Anda di halaman 1dari 23

Lampiran Keputusan Direktur Utama

Rumah Sakit Umum Bali Royal


Nomor : 255/BROS/SK-DIRUT/XII/2014
Tanggal : 08 Desember 2014
Tentang : Panduan Pengelolaan Limbah di
Rumah Sakit Umum Bali Royal.

BAB I. DEFINISI

1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang
berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari
limbah medis padat dan non medis.
3. Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius,limbah patologi,limbah benda tajam (limbah berbentuk
tajam,yang biasanya dipakai untuk tindakan invasif kepada pasien seperti
jarum suntik,jarum IV catheter,jarum spinal,jarum jahit bedah bisturi,dan
lain-lain),limbah farmasi,limbah sitotoksis,limbah kimia,limbah radio aktif
(yang dihasilkan dari kegiatan radiologi),limbah kontainer bertekanan,dan
limbah dengan kandungan logam berat yang sangat tinggi.
4. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan dirumah sakit diluar medis yang berasal ari
dapur,perkantoran,taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya. Limbah ini ika dibedakan sesuae dengan
kemudahan pembakarannya,dibagi menjadi limbah kering/non organik
(yaitunyang berasal dari benda mati biasanya berasal dari kegiatan sehari
hari rumah sakit seperti kertas,plastik,kotak minuman,kardus dan lain-
lain),dan limbah basah/organik yaitu yang berasal dari benda hidup/yang
dapat membusuk seperti sisa makanan,daun,buah,kulit buah,rumput dan
lain-lain.
5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme,bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi
kesehatan.

1
6. Limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran dirumah sakit seperti insinerator,dapur,perlengkapan
generator,anastesi dan pembuatan obat citotoksik.
7. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen
yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia
rentan.dirumah sakit,sampah infeksius berupa semua sampah dari hasil
kegiatan perawatan dan pengobatan pasien,baik yang kontak langsung
dengan tubuh pasien atau cairan tubuh pasien ataupun tidak kontak
langsung,seperti: tabung syring,botol infus,chateter urine
bag,NGT,verbhan dan lain-lain.
8. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stok
bahan sangat infeksius,otopsi,organ bianatang percobaan dan bahan
lainyang telah diinokulasi,terinfeksi atau kontak denganbahan yang sangat
infeksius.
9. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian obat sototoksis untuk kemoterapi kanker yang
mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan
sel hidup. Dirumah sakit,limbah sitotoksis termasuk bahan beracun
berbahaya,terutama jika kontak dengan tubuh seperti formalin dan lain-
lain.
10. Minimasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk
mengurangi jumlah limmbah yang dihasilkan dengan cara megurangi
bahan (reduce),menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang
limbah (recylce).
11. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses
alamyang berbentu padat.
12. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat,konsentrasi,dan atau
volumenya mmemerlukan pengelolaan khusus.
13. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.
14. Penghasil sampah adalah setiap orang dan atau akibat proses alam yang
menghasilkan timbulan sampah.
15. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

2
16. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut
ke tempat pendauran ulang,pengolahan,dan atau tempat pengolahan
sampah terpadu.
17. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya
kegiatan pengumpulan,pemilahan,penggunaan ulang,pendauran
ulang,pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.
18. Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia
dan lingkungan.
19. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah bahan
yang karena sifat atau konsentrasinya dan atau jumlahnya,baik secara
langsung ataupun tidak langsung,dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan
hidup,kesehatan,kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya.
20. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan
,mengangkut,mengedarkan,menyimpan,menggunakan dan atau membuang
B3.

