Anda di halaman 1dari 32

KESEHATAN DAERAH MILITER V/BRAWIJAYA

RUMAH SAKIT TK II dr.SOEPRAOEN

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO FASILITAS


RUMAH SAKIT TK II dr. SOEPRAOEN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.
Organisasi pelayanan berperan menyediakan fasilitas yang aman, fungsional dan
suportif bagi pasien, keluarganya, staf dan pengunjung.Untuk mencapai tujuan ini,
fasilitas fisik, medis, peralatan lainnya, dan sumber daya manusianya harus
dikelola secara efektif. Secara khusus manajemen harus berusaha untuk :
a. mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
b. mencegah kecelakaan dan cedera
c. memelihara kondisi yang aman

Manajemen yang efektif meliputi perencanaan, pendidikan, dan pengawasan


multidisiplin sebagai berikut :
a. Pemimpin merencanakan ruang, peralatan, dan sumber daya yang
dibutuhkan sedemikian rupa sehingga dapat mendukung pelayanan klinis yang
disediakan secara aman dan efektif.
b. Semua staf diberi penyuluhan mengenai fasilitas, bagaimana cara
mengurangi risiko dan bagaimana cara untuk memantau dan melaporkan situasi-
situasi yang berisiko.
c. Suatu Kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem-sistem penting
dan mengidentifikasi perbaikan-perbaikan yang diperlukan.

Bila sesuai, untuk fasilitas dan kegiatan-kegiatan rumah sakit disusunlah rencana
tertulis yang meliputi enam bidang :
a. Keselamatan dan Keamanan
1) Keselamatan.

1
Sejauh mana bangunan, wilayah dan peralatan rumah sakit tidak
menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf atau pengunjung.
2) Keamanan.
Perlindungan dari kerugian, kerusakan, gangguan, atau akses atau
penggunaan oleh pihak yang tidak berwenang.
b. Bahan Berbahaya.
Penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif dan lainnya
dikendalikan dan limbah berbahaya ditangani secara aman.
c. Manajemen Emergensi.
Respons terhadap epidemi, bencana dan keadaan darurat direncanakan
dan dijalankan secara efektif.
d. Pengamanan Kebakaran.
Properti dan para penghuni rumah sakit dilindungi dari bahaya kebakaran
dan asap.
e. Peralatan Medis.
Peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan dengan cara sedemikian rupa
agar mengurangi risiko.
f. Sistem Utilitas.
Listrik, air dan system utilitas lainnya dipelihara sehingga risiko kegagalan
dalam kegiatan kerja dapat diminimalkan.

2. Identifikasi Area Risiko.


Dalam upaya Manajemen Risiko fasilitas di Rumah Sakit Tk II dr. Soepraoen
dilakukan identifikasi terhadap risiko terjadinya ancaman Keselamatan dan
Keamanan baik terhadaf staf, pasien maupun pengunjung :
a. Identifikasi Area Risiko
JENIS RISIKO KESELAMATAN dan
NO AREA RISIKO
KEAMANAN di RUMAH SAKIT
1 2 3
1. Kedaruratan/ Bencana Ruang Rawat Inap, IGD,Rawat
a. Internal : Jalan,HD, Endoscopi,
1) Ledakan tabung gas Laboratorium, OK, Incenerator,
2) Keracunan gas Radiologi, IPAL, Dapur,Farmasi,
3) Keracunan makanan Pergudangan, Seluruh
4) Kebakaran perkantoran, area bisnis semua
2
5) Gempa bumi tempat
6) Ledakan bom

b. Eksternal :
1) Gempa bumi
2) Ledakan
3) KecelakaanLalu lintas
4) Keracunan makanan
5) Kebakaran
6) Wabah penyakit
7) Banjir
2 Penculikan Bayi Perina, Ruang V/VI, Poliklinik,IGD
Poliklinik, IGD, Rawat Inap,
3 Pencurian
pergudangan
4 Kekerasan Fisik Poliklinik, IGD, Rawat Inap
5 Cedera Fisik Semua tempat
6 Terpapar Radiasi Radiologi
7 Pasien hilang/ minggat Ruang rawat Inap
Poliklinik, IGD, ruang rawat Inap,
8 Tertusuk jarum/ benda tajam Laboratorium, OK,petugas
kebersihan sampah.

b. Blok Pemantauan Gedung


NO BLOK AREA PENANGGUNG JAWAB
IGD, Poliklinik, kantin Poliklinik,
1 A Radiologi, laboratorium, Instal Ka. Instal Watlan
Watlan, Apotek, Askes, Paviliun
ICU, HD, endoscopis, Ruang
perawatan 1,Ruang perawatan 2,
2 B Ruang perawatan 3, Ruang Ka. Instal Jangwat
perawatan 4, Dapur, Ipal, Laundry,
tehnik, pergudangan, perkantoran
3 C Perkantoran, Ruang 5/6, Ruang Ka. Instal Bedah
Perina, OK,Ruang 7, Ruang 9,
3
Ruang 10, Ruang 11, Ruang 12,
Ruang 13,
Perkantoran, Medical Cek Up,
Rehab medik, Ruang 14, Kamar
4 D Ka. Instaldik
Jenazah, Instaldik, ,Ruang
Incenerator, Angkutan

3. Koordinasi dan Kewenangan.


Koordinasi dan kewenangan dilakukan oleh Kaurdal dan PaurPam, Kasi Tuud
mengkoordinir inspeksi dan pemeliharaan seluruh kemajuan dan pengelolaan
resiko pada aktivitas dan fungsi fasilitas rumah sakit. Kepemimpinan tim ini
memastikan bahwa dilakukan monitoring dan evaluasi dan memastikan sumber-
sumber untuk peningkatan fungsi fasilitas yang mendukung keselamatan bagi
masyarakat rumah sakit, pasien, keluarga pasien, karyawan rumah sakit, dan
pengunjung.

BAB II
4
PENATALAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO FASILITAS
DI RUMAH SAKIT TK. II dr. SOEPRAOEN

4. Keselamatan dan Keamanan.


a. Tujuan.
Tujuan Program keselamatan dan keamanan Rumah Sakit Tk. II dr.
Soepraoen :
1) Meminimalkan risiko dan bahaya yang dapat terjadi dalam lingkungan
fisik rumah sakit.
2) Mengelola aktifitas staf untuk mengurangi cedera pekerjaan dan
lingkungan.

b. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup program keselamatan dan keamanan Rumah Sakit Tk. II dr.
Soepraoen :
1) Pencegahan terjadinya pencurian dan pemaksaan mengambil barang
milik masyarakat rumah sakit.
2) Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain dan
pengunjung di rumah sakit.
3) Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan baru
ataupun renovasi gedung.
4) Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian
yang disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit.
5) Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit dan hospital
ground, termasuk parkir.
6) Pencegahan cedera karena jarum atau benda tajam.
7) Pencegahan paparan radiasi pada petugas radiologi.
8) Pencegahan terjadinya penculikan bayi.
9) Mencegah terjadinya pasien minggat/ hilang dari rumah sakit.

