Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Organisasi pelayanan berperan menyediakan fasilitas yang aman, fungsional
dan suportif bagi pasien, keluarganya, staf dan pengunjung.Untuk mencapai
tujuan ini, fasilitas fisik, medis, peralatan lainnya, dan sumber daya
manusianya harus dikelola secara efektif. Secara khusus manajemen harus
berusaha untuk :
1. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
2. Mencegah kecelakaan dan cedera
3. Memelihara kondisi yang aman

Manajemen yang efektif meliputi perencanaan, pendidikan, dan pengawasan


multidisiplin sebagai berikut :
1. Pemimpin merencanakan ruang, peralatan, dan sumber daya
yangdibutuhkan sedemikian rupa sehingga dapat mendukung pelayanan
klinisyang disediakan secara aman dan efektif.
2. Semua staf diberi penyuluhan mengenai fasilitas, bagaimana cara
mengurangi risiko dan bagaimana cara untuk memantau dan
melaporkan situasi-situasi yang berisiko.
3. Suatu Kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem-sistem
penting dan mengidentifikasi perbaikan-perbaikan yang diperlukan.

Bila sesuai, untuk fasilitas dan kegiatan-kegiatan rumah sakit disusunlah


rencana tertulis yang meliputi enam bidang :
1. Keselamatan dan Keamanan
A. Keselamatan.
Sejauh mana bangunan, wilayah dan peralatan rumah sakit tidak
menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf atau pengunjung.
B. Keamanan.
Perlindungan dari kerugian, kerusakan, gangguan, atau akses atau
penggunaan oleh pihak yang tidak berwenang.
2. Bahan Berbahaya.
Penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif dan
lainnya dikendalikan dan limbah berbahaya ditangani secara aman.
3. Manajemen Emergensi/Bencana.
Respons terhadap epidemi, bencana dan keadaan darurat direncanakan
dan dijalankan secara efektif.
4. Pengamanan Kebakaran.
Properti dan para penghuni rumah sakit dilindungi dari bahaya
kebakaran dan asap.
5. Peralatan Medis.
Peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan dengan cara sedemikian
rupa agar mengurangi risiko.

RSUD Sungai Rumbai 1


6. Sistem Utilitas.
Listrik, air dan system utilitas lainnya dipelihara sehingga risiko
kegagalan dalam kegiatan kerja dapat diminimalkan.

1.2 Identifikasi Area Risiko.


Dalam upaya Manajemen Risiko fasilitas di Rumah Sakit Umum Daerah Sungai
Rumbai dilakukan identifikasi terhadap risiko terjadinya ancaman Keselamatan
danKeamanan baik terhadaf karyawan, pasien, keluarga pasien maupun
pengunjung:
1. Identifikasi Area Risiko
Jenis Risiko Keselamatan dan
No Area Risiko
Keamanan di Rumah Sakit
1 Kedaruratan/ Bencana Ruang Rawat Inap, Instalasi Gawat
A. Internal : Darurat, Rawat Jalan, ,
1) Ledakan tabung gas Laboratorium, Kamar
2) Keracunan gas Operasi,Radiologi, IPAL,Instalasi
3) Keracunan makanan Gizi/Dapur,Farmasi,
4) Kebakaran Pergudangan,Seluruh perkantoran,
5) Gempa bumi Kantin
6) Ledakan bom
B. Eksternal :
1) Gempa bumi
2) Ledakan
3) KecelakaanLalu lintas
4) Keracunan makanan
5) Kebakaran
6) Wabah penyakit
7) Banjir
3 Pencurian Poliklinik, Instalasi Gawat
Darurat, Rawat Inap,pergudangan
4 Kekerasan Fisik Poliklinik, Instalasi Gawat
Darurat, Rawat Inap
5 Cedera Fisik Semua tempat
6 Terpapar Radiasi Radiologi
7 Pasien hilang/minggat/Kabur Ruang rawat Inap
8 Tertusuk jarum/benda tajam Poliklinik, Instalasi Gawat
Darurat, Ruang Rawat Inap,
Laboratorium, Kamar Operasi,
Petugas Kebersihan Sampah.

1.3 Koordinasi dan Kewenangan.

RSUD Sungai Rumbai 2


Koordinasi dan kewenangan dilakukan oleh Instalasi K3 RS. Instalasi K3RS
mengkoordinir inspeksi dan pemeliharaan seluruh kemajuan dan pengelolaan
resiko pada aktivitas dan fungsi fasilitas rumah sakit. Kepemimpinan tim
inimemastikan bahwa dilakukan monitoring dan evaluasi dan memastikan
sumber-sumber untuk peningkatan fungsi fasilitas yang mendukung
keselamatan bagi karyawan rumah sakit, pasien, keluarga pasien dan
pengunjung.

BAB II

RSUD Sungai Rumbai 3


PENATALAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO FASILITAS

2.1 Keselamatan dan Keamanan


2.1.1 Tujuan.
a. Meminimalkan risiko dan bahaya yang dapat terjadi dalam lingkungan
fisik rumah sakit.
b. Mengelola aktifitas staf untuk mengurangi cedera pekerjaan dan
lingkungan.

2.2 Ruang Lingkup


1. Pencegahan terjadinya pencurian dan pemaksaan mengambil barang
milik karyawan, pasien, keluarga pasien dan pengunjung rumah sakit.
2. Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain dan
pengunjungdi rumah sakit.
3. Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan
baruataupun renovasi gedung.
4. Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian yang
disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit.
5. Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit dan hospital
ground,termasuk parkir.
6. Pencegahan cedera karena jarum atau benda tajam.
7. Pencegahan paparan radiasi pada petugas radiologi.
8. Pencegahan terjadinya penculikan bayi.
9. Mencegah terjadinya pasien minggat/hilang dari rumah sakit.