BAB II. RUANG LINGKUP

I. PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS

a. Minimasi limbah
 Limbah harus direduksi dimulai dari sumber.
 Limbah bahan kimia yang berbahaya dan beracun,harus
dikelola dan diawasi penggunaannya.
 Rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan
kimia dan farmasi dengan baik.
 Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah
medis mulai dari pengumpulan,pengangkutan dan

3
pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang
berwenang.
b. Jenis wadah dan label limbah medis padat
N Kategori Warna Lambang Keterangan
o kontainer/kant
ong plastik
1 radioaktif merah Kantong
boks timbal
dengan
simbol
radioaktif
2 Sangat kuning Kantong
infeksius plastik
kuat,anti
bocor,atau
kontainer
yang dapat
disterilisasi
dengan
botoklaf
3 Limbah kuning Kantong
infeksius,patol plastik kuat
ogi dan dan anti
anatomi bocor/kontai
ner
4 sitotoksis ungu Kontainer
plastik kuat
dan anti
bocor
5 Limbah kimia coklat Kantong
dan farmasi plastik atau
kontaier

c. Pemilahan ,pewadahan,pemanfaatan kembali dan daur ulang

4
 Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan limbah
 Limbah yang dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari
limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
 Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah
tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya.wadah
tersebut harus anti bocor,anti tusuk dan tidak mudah dibuka
sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat
membukanya.
 Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat
digunakan kembali.
 Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali
harus melalui proses sterilisasi.untuk menguji efektifitas
sterilisasi panas harus dilakukan tes bacillus
stearothermopilhus dan untuk sterilisasi kimia harus
dilakukan tes bacillus subtilis.
 Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk
dimanfaatkan kembali.apabila rumah sakit tidak
mempunyai jarum (disposable),limbah jarum hipodermik
dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses
sterilisasi.
 Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi
persyaratan dengan penggunaan wadah dan label.
 Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali
untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film
sinar x.
 Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang
kuat,anti bocor dan diberi label bertuliskan “limbah
sitotoksis”
d. Pengumpulan ,pengangkutan dan penyimpanan limbah medis padat
di lingkugan rumah sakit umum Bali Royal
 Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan
penghasil limbah menggunakan trolli khusus yang tertutup.

5
 Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis
yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musin
kemarau paling lama 24 jam.
e. Pengumpulan ,pengemasan dan pengangkutan ke luar rumah sakit
 Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas dengan
tempat yang kuat.
 Pengangkutan limbah keluar rumah sakit menggunakan
kendaraan khusus.
f. Pengolahan dan pemusnahan
 Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang
langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik
sebelum aman bagi kesehatan.
 Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah
medis padat disesuaekan dengan kemampuan rumah sakit
dan limbah medis padat yang ada,dengan pemanasan
menggunakan otoklaf atau dengan pemakaran
menggunakan insinerator.

II. PENGELOLAAN LIMBAH PADAT NON MEDIS


a. Pemilahan dan pewadahan
 Pewadahan limbah padat non-medis,harus dipisahkan dari
limbah padat medis dan ditampung dalam kantong plastik
warna hitam.
 Tempat pewadahan (tong sampah)limbah padat non
medis,dilapisi kantong plastik warna hitam sebagai
pembungkus limbah..
b. Pengumpulan ,penyimpanan dan pengangkutan
 Bila ditempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan
lalat lebih dari 20 ekor per blok grill atau tikus terlihat pada
siang hari harus dilakukan pengendalian.
 Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian
serangga dan binatang pengganggu yang lain minimal 1
(satu) bulan sekali.
c. Pengelolaan dan pemusnahan
 Pengelolaan dan pemusnahan limbah padat non medis
harus dilakukan sesuai persyaratan kesehatan.

6
III. Pengelolaan limbah cair
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan
air atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu
efluent,sesuae keputusan menteri lingkungan hidup nomor Kep-
58/menLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat.
a. Kebijakan tentang pengendalian limbah cair
 Pengendalian limbah cair adalah air buangan dan tinja yang
berasal dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme,bahan kimia beracun dan radioaktif yang
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
 Limbah cair menurut asalnya dapat dibedakan menjadi 2
macam:
 Limbah yang berasal dari tubuh manusia:urine
,faeces,darah,muntahan,secreta(dahak,ingus,pus)
 Limbah yang berada dari kegiatan medis:cairan
chlorin,larutan savlon,larutan
antiseptik,disinfektan,sisa obat cair,dan lain-lain.
 Limbah yang berasal dari kegiatan sehari hari:air
mandi,cuci piring dll
 Limbah air hujan
 Limbah cair menurut pengelolaannya,dibedakan menjadi:
 Limbah yang masuk saluran air dan dikelola melalui
instalasi pengolahan limbah (IPAL)
 Limbah yang dikelola dalam septic tank:faeces
 Limbah air hujan saluran drainase
 Standar saluran air limbah menuju instalasi pengolahan
limbah (IPAL) rumah sakit:
 Merupakan saluran-saluran yang mengarah pada
satu tempat yaitu IPAL
 Merupakan saluran tertutup semi permanen terbuat
dari pipa paralon berkualitas baik. Saluranyang
terdapat diluar tanah diberi warna merah.
 Terdapat bak-bak kontrol di tempat-tempat tertentu.
 Standar ruang toilet/kamar mandi rumah sakit
 Terdapat disemua ruang rawat inap dan unit
pelayanan rumah sakit
 Menurut pemakaiannya di bagi atas:
 Toilet ruangan rawat inap,diperuntukan bagi
pasien dan penunggu pasien

