a. Pencegahan kecelakaan kerja akibat benda tajam (jarum dan sejenisnya serta cairan
tubuh infeksius)
1) Kenali Hazards/Potensi bahaya benda tajam dan sejenisnya
2) Kenali prosedur/tuindakan yang berakibat tertusuk jarum atau sejenisnya
3) Hazards lainnya
a) Pasien anak/gelisah/agresife/uncontrol
b) Petugas lainnya/diri sendiri
c) Cairan tubuh infeksius(Darah, Urine, Feses, Cairan lambung, Cairan
luka/exudates dll)
4) Mikroorganisme
a) Virus
b) Bakteri
c) Kuman
b. Pengendalian benda tajam dan sejenisnya
1) Persiapan
a) Pastikan benda tajam aman ditangan anada (tahu cara pakai)
b) Hati – hati dan jaga kosentrasi saat bekerja
c) Sesuaikan pencahayaan
d) Minta batuan staf lain jika pasien gelisah, anak atau uncontrol
e) Atur alur pembuangan jarum bekas pakai mengarah ke pelaku prosedur saat
anda jadi asisten
c. Pengendalian saat pelaksanaan
1) Jangan melakukan recapping/no recapping
2) Segera dan secepatnyabbuang jarum bekas pakai langsung ke tempat
pembuangan jarum bekas/sharp countainer
3) Jangan medelegasikan ke orang lain untuk merapikan/membuang jarum bekas
pakai
4) Kerja sesuai SOP
5) Saat tindakan dilakukan oleh petugas lain (anastesi(spinal/eidural), jahit luka,
suntik, incise luka, dll) saat jadi asisten :
a) Hindari tangan asisten secara langsung di daerah penjahitan
b) Jangan segera merapikan alat
c) Pertama saat anda akan merapikan (pastikan keberadaan/lokasi/letak dari
benda tajam yang digunakan)
d) Amankan benda tajam bekas pakai dengan segera membuang ke tempatnya
(box jarum bekas)
e) Setelah aman dari benda tajam segera rapikan sesuai prosedur.
6) Pembuangan jarum ke tempatnya
a) Hindari meletakkan jarum di tempat tidak aman, sehingga terlihat mata (missal
ditumpukan sampah didalam bengkok/piala ginjal
b) Jaga jarak aman tangan dengan lubang pembuangan box bekas saat buang
jarum bekas pakai (jarak aman >10cm)
c) Jangan paksakan membuang jarum bekas pakai, saat isi box jarum bekas penuh
d) Segera ganti box pembuangan jarum bekas jika telah mencapai isi 2/3 bagian
dari box jarum bekas
e) Dekatkan lokasi/letak box jarum bekas saat tindakan
7) Penanganan tertusuk jarum bekas dan sejenisnya digambarkan pada alur sebagai
berikut dbawah ini :
8) Prosedur penanganan korban tertusuk jarum dan sejenisnya
a) Lokasi kejadian
1) Segera isolasi benda tajam yang mengenai petugas dan ditempatkan dalam
wadah yang tahan terhadap tusukan sebagai barang bukti
2) Petugas yang terkena benda tajam harus segera melapor dan menyerahkan
barang bukti tersebut keppada Tim PPI
3) Bila tersedi fasilitas untuk melakukan pembersihan luka, segera lakukan
pembersihan luka dengan cara luka tersebut segera di cuci dengan sabun
antiseptic dan air mengalir selanjutnya diberi antiseptic local. Bila terjadi
percikan darah pada mukosa hidung dan mulut segera dibilas dengan
guyuran air, bila percikan darah mengenai mata lakukan irigasi/pencucian
mata dengan menggunakan larutan garam fisiologis (Na Cl 0,9%) atau air
steril. Sebagai catatan daerah yang terkena benda tajam tidak boleh di hisap
dengan mulut.
b) Tercemar Hepatitis B (HBsAg Positif)
1) Bila HBsAg negative dan tidak kebal, dalam waktu 24jam lakukan pemberian
HBIG (Hepatitis B Imunoglobin) dengan dosis 0.06ml/kg. dilanjutkan dengan
pemberian vaksinasi hepatititis sebanyak 3 kali
2) Bila sudah kebal, tetapi titer anti HBs <100mlU/ml, diberi booster
3) Jika Anti HBsAg positif dengan titer >100mlU/ml tidak perlu dilakukan
tindakan.
c) Tercemar Hepatitis C (HCV Positif)
1) Bila Anti HCV Positif berate petugas pernah terinfeksi virus hepatitis C
2) Lihat catatan kesehatan petugas sebelumnya, bila SGPT sring abnormal
dalam jangka waktu 6 bulan berarti petugas tersebut kemungkinan menderita
Hepatitis C menahun.