Keselamatan dan keamanan rumah sakit ini meliputi semua area rumah sakit
yaitu semua lingkungan pelayanan, lingkungan di luar area pelayanan dan
area bisnis yang ada dalam rumah sakit yang meliputi keselamatan dan
keamanan karyawan rumah sakit,pasien, keluarga pasien dan pengunjung:
1. Pencegahan pencurian dan pemaksaan mengambil barang milik karyawan
rumah sakit, pasien, keluarga pasien dan pengunjung rumah sakit.
Rumah sakit mengupayakan sebuah sistem pengamanan sehingga
karyawan rumah sakit, pasien, keluarga pasien dan pengunjung rumah
sakit terhindar dari kecurian maupun pengambilan secara paksa
miliknya. Seluruhnya tamu rumah sakit diidentifikasi,pengunjung
dibatasi jumlahnya dan keluarga pasien yang menunggu/menginap di
rumah sakit diidentifikasi, pasien dan keluarga diinfokan untuk tidak
membawa barang berharga dan uang yang berlebihan, pemasangan
kamera CCTV untuk mengindentifikasi kejadian yang mengancam
keselamatan dan keamanan.
2. Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain dan pengunjung
di rumah sakit.
Pasien, keluarganya, dan karyawan dilindungi oleh rumah sakit dari
bahayaakan kekerasan fisik maupun mental baik oleh pengunjung
maupun karyawan rumah sakit sendiri. Disediakan sebuah sistem bila

RSUD Sungai Rumbai 4


petugas, pasien/maupun keluarga mengindetifikasi kemungkinan
terjadinya kekerasan mental maupun fisik.

3. Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan baru atau


pun renovasi gedung.
Karyawan rumah sakit, pasien, keluarga pasien dan pengunjung rumah
sakit lainnya terhindar dari bahaya karena polusi debu, jatuhan bahan
bangunan maupun bahaya lain yang diakibatkanoleh adanya
penambahan bangunan di dalam rumah sakit. Oleh karena ituuntuk
setiap proses renovasi bangunan gedung baru dan proses pemusnahan,
area bangunan tersebut dilindungi dengan menggunakan sekat triplek,
dan ditulisi informasi larangan masuk, kecuali yang berkepentingan.

4. Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian yang


disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit (handrail,
lantai beda level/ licin, fasilitas penanganan kebakaran, pengamanan
tempat tidur, kamera di unit risiko gangguan keamanan).
Rumah sakit menyiapkan fasilitas yang mengupayakan keselamatan dan
keamanan karyawan rumah sakit, pasien, keluarga pasien dan
pengunjung rumah sakit dari cedera,jatuh, pencurian, ancaman nyawa
dengan melengkapi fasilitas pengamanan tempat tidur untuk mencegah
pasien jatuh, penandaan lantai licin dan lantai bedalevel untuk mencegah
pasien jatuh, pemasangan APAR untuk mencegah kebakaran pemasangan
CCTV di area beresiko dan fasilitas lain yang dibutuhkan.

5. Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit dan hospital ground


(penataan selokan/ got/ kabel/ pipa/ penempatan tabung gas, fasilitas
bermain anak, pagar, taman, trotoar dan pembatas jalan, pengaturan
parkir).
a. Area outdoor rumah sakit selalu menampilkan situasi yang aman dari
segi fisik lingkungannya seperti semua saluran pembuangan tertutup
dan tidak bau.
b. Pembatasan jalan maupun trotoar tersedia aman tanpa lubang
maupun pecahan beton.
c. Pagar taman tidak ada sesuatu yang tajam.
d. Selang atau kabel yang melintang/ terpasang dengan pembungkus
sehingga tidak mengancam keselamatan
e. Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api,
dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa untuk mencegah
jatuhnya tabung, serta akses masuk dibatasi.
f. Keamanan dinding, lantai, plafon dan atap bangunan, tidak adanya
lubang, perembesan air maupun kerusakan fisik bangunan lain,
yang dapat berisiko menyebabkan gangguan keselamatan.
g. Pengaturan parkir dan lalu lintas diatur untuk menjaga alur lalu
lintas berjalan dengan aman tanpa mengganggu pejalan kaki yang

RSUD Sungai Rumbai 5


ada di sekitarnya. Akses keluar masuk rumah sakit diatur, untuk
mencegah gangguankeselamatan pada masyarakat dan fasilitas
rumah sakit.
h. Akses masukke dalam rumah sakit ada setiap tempat.
i. Pengaturan waktu berkunjung waktu berkunjung ke pasien diatur 2
kalidalam sehari yaitu jam 11.00-12.00 dan jam 16.00-18.00
j. Identitas pegawai dan peserta didik, seragam pegawai dan tamu.

Untuk mencegah terjadinya masalah keamanan pada rumah sakit maka


semua petugas dan peserta didik di Rumah Sakit Umum Daerah Sungai
Rumbai menggunakan label Identitas dan pakaian seragam sesuai
ketentuan rumah sakit pada setiap periode tugasnya baik pagi, siang,
maupun malam.
Untuk tamu rumah sakit seperti Medical Representative dan tamu
rumahsakit diberikan identitas tamu yang dikelola oleh petugas security.

6. Pencegahan cedera karena jarum/benda tajam.


Jarum/benda tajam ditempatkan pada container khusus sehingga tidak
mencederai staf maupun pasien dan pengunjung. Apabila seseorang
terkena jarum, maka yang bersangkutan akan ditangani sesuai prosedur
yangberlaku. (SOP penanganan tertusuk jarum/benda tajam).

7. Pencegahan paparan radiasi pada petugas Radiologi.


a. Petugas radiologi merupakan salah satu staf yang akan
terkenadampak paparan radiasi, oleh karena itu apron yang
digunakan dilakukan perawatan dan uji secara berkala untuk
memastikan apronmasih tetap aman digunakan. Perawatan
terhadap apron dilakukan setiap hari setelah digunakan oleh
petugas radiologi, sedangkan uji terhadap efektifitas apron
dilakukan oleh petugas BPFK setiap 1 tahunsekali.
b. Setiap petugas di ruangan radiologi menggunakan badge radiasi
yangdi uji setiap 1 tahun sekali oleh petugas BPFK untuk
memastikan keefektifan badge tersebut.

8. Pencegahan terjadinya penculikan bayi.


Untuk mencegah terjadinya penculikan bayi maka semua orang yang
masukke ruangan bayi dipantau oleh petugas ruangan, keluarga pasien
memiliki ID berupa kartu izin menunggu saat berada di ruangan
perawatan.Pintu ruangan dikunci dan dipegang oleh petugas jaga yang
dioperkan setiap shif.

9. Pencegahan pasien minggat/ hilang dari rumah sakit.


Semua pasien diidentifikasi dengan menggunakan gelang pasien
padatangannya, petugas security melakukan pengawasan apabila ada
seseorang dengan menggunakan gelang tersebut berada di luar ruangan

RSUD Sungai Rumbai 6


perawatan tanpa didampingi oleh petugas rumah sakit. Bila petugas
security menemukan individu seperti itu, maka petugas melakukan
identifikasi pada pasien tersebut dan melakukan kontak dengan ruangan
perawatan untuk koordinasi.