7
 Toilet pengunjung diperuntukan bagi
pengunjung terbagi atas toilet pria dan
wanita
 Toilet karyawan diperuntukan bagi
karyawan rumah sakit
 Luas ruangan disesuaikan dengan kebutuhan dan
kapasitas lahan
 Lantai terbuat dari keramik dan tidak licin
 Jamban duduk terbuat dari keramik dilengkapi
reservoar air minimal 5 liter dan siphon penahan
bau
 Jamban jongkok terbuat dari keramik dilengkapi
dengan siphon penahan bau
 Tersedia bak mandi atau shower sesuae kebutuhan
 Lubang udara berhubungan dengan udara bebas
 Terdapat peringatan untuk menjaga kebersihan dan
penghematan air
 Standar spoolhoek
 Tempat untuk membuang darah dan duh tubuh
lainnya,penempatan sementara linen kotor dan
tempat melakukan pembersihan alat-alat medis yang
terkontaminasi
 Bukan tempat cuci tangan
 Terdapat di unit pelayanan UGD,poliklinik,rawat
inap,OK,VK,ICU,HCU,IVF dan dapur
 Terbuat dari stainless steel,dilengkapi dengan tutup
lobang dan siphon
 Tersedia air bersih dengan keran yang mudah
dibuka tutup dan tidak mudah berkarat
 Tersedia tanda peringatan bukan tempat cuci tangan.
 Standar septic tank
 Komposisi semen pasir dan batu bata
 Terdiri dari 2 ruangan penampung feces dan satu
reservoar air yang terhubung dengan saluran limbah
menuju IPAL satu lubang udara yang menuju udara
terbuka
 Dimensi teergantung kapasitas ruangan dan
perkiraan pemakaian toilet
 Kapasitas tergantung dimensi septick tank

8
 Standar instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
 IPAL berfungsi mengolah limbah cair non tinja
sebelum dibuang ke badan air lingkungan
 IPAL terdiri dari:
 Bak pengumpul:berfungsi untuk
menampung limbah cair dari seluruh rumah
sakit sebelum diolah pada unit-unit
selanjutnya.pada bak ini akan terendap
partikel partikel kasar dan mudah
mengendap.
 Bak sidimentasi awal:berfungsi untuk
mengendapkan partikel” kasar yang belum
terendapkan di bak pengumpul.
 Bak filtrasi:berfungsi menyaring partikel
halus yang mungkin lolos dari bak
pengendap.
 Bak aerasi:brfungsi mensupli
oksigen.diharapkan bisa menghilangkan gas
yang tidak diinginkan dalam air serta
menghilangkan kotoran seperti Fe,Mn rasa
dan bau.pemberian oksigen dilakukan
dengan menggunakan blower.
 Bak klorinasi : berfungsi membunuk kuman
pathogen,oksidasi Fe dan
Mn,menghilangkan rasa dan
bau,menghilangkan warna mengontrol
lumut.bahan yang digunakan adalah clhorin.
 Bak penampung akhir:berfungsi
menampung limbah cair yang telah terolah
dan meresapkan kemedia tanah sebagai
media akhir.
 Bak resapan dapat digantikan dengan kolam
terbuka dengan indikator pemeliharaan ikan
kemudian dialirkan ke badan air.
 Proses pengolahan melalui IPAL dilakukan
setiap hari

9
 Pengolahan melalui IPAL dilaksanakan oleh
petugas pemeliharaan yang sudah dilatih
secara internal

IV. PENGELOLAAN LIMBAH GAS


Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah
medis padat dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor Kep13/Men LH/12/1995 tentang baku
mutu emisi sumber tidak bergerak.