Keselamatan dan keamanan rumah sakit ini meliputi semua area rumah
sakit yaitu semua lingkungan pelayanan, lingkungan di luar area pelayanan
dan area bisnis yang ada dalam rumah sakit yang meliputi keselamatan dan
keamanan pasien, keluarganya, pengunjung dan karyawan rumah sakit :

5
1) Pencegahan pencurian dan pemaksaan mengambil barang milik
masyarakat rumah sakit.
Rumah sakit mengupayakan sebuah sistem pengamanan sehingga
masyarakat rumah sakit terhindar dari kecurian maupun pengambilan
secara paksa miliknya. Seluruhnya tamu rumah sakit diidentifikasi,
pengunjung dibatasi jumlahnya dan keluarga pasien yang menunggu/
menginap di rumah sakit diidentifikasi, gedung difasilitasi dengan
pemasangan trail sesuai kebutuhan keselamatan keamanan, pasien dan
keluarga diinfokan untuk tidak membawa barang berharga dan uang yang
berlebihan, pemasangan kamera untuk mengindentifikasi kejadian yang
mengancam keselamatan dan keamanan.

2) Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain dan


pengunjung di rumah sakit.
Pasien, keluarganya, dan karyawan dilindungi oleh rumah sakit dari
bahaya akan kekerasan fisik maupun mental baik oleh pengunjung maupun
karyawan rumah sakit sendiri. Disediakan sebuah sistem bila petugas,
pasien/ maupun keluarga mengindetifikasi kemungkinan terjadinya
kekerasan mental maupun fisik.

3) Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan baru


ataupun renovasi gedung.
Pasien dan masyarakat rumah sakit lainnya terhindar dari bahaya
karena polusi debu, jatuhan bahan bangunan maupun bahaya lain yang
diakibatkan oleh adanya penambahan bangunan di dalam rumah sakit. Oleh
karena itu untuk setiap proses renovasi bangunan gedung baru dan proses
pemusnahan, area bangunan tersebut dilindungi dengan menggunakan
sekat triplek, dan ditulisi informasi larangan masuk, kecuali yang
berkepentingan

4) Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian


yang disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit (handrail,
trali jendela, pintu kamar mandi, nurse call, lantai beda level/ licin, fasilitas

6
penanganan kebakaran, pengamanan tempat tidur, kamera di unit risiko
gangguan keamanan).
Rumah sakit menyiapkan fasilitas yang mengupayakan keselamatan
dan keamanan pasien/ keluarga dan masyarakat rumah sakit lain dari
cedera, jatuh, pencurian, ancaman nyawa dengan melengkapi fasilitas nurse
call untuk semua pasien, trali jendela untuk keamanan dari pencurian sesuai
kebutuhan, handrail untuk pemegangan saat pasien berjalan maupun duduk
di ruangan perawatan termasuk kamar mandi dan disekitar bangunan RS,
pengamanan tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh, pemasangan
smoke detector di gedung berisiko, penandaan lantai licin dan lantai beda
level untuk mencegah pasien jatuh, pintu kamar mandi pasien yang terbuka
ke luar untuk dapat segera membantu pasien yang terkunci tanpa
mencenderai saat pintu dibuka paksa, dan fasilitas lain yang dibutuhkan.

5) Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit dan hospital


ground (penataan selokan/ got/ kabel/ pipa/ penempatan tabung gas,
fasilitas bermain anak, pagar, taman, trotoar dan pembatas jalan,
pengaturan parkir).
a) Area outdoor rumah sakit selalu menampilkan situasi yang
aman dari segi fisik lingkungannya seperti semua saluran
pembuangan tertutup dan tidak bau.
b) Pembatasan jalan maupun trotoar tersedia aman tanpa lubang
maupun pecahan beton.
c) Pagar taman tidak ada sesuatu yang tajam.
d) Selang atau kabel yang melintang/ terpasang dengan
pembungkus sehingga tidak mengancam keselamatan
e) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman
dari api, dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa untuk
mencegah jatuhnya tabung, serta akses masuk dibatasi.
f) Keamanan dinding, lantai, plafon dan atap bangunan, tidak
adanya lubang, perembesan air maupun kerusakan fisik bangunan
lain, yang dapat berisiko menyebabkan gangguan keselamatan.
g) Tempat bermain anak ditata rapi, dengan cat yang aman, tidak
ada bagian yang berkarat, berlubang maupun tajam yang dapat
menyebabkan keselamatan fisik anak terganggu
7
h) Pengaturan parkir dan lalu lintas diatur untuk menjaga alur lalu
lintas berjalan dengan aman tanpa mengganggu pejalan kaki yang
ada di sekitarnya.
i) Akses keluar masuk rumah sakit diatur, untuk mencegah
gangguan keselamatan pada masyarakat dan fasilitas rumah sakit.
Akses masuk ke dalam rumah sakit ada di Gerbang besuk barat,
besuk timur, piketan, IGD, Poliklinik,Dapur dan Angkutan.
j) Pengaturan waktu berkunjung waktu berkunjung ke pasien
diatur 2 kali dalam sehari yaitu jam 10.00-12.00 dan jam 16.00-18.00
k) Identitas pegawai dan peserta didik, seragam pegawai dan
tamu. Untuk mencegah terjadinya masalah keamanan pada
masyarakat rumah sakit maka semua petugas dan peserta didik di
Rumah Sakit Tk II dr. Soepraoen menggunakan label Identitas dan
pakaian seragam sesuai ketentuan rumah sakit pada setiap periode
tugasnya baik pagi, siang, maupun malam. Untuk tamu rumah sakit
seperti Medical Representative dan tamu rumah sakit diberikan
identitas tamu yang dikelola oleh petugas security.

6) Pencegahan cedera karena jarum/ benda tajam.


Jarum/ benda tajam ditempatkan pada container khusus sehingga
tidak mencederai staf maupun pasien dan pengunjung. Apabila seseorang
terkena jarum, maka yang bersangkutan akan ditangani sesuai prosedur
yang berlaku. (SOP penanganan tertusuk jarum/ benda tajam).