2.3 Koordinasi dan Wewenang.


Kepala Bidang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan pelaksanaan
program keselamatan dan keamanan rumah sakit dengan menyesuaikannya
dengan peraturan dan UU yang berlaku, termasuk mengkoordinasikan aktivitas
yang dilakukan oleh tiap-tiap instalasi, bagian/ unitkerja lainnya dan staf serta
Karyawan Harian Lepas (KHL) maupun rekananyang berkaitan dengan
keselamatan lingkungan rumah sakit. Kepala Instalasi dan Kepala Ruangan
memiliki kewenangan untuk mengambil tindakan segera dalam situasiyang
mengancam hidup, kesehatan dan keamanan proferti rumah sakit.

Semua tingkatan pimpinan di rumah sakit dari Kepala ruangan sampai


Direktur bertanggung jawab untuk memastikan bahwa area tempat mereka
bekerja semua aspek telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur keselamatan
dan keamanan. Semua anggota dan karyawan serta siswa rumah sakit
bertanggungjawab untuk melaksanakan kebijakan dan prosedur keselamatan
dan keamanan.

Koordinator penanggung jawab, bertemu setiap bulan dengan Instalasi K3RS


yang merupakan tim multidisiplin untuk memfasilitasi temuan dan dapat
memberikan masukan berkaitan dengan pelaksanaan program keselamatan
dan keamanan. Informasi dan data diidentifikasi dan dikompilasi yang
merupakan bagian darikegiatan keselamatan dan keamanan rumah sakit yang
selanjutnya dipresentasikan dan diberikan masukan untuk dilakukan review
dan dibuatkan rekomendasi. Penanggung jawab program membuat laporan
triwulan kepada Direktur.

2.3.1 Program Review dan Evaluasi.


Koordinator program ini bertanggung jawab :
1. Menyusun Program inspeksi, setiap bulan melakukan infeksi
keseluruhgedung dan lingkungan rumah sakit berkaitan dengan
pelaksanaan programkeselamatan dan keamanan di rumah sakit.
2. Program inspeksi ini menjadi satu dengan program
inspeksiPenatalaksanaan Fasilitas dan Keselamatan rumah sakit.
3. Menyusun perencanaan dari hasil inspeksi dan melakukan updating
pada perencanaan setiap kali dilakukan inspeksi
4. Menyusun laporan hasil inspeksi, menyusun perencanaan dan
pencapaiandari perencanaan yang dibuat secara rutin setiap 3 bulan
sekali kepada Direktur.

RSUD Sungai Rumbai 7


5. Managemen keselamatan dan keamanan rumah sakit ini di evaluasi
setiap 2 tahun sekali oleh koordinator program dan berkoordinasi
dengan Instalasi K3RS.

2.3.2 Program Pendidikan


1. Setiap pegawai baru diberikan informasi tentang
penatalaksanaanbkeselamatan dan keamanan di rumah sakit
2. Staf terkait diinformasikan sedikitnya 2 tahun sekali tentang program
penatalaksanaan keselamatan dan keamanan di rumah sakit.
3. Staf yang bertanggung jawab untuk mengkoordinir keselamatan
dankeamanan di rumah sakit memiliki pengetahuan tentang ini.

2.4 Bahan Berbahaya


2.4.1 Tujuan.
Mengelola material yang diketahui memiliki potensi membahayakan
bagimanusia maupun lingkungan.Penatalaksanaan ini dilakukan untuk
meminimalkan risiko bahaya maupun cedera.Proses yang dilaksanakan
meliputiedukasi, informasi prosedur untuk penggunaan yang aman,
penyimpanan danpembuangan serta pengelolaan bila terpapar dengan
jatuhan bahan berbahaya ini. Dan proses ini dibuat juga untuk
mengevaluasi risiko yang dapatmengancam hidup maupun kesehatan
karyawan, pasien, keluarga pasien dan pengunjung rumah sakit.

2.4.2 Ruang Lingkup.


Bahan berbahaya ini difokuskan pada risiko yang disebabkan oleh
bermacam-macam bahan berbahaya yang ada yang terpapar bagi
lingkungan rumahsakit, pada pasien, pengunjung dan karyawan rumah
sakit, juga agar dapatdilaksanakan sesuai peraturan dan kebijakan yang
ada, ruang lingkupnya yaitu :
1. Menentukan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)yang dipergunakan
danlimbah yang dihasilkan di rumah sakit.
2. Data bahan berbahayadan beracun yang ada diidentifikasi dalam
Material Safety Data Sheets (MSDS) atau dokumen sejenis yang
disediakan olehsupplier atau pabrik.
3. Respon efektif yang cepat dibutuhkan untuk setiap kejadian
tumpahan,kebocoran atau paparan bila terjadi.
4. Proses yang digunakan untuk memilih, transportasi, penyimpanan,
penggunaan dan pembuang B3 juga proses untuk memilah,
memisahkan, transportasi, penyimpanan, membungkus dan membuang
limbah berbahaya yang ditulis lengkap pada SOP.
5. Proses monitoring khusus dilakukan untuk mengelola gas, asap,
maupun radiasi berbahaya yang tidak dapat dideteksi oleh manusia.

2.4.3 Identifikasi Bahan Berbahaya.

RSUD Sungai Rumbai 8


Dalam upaya mengelola bahan berbahaya di Rumah Sakit Umum Daerah
Sungai Rumbai dilakukan identifikasi terhadap bahan berbahaya yang
digunakan oleh rumah sakit yaitu :
1. Inventarisasi B3
No Bahan Berbahaya No Bahan Berbahaya
1 Alkohol 17 Handsoap
2 Asam Asetat 18 Clear pembersih kaca
3 Asam Klorida 19 Pengharum ruangan - glade
4 Asam Sulfat 20 Alkohol swab
5 Bensin/Bensol 21 Jely – EKG
6 Formalin 22 Chlorethyl Spray
7 Freon 23 Baterai
8 Hydrogen Peroksida
9 Povidone Iodine
10 Klorin
11 Bayclin
12 lysol
13 Porstex
14 Microsield 2 % (Chlorhexidine 2 )
15 Rinso
16 Sunlight Cair

2) Distribusi B3 berdasarkan Ruangan/unit pelayanan/Instalasi :


No Area Pemakaian(Instalasi) Jenis B3
1 Instalasi Rawat Jalan/ 1. Alkohol
Poliklinik 2. Povidone Iodine
3. Jelly – EKG
4. Sunlight
5. Bayclin
2 Instalasi Rawat Inap 1. Alkohol
2. Povidone Iodine
3. Jelly – EKG
4. Sunlight
5. Bayclin
3 Instalasi Laboratorium 1. Alkohol
2. Asam Asetat
3. Asam Klorida
4. Asam Sulfat
5. Methanol