BAB III. TATA LAKSANA

a. Penanganan limbah padat medis


 Minimasi limbah
 Menyeleksi bahan-bahan yang menghasilkan limbah
sebelum membelinya
 Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia
 Mengutamakan methode pembersihan secara fisik
daripada kimia
 Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah
seperti dalam kegiatan perawatan dan kebersihan
 Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan
baku sampai menjadi limbah bahan berbahaya dan
beracun
 Memesan bahan-bahan sesuae kebutuhan
 Mengecek tanggal kedaluarsa bahan-bahan saat
diantar oleh distributor
 Pemilahan,pewadahan,pemanfaatan kembali dan daur ulang
 Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat
mulai dari sumber yang terdiri dari limbah
infeksius,patologi,benda
 tajam,farmasi,sitotoksis,kimia radioaktif,kontainer
bertekanan dan limbah dengan kandungan logam
berat yang sangat tinggi.
 Tempat pewadahan limbah medis padat
 Terbuat dari bahan yang kuat,cukup
ringan,tahan karat,kedap air dan mempunyai

10
permukaan yang halus pada bagian
dalamnya misalnya fiber glass
 Disetiap sumber penghasil limbah padat
medis harus tersedia tempat pewadahan
yang terpisah dengan limbah padat non
medis.
 Kantong plastik diangkat setiap hari atau
kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi
limbah.
 Untuk benda-benda tajam hendaknya
ditampung pada tempat khusus (safety
box)seperti botol atau karton yang aman
 Tempat pewadahan limbah medis padat
infeksius dan sitotoksis yang tidak langsung
kontak dengan imbah,harus segera
dibersihkan dengan larutan disinfektan
apabila akan dipergunakan
kembali,sedangkan untuk kantong plastik
yang telah dipakai dan ontak langsung
dengan limbah tersebut tidak boleh
digunakan kembali
 Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali
setelah melaui sterilisasi meliputi pisau bedah
(scalpel),jarum hipodermik,syringer,botol gelas dan
kontainer.
 Alat – alat lain yang dapt dimanfaatkan kembali
setelah melalui sterilisasi adalah radionuklida yang
telah diatur tahan lama unutk radioterapi sepertipuns
,needles,seeds
 Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi
dengan ethylin oxide maka tangki reaktor harus
dikeringkan sebelum dilakukan injeksi etyline
oxide.oleh karena gas tersebut sangat
berbahaya,maka sterilisasi harus dilakukan oleh
petugas yang terlatih.sedangkan sterilisasi dengan

11
glutaradelhide lebi aman dalam pengoperasiannya
tetapi kurang efektif secara mikrobiologi
 Upaya khusus harus dilakukan apabilaterbukti ada
kasus pencemaran spongiform enchepalhopatis
 Tempat Penampungan Sementara
 Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator
dilingkungannya harus membakar limbahnya
selambat-lambatnya 24 jam
 Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insenerator
maka limbah medis padatnya harus dimusnahkan
melalui kerja sama dengan rumah sakit lain atau
pihak lain yang mempunyai insinerator untuk
dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24
jam,apabila disimpan pada suhu ruang.
 Transportasi
 Kantong limbah padat medis sebelum dimasukan ke
kendaraan pengangkut,harus diletakkan dalam
kontaineryang kuat dan tertutup
 Akantong limbah padat harus aman dari jangkauan
manusia maupun binatang.
 Petugas yang menangani limbah,harus
menggunakan alat pelindung diriyang terdiri:
 Topi atau helm
 Masker
 Pelindung mata
 Pakaian panjang (coverall)
 Apron untuk industri
 Pelindung kaki/sepatu boot
 Sarung tangan khusus(disposible gloves)
 Penanganan ,pemusnahan,pembuangan akhir limbah padat
medis
 Limbah infeksius dan benda tajam
 Limbah yang sangat infeksius seperti biakan
dan persediaan agen infeksius dari
laboratorium harus disterilisasi dengan
pengolahan panas dan basah seperti dalam
autoclave sedini mungkin.untuk limbah