7) Pencegahan paparan radiasi pada petugas Radiologi.


a) Petugas radiologi merupakan salah satu staf yang akan
terkena dampak paparan radiasi, oleh karena itu apron yang
digunakan dilakukan perawatan dan uji secara berkala untuk
memastikan apron masih tetap aman digunakan. Perawatan terhadap
apron dilakukan setiap hari setelah digunakan oleh petugas radiologi,
sedangkan uji terhadap efektifitas apron dilakukan oleh petugas PPR
setiap 1 tahun sekali.
b) Setiap petugas di ruangan radiologi menggunakan badge
radiasi yang di uji setiap 1 tahun sekali oleh petugas PPR untuk
memastikan keefektifan badge tersebut.
8
8) Pencegahan terjadinya penculikan bayi.
Untuk mencegah terjadinya penculikan bayi maka semua orang yang
masuk ke ruangan bayi dipantau oleh petugas ruangan, keluarga pasien
memiliki ID berupa kartu ijin menunggu saat berada di ruangan
perawatan.Pintu ruangan dikunci dan dipegang oleh petugas jaga yang
dioperkan setiap shif.

9) Pencegahan pasien minggat/ hilang dari rumah sakit.


Semua pasien diidentifikasi dengan menggunakan gelang pasien
pada tangannya, petugas security melakukan pengawasan apabila ada
seseorang dengan menggunakan gelang tersebut berada di luar ruangan
perawatan tanpa didampingi oleh petugas rumah sakit.Bila petugas security
menemukan individu seperti itu, maka petugas melakukan identifikasi pada
pasien tersebut dan melakukan kontak dengan ruangan perawatan untuk
koordinasi.

c. Koordinasi dan Wewenang.


Ka. Urdal dan Pa. UrPam bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan
pelaksanaan program keselamatan dan keamanan rumah sakit dengan
menyesuaikannya dengan peraturan dan UU yang berlaku, termasuk
mengkoordinasikan aktivitas yang dilakukan oleh tiap-tiap instalasi, bagian/
unit kerja lainnya dan staf serta Karyawan Harian Lepas (KHL) maupun
rekanan yang berkaitan dengan keselamatan lingkungan rumah sakit.
kaurdal dan Kaurpam memiliki kewenangan untuk mengambil tindakan
segera dalam situasi yang mengancam hidup, kesehatan dan keamanan
proferti rumah sakit.
Semua level pimpinan di rumah sakit dari Kepala ruangan sampai Karumkit
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa area tempat mereka bekerja
semua aspek telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur keselamatan dan
keamanan.

Semua anggota dan karyawan serta siswa rumah sakit bertanggungjawab


untuk melaksanakan kebijakan dan prosedur keselamatan dan keamanan.

9
Koordinator penanggung jawab, bertemu setiap bulan dengan Tim K3 yang
merupakan tim multidisiplin untuk memfasilitasi temuan dan dapat
memberikan masukan berkaitan dengan pelaksanaan program keselamatan
dan keamanan. Informasi dan data diidentifikasi dan dikompilasi yang
merupakan bagian dari kegiatan keselamatan dan keamanan rumah sakit
yang selanjutnya dipresentasikan dan diberikan masukan untuk dilakukan
review dan dibuatkan rekomendasi. Penanggung jawab program membuat
laporan triwulan kepada Karumkit.

d. Program Review dan Evaluasi.


Koordinator program ini bertanggung jawab :
1) Menyusun Program inspeksi, setiap bulan melakukan infeksi
keseluruh gedung dan lingkungan rumah sakit berkaitan dengan
pelaksanaan program keselamatan dan keamanan di rumah sakit.
2) Program inspeksi ini menjadi satu dengan program inspeksi
Penatalaksanaan Fasilitas dan Keselamatan rumah sakit.
3) Menyusun perencanaan dari hasil inspeksi dan melakukan updating
pada perencanaan setiap kali dilakukan inspeksi
4) Menyusun laporan hasil inspeksi, menyusun perencanaan dan
pencapaian dari perencanaan yang dibuat secara rutin setiap 3 bulan sekali
kepada Karumkit.
5) Managemen Keselamatan dan keamanan Rumah sakit ini di evaluasi
setiap 2 tahun sekali oleh koordinator program dan berkoordinasi dengan
Tim K3.

e. Program Pendidikan
1) Setiap pegawai baru diberikan informasi tentang penatalaksanaan
keselamatan dan keamanan di rumah sakit
2) Staf terkait diinformasikan sedikitnya 2 tahun sekali tentang program
penatalaksanaan keselamatan dan keamanan di rumah sakit.
3) Staf yang bertanggung jawab untuk mengkoordinir keselamatan dan
keamanan di rumah sakit memiliki pengetahuan tentang ini.

5. Bahan Berbahaya
10
a. Tujuan.
Mengelola material yang diketahui memiliki potensi membahayakan bagi
manusia maupun lingkungan.Penatalaksanaan ini dilakukan untuk
meminimalkan risiko bahaya maupun cedera.Proses yang dilaksanakan
meliputi edukasi, informasi prosedur untuk penggunaan yang aman,
penyimpanan dan pembuangan serta pengelolaan bila terpapar dengan
jatuhan bahan berbahaya ini. Dan proses ini dibuat juga untuk
mengevaluasi risiko yang dapat mengancam hidup maupun kesehatan
pasien, pengunjung dan staf rumah sakit.

b. Ruang Lingkup.
Bahan berbahaya ini difokuskan pada risiko yang disebabkan oleh
bermacam-macam bahan berbahaya yang ada yang terpapar bagi
lingkungan rumah sakit, pada pasien, pengunjung dan karyawan rumah
sakit, juga agar dapat dilaksanakan sesuai peraturan dan kebijakan yang
ada, ruang lingkupnya yaitu :
1) Menentukan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)yang dipergunakan
dan limbah yang dihasilkan di rumah sakit.
2) Data bahan berbahayadan beracun yang ada diidentifikasi dalam
Material Safety Data Sheets (MSDS) atau dokumen sejenis yang disediakan
oleh supplier atau pabrik.
3) Respon efektif yang cepat dibutuhkan untuk setiap kejadian
tumpahan, kebocoranatau paparan bila terjadi.
4) Proses yang digunakan untuk memilih, transportasi, penyimpanan,
penggunaan dan pembuang B3 juga proses untuk memilah,
memisahkan,transportasi, penyimpanan, membungkus dan membuang
limbahberbahaya yang ditulis lengkap pada SOP.
5) Proses monitoring khusus dilakukan untuk mengelola gas, asap,
maupun radiasi berbahaya yang tidak dapat dideteksi oleh manusia.

c. Identifikasi Bahan Berbahaya.