4 Instalasi Kamar Operasi 1. Alkohol


2. Halotan
3. Nitrogen Dioksida
5 Instalasi Gawat Darurat 1. Alkohol

RSUD Sungai Rumbai 9


2. Iodine
3. Hydrogen Peroksida
6 Instalasi Farmasi 1. Cidex
2. Formalin
4. Alkohol
5. Asam Asetat
6. Asam Klorida
7. Asam Sulfat
8. Methanol
7 Hemodialisa 1. Alkohol
2. Povidone Iodine
3. Sunlight
4. Bayclin
8 Instalasi Radiologi 5. Alkohol
6. Povidone Iodine
7. Sunlight
8. Bayclin
9 Laudry 1. Elpiji
2. Freon
3. Klorin
4. Las Karbit
10 Gizi 1. Alkohol
2. Sunlight
3. Bayclin

3) Inventarisasi Limbah Berbahaya


A. Limbah Radioactive : tidak ada
B. Limbah farmasi: cairan/ bahan padat pengolahan obat/ bahan medis
dari instalasi farmasi.
C. Limbah Infeksius dan benda tajam : cairan, bagian tubuh pasien,
bahan/alat yang kontak dengan pasien. Benda tajam: silet/ pisau,
jarum, pecahan ampul, dll.
D. Limbah kimia: seperti gula, asam amino, garam tertentu, cairan kimia
buangan diunit radiologi dan laboratorium.
E. Limbah merkuri : jatuhan merkuri
4) Penatalaksanaan Bahan Berbahaya
A. Pengelolaan B3
a) Pengadaan dilakukan berdasarkan kebutuhan akan B3 diunit
pelayanan sesuai dengan ketentuan rumah sakit.
b) Penyimpanan di gudang :
 Bahan mudah terbakar seperti alkohol, ditempatkan pada area
yg jauh dari panas.
 Bahan kimia ditempatkan di gudang medis di lemari B3
 Bahan-bahan berbahaya yang tidak memiliki resiko terbakar
ditempatkan di lemari penyimpanan biasa.

RSUD Sungai Rumbai 10


c) Distribusi (transportasi) : bahan berbahaya (radiologi dan
laboratorium)diambil dari gudang rumah sakit untuk dibawa ke
unit pelayanan menggunakan troly dengan kemasan asli dari
produsen.
d) Penyimpanan di unit pelayanan: ruang perawatan
menyimpanbahan yang dipakai sesuai dengan kebutuhan dalam 1
minggu, yang disimpan di lemari penyimpanan bahan berbahaya di
gudang ruangan. Jumlah Bahan yang disimpan hanya untuk
memenuhi kebutuhan 1 minggu. Tetapi untuk unit HD,
pengambilan B3 dilakukan setiap hari ke gudang rumah sakit.
e) Penggunaan dan penanganan bila terkena B3 pada tubuh : semua
B3 digunakan sesuai dengan MSDS
f) Penatalaksanaan tumpahan dengan peralatan dan prosedur
perlindungan yang sesuai :
 Tumpahan cairan tubuh pasien : Staf menggunakan sarung
tangan, tissue/ koran untuk mengambil tumpahan,
disemprotkan desinfektan lalu di lap.
 Tumpahan mercuri dengan menggunakan spill kit mercuri :
sarung tangan, masker, gaun dan topi, spuit 10 cc, serbuk
belerang, spon, kuas, zip lock.

B. Pembuangan Limbah Berbahaya


a) Limbah Radioactif : tidak ada
b) Limbah farmasi : dibuang ke saluran IPAL untuk limbah cair
c) Limbah Infeksius dan benda tajam : dibungkus dengan kantong
plastik kuning disimpan pada tempat penyimpanan sementara
limbah B3, selanjutnya diangkut oleh pihak ketiga untuk diolah.
d) Limbah kimia : seperti gula, asam amino, garam tertentu
dibuangke saluran IPAL, limbah kimia cair dari ruangan radiologi
dimasukkan kedalam septi tank.

C. Transportasi Pembuangan Limbah.


Berkaitan dengan jalur transportasi rutin pembuangan limbah yang
sama dengan jalur lalu lintas staf, pengunjung dan juga alat/ bahan
bersih maka ditentukan jadwal untuk waktu pembuangan limbah yang
meminimalkan kontak dengan hal diatas yaitu sehari 2 kali, pagi jam
07.00 – 08.00, sore dilakukan jam 15.00 – 16.00. Limbah infeksius dari
ruangan menular dibungkus double dengan plastik berwarna kuning
bila berasal dari ruangan infeksius pada saat transport ke tempat
pembuangan akhir di rumah sakit. Sampah yang telah terkumpul max
dg volume 2/3 dari plastik penampung dan paling lama tersimpan
selama 2 x 24 jam, diikat dan dibawa ke penampungan sementara
sampah dirumah sakit. Untuk limbah cair dari, Gizi, Kamar operasi,

RSUD Sungai Rumbai 11


Laboratorium, dan unit pelayanan pasien masuk ke saluran IPAL
Rumah sakit.
Untuk menjamin agar limbah cair medis yg dihasilkan Rumah sakit
aman bagi lingkungan maka dilakukan control melalui ikan yang
ditempatkan di bak control disamping juga dilaksanakan uji kualitas
air dilakukan 1(satu) bulan sekali.

