Anda di halaman 1dari 13

Beberapa peraturan mengatur pengelolaan bahan berbahaya dan beracun untuk

mencegah terjadinya dampak yang dapat merusak lingkungan hidup, kesehatan manusia,
dan makhluk hidup lainnya. ketentuan umum yang berkaitan dengan bahan berbahaya dan
beracun penting untuk dipahani bersama.
1. Bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3, adalah zat, energy
dan/atau komponen lain yang karena sifat, kosentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup
dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup lain.
2. Limbah berbahaya dan beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa suatu
usaha dan kegiatan yang mengandung B3
3. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan.
4. Pengadaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) di Klinik Pratama STIESIA dilakukan
oleh unit Pelayanan Farmasi beserta unit Administrasi dan SDM (Sumber Daya Manusia)
sebagai unit yang melakukan pengadaan.
5. Penyimpanan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)
6. Bahan berbahaya dan beracun harus disimpan secara tepat dan perlu dijamin agar
bahan-bahan tersebut tidak bereaksi dengan bahan-bahan lain yang disimpan dan juga
perlu dijaga seperti bahan-bahan yang menimbulkan bahaya seperti bahan explosive
dan lain-lain.

Ketentuan penyimpanan B3 sebagai berikut :


1. Setiap kemasan dan tempat penyimpanan B3 wajib diberikan simbol sesuai dengan
klasifikasinya dan label sesuai dengan jenis dan klasifikasinya.
2. Klasifikasi B3 (Sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2008)
meliputi
1. Mudah Meledak (explosive)
2. Pengoksidasi (oxidizing)
3. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
4. Sangat mudah menyala (highly flammable)
5. Mudah menyala (flammable)
6. Amat sangat beracun (extremely toxic)
7. Sangat beracun (highly toxic)
8. Beracun ( toxic)
9. Berbahaya (harmful)
10. Iritasi (irritant)
11. Korosif (corrosive)
12. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to environment)
13. Karsinogenik (carcinogenic)
14. Teratogenik (teratogenic)
15. Mutagenic (mutagenic)
16. Bahaya lain berupa gas bertekanan (pressure gas)

17. Ketentuan Pemasangan Simbol


Salah satu hal penting dalam pengelolaan B3 adalah pemberian simbol dan label.
Pemberian simbol sangat penting untuk mengidentifikasi sekaligus mengklasifikasi B3,
yang nantinya akan sangat berguna sebagai informasi penting dalam pengelolaannya.
Identifikasi yang digunakan untuk penandaan B3 terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu simbol dan
label.
Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat sehingga membetuk belah
ketupat berwarna dasar putih dan garis tepi belah ketupat tebal berwarna merah. Simbol
yang dipasang pada kemasan disesuaikan dengan ukuran kemasan. Simbol B3 berupa
stiker atau lainnya yang dapat menempel dengan baik pada kemasan, mudah
penggunaannya, tahan lama, tahan terhadap air dan tahan terhadap tumpahan isi
kemasan B3. Jenis simbol yang dipasang harus sesuai dengan karakteristik bahan,
dipasang pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh kemasan lain dan mudah
dilihat, tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan simbol lain sebelum kemasan
dikosongkan.

Gambar 1 bahan mudah meledak


Gambar 1 bahan mudah meledak

18. Penyimpanan B3 harus memperhatikan sifat-sifat dari bahan tersebut dan reaksi
akibat interaksi bahan dalam penyimpan. Interaksi yang terjadi selama dalam proses
penyimpanan antara lain interaksi dengan lingkungan, interaksi bahan dengan wadah,
interaksi bahan dengan bahan.
a) Penyimpanan bahan mudah terbakar (Flammable)
a) Tempat penyimpanan bersuhu dingin
b) Jauh dari sumber api
c) Tersedia Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
b) Penyimpanan bahan mudah meledak (Explosive)
d) Tempat penyimpanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
e) Jauh dari sumber api / panas
f) Terhindar dari tumbukan / benturan mekanis
c) Penyimpanan bahan beracun
g) Tempat penyimapanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
h) Terpisah dari bahan – bahan yang mungkin bereaksi
i) Tersedia alat pelindung diri, masker, gloves dan pakaian kerja.
d) Penyimpanan bahan korosif
j) Tempat penyimapanan bersuhu dingin dan ventilasi cukup
k) Terpisah dari bahan – bahan yang mungkin bereaksi
l) Tersedia alat pelindung diri, masker, gloves dan pakaian kerja

5. Pemilahan Limbah B3

Pemilahan Limbah B3 dilakukan mulai saat di unit pelayanan yang selanjutnya


dikumpulkan ke Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) B3. Limbah padat B3 di Klinik
Pratama STIESIA meliputi :