11
Dalam upaya mengelola bahan berbahaya di Rumah Sakit Tk II dr.
Soepraoen dilakukan identifikasi terhadap bahan berbahaya yang digunakan
oleh rumah sakit yaitu:
1) Inventarisasi B3. Jumlah B3 di Rumah Sakit T. II dr. Soepraoen
yaitu :

N
BAHAN BERBAHAYA NO BAHAN BERBAHAYA
O
1 2 3 4
1 Alhokol 10 Halotan
2 Asam Asetat 11 Hydrogen Peroksida
3 Asam Klorida 12 Iodine
4 Asam Sulfat 13 Kapur Barus
5 Bensin/Bensol 14 Klorin
6 Cidex 15 Las Karbit
7 Elpiji 16 Methanol
8 Formalin 17 Nitrogen Dioksida
9 Freon 18 Timbal

2) Distribusi B3 berdasarkan Ruangan/unit pelayanan/Instalasi :


N AREA PEMAKAIAN
JENIS B3
O (INSTALASI)
1 2 3
1 Instalasi Rawat Jalan/ 1. Alkohol
Poliklinik 2. Iodine
3. Hydrogen Peroksida
4. Kapur barus
2 Instalasi Rawat Inap 1. Alkohol
2. Iodine
3. Hydrogen Peroksida
4. Kapur barus
1 2 3
3 Instalasi Laboratorium 1. Alkohol
2. Asam Asetat

12
3. Asam Klorida
4. Asam Sulfat
5. Methanol
4 Instalasi Kamar Bedah 1. Alkohol
2. Halotan
3. Nitrogen Dioksida
5 Kamar Jenazah 1. Alkohol
2. Formalin

6 IGD 1. Alkohol
2. Iodine
3. Hydrogen Peroksida
4. Kapur barus
7 Instalasi Farmasi 1. Cidex
2. Formalin
8 Instalasi Radiologi 1. Timbal
9 Urusan Dalam 1. Elpiji
2. Freon
3. Klorin
4. Las Karbit

3) Inventarisasi Limbah Berbahaya


a) Limbah citotocic : ampul, vial, spuit obat kemoterapi,
dihancurkan ke incineratordengan suhu 1200° C
b) Limbah Radioactive : tidak ada
c) Limbah farmasi: cairan/ bahan padat pengolahan obat/ bahan
medis dari instalasifarmasi
d) Limbah Infeksius dan benda tajam : cairan, bagian tubuh
pasien, bahan/ alat yangkontak dengan pasien. Benda tajam: silet/
pisau, jarum, pecahan ampul, dll
e) Limbah kimia: seperti gula, asam amino, garam tertentu, cairan
kimia buangan diunit radiologi dan laboratorium
f) Limbah merkuri: jatuhan merkuri

d. Penatalaksanaan Bahan Berbahaya


13
1) Pengelolaan B3: Pengadaan-Penyimpanan di gudang-Distribusi
(transportasi)- Penyimpanan di unit pelayanan-Pemakaian B3 dan alur
pengelolaan limbah berbahaya.
a) Pengadaan dilakukan berdasarkan kebutuhan akan B3 di
unitpelayanan sesuai dengan ketentuan RS
b) Penyimpanan di gudang :
(1) Bahan mudah terbakar seperti alcohol, ditempatkan
pada area yg jauh dari panas
(2) Bahan kimia ditempatkan di gudang medis di lemari B3
(3) Bahan-bahan berbahaya yang tidak memiliki resiko
terbakar ditempatkan di lemari penyimpanan biasa.
c) Distribusi (transportasi) : bahan berbahaya (radiologi dan
lab) diambil dari gudang rumah sakit untuk dibawa ke unit pelayanan
menggunakan troly- dengan kemasan asli dari produsen.
d) Penyimpanan di unit pelayanan: ruang perawatan menyimpan
bahan yang dipakai sesuai dengan kebutuhan dalam 1 minggu, yang
disimpan di lemari penyimpanan bahan berbahaya di gudang
ruangan. Jumlah Bahan yang disimpan hanya untuk memenuhi
kebutuhan 1 minggu. Tetapi untuk unit HD, pengambilan B3
dilakukan setiap hari ke gudang rumah sakit.
e) Penggunaan dan penanganan bila terkena B3 pada
tubuh : semua B3 digunakan sesuai dengan MSDS
f) Penatalaksanaan tumpahandengan peralatan dan prosedur
perlindungan yang sesuai :
(1) Tumpahan cairan tubuh pasien: Staf menggunakan
sarung tangan, tissue/ koran untuk mengambil tumpahan,
disemprotkan desinfektan lalu di lap.
(2) Tumpahan mercuri dengan menggunakan spill kit
mercuri: sarung tangan, masker, gaun dan topi, spuit 10 cc,
serbuk belerang, spon, kuas, zip lock.
(1) Tumpahan citotocic dengan menggunakan: sarung
tangan , masker N95, gaun, topi, google, sepatu boot; cairan
deterjen; lap absorband

2) Pembuangan Limbah Berbahaya


14
a) Limbah citotocic : ampul, vial, spuit obat kemoterapi
ditempatkan pada kantong plastik kuning, dihancurkan ke incinerator
dengan suhu 1200° C
b) Limbah Radioactif : tidak ada
c) Limbah farmasi : dibuang ke saluran IPAL untuk limbah
cair dan ke incinerator untuk limbah padat yang dibungkus
dengan kantong plastik warna coklat
d) Limbah Infeksius dan benda tajam : dibungkus dengan
kantong plastik kuning dibuang ke incinerator, sedangkan benda
tajam dikumpulkan dalam container dan langsung dihancukan ke
incenerator selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan B3 atau ke
landfill setelah residunya aman
e) Limbah kimia : seperti gula, asam amino, garam tertentu
dibuang ke saluran IPAL, limbah kimia cair dari ruangan radiologi
ditampung dalam jirigentertutup yang selanjutnya dikirim ke rekanan
terkait untuk pemusnahannya.
f) Limbah merkuri: tidak boleh dibakar dan tidak boleh
dibuang ke landfill. Limbah ini dibungkus dengan kantong plastik
warna ungu dikirim ke institusi yang bertanggung jawab untuk dikirim
ke pengolahan yang ditentukan Negara

3) Transportasi Pembuangan Limbah.


Berkaitan dengan jalur transportasi rutin pembuangan limbah yang
sama dengan jalur lalu lintas staf, pengunjung dan juga alat/ bahan
bersih maka ditentukan jadwal untuk waktu pembuangan limbah
yang meminimalkan kontak dengan hal diatas yaitu sehari 2 kali,
pagi jam 07.00 – 08.00, sore dilakukan jam 15.00 – 16.00. Limbah
infeksius dari ruangan menular dibungkus double dengan plastik
berwarna kuning bila berasal dari ruangan infeksius pada saat
transport ke tempat pembuangan akhir di rumah sakit. Sampah yang
telah terkumpul max dg volume 2/3 dari plastik penampung paling
dan paling lama tersimpan selama 2 x 24 jam, diikat dan dibawa ke
penampungan akhir sampah di rumah sakit. Untuk limbah cair dari
CSSD, Gizi, Kamar operasi, Laboratorium, dan unit pelayanan
pasien masuk ke saluran IPAL Rumah sakit.
15
Untuk menjamin agar limbah cair medis yg dihasilkan Rumah
sakit aman bagi lingkungan maka dilakukan control melalui ikan
yang ditempatkan di bak control disamping juga dilaksanakan uji
kualitas air dilakukan 1(satu) bulan sekali.