12
infeksius yang lain cukup dengan cara
disinfeksi
 Benda tajam harus diolah dengan insinerator
bila memungkinkan dan dapat diolah bersam
dengan limbah infeksius lainnya.kapsulisasi
juga cocok untuk benda tajam
 Setelah insinerasi atau disinfeksi ,residunya
dapat dibuang ketempat pembuangan B3
atau dibuang ke landfill jika residuny sudah
aman
 Limbah farmasi
 Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat
diolah dengan insinerator pirolitik,rotary
klin,dikubur secara aman,sanitary
landfill,dibuang kesarana air limbah atau
inersisasi.tetapi dalam jumlah besar harus
menggunakan fasilitas pengolahan yang
khusus seperti rotary klin,kasulisasi dalam
drum logam dan inersisasi
 Limbah padat frmasi dalam jumlah besar
harus dikembalikan kepada distributor
,sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan
tidak memungkinkan dikembalikan,supaya
dimusnahkan melalui insenerator pada suhu
diatas 1000 0C
 limbah sitoktosis
 limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak
boleh dibuang dengan penimbunan(landfill)
atau kesaluran limbah umum
 pembuangan yang diajurkan adalah
dikembalikan keperusahaan penghasil atau
distribusinya,insenerasi pada suhu tinggi da
degradasi kimia.bahan yang belum dipakai
dan kemasannya masih utuk karena
kedaluarsa harus dikembalikan kedistributor

13
apabila tidak ada insinerator dan diberi
keterangan bahwa obat tersebut sudah
kedaluarsa atau tidak lagi dipakai
 insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1200 oC
dibutuhkan untuk menghancurkan semua
bahan sitotoksis .insinerasi pada suhu rendah
dapat menghasilkan uap sitotoksis yang
berbahaya ke udara
 insinerator dengan 2 tungku pembakaran pad
a suhu 1200 oC dengan minimum waktu
tinggal 2 detik atau suhu 1000 oC dengan
waktu tinggal 5 detik ditunggku ke 2 sangat
cocok untuk bahan ini dan dilengkapi
dengan penyaring debu
 insinerator juga harus dilengkapi dengan
peralatan pembersih gas.insinerasi juga
memungkikan dengan rotary clin yang
didesign untuk dekomposisi panas limbah
kimiawi yang beroperasi dengan baik pada
suhu diatas 850oC
 insinerator dengan satu tungku atau
pembakaran terbuka tidak tepat untuk
pembuangan limbah sitotoksis
 metode degradasi kimia yang mengubah
senyawa sitotoksis menjadi senyawa tidak
beracun dapat digunakan tidak hanya untuk
residu obat tapi juga pencucian tempat
urine,tumpahan dan pakain pelindung
 cara kimia relatif mudah dan aman meliputi
oksidasi oleh kalium permanganat (KMNo4)
atau asam sulfat (H2SO4),penghilangan
nitrogen dengan asam bromida atau reduksi
dengan nikel dan aluminium
 insinerasi maupun degradasi kimia tidak
merupakan solusi yang sempurna untuk

14
pengolahan limbah.tumpahan atau cairan
biologis yang terkontaminasi agen
antineoplastik.oleh karena itu,rumah sakit
harus berhati-hati dalam menangani obet
sitotoksis
 apabila cara insinerasi maupun degradasi
kimia tidak tersedia,kapsulisasi atau
inersisasi dapat dipertimbangkan sebagai
cara yang dapat dipilih
 Limbah bahan kimiawi
 Pembuangan limbah kimia biasa
Limbah kimia biasa yang tidak bisa di daur seperti
gula , asam amino , dan garam tertentu dapat
dibuang ke saluran air kotor. Namun demikian ,
pembuangan tersebut harus memenuhi persyaratan
konsentrasi bahan pencemar yang ada seperti bahan
melayang , sushu , dan pH.
 Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah
kecil.
Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti
residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya
dibuang dengan insinerasi pirolitik , kapsulisasi ,
atau ditimbun (landfill)
 Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar
 Tidak ada cara pembuangan yang aman dan
sekaligus murah untuk limbah
berbahaya.pembuangannya lebih ditentukan kepada
sifat bahaya yang dikandung oleh limbah
tersebut.limbah tertentu yang bisa dibakar seperti
banyak bahan pelarut dapat diinsinerasi.namun
bahan pelarut dalam julah besar seperti pelarut
halogenida yang mengandung klorin atau florin
tidak boleh diinsinerasi kecuali insineratornya
dilengkapi dengan alat pembersih gas.