D. Prosedur emergency terhadap tumpahan dan kebocoran


Tumpahan dan kebocoran dalam jumlah besar membutuhkan
penanganan emergency (mengacu pada penatalaksanaan
kedaruratan/bencana)

E. Pelabelan
WarnaKontainer/
No Kategori Lambang
KantongPlastik
1 Infeksius Kuning
2 Non Infeksius Hitam

F. Koordinasi dan Kewenangan


a) Direktur melalui Kabag Tata Usaha menerima laporan dari
Kasubag Perlengkapan dan Rumah Tangga dengan berkoordinasi
dengan Kabid pelayanan, Kabid Keperawatan, Kabid Perencanaan,
Kasubag Keuangan dan Instalasi K3RS mengenai pelaksanaan
program pengendalian B3 dan limbah berbahaya, yangselanjutnya
memberikan dukungan untuk memfasilitasi kelanjutan program
dari segi pembiayaan maupun kebijakan.
b) Kasubag Perelengkapan dan Rumah Tangga melakukan
pengelolaan terhadap B3 dan limbah berbahaya dengan
berkoordinasi dengan Instalasi K3RS
c) Staf yang bertanggung jawab terhadap penggunaan B3 dan limbah
berbahaya ini bertanggungjawab untuk menggunakan dan
pengelolanya dengan aman sesuai SOP

G. Program Review dan Evaluasi


a) Kasubag Perlengkapan dan Rumah Tangga menyusun program
monitoring terhadap pengelolaan B3 dan limbah berbahaya rumah
sakit.
b) Program monitoring menjadi satu dengan program inspeksi
Penatalaksanaan Fasilitas dan keselamatan rumah sakit.
c) Menyusun perencanaan dari hasil monitoring
d) Menyusun laporan perkembangan dari hasil monitoring dengan
analisisdan rekomendasi untuk peningkatan pengelolaan B3 dan
limbah yang aman bagi lingkungan dan staf serta pasien dan
pengunjung. Laporan yang dibuat secara rutin setiap 6 bulan sekali
kepada Direktur rumah sakit.

RSUD Sungai Rumbai 12


e)Pengelolaaan B3 dan limbah berbahaya Rumah sakit ini dievaluasi
setiap tahun sekali oleh Kabag Tata Usaha dan berkoordinasi
dengan Kasubag Perlengkapan dan Rumah Tangga dan Instalasi
K3RS
H. Program Pendidikan
a) Setiap pegawai baru diberikan informasi tentang penatalaksanaan
B3 dan limbah berbahaya
b) Staf terkait diinformasikan sedikitnya 2 tahun sekali program
penatalaksanaan B3 dan limbah berbahaya dan melakukan review
terhadap penggunaan MSDS
c) Staf yang terlibat mendapatkan pelatihan untuk pengelolaan B3
dan limbah berbahaya.

2.5 Manajemen Emergensi/Bencana


2.5.1 Tujuan.
Memastikan kesiapan rumah sakit dan merespon secara efektif kejadian
bencana yang ada baik bencana internal maupun external.
2.5.2 Ruang Lingkup
1. Menentukan jenis bencana, kemungkinan terjadinya, konsekuensi
bahaya/ancaman/ kejadian.
2. Menentukan peran rumah sakit dalam keadaan bencana tersebut.
3. Menentukan strategi komunikasi saat bencana terjadi.
4. Mengelola sumber daya baik yang dimiliki rumah sakit maupun
mengaktifkan bantuan external (sumber daya alternative).
5. Pengelolaan kegiatan klinik dan penyiapan ruangan perawatan korban.
6. Mengidentifikasi peran dan tanggung jawab staf selama kejadian.
7. Mengalihkan penugasan staf yang tidak sesuai dengan kompetensinya
saat kejadian.
2.5.3 Penatalaksanaan Manajemen Emergensi.
Penatalaksanaan Manajemen Emergensi mengacu pada Pedoman
Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit Umum Daerah Sungai Rumbai.

1. Jenis dan kemungkinan terjadi bencana dan konsekuensinya


Kemungkinan
No Jenis Bencana Konsekuensi
terjadi

INTERNAL
1 Ledakan tabung Bisa terjadi, Terjadinya kebakaran
gas tapi belum dan korban luka bakar
pernah ada sehingga perlu
disiapkan ruangan
perawatan luka bakar
denganjumlah yang
memadai.
2 Keracunan gas Bisa terjadi, Sesak nafas sehingga

RSUD Sungai Rumbai 13


dibutuhkan
tapi belum penanganan tambahan
pernah ada O2 dan Kemungkinan
perawatan Intensif.
3 Keracunanan Bisa terjadi, Terjadinya gangguan
makanan tapi belum pada
pernah ada pencernaan dan
kekurangan cairan
sehingga dibutuhkan
terapi cairan.
4 Kebakaran Bisa terjadi, Dibutuhkan ruangan
tapi belum perawatan
pernah ada luka bakar, persiapan
tindakan
operasi untuk
kemungkinan
kasus cedera.
5 Gempa bumi Pernah ada Disiapkan area yang
lebih
Luas untuk
penanganan korban
dalam jumlah banyak.
Persiapan kamar
operasi untuk
antisipasi korban
cedera.
6 Ledakan Bom Sangat Luka bakar
jarang
EKSTERNAL
1 Gempa bumi Pernah ada Disiapkan area yang
lebih luas untuk
penanganan korban
dalam jumlah banyak.
Persiapan kamar
operasi untuk
antisipasi korban
cedera.
2 Ledakan jarang Terjadinya kebakaran
dan korban luka bakar
sehingga perlu
disiapkan ruangan
perawatan luka bakar
dengan jumlah yang
memadai.

RSUD Sungai Rumbai 14


3 Kecelakaan sering Ruangan perawatan
lalulintas emergency dan kamar
operasi disiapkan.
4 Keracunan Pernah ada Terjadinya gangguan
makanan pada pencernaan dan
kekurangan cairan
sehingga dibutuhkan
terapi cairan.
5 Wabah penyakit Pernah ada Disiapkan ruangan
perawat khusus sesuai
jenis wabah,juga
disiapkan ruangan
isolasi untuk penyakit
menular.
6 Banjir Jarang terjadi Area perawatan dan
kamar operasi
disiapkan.

Ambulance tersedia sejumlah 4 buah, untuk membantu pelaksanaan


transportasi evakuasi pasien dari area kejadian baik internal maupun
external rumah sakit ke unit yang dituju. Ambulance dan fasilitas di
dalamnya dilakukan inspeksi setiap bulan, dan kontrol terhadapfungsi
ambulance serta ketersediaan fasilitas dikontrol oleh koordinator setiap
hari.

2.5.4 Koordinasi dan Kewenangan.


Mengacu pada Pedoman Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit Umum
Daerah Sungai Rumbai Kabupaten Dharmasraya.

2.5.5 Program Review dan Evaluasi


1. Koordinator kebakaran pada Instalasi K3RS, Bidang pelayanan medis,
Bidang Keperawatan melakukan pengujian/ simulasi terhadap disaster
plan setiap tahun baik untuk penanganan bencana internal maupun
external.
2. Ketika rumah sakit menghadapi bencana yang sebenarnya dandilakukan
debriefing, maka hal ini merupakan salah satu bentuk dari pengujian
tahunan yang dilakukan.