4) Prosedur emergency terhadap tumpahan dan kebocoran


Tumpahan dan kebocoran dalam jumlah besar
membutuhkanpenanganan emergency (mengacu pada
penatalaksanaan kedaruratan/ bencana)
5) Pelabelan
Warna
Kontainer/
No Kategori Lambang Keterangan
Kantong
Plastik
1 Radioaktif Merah Kantong box timbal
dengansymbol radioaktif
2 Sangat Kuning Kantong plastik Double
infeksius dari
ruang menular
3 Limbah Kuning Kantong plastik Double
infeksius,
patologi dan
anatomi
4 Sitotoksis Ungu Kantong plastik Double
5 Limbah kimia Coklat Kantong plstik
dan farmasi

e. Koordinasi dan Kewenangan


1) Karumkit melalui Kabina Yanmasum menerima laporan dari Kasi
Tuud dengan berkoordinasi dengan Kaurdal dan tim K3 mengenai
pelaksanaan program pengendalian B3 dan limbah berbahaya, yang
selanjutnya memberikan dukungan untuk memfasilitasi kelanjutan
program dari segi pembiayaan maupun kebijakan.
16
2) Kasi Tuud dan Kaurdalmelakukan pengelolaan terhadap B3 dan
limbahberbahaya dengan berkoordinasi dengantim K3
3) Staf yang bertanggungjawab terhadap penggunaan B3 dan limbah
berbahaya inibertanggungjawab untuk menggunakan dan pengelolanya
dengan aman sesuai SOP

f. Program Review dan Evaluasi


1) Kasi Tuud menyusun program monitoring terhadap pengelolaan B3
dan limbahberbahaya rumah sakit.
2) Program monitoringmenjadi satu dengan program inspeksi
Penatalaksanaan Fasilitas dan keselamatan rumah sakit.
3) Menyusun perencanaan dari hasil monitoring
4) Menyusun laporan perkembangan dari hasil monitoring dengan
analisis dan rekomendasi untuk peningkatan pengelolaan B3 dan limbah
yang aman bagi lingkungan dan staf serta pasien dan pengunjung. Laporan
yang dibuat secara rutin setiap 6 bulan sekali kepada Karumkit.
5) Pengelolaaan B3 dan limbah berbahaya Rumah sakit ini dievaluasi
setiap 2 tahun sekali oleh Kasi Tuud dan berkoordinasi dengan Kaurdaldan
tim K3

g. Program Pendidikan
1) Setiap pegawai baru diberikan informasi tentang penatalaksanaan B3
dan limbahberbahaya
2) Staf terkait diinformasikan sedikitnya 2 tahun sekali program
penatalaksanaan B3dan limbah berbahaya dan melakukan review terhadap
penggunaan MSDS
3) Staf yang terlibat mendapatkan pelatihan untuk pengelolaan B3
dan limbah berbahaya.

6. Manajemen Emergensi

17
a. Tujuan.
Memastikan kesiapan rumah sakit dan merespon secara efektif kejadian
bencana yang ada baikbencana internal maupun external.

b. Ruang Lingkup
1) Menentukan jenis bencana, kemungkinan terjadinya, konsekuensi
bahaya/ ancaman/ kejadian.
2) Menentukan peran rumah sakit dalam keadaan bencana tersebut.
3) Menentukan strategi komunikasi saat bencana terjadi.
4) Mengelola sumber daya baik yang dimiliki rumah sakit maupun
mengaktifkanbantuan external (sumber daya alternative).
5) Pengelolaan kegiatan klinik dan penyiapan ruangan perawatan
korban.
6) Mengidentifikasi peran dan tanggung jawab staf selama kejadian.
7) Mengalihkan penugasan staf yang tidak sesuai dengan
kompetensinya saat kejadian.

c. Penatalaksanaan Manajemen Emergensi.


Penatalaksanaan Manajemen Emergensi mengacu pada Pedoman
Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit Tk II dr. Soepraoen.

1) Jenis dan kemungkinan terjadi bencana dan konsekuensinya


Kemungkinan
No Jenis Bencana Konsekuensi
terjadi
INTERNAL
1 Ledakan tabung gas Bisa terjadi, Terjadinya kebakaran dan
tapi belum korban luka bakar sehingga
pernah ada perlu disiapkan ruangan
perawatan luka bakar dengan
jumlah yang memadai
2 Keracunan gas Bisa terjadi, Sesak nafas sehingga
tapi belum dibutuhkanpenanganan
pernah ada tambahan O2 dan
Kemungkinan perawatan

18
intensif
3 Keracunanan Bisa terjadi, Terjadinya gangguan pada
makanan tapi belum pencernaan dan kekurangan
pernah ada cairan sehingga dibutuhkan
terapi cairan
4 Kebakaran Bisa terjadi, Dibutuhkan ruangan perawatan
tapi belum luka bakar, persiapan tindakan
pernah ada operasi untuk kemungkinan
kasus cedera
5 Gempa bumi Pernah ada Disiapkan area yang lebih
luasuntuk penanganan korban
dalam jumlah banyak.
Persiapan kamar operasi untuk
antisipasi korban cedera
6 Ledakan Bom Sangat Luka bakar
jarang
EKSTERNAL
1 Gempa bumi Pernah ada Disiapkan area yang lebih luas
untuk penanganan korban
dalam jumlah banyak.
Persiapan kamar operasi untuk
antisipasi korban cedera
2 Ledakan jarang Terjadinya kebakaran dan
korban luka bakar sehingga
perlu disiapkan ruangan
perawatan luka bakar dengan
jumlah yang memadai
3 Kecelakaan lalu sering Ruangan perawatan
lintas/musibah emergency
masal dan kamar operasi disiapkan
4 Keracunan Pernah ada Terjadinya gangguan pada
makanan pencernaan dan kekurangan
cairan sehingga dibutuhkan
terapi cairan
5 Wabah penyakit Pernah ada Disiapkan ruangan perawat
19
khusus sesuai jenis wabah,
juga disiapkan ruangan isolasi
untuk penyakit menular
6 Banjir Sering Area perawatan dan kamar
operasi disiapkan

2) Ambulance tersediasejumlah 6 buah, untuk membantu


pelaksanaantransportasi-evakuasi pasien dari area kejadian baik internal
maupun external rumah sakit ke unit yang dituju.Ambulance dan fasilitas
didalamnya dilakukan inspeksi setiap bulan, dan control terhadapfungsi
ambulance serta ketersediaan fasilitas dikontrol oleh koordinator setiap hari.

d. Koordinasi dan Kewenangan.