15
 Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan
kimia berbahaya tersebut ke distributornya yang
akan menanganinya dengan aman atau dikirim
negara lainyang mempunyai peralatan yang cocok
untuk mengolahnya
 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penanganan limbah kimia berbahaya:
 Limbah berbahaya yang komposisinya
berbeda harus dipisahkan untuk menghindari
reaksi kimia yang tidak diinginkan
 Limbah kimia berbahaya dalam jumlah
besar tidak boleh ditimbun karena dapat
mencemari air tanah
 Limbah kimia disinfektan dalam jumlah
besar tidak boleh dikapsulisasi karena
sifatnya koros dan mudah terbakar
 Limbah padat kimia berbahaya cara
pembuangannya harus dikonsultasikan
terlebih dahulu kepada instansi yang
berwenang
 Limbah kandungan mercuri
 Limbah dengan kandungan merkuri atau kadmium
tidak boleh dibakar atau diinsinerasi karena berisiko
mencemari udara dengan uap beracun dan tidak
boleh dibuang ke landfill karena dapat mencemari
air tanah
 Cara yang disarankan adalah dikirim kenegara yang
mempunyai fasilitas pengolahan limbah dengan
kandungan logam berat tinggi.bila tidak
memungkinkan,limbah dibuang ke tempat
penyimpanan yang aman sebagai pembuangan akhir
untuk limbah yang berbahaya.cara lain yang paling
sederhana adalah dengan kapsulisasi kemudian
dilanjutkan dengan landfill,bila hanya dalam jumlah
kecil dapat dibuang dengan dengan limbah biasa.

16
 Limbah kontainer bertekanan
 Cara yang terbaik untuk menangani limbah
kontainer bertekanan adalah dengan daur ulang atau
penggunaan kembali.apabila masih dalam kondisi
utuh dapat dikembalikan kedistributor untuk
pengisian ulang gas.agen halogenida dalam bentuk
cair dan dikemas dalam botol harus diperlakukan
sebagai limbah bahan kimia berbahaya untuk
pembungannya
 Cara pembuangan yang tidak diperbolehkan adalah
pembakaran atau insinerasi karena dapat
meledak,yaitu:
 Kontainer yang masih utuh
Kontainer-kontainer yang harus dikembalikan
ke penjualnya adalah:
 Tabung atau silinder nitrogen oksida yang
biasanya disatukan dengan peralatan anastesi
 Tabung atau silinder etylin oxida yang
biasanya disatukandengan peralatan
sterilisasi
 Tabung bertekanan untuk gas lain seperti
oksigen,nitrogen,karbondioksida,udara
bertekanan,siklopropana,hidrogen,gas elpiji
dan asetillin
 Kontainer yang sudah rusak
Kontainer yang rusak tidak dapat diisi ulang
harus dihancurkansetelah dikosongkan
kemudian baru dibuang ke landfill
 Kaleng aerosol
Kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan
dibuang bersama limbah biasa dalam kantong
plastik hitam dan tidak untuk dibakar ata
diinsenerasi.limbah ini tidak boleh dimasukan
kedalam kantong warna kuning karena akan
dikirm ke insinerator.kaleng aerosol dalam