1) Limbah padat yang sudah diketahui infeksius atau mengandung bakteri yang
berbahaya.
2) Limbah padat atau benda yang telah kontak dengan cairan tubuh pasien atau
pengobatan pasien.
3) Jaringan tubuh dan specimen laboratorium
Untuk limbah padat B3 infeksius dan potensial menjadi berbahaya
dimasukkan kontainer anti bocor, antitusuk dengan lapisan kantong plastik warna
kuning untuk membedakan sampah medis dan sampah non medis.
Untuk limbah padat B3 logam tajam, benda tajam dimasukkan kedalam container
khusus (safety box biohazard

6. Pengemasan Limbah B3

1. Limbah harus diletakkan dalam wadah atau kantong sesuai kategori limbah.
2. Volume paling tinggi limbah yang dimasukkan ke dalam wadah atau kantong limbah
adalah 3/3 (tiga per empat) limbah dari volume, sebelum ditutup secara aman dan
dilakukan pengelolaan selanjutnya.
3. Penanganan limbah harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari tertusuk
benda tajam, apabila limbah benda tajam tidak dibuang dalam wadah atau kantong
limbah sesuai kelompok limbah.
4. Pemadatan atau penekanan limbah dalam wadah atau kantong limbah dengan
tangan atau kaki harus dihindari.
5. Penanganan limbah secara manual harus dihindari. Apabila hal tersebut harus
dilakukan, bagian atas kantong limbah harus tertutup dan penanganannya sejauh
mungkin dari tubuh.
6. Penggunaan wadah atau kantong limbah ganda harus dilakukan, apabila wadah
atau kantong limbah bocor, robek atau tidak tertutup sempurna.
7. Limbah medis harus dikemas dalam plastik kuning dengan diikat tunggal, aman,
rapi dan tidak ada bocor.
8. Safety box harus kering, tidak rembes / bocor dan dapat ditutup rapat, apabila
kondisi safety box sudah tidak baik maka harus dikemas ulang dengan plastik
kuning
Tata Cara Penanganan Dan Peningkatan Limbah Medis Dalam Plastik Kuning Yang Benar
Gambar 2 Penanganan Limbah

Contoh Pengemasan Yang Baik Untuk Limbah Medis Dan Medis Tajam

Gambar 3 Pengemasan Limbah

1. Limbah medis harus dikemas dalam plastik kuning dengan diikat tunggal, aman,
rapi dan tidak ada bocor.
2. Safety box harus kering, tidak rembes / bocor dan dapat ditutup rapat, apabila kondisi
safety box sudah tidak baik maka harus dikemas ulang dengan plastik kuning

CONTOH PENGEMASAN YANG TIDAK BAIK UNTUK LIMBAH MEDIS DAN MEDIS
TAJAM
Gambar 4 Pengemasan yang tidak baIK

1. Kondisi kemasan plastik sudah sobek


2. Limbah medis dikemas dalam plastik selain warna kuning
3. Limbah medis tajam tidak dikemas dalam sefaty box

7. Penyimpanan Sementara Limbah B3

Sebelum Limbah B3 dimasukkan ke dalam TPS Limbah B3 dilakukan penimbangan


dan dicatat didalam log book / catatan Limbah B3 untuk mengetahui limbah B3. Klinik
Pratama STIESIA telah memiliki Lokasi penyimpanan limbah B3 (TPS Limbah B3) yang
telah memiliki izin dan berada didalam Klinik Pratama STIESIA dengan ketentuan bebas
banjir dan tidak rawan bencana.
Peralatan penanggulangan keadaan darurat untuk TPS Limbah B3 di Klinik Pratama
STIESIA dilengkapi dengan peralatan pemadam kebakaran
Fasilitas penyimpanan limbah B3 di Klinik Pratama STIESIA memenuhi persyaratan
1. Rancang bangun sesuai dengan jenis, karakteristik dan jumlah limbah B3 yang
disimpan.
2. Luas ruang penyimpanan sesuai dengan jumlah limbah B3 yang disimpan.
3. Memiliki ventilasi untuk sirkulasi udara
4. Dilengkapi APAR
5. Sistem pencahayaan disesuaikan dengan rancang bangun tempat penyimpanan
limbah B3.
6. Lantai kedap air dan tidak brgelombang
7. Dilengkapi dengan simbol limbah B3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
8. Sesuai peraturan perundang-undangan bahwa penyimpanan limbah B3 paling lama
90 (Sembilan puluh) hari untuk limbah medis tajam dan limbah medis non tajam
sebelum diserahkan kepada pihak pengumpul atau pemanfaat atau pengolah limbah
B3. Berdasarkan hal tersebut maka penyimpanan limbah B3 dilengkapi lemari
pendingin (cold storage/freezer) dengan suhu di bawah nol derajat untuk limbah
infeksius, patologis dan tajam.
1. Pengangkutan
Jika limbah B3 yang disimpan di TPS limbah B3 sudah mencukupi atau akan habis masa
simpannya (90 hari), maka Klinik Pratama STESIA segera menyerahkan limbah B3
kepada pihak ketiga yang berizin. Klinik Pratama STIESIA bekerjasama dengan PT.
ARAH ENVIROMENTAL INDONESIA yang telah memenuhi syarat dari kementrian
Lingkungan Hidup Republik Indonesia dan dituangkan dalam perjanjian kerjasama.
Sebelum limbah B3 diangkut oleh pihak ketiga, dilakukan penimbangan disaksikan oleh
petugas klinik yang bertanggung jawab dalam penanganan limbah B3.