Mengacu pada Pedoman Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit Tk II
dr. Soepraoen

e. Program Review dan Evaluasi


1) Koordinator kebakaran pada tim K3 dan Bidang pelayanan
medis melakukan pengujian/ simulasi terhadap disaster plan setiap tahun
baik untuk penanganan bencana internal maupun external.
2) Ketika rumah sakit menghadapi bencana yang sebenarnya dan
dilakukan debriefing, maka hal ini merupakan salah satu bentuk dari
pengujian tahunan yang dilakukan.

f. Program Pendidikan
1) Pelatihan petugas ambulans untuk penanganan kegawatan seperti
BTLS direview setiap tahun
2) Pelatihan BTLS bagi supir ambulan direview setiap tahun

7. PengamananKebakaran

a. Tujuan.
20
Pencegahan terjadinya kebakaran di rumah sakit dan memastikan
penghuni rumah sakit selamat dan aman dari resiko adanya cedera
maupun kemungkinan kehilangan nyawa saat terjadinya kebakaran

b. Ruang Lingkup
1) Pencegahan risiko kebakaran
2) Pengaturan konstruksi bangunan untuk mencegah kebakaran
3) Akses keluar saat terjadi kebakaran
4) Sistem peringatan dini/ deteksi dini
5) Mekanisme pemadaman api
6) Evakuasi pasien

c. Penatalaksanaan Pengamanan Kebakaran


1) Pencegahan risiko kebakaran
a) Bahan yang mudah terbakar seperti tabunggas ditempatkan
pada area yang aman dari api/ panas, dengan penempatan yang
diatur sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk mencegah
jatuhnya tabung, serta akses masuk dibatasi (pintu masuk terkunci).
b) Pasien/ keluarga pasien dilarang untuk merokok di ruang
perawatan untuk mencegah terjadinya kebakaran yang disebabkan
adanya api dan adanya gas yang ada di ruang perawatan (gas O2)

c) Larangan merokok di areal rumah sakit. Kebijakan larangan


merokok di seluruh area rumah sakit kepada staf, pasien/ keluarganya
dan pengunjung, dan di tiap akses masuk ke rumah sakit dipasang
poster larangan merokok sebagai informasi pada staf, pasien dan
pengunjung rumah sakit.

3) Pengaturan Konstruksi Bangunan.


Bahan bangunan yang digunakan pada proyek pembangunan di
rumah sakit menggunakan bahan yang dominan tidak
menyebabkan kebakaran seperti penggunaan bahan dinding dari
kayu tidak dianjurkan. Bangunan tambahan untuk unit bisnis di
dalam lingkungan rumah sakit merupakan bangunan permanen yang
tidak terbuat dari papan/ triplek
21
4) Akses keluar dan area berkumpul saat kebakaran
a) Seluruh pintu keluar dari dalam unit pelayanan diberi tanda
‘EXIT’, dimana pintu darurat tersedia di semua unit pelayanan dan
perkantoran untuk keadaan darurat.
b) Semua area di sekitar pintu keluar merupakan area bebas
yang tidak dihalangi oleh tumpukan barang maupun terhalang
meubel dan fasilitas lain.
c) Tanda-tanda menuju area berkumpul terpasang pada area
strategis yang menuju kearah area berkumpul dan dapat dilihat dari
semua area keluar dari tiap unit pelayanan maupun perkantoran
d) Area berkumpul di Area BARAT yaitu lapangan upacara, Area
TIMUR yaitu lapangan parkir dekat paviliun,Area DEPAN yaitu
Lapangan Apel, Area BELAKANG yaitu Lapangan Parkir dekat
Ruangan 4.

5) Sistem peringatan dini/ deteksi dini.


Sistem deteksi dini dilakukan dengan pemasangan smoke
detectorpada bangunan. Gedung yang belum memiliki smoke
detector akan dilakukan patroli kebakaran oleh petugas keamanan
rumah sakit setiap harinya dengan berkeliling rumah sakit untuk
mengidentifikasi risiko kebakaran.

6) Mekanisme pemadaman api


a) APAR di pasang di seluruh gedung perawatan di tiap jarak 20-
25 meter, atau ditempatkan sesuai kebutuhan dan dipasang berjarak
minimal 15 cm dari atas lantai sehingga memudahkan untuk
dijangkau
b) Prosedur pemadaman api (SOP). Bilaada
asap/kebakaran, petugas yang pertama kali menemukannya
menghubungi pusat pengendali informasi emergenci di pesawat 41,
secara pararel petugas tersebut memberikan informasi ke rekan kerja
ada situasi kode merah,Petugas yang bertanggung jawab dalam
sistem kode merah mengambil peran masing-masing dengan
menggunakan identitas berupa helm sebagai berikut :
22
N
Jenis Peran Tindakan yang dilakukan Helm
o
1 Penanggung Melakukan proses memutus Merah
Jawab api rantai api dengan mengatur aliran
oksigen, pemutusan panel listrik
dan mengatur pergerakan APAR
2 Penanggung Melakukan tiase pasien sesuai Biru
Jawab pasien kondisi pasien
3 Penanggung Mengamanakan dokumen Orange
Jawab Dokumen penting
4 Penanggung Menyelamatkan fasilitas medis Kuning
Jawab fasilitas
medis

d. Koordinasi dan Kewenangan


1) Paurpam rumah sakit bertanggung jawab untuk mengkoordinir saat
terjadinya kebakaran.
2) Melaporkan kegiatan inspeksi pencegahan terhadap risiko kebakaran
dan kesiapan alat/ fasilitas untuk menangani kebakaran kepada Kasi Tuud
setiap 6 bulan.
3) Koordinator membuat dokumentasi dan laporan pengujian/ simulasi
penanganankebakaran setiap tahun.

e. Program Review dan Evaluasi


1) Koordinator membuat program inspeksi ketersediaan dan kesiapan
alat deteksi dini dan fasilitas pemadaman api, yang dilakukan setiap bulan
yang dibuktikan dengan dokumentasi hasil inspeksi.
2) Disusunnya program untuk memastikan penghuni rumah sakit
aman saat terjadinya kebakaran, program disusun dari hasil inspeksi
termasuk program pemeliharaan alat penanganan kebakaran.
3) Dilakukan pengujian/ simulasi prosedur penanganan kebakaran
setahun sekaliyang diikuti oleh seluruh staf rumah sakit, termasuk
pengujian pada prosedur evakuasi pasien.