2.5.6 Program Pendidikan


a. Pelatihan petugas ambulans untuk penanganan kegawatan seperti BTLS
direview setiap tahun
b. Pelatihan BTLS bagi supir ambulan direview setiap tahun

2.6 Pengamanan Kebakaran

RSUD Sungai Rumbai 15


2.6.1 Tujuan.
Pencegahan terjadinya kebakaran di rumah sakit dan memastikan penghuni
rumah sakit selamat dan aman dari resiko adanya cedera maupun
kemungkinan kehilangan nyawa saat terjadinya kebakaran

2.6.2 Ruang Lingkup


1. Pencegahan risiko kebakaran
2. Pengaturan konstruksi bangunan untuk mencegah kebakaran
3. Akses keluar saat terjadi kebakaran
4. Sistem peringatan dini/ deteksi dini
5. Mekanisme pemadaman api
6. Evakuasi pasien

2.6.3 Penatalaksanaan Pengamanan Kebakaran


2.6.3.1 Pencegahan risiko kebakaran
a. Bahan yang mudah terbakar seperti tabung gas ditempatkan
pada area yang aman dari api/ panas, dengan penempatan yang
diatur sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk mencegah
jatuhnya tabung, serta akses masuk dibatasi (pintu masuk
terkunci).
b. Pasien/ keluarga pasien dilarang untuk merokok di ruang
perawatan untuk mencegah terjadinya kebakaran yang
disebabkan adanya api dan adanya gas yang ada di ruang
perawatan (gas O2)
c. Larangan merokok di areal rumah sakit. Kebijakan larangan
merokok di seluruh area rumah sakit kepada staf,
pasien/keluarganya dan pengunjung, dan di tiap akses masuk
ke rumah sakit dipasang poster larangan merokok sebagai
informasi pada staf, pasien dan pengunjung rumah sakit.

2.6.3.2 Pengaturan Konstruksi Bangunan.


Bahan bangunan yang digunakan pada proyek pembangunan di
rumah sakit menggunakan bahan yang dominan tidak
menyebabkan kebakaran seperti penggunaan bahan dinding dari
kayu tidak dianjurkan. Bangunan tambahan untuk Kantin di
dalam lingkungan rumah sakit merupakan bangunan permanen
yang tidak terbuat daripapan/ triplek

2.6.3.3 Akses keluar dan area berkumpul saat kebakaran


a. Seluruh pintu keluar dari dalam unit pelayanan diberi tanda
‘EXIT’,
b. Semua area di sekitar pintu keluar merupakan area bebas
yangtidak dihalangi oleh tumpukan barang maupun terhalang
meubel dan fasilitas lain.

RSUD Sungai Rumbai 16


c. Tanda-tanda menuju area berkumpul terpasang pada
areastrategis yang menuju kearah area berkumpul dan dapat
dilihat dari semua area keluar dari tiap unit pelayanan maupun
perkantoran
d. Area berkumpul di Area BARAT yaitu Samping VIP, Area TIMUR
yaitu samping gizi, Area DEPAN (Selatan) yaitu Lapangan Apel,
Area BELAKANG (Utara) yaitu Lapangan Parkir dekat Kamar
Mayat dan depan perinatologi.

2.6.3.4 Sistem peringatan dini/ deteksi dini.


Gedung yang belum memiliki smokedetector akan dilakukan patroli
kebakaran oleh petugas keamanan rumah sakit setiap harinya
dengan berkeliling rumah sakit untuk mengidentifikasi risiko
kebakaran.

2.6.3.5 Mekanisme pemadaman api


a. APAR di pasang di seluruh gedung perawatan di tiap jarak 20-
25meter, atau ditempatkan sesuai kebutuhan dan dipasang
berjarakminimal 15 cm dari atas lantai sehingga memudahkan
untuk dijangkau
b. Prosedur pemadaman api (SOP). Bila ada asap/kebakaran,
petugas yang pertama kali menemukannya menghubungi pusat
pengendali informasi emergency, secara pararel petugas tersebut
memberikan informasi ke rekan kerja ada situasi kode merah,
Petugas yang bertanggung jawab dalam sistem kode merah
mengambil peran masing-masing dengan menggunakan identitas
berupa helm sebagai berikut.

No Jenis Peran Tindakan yang dilakukan Helm


1 Penanggung jawab Melakukan proses memutus Merah
api- APAR rantai api dengan mengatur
aliran oksigen, pemutusan
panel listrik dan mengatur
pergerakan
2 Penanggung jawab Melakukan triase pasien sesuai Biru
pasien kondisi pasien
3 Penanggung Mengamanakan dokumen Orange
jawab dokumen penting

4 Penanggung jawab Menyelamatkan fasilitas medis Kuning


fasilitas medis
2.6.4 Koordinasi dan Kewenangan
1. Koordinator bencana rumah sakit bertanggung jawab untuk
mengkoordinir saat terjadinya kebakaran.

RSUD Sungai Rumbai 17


2. Melaporkan kegiatan inspeksi pencegahan terhadap risiko kebakaran
dankesiapan alat/fasilitas untuk menangani kebakaran kepada Kepala
Instalasi setiap 6 bulan.
3. Koordinator membuat dokumentasi dan laporan pengujian/ simulasi
penanganan kebakaran setiap tahun.

2.6.5 Program Review dan Evaluasi


1. Koordinator membuat program inspeksi ketersediaan dan kesiapan alat
deteksi dini dan fasilitas pemadaman api, yang dilakukan setiap
bulanyang dibuktikan dengan dokumentasi hasil inspeksi.
2. Disusunnya program untuk memastikan penghuni rumah sakit aman
saat terjadinya kebakaran, program disusun dari hasil inspeksi
termasuk program pemeliharaan alat penanganan kebakaran.
3. Dilakukan pengujian/simulasi prosedur penanganan kebakaran setahun
sekali yang diikuti oleh seluruh staf rumah sakit, termasuk pengujian
pada prosedur evakuasi pasien.

2.6.6 Program Pendidikan


1. Semua staf rumah sakit mendapatkan pelatihan pencegahan
danpenanganan kebakaran, dan direview setiap tahun.
2. Semua staf mampu mendemonstrasikan cara penanggulangan
kebakaran.
3. Semua pegawai baru dan mahasisiwa praktek mendapatkan pelatihan
maupun orientasi pencegahan dan penanganan kebakaran.

2.7 Peralatan Medis


2.7.1 Tujuan.
Untuk memastikan peralatan yang dipergunakan oleh pasien dalam keadaan
aman, selalu tersedia dan siap pakai, akurat, dan dapat dijangkau.

