian yang terjadi jika Efektivitas IPAL terhadap pengolahan
memakai IPAL. parameter.

Sebaiknya melihat IPAL yang sudah Hasil efluen air limbah memenuhi baku
beroperasi di tempat lain minimal 3 tahun. mutu (dibuktikan dengan hasil uji).

Sebaiknya sistem IPAL ekonomis dalam Jika ada rencana pengembangan, sebaiknya
operasional, pemeliharaan, dan perawatan. gunakan IPAL yang dapat dipindahkan.

Menentukan kapasitas IPAL dengan:


• Asumsi 80 % x jumlah tempat tidur (tidur 5 tahun) x 0,5 m3/hari/tempat tidur.
• Pemakaian air bersih 0,5 m3/hari/tempat tidur (WHO) , atau dengan pemakaian air
yang sebenarnya (debit air).
Dasar Pemilihan Teknologi IPAL RS

• Kehandalan teknologi terhadap


kemampuan memenuhi acuan
standard baku mutu pemerintah.
• Ketersedian suku cadang.
• Mudah di dalam perawatan.
• Ketersedian personel pendukung.
• Ketersedian sumber dana.
Teknologi Lumpur Aktif
Kelebihan Kelemahan

• Pengoperasian dan • Kadang-kadang konsentrasi


perawatannya mudah. BOD air olahan masih tinggi.
• Dapat mengolah limbah cair • Terjadi bulking atau buih
dengan beban BOD yang (foam) seperti pada lumpur
besar. aktif.
• Dapat dipasang beberapa
tahap (multi stage),
sehingga tahan terhadap
fluktuasi beban pengolahan.
• Reaksi nitrifikasi lebih
mudah terjadi, sehingga
efisiensi penghilangan
amonium lebih besar.
Teknologi Extended Aeration
Kelebihan Kelemahan

• Pengoperasian dan perawatannya • Dalam proses diperlukan bahan


mudah. tambahan berupa biofilter.
• Lahan yang dibutuhkan relatif kecil. • Biaya investasi relatif lebih besar.
• Biaya operasi rendah. • Pada keadaan jenuh dengan biofilm
• Dibandingkan dengan lumpur aktif, yang sudah tebal, maka biofilter
lumpur yang terjadi relatif lebih harus dibersihkan agar bekerja
sedikit. optimal.
• Dapat menghilangkan nitrogen dan
fosfor yang dapat menyebabkan
eutrofikasi pertumbuhan yang tidak
terkendali pada tanaman air (gulma).
• Dapat digunakan untuk limbah cair
yang beban BOD cukup besar.
• Suplai udara untuk aerasi lebih
sedikit.
Teknologi Rotating Biological Contactor
Kelebihan Kelemahan

• Pengoperasian dan perawatannya • Pengendalian jumlah


mudah. mikroorganisme sulit dilakukan.
• Untuk kapasitas kecil/paket, • Sensitif terhadap perubahan
dibandingkan dengan proses temperatur.
lumpur aktif konsumsi energi lebih • Kadang-kadang konsentrasi BOD
rendah. air olahan masih tinggi.
• Dapat dipasang beberapa tahap • Dapat menimbulkan pertumbuhan
(multi stage), sehingga tahan cacing rambut dan bau yang tidak
terhadap fluktuasi beban sedap.
pengolahan.
• Reaksi nitrifikasi lebih mudah
terjadi, sehingga efisiensi
penghilangan amonium lebih
besar.
• Tidak terjadi bulking atau buih
(foam) seperti pada lumpur aktif.
Teknologi Filter Anaerobik

Kelebihan Kelemahan

• Pengoperasian dan • Memerlukan lahan yang


perawatannya mudah. cukup luas.
• Proses pengolahan sangat • Hanya diterapkan untuk
sederhana. limbah cair dengan debit
• Tidak diperlukan mesin yang terlalu besar.
blower yang memerlukan • Menghasilkan gas
biaya operasional dan pembusukan (metana dan
pemeliharaan yang tinggi. sulfida) yang dapat
• Tidak menggunakan mengganggu estetika.
bahan kimia. • Dihasilkan scum (endapan
terapung) yang harus
dibersihkan dari sistem.
Teknologi Anaerobik-Aerobik
Kelebihan Kelemahan

• Pengoperasian dan • Biaya investasi lebih mahal.