Perpindahan/pergerakan limbah B3 yang dilakukan oleh pihak ketiga dilengkapi


dengan dokumen manifest limbah B3. Klinik Pratama STIESIA memperoleh salinan
dokumen manifest limbah B3 sesuai yang dipersyaratkan. Untuk pengakut limbah B3,
kendaraan yang digunakan sesuai dengan rekomendasi dari KLH (Kementrian Lingkungan
Hidup).
Petigas yang menangani limbah, harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang
terdiri dari :
1. Helm
2. Masker
3. Goggles/Pelindung mata
4. Apron
5. Sepatu boot
6. Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves)

9. Penanganan Tumpahan Limbah B3 Dan Pelaporan Insiden

1. Penanganan Tumpahan Limbah B3


 Penanganan tumpahan limbah B3 adalah tindakan gawat darurat terhadap tumphan
limbah B3 yang tercecer di unit pelayanan yang menghasilkan limbah B3, area klinik dan
Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3.
 Agar upaya penanganan tumpahan B3 berjalan efektif, perlu didukung dengan penyediaan
sarana spill kit tumpahan B3. Spill kit tersebeut adalah seperangkat perlengkapan
penanganan tumpahan yang terdiri dari :
1) APD : safety gogles, masker disposable, sarung tangan disposable, apron disposable.
2) Cairan disinfektan dan handrub
3) Peralatan : adsorben (pasir, kertas, kantong plastik kuning, serokan, sapu kecil)
4) Lembar pelaporan untuk pencatatan kejadian
 Penanganan tumpahan limbah B3 Infeksius :
a) Petugas mengambil spill kit
b) Petugas memasang warning sign
c) Petugas menggunakan APD (apron, safety goggles, masker disposable, sarung
tangan)
d) Petugas menaburkan pasir disekeliling tumpahan
e) Petugas mengambil dan menyemprotkan klorin 0,5% ke area tumpahan.
f) Petugas menutup dengan kain penyerap
g) Petugas menyiapkan dua kantong plastik kuning
h) Petugas membersihkan tumpahan dengan serok
i)Petugas memasukkan serok ke kantong plastik satunya
j)Petugas menyemprotkan klorin 0,5% lagi
k) Dan menutup area bekas tumpahan dengan kain penyerap selama 2 (dua) menit
l)Petugas membersihkan sekaligus mengikat dan membuang limbah B3 di tempat
sampah infeksius
m) Petugas mengikat serok dalam kantong untuk dibersihkan
n) Petugas melepas APD mulaidari sarung tangan, safety goggles, apron dan dibuang
ke tempat sampah infeksius.
o) Petugas merapikan kembali spill kit.
p) Petugas mengepel lantai.
q) Petugas mencuci tangan setelah menggunakan spill kit.
 Pelaporan Insiden
1) Kontaminasi/paparan bahan berbahaya beracun (B3) serta limbahnya dapat menibulkan
bahaya pada manusia maupun lingkungan. Kejadian kontaminasi/tumpahan
dikategorikan sebagai kecelakaan akibat kerja sehingga perlu pelaporan (accident
report).
2) Alur pelaporan insiden sama dengan kejadian pelaporan kecelakaan akibat kerja (SOP
pelaporan kecelakaan akibat kerja di Klinik. Laporan insiden dievaluasi setiap 3 (tiga)
bulan oleh Tim K3 Klinik dan dilaporkan kepada Kepala Klinik.