2.7.2 Ruang Lingkup


1. Inventarisir semua peralatan medis yang ada di:
a. Ruang perawatan pasien rawat inap dan rawat jalan
b. Kamar operasi
c. Laboratorium
d. Radiologi
2. Pelaksanaan inspeksi dan pengujian fasilitas dan keselamatan di rumah
sakit
3. Pelaksanaan pemeliharaan fasilitas dan sistem utilitas rumah sakit
4. Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran.

2.7.3 Penatalaksanaan Peralatan Medis


Penatalaksanaan peralatan medis di rumah sakit berkaitan dengan
kebijakan dan prosedur mulai dari pengadaan, inspeksi, dan pemeliharaan.

RSUD Sungai Rumbai 18


1. Inventarisasi alat Medis
2. Rumah sakit melakukan inspeksi setiap bulan untuk mengetahui
perkembangan kondisi peralatan tersebut. Hasil inspeksi berupa data
yang akan digunakan untuk perencanaan perbaikan dan juga
perencanaan kebutuhan rumah sakit
3. Melakukan inspeksi dan pengujian untuk setiap alat baru selanjutnya
disesuaikan dengan aturan pabrik atau perencanaan rumah sakit, yang
dilengkapi dengan data hasil inspeksi dan pengujian serta dibuatkan
rekomendasinya.
4. Dilakukan pemeliharaan terhadap peralatan tersebut sebagai tindakan
pencegahan terhadap peralatan tersebut dari kerusakan ataupun
masalah kecil yang berdampak pada ketidakamanan alat saat digunakan
pada pasien. Jadwal pemeliharaan selalu ditepati oleh petugas. Semua
bukti pemeliharaan alat tercatat dan di buatkan rekomendasi untuk
peralatan tersebut selalu aman dan siap pakai. Untuk alat yang rusak
namun tidak mungkin diperbaiki, rumah sakit menarik alat tersebut
dari penggunaannya untuk selanjutnya dilakukan suatu proses sesuai
ketentuan yang berlaku untuk pemusnahan maupun pengeluaran alat
tersebut dari rumah sakit.
5. Produk/peralatan yang ditarik dari peredaran Rumah sakit
mengeluarkan surat edaran untuk informasi bila ada alat yang ditarik
oleh pabrik/ pemasok ke seluruh unit pelayanan pasien dan informasi
pemberhentian pemakaian pada alat tersebut. Selanjutnya Kasubag
Perlengkapan dan Rumah tangga akan melaporkan kepada Direktur
untuk penarikan alat tsb dari unit pelayanan. Alat - alat yang sudah
ditarik akan dilaporkan oleh Direktur ke Pemerintah Kabupaten
Dharmasraya melalui Bagian Aset Daerah untuk dilakukan tindakan
selanjutnya.

2.7.4 Koordinasi dan kewenangan


1. Proses administrasi dan pengawasan dari pengelolaan peralatan medis
dibawah tanggung jawab Kasubag Perlengkapan dan Rumah Tangga
yang melakukan koordinasi kepada kepala Bagian Tata Usaha.
2. Kepala Unit Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (Ka. IPSRS) membuat
perencanaan kegiatan inspeksi, pemeliharaan.
3. Kegiatan inspeksi dan pemeliharaan peralatan medis dibuktikan dengan
dokumentasi, dan dilaporkan hasil dan rekomendasinya kepada
Direktur rumah sakit.
4. Hasil inspeksi dan pemeliharaan menjadi bahan untuk penyusunan
pengadaan peralatan medis rumah sakit.

2.7.5 Program review dan evaluasi


1. Kepala Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (Ka. IPSRS)
menyusun rencana inspeksi yang selanjutnya membuat

RSUD Sungai Rumbai 19


dokumentasi hasil inspeksi dan menyusun laporan dengan
rekomendasinya.
2. Anggota Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (anggota
IPSRS) melakukan inspeksi regular setiap bulan danmelakukan
pengelolaan resiko untuk setiap alat yang ada
3. Dari hasil inspeksi, Kepala Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah
Sakit (Ka. IPSRS) menyusun rencana pemeliharaan alat.
4. Membuat laporan hasil inspeksi dan pemeliharaan setiap 6 bulan
yang juga digunakan sebagai bahan penyusunan kebutuhan
peralatan medis rumah sakit.
5. Evaluasi pendidikan dan ujian staf pengguna alat dikoordinasikan
oleh Kepala Instalasi kepada Kepala Bidang Perencanaan dan
Kasubag Umum dan Kepegawaian yang dilakukan setiap 2 tahun.

2.7.6 Program pendidikan

2.8 Staf pengguna peralatan medis mendapatkan pelatihan untuk mengoperasikan


alat tersebut
2.9 Evaluasi berupa pendidikan dan ujian untuk mengoperasikan alat dilakukan
setiap 2 tahun.
2.10 Pendidikan kalibrasi

3.6 Sistem utilitas


3.6.1 Tujuan
Tujuan berikut ini untuk memastikan keselamatan fisik pasien, pengunjung,
dan staf, dan mencegah kehilangan kepemilikan, gangguan kesehatan
maupun keselamatan mereka :
1. Secara efektif mengelola risiko pada sistim utilitas dengan menggunakan
kemampuan terbaik rumah sakit.
2. Mengoptimalkan sumber-sumber dengan pengelolaan sistem utilitas
secara efisien dan pengelolaan lifecycle dari alat-alat tersebut.
3. Meningkatkan kemampuan staf dengan pendidikan pelatihan mengenai
sistem utilitas yang efektif.
4. Meningkatkan keselamatan pasien dengan menyiapkan lingkungan
rumah sakit yang aman.

