Anda di halaman 1dari 10

KESEHATAN DAERAH MILITER V/BRAWIJAYA

RUMAH SAKIT TK II dr.SOEPRAOEN

PANDUAN
PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH BERBAHAYA

TIM MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN


RUMAH SAKIT TK II dr. SOEPRAOEN

Jl. Sodanco Supriadi No. 22 Malang


Telp. (0341) 325111, 325112 Fax. (0341) 325113 email : rst_soepraoen@yahoo.co.id
KESEHATAN DAERAH MILITER V/BRAWIJAYA
RUMAH SAKIT TK II dr.SOEPRAOEN

PANDUAN
PENGELOLAAN BAHAN DAN LIMBAH BERBAHAYA
RUMAH SAKIT TK. II dr. SOEPRAOEN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang digunakan di rumah sakit
bermacam karakteristiknya dimana bahan tersebut beresiko menyebabkan
kecelakaan dan bahaya bagi pengguna dan lingkungannya. Untuk itu perlu dibuat
program pengelolaan B3 agar resiko-resiko tersebut dapat diminimalisasi. Dalam
program tersebut harus mencantumkan pemberian penjelasan tentang
ancaman/bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan B3, cara
penanganan/penanggulangannya bila terjadi kecelakaan atau keracunan.
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan
penimbunan limbah B3. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3.

Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses


untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya
dan/atau tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun
dan/atau memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang).
Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara pengolahan fisika dan kimia,
stabilisasi/solidifikasi, dan insenerasi. pengolahan secara fisika dan kimia bertujuan
untuk mengurangi daya racun limbah B3 dan/atau menghilangkan sifat/karakteristik
limbah B3 dari berbahaya menjadi tidak berbahaya. Proses pengolahan secara
stabilisasi/solidifikasi bertujuan untuk mengubah watak fisik dan kimiawi limbah B3
dengan cara penambaha senyawa pengikat B3 agar pergerakan senyawa B3 ini
terhambat atau terbatasi dan membentuk massa monolit dengan struktur yang
kekar. Sedangkan proses pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk

1
menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang
tidak mengandung B3. Pemilihan proses pengolahan limbah B3, teknologi dan
penerapannya didasari atas evaluasi kriteria yang menyangkut kinerja, keluwesan,
kehadalan, keamanan, operasi dari teknologi yang digunakan, dan pertimbangan
lingkungan. Timbunan limbah B3 yang sudah tidak dapat diolah atau dimanfaatkan
lagi harus ditimbun pada lokasi penimbunan (landfill) yang memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan.

2. Tujuan.
a. Umum
1) Memberikan keamanan dan kenyamanan kepada Karyawan, Dokter,
Pasien, dan pengunjung rumah sakit, serta mencegah pencemaran
lingkungan dengan adanya bahan berbahaya dan beracun
2) Tercapainya kondisi lingkungan Rumah Sakit Tk. II dr. Soepraoen
yang memenuhi persyaratan sanitasi yang menjamin pencegahan penyakit
akibat pemaparan oleh bahaya-bahaya lingkungan rumah sakit serta
pencegahan pencemaran lingkungan.
3) Agar tercipta lingkungan Rumah Sakit Tk. II dr. Soepraoen yang
nyaman, bersih, sehat dan bebas dari resiko penularan penyakit dan
pencemaran lingkungan.

b. Khusus
1) Meminimalisasi resiko penyakit dan kecelakaan kerja akibat B3.
2) Memberikan informasi kepada pengguna B3 tentang bahaya B3 yang
digunakan.