17
jumlah banyak sebaiknya dikembalikan ke
penjualnyanatau diinstalasi daur ulang bila ada
 Limbah radioaktif
 Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus
diatur dalam kebijakan dan strategi nasional yng
menyangkut peraturan,infrastruktur,organisasi
pelaksana dan tenaga yang terlatih
 Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber
radioaktif yang terbuka untuk keperluandiagnosa
terapi atau penelitian harus menyiapkan tenaga
khusus terlatih dibidang radiasi
 Tenaga tersebut bertanggunggjawab dalam
pemakaian bahan radioaktif yang aman dan
melakukan pencatatan
 Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk
monitoring dosis dan kontaminasi.sistem pencatatan
yang baik akan menjamin pelacakan limbah
radioaktif dalam pengiriman maupun
pembuangannya dan selalu diperbaharui datanya
setiap waktu
 Limbah radioaktif harus dikatagorikan dan dipilah
berdasarkan ketersediaanpilihan cara
pengolahan,pengkondisiian,penyimpanan dan
pembuangan.katagori yang memungkinkan adalah:
 Umur paruh seperti umur pendek.cocok
untuk penyimpanan pelapukan
 Aktifitas dan kandungan radio nuklida
 Bentuk fisika dan kimia
 Cair:berair dan organik
 Tidak homogen (seperti mengandung
lumpur atau padatan yang melayang)
 Padat :mudah terbakar/tidak mudah terbakar
(bila ada) dan dapat dipadatkan/tidak mudah
dipadatkan
 Sumber tertutup atau terbuka seperti sumber
tertutup yang dihabiskan

18
 Kandungan limbah seperti limbah yang
mengandung bahan berbahaya
(pathogen,Infeksius,beracun)
 Setelah pemilahan setiap katagori harus disimpan
terpisah dalam kontainer dan kontainer limbah
tersebut harus:
 Secara jelas diidentifikasi
 Ada simbol radioaktif ketika sedang
digunakan
 Sesuae dengan kandungan limbah
 Dapat diisi dan dikosongkan dengan aman
 Kuat dan saniter
 Informasi yang harus dicatat pada setiap kontainer
limbah
 Nomor identifikasi
 Radionuklida
 Aktifitas dan tanggal pengukuran
 Asal limbah(ruangan,laboratorium atau
tempat lain)
 Angka dosis permukaan dan tanggal
pengukuran
 Orang yang bertanggunggjawab
 Kontainer untuk limbah padat harus dibungkus
dengan kantong plastik transparan yang dapat
ditutup dengan isolasi plastik
 Limbah padat radioaktif dibuang sesuai dengan
persyaratan teknis peraturan perundang undangan
yang berlaku (PP nomor 27 tahun 2002) dan
kemudian diserahkan kepada BATAN untuk
penanganan lebih lanjut atau dikembalikan kepada
negara distributor.semua jenis limbah medis
termasuk limbah radioaktif tidak boleh dibuang ke
tempat pembuangan akhir sampah domestik
(landfill) sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut
sampai memenuhi persyaratan
b. Penanganan limbah padat non medis
 Pemilahan limbah padat non medis

19
 Dilakukan pemilahan limbah padat non medis
antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan
limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali
 Dilakukan pemilahan limbah padat non medis
antara limbah basah dan limbah kering
 Tempat pewadahan limbah padat non medis
 Terbuat dari bahan yang kuat,cukup ringan,tahan
karat,kedap air dan mempunyai permukaan yang
mudah dibersihkan pada bagian dalamnya misalnya
fiberglass
 Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup
tanpa mengotori tangan
 Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar
atau sesuae dengan kebutuhan
 Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya
melebihi 3 x 24 jam atau apabila 2/3 bagian kantong
sudah terisi oleh limbah maka harus dianggkut
supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit
atau binatang pengganggu
 Pengangkutan limbah padat non medis
Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan
ke tempat penampungan sementara menggunakan trolli
tertutup
 Tempat penampungan limbah padat non medis sementara
 Tersedia tempat penampungan limbah padat non
medis sementara dipisahkan antara limbah yang
dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali.tempat tersebut tidak
merupakan sumber bau dan lalat bagi lingkungan
sekitarnya dilengkapi dengan saluran untuk cairan
lindi
 Tempat penampungan sementara limbah padat harus
kedap air bertutup dan selalu dalam keadaan
tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah
dibersihkan