3.6.2 Ruang lingkup


1. Distribusi listrik dan emergency power (Genset)
2. Distribusi Air Bersih
3. Ventilasi dan Air Conditioner
4. Plumbing (sistem air kotor)
5. Gas medis
6. Sistem komunikasi (komputer, telephone)
7. Medical Air compressor
3.6.3 Inventarisasi sistem utilitas

RSUD Sungai Rumbai 20


No Sistem Utilitas Jenis Alat Lokasi Area Suplay
1 Listrik PLN Seluruh area Seluruh area
rumah sakit RS
Genset central Induk (dekat ruang
(200 KWA dan kamar mayat) Seluruh RS
250 KWA) 2 buah
2 Air - Sumur Gali - Gizi/dapur Seluruh
- Sumur Bor/ - Londry ruangan di
artesis - VIP rumah sakit
- Fisioterapi
- Rawat Inap Anak
- Kamar Operasi
- Interne
- Kebidanan
- Bedah
- Labor
- Radiologi
- Poliklinik
- Farmasi
- Kantor
- Paru
- Hemodialisa
- UTDRS
- HCU
3 Pendingin AC Seluruh ruangan Seluruh
di rumah sakit ruangan
dirumah
sakit
4 Saluran Dari seluruh
airkotor ruangan rumah sakit
disalurkan ke IPAL
kecuali limbah
radiologi
5 Gas Medis Tabung gas Gudang Seluruh unit
cylinder Medis,seluruh Pelayanan
ruangan Rawat Inap,
IGD,ICU, kamar
operasi.
6 Komputer Komputer Kantor, Medikal
rekor, Hemodialisa,
laboratorium
7 Telephone Telephone direct Area perkantoran Area
dan extention dan pelayanan perkantoran
Dan
pelayanan

RSUD Sungai Rumbai 21


3.6.4 Penatalaksanaan Sistem Utilitas
1. Air bersih tersedia setiap waktu (24 jam), yang dipastikan ketersediaanya
yang tersedia di rumah sakit. Kualitas air dipantau setiap 6 bulan sekali
disertai hasil yang didokumentasi untuk memastikan keamanan air yang
digunakan oleh rumah sakit. Dilakukan uji terhadap kesiapan air
alternative sebagai pengganti sumber air regular sekali dalam setahun
oleh petugas yang bertanggung jawab. Akses Ground waterthank
dilindungi dengan trail terkunci untuk mencegah terjadinya bahaya yang
ditimbulkan oleh faktor kesengajaan, seperti di masukkan bahan
beracun.
2. Air yang ditreatment di instalasi hemodialisa dilakukan pemantauan
secara periodik untuk memastikan kualitas air yang digunakan untuk
dialysis ginjal oleh provider/ pemasok alat.
3. Listrik tersedia setiap waktu, yang dipastikan ketersediaannya baik
melalui sumber listrik negara maupun sumber listrik alternative yang
disediakan rumah sakit (genset). Seluruh genset yang ada di pastikan
kesiapannya dengan melakukan uji sekali dalam setahun.
4. Bila terjadi kegagalan pada sistem utilitas, maka staf bersangkutan di
unit pelayanan segera melaporkan via telephone ke IPL/IPS untuk
dilakukan perbaikan maupun tindakan lain dalam rangka meningkatkan
proses pelayanan.
5. Area penyiapan makanan dilakukan pengujian untuk mencegah adanya
kemungkinan kontaminasi pada sistem utilitas (dari sistem utilitas
saluran airkotor)
6. Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api,
dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa dan teridentifikasi
baik untuk mencegah jatuhnya tabung dan kebocoran, serta akses
masuk dibatasi.
7. Jalur listrik dalam keadaan aman dibungkus sehingga meminimalkan
kemungkinan terkoyak.

3.6.5 Identifikasi risiko – kedaruratan.


Risiko yang mungkin terjadi bila adanya kegagalan pada sistim utilitas yang
ada, sehingga perlu dilakukan uji terhadap backup dari setiap sistim yang
ada, utamanya di area berisiko

Jenis kegagalan Area paling


No Alternatif Tindakan
sistem utilitas beresiko
1 Listrik kamar operasi Kalau gagal di OK : suplai
danruangperawata dari Genset secara otomatis
n intensif
2 Air mati/ Seluruh area Perbaikan/ganti baru
terkontaminasi pelayanan dan mesin air
dari Dapur

RSUD Sungai Rumbai 22


salah satu sumber
3 AC Kamar operasi dan Perbaikan/ ganti AC baru
ruang intensif
4 Saluran air kotor Seluruh area Beri tekanan air tinggi
rumah sakit untuk
melancarkan saluran
5 Gas Medis Kamar Operasi, Manual dipindahkan
Ruang intensive kecentral back up
6 Nurse call Sesuai lokasi Telp Ruangan
7 Komputer Sesuai lokasi Manual
8 Telephone Sesuai lokasi HP dan HT
9 Medical air Kamar operasi dan Pakai cadangan
compresor ruang intensive
10 Medical and Kamar operasi dan Pakai yang portable
surgical vacuum ruang intensive
system

3.6.6 Koordinasi dan kewenangan


1. Kepala Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit (Ka. IPLRS) dan
Kepala Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (Ka.IPSRS) sebagai
koordinator bertanggung jawab sesuai dengan uraian tugasnya pada
sistem utilitas rumah sakit
2. Koordinator menginformasikan ke unit pelayanan bila terjadinya
kegagalan pada suatu sistim utilitas serta melakukan upaya alternative
segera untukberlangsungnya proses pelayanan
3. Koordinator melakukan koordinasi dengan produsen/ pemasokuntuk
proses pemeliharaan dan preventif pada system utilitas rumah sakit.
4. Koordinator melakukan koodinasi dengan Kasubag Perlengkapan dan
Rumah Tangga untuk proses inspeksi dan pemeliharaan,serta membuat
dokumentasi prosesnya dan laporan serta rekomendasi kepada Direktur.

3.6.7 Program review dan evaluasi


1. Koordinator dan tim melakukan inspeksi setiap bulan terhadap sistem
utilitas yang ada.
2. Hasil kegiatan inspeksi dibuktikan dengan dokumentasi, yang menjadi
bahan untuk membuat program pemeliharaan maupun pengembangan
sistem utilitas rumah sakit
3. Kegiatan proses pemeliharaan didokumentasi yang digunakan untuk
menyusun laporan perkembangan sistem utilitas rumah sakit setiap 6
bulan
4. Pengujian terhadap sistem utilitas, seperti back up listrik (genset) dan
air (sumur BOR) setiap tahun. Pengujian terhadap sumur BOR untuk
memantau kualitas air, proses pengujian didokumetasikan untuk
memastikan perkembangan sistem tsb.

RSUD Sungai Rumbai 23


3.6.8 Program pendidikan.
Staf yang bertugas menangani sistem utilitas rumah sakit
mendapatkanpelatihan sesuai penugasan.

BAB III
PENUTUP

RSUD Sungai Rumbai 24


Demikian Panduan Manajemen Risiko Fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah
Sungai Rumbai ini dibuat sebagai acuan dalam melaksanakan program
Manajemen Risiko Fasilitas di Rumah Sakit Umum Daerah Sungai Rumbai
Kabupaten Dharmasraya.

Sungai Rumbai, Agustus 2022

RSUD Sungai Rumbai 25

Anda mungkin juga menyukai