23
f. Program Pendidikan
1) Semua staf rumah sakit mendapatkan pelatihan pencegahan dan
penanganan kebakaran, dan direview setiap tahun.
2) Semua staf mampu mendemonstrasikan cara penanggulangan
kebakaran.
3) Semua pegawai baru dan mahasisiwa praktek mendapatkan
pelatihan maupunorientasi pencegahan dan penanganan kebakaran.

8. Peralatan Medis

a. Tujuan.
Untuk memastikan peralatan yang dipergunakan oleh pasien dalam
keadaan aman, selalu tersedia dan siap pakai, akurat, dan dapat dijangkau.

b. Ruang Lingkup
1) Inventarisir semua peralatan medis yang ada di:
a) Ruang perawatan pasien rawat inap dan rawat jalan
b) Kamar operasi
c) Laboratorium
d) Radiologi
f) Ruangan Endoscopy
g) Ruang Hemodialisa
h) Ruang Penyediaan darah
2) Pelaksanaan inspeksi dan pengujian fasilitas dan keselamatan di
rumah sakit
3) Pelaksanaan pemeliharaan fasilitas dan system utilitas rumah sakit
4) Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran.

c. Penatalaksanaan Peralatan Medis


Penatalaksanaan peralatan medis di rumah sakit berkaitan dengan
kebijakan dan prosedurmulai dari pengadaan, inspeksi, dan pemeliharaan.
1) Inventarisasi alat Medis (mengacu pada daftar inventaris alat medis
Jangmed)
2) Rumah sakit melakukan inspeksi setiap bulan untuk mengetahui
perkembangan kondisi peralatan tersebut. Hasil inspeksi berupa data yang
24
akan digunakan untuk perencanaan perbaikan dan juga perencanaan
kebutuhan rumah sakit
3) Melakukan inspeksi dan pengujian untuk setiap alat baru
selanjutnya disesuaikan dengan aturan pabrik atau perencanaan rumah
sakit, yang dilengkapi dengan data hasil inspeksi dan pengujian serta
dibuatkan rekomendasinya.
4) Dilakukan pemeliharaan terhadap peralatan tersebut sebagai
tindakan pencegahan terhadap peralatan tersebut dari kerusakan ataupun
masalah kecil yang berdampak pada ketidakamanan alat saat digunakan
pada pasien. Jadwal pemeliharaan selalu ditepati oleh petugas. Semua
bukti pemeliharaan alat tercatat dan di buatkan rekomendasi untuk
peralatan tersebut selalu aman dan siap pakai. Untuk alat yang rusak
namun tidak mungkin diperbaiki, rumah sakit menarik alattersebut dari
penggunaannya untuk selanjutnya dilakukan suatu proses sesuai
ketentuan yang berlaku untuk pemusnahan maupun pengeluaran alat
tersebut dari rumah sakit.
5) Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran
Rumah sakit mengeluarkan suat edaran untuk informasi bila ada alat yang
ditarik oleh pabrik/ pemasok ke seluruh unit pelayanan pasien dan informasi
pemberhentian pemakaian pada alat tersebut. Selanjutnya Kasi Jangmed
akan melaporkan kepada Karumkituntuk penarikan alat tsb dari unit
pelayanan. Alat - alat yang sudah ditarik akan dilaporkan oleh karumkit ke
Pabrik/ pemasok untuk dilakukan tindakan selanjutnya.

d. Koordinasi dan kewenangan


1) Proses administrasi dan pengawasan dari pengelolaan peralatan
medis dibawah tanggung jawab Kepala Seksi Penunjang Medik yang
melakukan koordinasi kepada kepala bidang pelayanan medis.
2) Kasi Jangmed membuat perancanaan kegiatan inspeksi,
pemeliharaan.
3) Kegiatan inspeksi dan pemeliharaan peralatan medis dibuktikan
dengan dokumentasi, dan dilaporkan hasil dan rekomendasinya kepada
Karumkit
4) Hasil inspeksi dan pemeliharaan menjadi bahan untuk penyusunan
pengadaan peralatan medis rumah sakit
25
e. Program review dan evaluasi
1) Kasi jangmed menyusun rencana inspeksi yang selanjutnya
membuat dokumentasi hasil inspeksi dan menyusun laporan dengan
rekomendasinya
2) Anggota Jangmed melakukan inspeksi regular setiap bulan dan
melakukan pengelolaan resiko untuk setiap alat yang ada
3) Dari hasil inspeksi, Kasi Jangmed menyusun rencana pemeliharaan
alat.
4) Membuat laporan hasil inspeksi dan pemeliharaan setiap 6 bulan
yang jugadigunakan sebagai bahan penyusunan kebutuhan peralatan
medis rumah sakit.
5) Evaluasi pendidikan dan ujian staf pengguna alat dikoordinasikan
oleh Kepalainstalasi kepada Ka Instaldik yang dilakukan setiap 2 tahun.

f. Program pendidikan
1) Staf pengguna peralatan medis mendapatkan pelatihan untuk
mengoperasikan alat tersebut
2) Evaluasi berupa pendidikan dan ujian untuk mengoperasikan alat
dilakukan setiap 2 tahun.
3) Pendidikan kalibrasi

9. Sistem utilitas
a. Tujuan.
Tujuan berikut ini untuk memastikan keselamatan fisik pasien, pengunjung,
dan staf, dan mencegah kehilangan kepemilikan, gangguan kesehatan
mapunKeselamatan mereka :
1) Secara efektif mengelola risiko pada sistim utilitas
denganmenggunakan kemampuan terbaik rumah sakit.
2) Mengoptimalkan sumber-sumber dengan pengelolaan sistem utilitas
secara efisiendan pengelolaan lifecycle dari alat-alat tersebut.
3) Meningkatkan kemampuan staf dengan pendidikan pelatihan
mengenai sistemutilitas yang efektif.
4) Meningkatkan keselamatan pasien dengan menyiapkan lingkungan
rumahsakit yang aman.
26
b. Ruang lingkup
1) Distribusi listrik dan emergency power ( Genzet)
2) Distribusi Air Bersih
3) Ventilasi dan Air Conditioner
4) Plumbing (system air kotor)
5) Gas medis
6) Sistem komunikasi (nurse call, komputer, telephone)
7) Medical Air compressor
8) Medical and surgical vacuum system

c. Inventarisasi sistem utilitas


Sistem
No Jenis Alat Lokasi Area Suplay
Utilitas
1 Listrik PLN Seluruh area RS Seluruh area
rumah sakit
Genzet central Induk (dekat Seluruh RS
(250 ruang K3 dan
KVA) 2 buah – no INOS)
breaksystem-
otomatis.
2 Air Sumur Bor/ air - Dekat Ruang 14 Untuk seluruh
pump (Artesis) - Dekat Poliklinik rumah sakit
- Dekat Paviliun
3 Pendingin AC Kamar Operasi,
perkantoran

Positeve Exhause fan Seluruh kamar Seluruh kamar


presure Air operasi operasi
4 Saluran air Dari seluruh -
kotor ruangan RS
disalurkan ke Ipal
kecuali limbah
radiologi
diserahkan ke
27
pihak ketiga
5 Gas Medis Tabung gas Gudang Medis, Seluruh unit
cylinder seluruh ruangan pelayanan
Rawat Inap, IGD,
ICU, Kamar
bedah.

