Luar Negeri. Diperlukan kepedulian pengambil kebijakan, manajemen dan praktisi klinis
terhadap keselamatan pasien. Berbagai seminar, workshop, dan pelatihan banyak diadakan:
patient safety, risk management, clinical audit, patient safety indicators – dg berbagai motif.
Studi 1999 yang dilakukan oleh UGM: Prevalensi error berspektrum cukup luas: 1,8 % – 88.9
%.Error dalam pelayanan klinis umum terjadi dan berbiaya tinggi.50 % KTD disebabkan oleh
“preventable medical errors,” yang berakibat 98.000 kematian pertahun, dan menghabiskan
biaya 29 milyar dollar setahun. Error dalam pemberian obat (Medication errors) menunjukkan
proporsi yang signifikan dari kejadian tidak diharapkan (KTD) yang dapat dicegah.
Preventable medication errors berkontribusi kematian pada lebih dari 7,000 orang pertahun
pasien rawat inap dan puluhan ribu pada pasien rawat jalan. Risiko yang mungkin terjadi pada
5. Risiko financial
6. Risiko lain (yang lain, misalnya yang terkait dengan penggunaan kendaraan/alat transportasi,
e. Mampu menerapkan keselamatan pasien dan manajemen risiko dalam pelayanan klinis
BAB II
1. DEFINISI
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana Klinik Sapta Mitra membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi asesemen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
Upaya menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan Klinik Sapta Mitra dan keselamatan pasien di
2. Implementasi
STANDARTPENGELOLAAN LIMBAH
2.Alat Pelindung Diri (APD) set, terdiri dari sarung tangan, masker, kaca mata goggle (kaca mata
4.Pengendalian lingkungan.
5.Penatalaksanaan linen.
6.Kesehatan karyawan.
7.Penempatan pasien.
1. Kebersihan tangan
Kuku harus selalu terpotong pendek, tidak memakai perhiasan dan tidak boleh memakai kuku
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir harus dilakukan dengan 6 (enam) langkah pada
saat:
- Sebelum tindakan aseptis: pemasangan kateter intravena, kateter urin dan vaskuler perifer.
- Sebelum dan setelah kontak langsung dengan kulit pasien saatmerawat.
- Bila tangan beralih dari area tubuh terkontaminasi menuju area bersih, termasuk perawatan
- Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband,
tangan.
- Bila tangan tampak kotor, mengandung bahan berprotein, cairan tubuh, cuci tangan dengan
- Bila kontak dengan diduga spora, karena Alkohol, Klorhexidin, Iodofor aktifitasnya lemah
terhadap spora
Cuci tangan bisa dilakukan dengan sabun dan air mengalir atau dengan alkohol handrub.
a.Sarung tangan
b.Masker
d.Pelindung wajah
e.Gaun
f. Sepatu tertutup
Gunakan APD yang sesuai, bila ada kemungkinan terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi,
ekskresi dan bahan terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang tidak utuh, kulit utuh yang
potensial terkontaminasi
Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai ulang untuk membersihkan lingkungan (bila daur
Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh benda dan permukaan
Jangan memakai sarung tangan yang sama untuk pasien yang berbeda.
Pakailah kaca mata goggle untuk melindungi konjungtiva, mukus membran mata, hidung,
mulut selama melaksanakan prosedur dan aktifitas perawatan pasien yang berisiko terjadi
transmisi melalui partikel besar dari droplet saat kontak erat (<3 m) dari pasien saat batuk/bersin.
Pakailah selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pada pasien tidak diduga infeksi
Kenakan gaun (bersih, tidak steril ) untuk melindungi kulit, mencegah baju menjadi kotor,
Pakailah sepatu boot untuk melindungi kaki dari cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh,
Lepaskan bahan organik dariperalatan dengan bahan pembersih yang sesuai sebelum di
Tangani peralatan pasien yang terkena darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dengan benar
sehingga kulit dan mukus membran terlindungi, cegah baju terkontaminasi, cegah
Pastikan peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius telah dibersihkan dan tidak
dipakai untuk pasien lain. Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan dengan cara
tampak kotor.
Bersihkan dan desinfeksi yang benar peralatan terapi pernapasan terutama setelah dipakai
pasien infeksi saluran napas, bila perlu memakai sungkup disposable Alat makan dicuci
dengan detergen tiap setelah makan. Benda disposable dibuang ketempat sampah
4.Pengendalian lingkungan
Fasilitas kesehatan harus membuat dan melaksanakan prosedur rutin untuk pembersihan,
desinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur, peralatan disamping tempat tidur dan
pinggirannya, permukaan yang sering tersentuh dan pastikan kegiatan ini dimonitor (diawasi
Pembersihan harus mengawali desinfeksi. Benda dan permukaan tidak dapat didesinfeksi
penyakit.
Desinfeksi adalah membunuh secara fisikal dan kimiawi mikroorganisme, tidak termasuk
spora. Disinfektan yang biasa dipakai: Na Hipoklorit (Pemutih), Alkohol, komponen Fenol,
5.Kesehatan karyawan
Setiap petugas harus waspada dalam bekerja, untuk mencegah terjadinya luka/cedera saat
melakukan tindakan menggunakan jarum, scalpel dan alat tajam lain, setelah melakukan
Jangan tutup/recap jarum yang telah dipakai, memanipulasi jarum dengan tangan, menekuk
jarum, mematahkan, melepas jarum dari spuit. Buang jarum, spuit, pisau scalpel, dan peralatan
tajam habis pakai kedalam wadah tahan tusukan/safety box sebelum dibuang ke insinerator.
Pakai mouthpiece, resusitasi bag atau peralatan ventilasi lain pengganti metoda resusitasi
mulut ke mulut.
Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke bagian tubuh, selain akan menyuntik.
6.Penempatan Pasien
Bila ruang isolasi tidak memungkinkan, upayakan agar prinsip pemisahan tetap terjadi.
Infeksi
7.Hygiene respirasi /Etika batuk Mengendalikan penyebaran patogen dari pasien yang terinfeksi
untuk transmisi
kepada kontak yang tidak terlindungi. Untuk penyakit yang ditransmisikan melalui droplet besar
dan atau droplet nuklei maka etika batuk harus diterapkan kepada semua individu
dengan gejala gangguan pada saluran napas. Pasien, petugas, pengunjung dengan gejala infeksi
Menutup mulut dan hidung dengan lengan atas saat batuk atau bersin.
Pakai tisu, saputangan, masker kain/medis bila tersedia, buang ke tempat sampah (yang
Lakukan cuci tangan sesuai standar. Manajemen fasilitas kesehatan harus promosi higiene
respirasi/etika batuk:
Promosi kepada semua petugas, pasien, keluarga dengan infeksi saluran napas dengan
demam.
Edukasi petugas, pasien, keluarga, pengunjung akan pentingnya kandungan aerosol dan
sekresi dari saluran napas dalam mencegah transmisi penyakit saluran napas
8. Praktek menyuntik yang aman Pakai jarum yang steril, sekali pakai tiap kali penyuntikan
untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi. Bila memungkinkan gunakan
juga vial sekali pakai walaupun multidose. Jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil
dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien
lain