10. Material Safey Data Sheet / MSDS


Material Safety Data Sheet (MSDS) atau Lembar Data Pengaman(LDP) adalah
suatu lembaran yang berisi data keamanan bahan/material berbahaya beracun. Daftar
MSDS harus disertakan ketika proses pengadaan bahan berbahaya beracun dari
perusahaan/pabrik yang mengeluarkan bahan tersebut. Lembar MSDS harus
diinventariskan di setiap unit yang mggunakan bahan berbahaya tersebut serta di Tim
Kesehatan Keselamatan Kerja Klinik dan dijadikan sebagai dasar Identifikasi Bahan
Berbahaya beracun seperti nama umum  bahan/material, bahan/material, pemasok
pemasok dan merk, kandungan kandungan bahan berbahaya, berbahaya, konsentrasi,
konsentrasi, sifat bahan, cara penyimpanan dan penanganan bahaan serta tindakan
pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan/tumpahan.

11. Spill Kit


Spill Kit adalah peralatan atau bahan – bahan yang disediakan untuk mengatasi insiden
atau kegawatdaruratan. Spill kit harus tersedia di ruangan yang melakukan tindakan medis
atau yang menyimpan bahan berbahaya dan beracun. Adapun isi dari spill kit yaitu :

Tabel 2 Kotak tumpahan B3

DAFTAR ISI

KOTAK TUMPAHAN B3

NO ISI KOTAK SPILL KIT JUMLAH KETERANGAN

1 Kantong Plastik Merah 2 buah Sekali pakai

2 Masker Medis 2 buah Sekali pakai

3 Sarung tangan 2 pasang Sekali pakai

4 Gaun/apron plastic 2 buah Sekali pakai

5 Tutup kepala 2 buah Sekali pakai

6 Sepatu Boods

7 Kacamata google 1 buah

8 Air bersih I botol Sekali pakai

9 Koran / kain lap Seperlunya Sekali pakai


10
Tanda peringatan 1 sign board

11 Sapu dan pengki 1 set

12 Formulir laporan kejadian 1 lembar

13 Wadah botol untuk pecahan kaca 1 botol Sekali pakai

14 Cloryn 1 botol

15 Penjapit /pinset 1 botol

Tabel 3 Kotak Tumpahan Bahan Infeksius

DAFTAR ISI

KOTAK TUMPAHAN BAHAN INFEKSIUS

NO ISI KOTAK SPILL KIT JUMLAH KETERANGAN

1 Kantong Kuning 2 buah Sekali pakai

2 Masker Medis 2 buah Sekali pakai

3 Sarung tangan 2 pasang Sekali pakai

4 Gaun/apron plastic 2 buah Sekali pakai

5 Tutup kepala 2 buah Sekali pakai

6 Sepatu

7 Kacamata google 1 buah

8 Air bersih I botol Sekali pakai

9 Koran / kain lap 1 box Sekali pakai

10 Tanda peringatan 1 sign board

11 Sapu dan pengki 1 set


12
Formulir laporan kejadian 1 lembar

Wadah botol untuk pecahan


13 kaca 1 botol Sekali pakai

14 Clorin 1 botol

15 Penjapit /pinset 1 botol

1) Penaganan Tumpahan :
a) Amankan area tumpahan dengan tanda/Warning sign
b) Ambil kotak Spill Kit kemudian mencuci tangan
c) Buka spill kit, pasang tanda peringatan diarea tumpahan
d) Gunakan APD (masker, sarung tangan, gaun/apron, tutup kepala, sepatu, kacamata
google)
e) Batasi penyebaran tumpahan dengan menaburkan pasir disekeliling tumpahan :
1) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk cairan, taburi pasir lalu serap dengan koran/lap
kain sekali pakai untuk menutupi tumpahan lalu masukan kedalam kantong.
2) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk serbuk, basahi koran/kain lap sekali pakai
dengan air untuk menutupi tumpahan serbuk lalu sapu dan masukan kedalam
kantong.
f) Bersihkan area tumpahan dengan cara :
a) Bersihkan material tumpahan dengan menggunakan skop atau sapu dan pengki
kecil sampai benar – benar bersih.
b) Buang bahan penyerap bahan tumpahan tadi ke dalam kantong.
c) Dekotaminasi area tumpahan dengan cloryn sebanyak 3 kali lalu semprotkan
disinfektan, biarkan selama 2 menit kemudian keringkan dengan tissue/kain lap
sekali pakai lalu buang di kantong.
d) Llakukan hal yang di atas 3 kali berturut – turut sampai benar-benar bersih.
e) Lepaskan APD dan masukan ke kantong.
f) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Anda mungkin juga menyukai