O2 liquid Tank Seluruh unit


pelayanan
6 Nurse Call Nurse call Rawat Inap
7 Komputer Komputer Seluruh area RS
8 Telephone Telephone direct Area perkantoran Area
dan extention dan pelayanan perkantoran
dan
pelayanan

d. Penatalaksanaan Sistem Utilitas


1. Air bersih tersedia setiap waktu (24 jam), yang dipastikan
ketersediaanya yang tersedia di rumah sakit. Kualitas air dipantau setiap 6
bulan sekali disertai hasil yang didokumentasi untuk memastikan keamanan
air yang digunakan oleh rumah sakit. Dilakukan uji terhadap kesiapan air
alternative sebagai pengganti sumber air regular sekali dalam setahun oleh
petugas yang bertanggung jawab. Akses Ground waterthank dilindungi
dengan trail terkunci untuk mencegah terjadinya bahaya yang ditimbulkan
oleh faktor kesengajaan, seperti di masukkan bahan beracun.

2. Air yang ditreatment di instalasi hemodialisa dilakukan


pemantauan secara periodik untuk memastikan kualitas air yang digunakan
untuk dialysis ginjal oleh provider/ pemasok alat.

3. Listrik tersedia setiap waktu, yang dipastikan ketersediaannya baik


melalui sumber listrik negara maupun sumber listrik alternative yang
disediakan rumah sakit (genzet). Seluruh genzet yang ada di pastikan
kesiapannya dengan melakukan uji sekali dalam setahun.
28
4. Bila terjadi kegagalan pada sisitem utilitas, maka staf
bersangkutan di unitpelayanan segera melaporkan via telephone ke Urdal
untukdilakukan perbaikan maupun tindakan lain dalam rangka
meningkatkan proses pelayanan.

5. Area penyiapan makanan dilakukan pengujian


untukmencegahadanyakemungkinan kontaminasi pada sistem utilitas (dari
sistem utilitas saluran airkotor)

6. Penempatan tabunggas ditempatkan pada area yang aman


dariapi, denganpenempatan yang diatur sedemikian rupa dan teridentifikasi
baik untuk mencegahjatuhnya tabung dan kebocoran, serta akses masuk
dibatasi.

7. Jalur listrik dalam keadaan aman dibungkus sehingga meminimalkan


kemungkinan terkoyak.

e. Identifikasi risiko – kedaruratan.


Risiko yang mungkin terjadi bila adanya kegagalanpada sistim utilitas yang
ada, sehingga perludilakukan uji terhadap backup dari setiap sistim yang
ada, utamanya di area berisiko
Jenis kegagalan Area paling
No Alternatif Tindakan
sistem utilitas beresiko
1 Listrik kamar operasi dan Kalau gagal di OK : suplai
ruang dari Genzet secara
perawatan intensif otomatis (10 detik)
2 Air mati/ Seluruh area Hubungi PDAM untuk
terkontaminasi dari pelayanan dan pengiriman Air.
salah satu sumber dapur

29
3 AC Kamar operasi dan Perbaikan/ ganti AC baru
ruang intensif

-Positeve presure Kamar operasi


Air
4 Saluran air kotor Seluruh area Beri tekanan air tinggi untuk
rumah sakit melancarkan saluran
5 Gas Medis Kamar Operasi, Manual dipindahkan ke
Ruang intensive central back up
6 Nurse call Sesuai lokasi Telp Ruangan
7 Komputer Sesuai lokasi Manual
9 Telephone Sesuai lokasi HP dan HT
10 Medical air Kamar operasi dan Pakai cadangan
compresor ruang intensive
11 Medical and Kamar operasi dan Pakai yang portable
surgical vacuum ruang intensive
system

f. Koordinasi dan kewenangan


1) Ka Ka Urdal sebagai koordinator bertanggung jawab sesuai
denganuraian tugasnya pada sistem utilitas rumah sakit
2) Koordinator menginformasikan ke unit pelayanan bila terjadinya
kegagalan pada suatu sistim utilitas serta melakukan upaya alternative
segera untukberlangsungnya proses pelayanan
3) Koordinator melakukan koordinasi dengan produsen/ pemasokuntuk
proses pemeliharaan dan preventif pada system utilitas rumah sakit.
4) Koordinator melakukan koodinasi dengan Kasi Tuud untuk proses
inspeksidan pemeliharaan,serta membuat dokumentasi prosesnya
danlaporan serta rekomendasi kepada Karumkit.

g. Program review dan evaluasi


1) Koordinator dan tim melakukan inspeksi setiap bulan terhadap
sisitem utilitas yangada.

30
2) Hasil kegiatan inspeksi dibuktikan dengan dokumentasi, yang
menjadi bahan untuk membuat program pemeliharaan maupun
pengembangan sisitem utilitas rumah sakit
3) Kegiatan proses pemeliharaan didokumentasi yang digunakan untuk
menyusunlaporan perkembangan sistem utilitas rumah sakit setiap 6 bulan
4) Pengujian terhadap sistem utilitas, seperti back up listrik (genzet)
dan air (sumurBOR) setiap tahun. Pengujian terhadap sumur BOR untuk
memantau kualitas air, proses pengujian didokumetasikan untuk
memastikan perkembangan system tsb.
5) Pemantauan kualitas air di water treatment ruang hemodialisa
didokumentasi sesuai jadwal dan dilakukan setiap sebulan sekali untuk
pengecekan bakteriologi. Untuk pengecekan kimia dilakukan minimal
setahun sekali.

h. Program pendidikan.
Staf yang bertugas menangani system utilitas rumah sakit mendapatkan
pelatihansesuai penugasan.

BAB III
PENUTUP

31
Demikian Panduan Manajemen Risiko Fasilitas Rumah Sakit Tk.II dr. Soepraoen dibuat
sebagai acuan dalam melaksanakan program Manajemen Risiko Fasilitas di Rumah Sakit
Tk II dr. Soepraoen.

Malang, 2015
Kepala Rumah Sakit Tk. II dr.Soepraoen

dr. Paskah Saragih


Kolonel Ckm NRP 1910000330460

32

Anda mungkin juga menyukai