3) Bila SGPT sebelumnya normal, pantau SGPT selama 6 bulan, bila SGPT
abnormal kemungkinan terjadi penularan dan rujuk ke dokter spesialis
penyakit dalam.
d) Bila Anti HCV Negatif
1) Ulang pemeriksaan Anti HCV 3 bulan kemudian, jika hasil Anti HCV tetap
negative berate tidak terjadi penularan
2) Jika setelah 3 bulan terjadi serokovensi yaitu Anti HCV menjadi positif
lakukan pemantauan SGPT selama 6 bulan
3) Bila hasil SGPT tetap normal berarti telah terjadi penularan dan telah
sembuh
4) Jika terjadi kenaikan SGPT secara flutuatif dalam jangka waktu 6 bulan,
rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.
5) Tercemar HIV (HIV Positif)
6) Lakukan konseling berupa informasi lengkap mengenai resiko penularan
HIV kepada suami/istri, manfaat dan efek samping pemberian antiretroviral
sebagai pencegahan.
7) Bila tusukan/irisan tidak berat/ superfisial tidak perlu diberikan
pencegahan.
8) Untuk luka tusukan/irisan lebih berat/menembus kulit berikan AZT
selamam 4 minggu.
9) Untuk luka tusukan/irisan berat/menembus kulit lebih dalamn hingga keluar
darah berikan AZT + indinavir/netfinar selama 4 minggu
10) Setelah pemberian antiretronavir lakukan pemantauan hasil pemeriksaan
laboratorium setiap 3 bulan selama 1 tahun.
11) Bila pemantauan anti HIV selama 1 tahun tetap negative berarti tidak
tertular
12) Bila anti HIV positif, petugas dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam
e) Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha menyelaraskan
pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya
produktivitas dan efiensi yang setinggi – tingginya. Manusia memiliki keterbatasan dalam
melakukan adaptasi terhadapn lingkungan fisik, beban kerja fisik dan psikologis. Tanpa
penerapan konsep – konsep ergonomic ditempat kerja ternyata meningkatkan resiko
terjadinya kecelakaan akibat kerja. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam ergonomi :
1) Factor manusia
Desai rancangan kerja berpusat pada manusia atau Human Cantered Design (HCD)
yang meliputi :
a) Faktor dari dalam (Internal Faktor) umur, jenis kelamin, kekuatan aoto, bentuk dan
ukuran tubuh.
b) Faktor dari luar (External Faktor) penyakit, gizi, lingkungan kerja, sosial ekonomi,
adat istiadat
f) Anthropometri
Adalah ilmu yang mempelajari ukuran – ukurean tubuh manusia secara
sistematis. Ketidakserasian antara ukuran tubuh manusia dengan tempat kerja akan
menpengaruhi sikap tubuh saat bekerja sehingga dapat menyebabkan berbagai
gangguan musculoskeletal, mulai dari nyeri sampai cedera otot dan memperbesar resiko
untuk terjadinya kecelakaan kerja. Secara teoritis semua peralatan harus didesain untuk
mengakomodasi semua uindivindu, dari yang paling kecil sampai yang paling besar.
Pendekatan yang paling umun dilakukan adalah mendesain peralatan atau tempat kerja
untuk persentil tertentu dari populasi. Otomatis di tempat kerja tetap harus
memperhitungkan ukuran – ukuran tubuh manusia dalam rancangan tempat kerja.
Penggunaan data antrhropometri misalnya jarak, jangkauan, postur, kekuatan.
2) Pemilihan APD
Aspek – aspek lain yang diperlukan dalam pemilihan alat pelindung diri :
a) Bentuk cukup menarik
b) Dapat dipakai secara fleksibel
c) Tahan untuk pemakaian yang cukup lama dan tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berelebihan.
d) Dapat memberikan perlindungan yang ada terhadap bahaya yang spesifik yang
dihadapi oleh tenaga kerja.
e) Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi para pemakai yang disebabkan bentuk
dan bahannya tidak tepat atau salah dalam penggunannya.
3) Macam – macam APD
a) Pelayanan umum dan Gigi
1) Masker : untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat pernafasab, masker
dipasang menutup mulut dan lubang hidung dan kedua tali diikat kebelakang
dengan rapi. Digunakan pada saat menghadapi pasien yang mempunyai
kemungkinan penularan penyakit melslui udsrs dsn diri si petugas bila mengalami
flu.
2) Baju APD : untuk menghindari kontaminasi penyakit menular, dipakai sampai
menutup bagian belakang dengan rapi.
3) Sarung tangan : untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui kontak
langsung. Sarung tangan dipakai sesuai ukuran masing – masing tangan petugas.
b) Rekam medis
1) Masker : untuk melindungi terhisapnya debu ke saluran pernafasan. Masker
digunakan pada saat mengambil dan menyusun berkas.
c) Instalasi farmasi
1) Masker : untuk melindungi terhisapnya serbuk obat kesaluran pernafasan.
Masker digunakan pada saat meracik obat
2) Sarung tangan karet : untuk melindungi tangan dari obat. Sarung tangan karet
digunakan pada saat meracik obat.