perawatannya mudah. • Menghasilkan bau metana dan
• Proses pengolahan sangat sulfida pada bak anaerob.
sederhana.
• Dapat mengolah limbah cair
dengan beban organik tinggi.
• Dapat menghilangkan nitrogen
dan fosfor.
• Suplai oksigen relatif kecil.
• Lumpur yang dihasilkan relatif
sedikit.
• Tahan terhadap shock loading.
• Tidak menggunakan bahan
kimia.
Penanganan
Permasalahan di IPAL
Pedoman Penanganan Masalah
Pedoman Penanganan Masalah / Gangguan
Gejala Kemungkinan Penyebab Tindakan Penyelesaian
Banyak busa  Aerasi berlebihan  Kurangi waktu aerasi
 Sedikit lumpur  Biasanya terjadi pada
 Banyak kandungan waktu permulaan operasi
detergent  Kurangi sebelum masuk ke
IPAL
IPAL tidak bekerja  Kesalahan pengesetan  Periksa sistem kelistrikan
secara otomatis waktu  Tekan tombol reset
 Saklar beban turun
Lumpur terkumpul di  Pompa lumpur tidak cukup  Cek pompa dari
permukaan untuk membuang lumpur kemungkinan tersumbat
 Jumlah lemak yang terlalu  Periksa dan bersihkan
banyak penangkap lemak jika
 *Untuk detail-detail diperlukan
mengenai lumpur akan
dibicarakan lebih lanjut
Banyak lumpur  Pompa lumpur tidak dapat  Cek volume lumpur dan
melewati saluran membuang lumpur, saluran udara dan tabung
pembuangan sehingga lumpur terlalu pompa dari tersumbat
banyak di tangki  Cek aliran limbah dan
 Beban air limbah melebihi volume
Pedoman Penanganan Masalah / Gangguan
Gejala Kemungkinan Penyebab Tindakan Penyelesaian
Penurunan kandungan Jumlah lumpur aktif terlalu Cek konsentrasi dan warna
COD / BOD terlalu sedikit lumpur aktif meningkatkan
kecil MLSS dgn menambah
makanan glukose ,molase ,
menaikan volume return
sluge ke bak aerasi.
Aerasi dan kebutuhan Naikkan tingkat / durasi suplai
oksigen tidak cukup oksigen
Limbah yang masuk tidak Periksa sumber limbah,
dapat didegradasi (COD: lakukan pengolahan
terlalu tinggi; BOD: o.k.) pendahuluan
Tingkat penurunan Tahap Start-up Menaikan kandungan oksigen
Nitrogen terlalu kecil; di bak aerasi.
Meningkatkan waktu tinggal
air limbah di bak aerasi.
Menambah suplai oksigen di
bak effluen.
Menambah unit biofilter
Meningkatkan konsentrasi
kaporit pada bak effluen
`Tidak perlu tindakan:
Nitrification / Denitrification
Kandungan Umur lumpur masih Cek konsentrasi lumpur
Ammonia yang pendek aktif, pemeriksaan secara
tinggi di effluent visual, turunkan jumlah
pembuangan lumpur

Kapasitas Nitrifikasi Naikkan tingkat aerasi


terlalu kecil
Kandungan Konsentrasi terlalu tinggi Pergunakan presipitasi
Phosphorus pada penurunan secara dengan lime(kapur), ferric
melewati batas biologis chloride (FeCl3)
(lihat juga: bagian
persiapan dan pemberian
dosis bahan kimia)
Proses monitoring MLSS
pada bak erasi di jaga
sesui kriteria.
Pemberian dosis ferric Cek larutan dalam tangki
chloride tidak bekerja dosis, sistem dosing dan
kapasitas dosis
Sludge Bulking : Cara sederhana:
Terdapat lumpur di Tambahkan Poly-Electrolite
efluent atau Ferric Chloride untuk
memperbaiki pengendapan
Lumpur tidak mau Terlalu tinggi beban organik Periksa sumber yang punya
mengendap (kg BOD tiap hari) beban tinggi; turunkan beban
organik
pH rendah Perbaiki pH dengan
menambah kapur tohor (add
lime or hydrated lime)
Tumbuh bakteri filamentos Cek komposisi limbah untuk
BOD, Nitrogen dan
Phosphorus
Dalam hal presipitasi
Phosphorus: Cek tingkat
dosisnya
Terdapat racun pada Inflow Identifikasikan sumbernya;
lakukan pengolahan
pendahuluan
Terlalu tinggi tingkat Kurangi aerasi pada saat
aerasinya aliran influen sedikit (malam
hari)
Terdapat endapan Terlalu banyak endapan Perbanyak pengambilan
pada efluen di tangki biologis lumpur. Sehingga jarak
Pengendapan sehingga endapan permukaan lumpur paling
lumpurnya bagus mengalir bersama efluen atas dengan limpahan air
pada saat akhir decanting buangan tidak kurang dari
40 cm pada saat akhir
decanting