20
 Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau
kendaraan pengangkut limbah padat
 Dikosongkan dan dibersihkan sekurang kurangnya 1
x 24 jam
 Pengolahan limbah padat
Upaya untuk mengurangi volume,mengubah bentuk atau
memusnahkan libah padat dilakukan pada
sumbernya.limbah yang masih dapat dimanfaatkan
hendaknya dimanfaatkan kembali untuk limbah padat
organik dapat diolah menjadi pupuk
 Lokasi pembuangan limbah padat akhir
Limbah padat umum (domestik) dibuang kelokasi
pembuangan akhir yang dikelola oleh pemerintah daerah
(pemda) atau badan lain sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
c. Kebijakan dan standard tempat sampah di Rumah Sakit Umum
Bali Royal
 Tempat sampah berbentuk tabung meninggi dilengkapi
tutup yang memudahkan kita membuang sampah kedalam
tanpa mengotori tangan,sebagian dilengkapi dengan knop
pembuka yang digerakkan dengan cara menginjaknya
 Tempat sampah terbuat dari plastik yang kuat,warna tidak
diperlukan bagian dalamnya rata/licin,tidak berstektur yang
dapat menambah kemungkinan menempelnya kotoran.
 Tempat sampah ada beberapa ukuran:
 Ukuran kecil untuk disediakan disetiap wastafel dan
pada trolli perawatan
 Ukuran sedang untuk disediakan didalam tiap
ruangan rawat inap dan unit-unit pelayanan
 Ukuran besar untuk disediakan dibeberapa tempat
dikoridor dan lingkungan rumah sakit serta di ruang
verbeding
 Tempat sampah di wastafel terdiri dari tempat sampah
domestik
 Tempat sampah diruangan-ruangan rawat inap dan unit-unit
pelayanan terdiri dari tempat sampah non medis dan medis

21
 Tempat sampah dikoridor dan lingkungan rumah sakit
terdiri dari tempat sampah domestik (non medis)
 Tempat sampah diruang verbedding terdiri dari tempat
sampah domestik,infeksius,sitotoksis dan kontainer benda
tajam
 Tempat sampah domestik yang ditempatkanndiluar ruangan
perawatan terdiri dari 3 tempat yaitu tempat sampah warna
biru (kertas),warna kuning(plastik) dan warna hijau
(sampah daun /organik)
 Bagian dalam tempat sampah dilengkapi dengan kantung
sampah sedemikian rupa sehingga sampah yang dibuang
kedalam tempat sampah tersebut ditampung dengan baik
oleh kantung sampah tersebut
 Kantung sampah untuk tempat sampah padat non
medisberwarna hitan dan kantung sampah untuk tempat
ssmpah infeksius (medis)berwarna kuning
 Kantung sampah untuk tempat sampah radioaktif berwarna
merah
 Kantong sampah untuk tempat sampah cytotoksis berwarna
ungu namun demikian pemakaian warna yang
seragan/hitam dengan diberikan tulisan sesuai dengan jenis
sampah masih diperbolehkan mengingat keterbatasan
logistik
 Diberi petujnuk yang jelas pada tempat sampah mengenai
nama tempat sampah dan jenis sampah yang ditampungnya
 Tempat penampungan benda tajamterbuat dari bahan
plastik atau kardus yang tahan tusukan (berupa sharp
box,yang terbuat dari bahan bekas cairan hemodialisis)
d. Kebijakan tempat penampungan sampah sementara di RSU Bali
Royal
 Tempat penampungan sementara berada diarea belakang
rumah sakit dimana terdiri dari tiga ruang yaitu tempat
penampungan sementara untuk sampah non medis,sampah
medis dan B3
BAB IV. DOKUMENTASI

22
Daftar standar prosedur operasional (SPO)
1. SPO pemeriksaan dan Pengawasan sanitasi
2. SPO penanganan tumpahan merkuri
3. SPO pengambilan sampel air limbah

Ditetapkan di : Denpasar
Pada Tanggal : 08 Desember 2014
Rumah Sakit Umum Bali Royal

dr. I Gede Wiryana Patra Jaya, M.Kes


Direktur Utama

23

Anda mungkin juga menyukai