3. Ruang Lingkup.
Buku panduan pengelolaan bahan dan limbah berbahaya di semua unit Rumah
Sakit Tk. II dr. Soepraoen.

2
BAB II
PENGOLAHAN LIMBAH

4. Identifikasi Limbah B3.


a. Menentukan atau memilah limbah Rumah sakit yang termasuk dalam
limbah B3 sebagaimana ditentukan dalam PP No 74 tahun 2001.
b. Memisahkan limbah B3 dengan limbah non B3 untuk dimasukan ke dalam
kantong plastik sesuai ketentuan yang berlaku yaitu untuk limbah B3 dengan
kantong kuning dan non B3 menggunakan kantong hitam.
c. Memberikan label limbah sesuai dengan kategorinya. Sebagaimana
ditentukan dalam Permenkes 1204 tahun 2004.
d. Labelilisai limbah padat medis berdasarkan kategori limbah
No Kategori Warna Lambang Keterangan
kontainer/kantong
plastik

Kantong boks timbal


1 Radioaktif Merah dengan
simbol radioaktif

Kantong plastik kuat,


anti
bocor, atau kontainer
Sangat
2 Kuning yang
Infeksius
dapat disterilisasi
dengan
otoklaf
Limbah
Infeksius, Kantong plastik kuat
3 patologi Kuning dan anti
dan bocor, atau kontainer
anatomi
Kontainer plastik kuat
4 Sitotoksis Ungu dan anti
Bocor

Limbah
Kantong plastikatau
5 kimia dan Coklat
kontainer
farmasi

3
5. Pengumpulan Limbah B3.
a. Setelah dilakukan identifikasi dan ditempatkan di dalam kantong plastik
sesuai dengan kategori limbah, limbah B3 selanjutnya dikumpulkan sementara di
ruang yang sudah ditentukan.
b. Selanjutnya secara periodik limbah tersebut diangkut dengan menggunakan
troli tertutup untuk dibawa ke TPS B3.
c. Sebelum limbah B3 dimasukan ke dalam TPS B3 dilakukan penimbangan
dan dicatat di dalam log book untuk mengetahui jumlah limbah B3 setiap harinya.
d. Petugas yang menimbang harus menandatangani catatan jumlah B3 di
dalam logbook.
e. Pada saat identikasi pengumpulan dan pengangkutan limbah B3 ke TPS B3
petugas harus menggunakan APD sesuai dengan peraturan yang berlaku.

6. Pemusnahan.
a. Di Rumah Sakit Tk. II dr. Soepraoen, pemusnahan limbah B3 dilakukan oleh
pihak ke-2 yang diatur dalam PKS (Perjanjian Kerja Sama).
b. Sebelum limbah B3 diangkut oleh pihak ke-2, dilakukan penimbangan
disaksikan oleh petugas Rumah Sakit yang bertanggung terhadap penanganan
limbah B3.
c. Pihak ke-2 harus memberikan manifest tentang jumlah dan jenis limbah B3
yang akan dimusnahkan kepada pihak Rumah Sakit yang telah ditandatangani
oleh pihak ke-2.
d. Petugas Rumah sakit menyaksikan penimbangan limbah B3 yang
menandatangani manifest dan sebelumnya harus melakukan pengecheckan
terlebih dahulu isi manifest.

7. Pelaporan.
Laporan penanganan limbah B3 di buat secara berkala setiap 6 bulan dan
dikirimkan ke dinas terkait yaitu BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup
daerah) dan Dinas Kesehatan. Laporan meliputi jumlah dan jenis serta
penanganan limbah B3 Rumah sakit.

4
BAB III
TATA LAKSANA PENGELOLAAN LIMBAH B3

8. Minimisasi Limbah.
a. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum
membelinya.
b. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
c. Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi.
d. Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan
perawatan dan kebersihan.
e. Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi
limbah bahan berbahaya dan beracun.
f. Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan
g. Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari
kadaluarsa.
h. Menghabiskan bahan dari setiap kemasan
i. Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh
distributor.

9. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang.


a. Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri
dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.

b. Tempat pewadahan limbah medis padat:


1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air,
dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya
fiberglass.
2) Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat
pewadahan yang terpisah dengan limbah padat nonmedis.
3) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3
bagian telah terisi limbah.
5
4) Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus
(safety box) seperti botol atau karton yang aman.
5) Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksik yang
tidak langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan
larutan disinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk
kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah
tersebut tidak boleh digunakan lagi.

c. Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi
meliputi pisau bedah (scalpel), jarum hipodermik, syringes, botol gelas, dan
kontainer.

d. Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi


adalah radionukleida yang telah diatur tahan lama untuk radioterapi seperti puns,
needles, atau seeds.

e. Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan ethylene oxide,


maka tangki reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi ethylene oxide.
Oleh karena gas tersebut sangat berbahaya, maka sterilisasi harus dilakukan oleh
petugas yang terlatih. Sedangkan sterilisasi dengan glutaraldehyde lebih aman
dalam pengoperasiannya tetapi kurang efektif secara mikrobiologi.

f. Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus pencemaran


spongiform encephalopathies.

10. Tempat Penampungan Sementara.


a. Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus
membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.
b. Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis
padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau
pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-
lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.

11. Transportasi Bahan Berbahaya dan Beracun.

6
a. Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan
pengangkut harus diletakkan dalam plastik yang kuat dan tertutup.
b. Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun
binatang.
c. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri
yang terdiri:
1) Topi/helm;
2) Masker;
3) Pelindung mata;
4) Pakaian panjang (coverall);
5) Apron
6) Pelindung kaki/sepatu boot; dan
7) Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves)

12. Pengolahan, Pemusnahan, dan Pembuangan Akhir Limbah Padat.


a. Limbah Infeksius dan Benda Tajam
1) Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen
infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan
basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang
lain cukup dengan cara disinfeksi.
2) Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan, dan
dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga
cocok untuk benda tajam.
3) Setelah insinerasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat
pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.

7
BAB IV
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

13. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan.


a. Kegiatan Pokok
Kegiatan pokok dimulai dengan:
1) Perencanaan pengadaan B3 oleh pengguna
2) Pengadaan B3 oleh logistik umum / farmasi rumah sakit berasal dari
Gudang obat.
3) Penyimpanan B3 baik di gudang logistik umum/ farmasi maupun di
unit kerja diperlakukan secara khusus sesuai dengan ketentuan dan
prosedur yang telah ditetapkan.
4) Pengawasan dalam penyimpanan dan penggunaan bahan B3
dilakukan oleh kepala unit/instalasi yang bersangkutan.
5) Pemusnahan limbah B3 dilakukan sesuai dengan prosedur yang
berlaku di rumah sakit.

b. Rincian Kegiatan
1) Menginventarisasi MSDS (Material Safety Data Sheet) yang dipakai di
lingkungan Rumah Sakit Tk. II dr. Soepraoen.
2) Pemasangan tanda – tanda / pemberian label bahan B3 di tempat
penyimpanan dan penggunaan B3.
3) Pemantauan Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
4) Penyuluhan Bahan Berbahaya dan Beracun
5) Penanggulangan kontaminasi B3

14. Cara Melaksanakan Kegiatan.


a. Membuat jadwal inventarisasi MSDS, menempelkan label dan penyuluhan
di unit pengguna.
b. Memasang simbol – simbol B3 pada setiap tempat penyimpanan
c. Koordinasi dengan bagian pengadaan dan pengguna dalam hal memantau
penggunaan B3

8
d. Memberikan penyuluhan kepada pengguna mengenai bahan berbahaya dan
beracun.
e. Melatih pengguna dalam hal penanggulangan kontamisasi B3

BAB V
PENUTUP

Demikian Buku Panduan Penanganan bahan berbahaya dan beracun ini dibuat, semoga
bermanfaat sebagai panduan dan acuan dalam melaksanakan Penanganan bahan
berbahaya dan beracun di lingkungan Rumah Sakit Tk. II dr. Soepraoen.

Malang, 2015
Kepala Rumah Sakit Tk. II dr.Soepraoen

dr. Paskah Saragih

Kolonel Ckm NRP 1910000330460

Anda mungkin juga menyukai