Terdapat endapan Untuk lumpur tua: Waktu Turunkan umur lumpur


di efluen (pin-point tinggal lumpur dalam dengan cara
size) tangki terlalu lama meningkatkan banyaknya
pembuangan lumpur

Untuk sistem yang lebih Kurangi tangki lumpur


dari satu tangki lumpur aktif yang beroperasi
aktif: tidak tersedia cukup selama inflow limbah
limbah yang diolah untuk masih sedikit
beroperasi
Rising Sludge: Terlalu tinggi tingkat Turunkan kapasitas aerasi
Pengendapan aerasinya
bagus tapi muncul
lagi ke permukaan
Reaksi denitrifikasi terjadi Cek komposisi limbah
setelah pengendapan yang diolah dan
lumpurnya / konsentrasi
endapan dalam tangki
TSS terlalu tinggi Pengendapan yang tidak Memperbesar volume bak
sempurna sedimentasi.
Kualitas lumpur pada bak Menambah unit
aerasi tidak sempurna. filtrasi.(sand filter, karbon
filter)
Mengatur debit pada inlet
apabila kapasitas masih
memungkinkan
Bau busuk di tangki Kondisi anaerobik di Tingkatkan kapasitas
(bau telur busuk) tangki aerasi
Jumlah lumpur aktif terlalu Cek konsentrasi endapan
sedikit dan aktifitas biologisnya
(penurunan kandungan
Gejala Penyebab Penyelesaian
Perhitungan bakteri coli tidak Sisa chlorine terlalu rendah Tingkatkan debit chlorine
memenuhi (dibawah) standar Tidak cukupnya kontrol chlorine Cek perlengkapan dan
desinfeksi residu prosedur untuk menentukan
chlorine residu
Terdapat endapan di kolam Bersihkan kolam desinfeksi
desinfeksi
Debit air melewati tembok Cek muka air dan pipa
pembatas keluarnya
Kapasitas chlorinasi terlalu Dibutuhkan kapasitas dosis
rendah yang lebih tinggi; hubungi
CONSORTIUM
Tidak dapat memperoleh Debit dosis terlalu kecil Perbesar debit dosis
chlorine residu Kebutuhan bahan kimia yang Cek kualitas air buangan
banyak terolah dan air buangan yang
masuk
Hasil tes berubah-ubah Tambahkan asam sulfat pada
sampel
Dosis maksimum tidak dapat Cek sistem dosis:
dicapai  tekanan gas, bocor
 ada kotoran di injektor
 injektor aliran air
lihat petunjuk dari pabrik!
Terdapat variasi yang lebar Meter pengukur aliran chlorine Gunakan yang berkapasitas
pada residual chlorine efluen terlalu kecil besar
Kurang teraduknya antara air Cek peralatan pengaduk dan
buangan terolah dengan air instalasinya
MerekaBertanya….?
• Data produksi limbah………
• Data satuan produksi limbah…..
• Data kasus K3 limbah…..
• Data biaya satuan operasional
limbah……
• Data kinerja fasilitas limbah
• Data % cakupan penanganan limbah….
• Data neraca limbah….
• Data log book limbah…….
• Data unit cost penanganan limbah……..
“Apa saja aspek yang di
monitor, di evaluasi
dan dilaporkan dalam
manajemen limbah
Fasyankes….?”
ASPEK MONEV LIMBAH FASYANKES

1. Kinerja system (Produksi, kualitas limbah,


emisi, % cakupan)
2. Teknis (sumberdaya fasilitas limbah)
3. Administrasi (Perizinan, pelaporan dll)
4. SDM (Pelatihan dll)
5. Biaya

Anda mungkin juga menyukai