Anda di halaman 1dari 58

STANDARD PRECAUTION

IN EMERGENCY DEPARTMENT
Ristina Mirwanti
Faculty of Nursing, Universitas Padjadjaran
Emergency Department
• Angka kunjungan total IGD : tinggi
• à di Indonesia, jumlah data kunjungan ke IGD sebanyak 4.402.205 kunjungan
yang merupakan 13,3% dari total seluruh kunjungan di RSU (Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik Depkes tahun 2007, )
• Dari jumlah seluruh kunjungan IGD, terdapat 12,0% berasal dari pasien rujukan
(Harding, Almquist, dan Hashemi, 2011).

• Terjadi HCAI / HAI


• Penyakit : non infeksius & infeksius
• Healthcare- associated Infections (HAIs) /infeksi nosokomial.
• Infeksi ini tidak terbatas pada pasien saja, melainkan juga pada petugas
kesehatan yang didapat pada saat memberikan pelayanan kepada pasien.
• HAIs dapat mencakup infeksi kerja diantara staf kesehatan (Allegranzi et al.,
2011).
• HAIs merupakan penyebab umum penyakit dan kematian diantara pasien
yang dirawat di rumah sakit (Pittet et al., 2005).
• Health care-associated infections occur in 7 and 10 out of every 100 hospitalized
patients in high-income countries and low- and middle-income countries
respectively
• HAI/HCAI : central line-associated bloodstream infections, catheter-associated
urinary tract infections, and ventilator-associated pneumonia. Infections may also
occur at surgery sites, known as surgical site infections.

• https://www.cdc.gov/hai/infectiontypes.html
Mengapa pencegahan infeksi penting?
• Perkembangan penyakit serius.
• Perubahan fokus pencegahan infeksi : dulu à sekarang.
• Dampak à >> penderitaan pasien; >>disabilitas; >> resiko kematian;
>>los; >> biaya; >> beban kerja tenaga kesehatan;

Pencegahan infeksi
PATIENT SAFETY
• Patient safety is the absence of preventable harm to a patient during the
process of health care and reduction of risk of unnecessary harm associated
with health care to an acceptable minimum (WHO)
INTERNATIONAL PATIENT SAFETY
GOALS
• Goal One. Identify patients correctly.
• Goal Two. Improve effective communication.
• Goal Three. Improve the safety of high-alert medications.
• Goal Four. Ensure safe surgery.
• Goal Five. Reduce the risk of health care-associated infections.
• Goal Six. Reduce the risk of patient harm resulting from falls.
Standard Precautions
• praktik pencegahan infeksi minimum berlaku untuk semua perawatan pasien,
terlepas dari status infeksi yang masih dicurigai maupun yang telah
dikonfirmasi oleh pasien, didalam memberikan layanan kesehatan (CDC,
2015).
• untuk melindungi HealthCare Proffesionals (HCP) dan mencegah HCP
dalam menyebarkan infeksi di antara pasien (CDC, 2015)
Standard Precaution
• Hand hygiene.
• Use of personal protective equipment (e.g., gloves, masks, eyewear).
• Respiratory hygiene / cough etiquette.
• Sharps safety (engineering and work practice controls).
• Safe injection practices (i.e., aseptic technique for parenteral medications).
• Sterile instruments and devices.
• Clean and disinfected environmental surfaces.

• (https://www.cdc.gov/oralhealth/infectioncontrol/summary-infection-prevention-practices/standard-
precautions.html)
Standard precaution
• hand hygiene (kebersihan tangan), Alat Pelindung Diri (APD), dekontaminasi
peralatan perawatan pasien, kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah,
penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan petugas, penempatan pasien,
kebersihan pernapasan / etika batuk dan bersin, praktik injeksi yang aman,
dan praktik lumbal pungsi yang aman
• (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27, 2017).
Nurse
• kebersihan tangan (hand hygiene), penggunaan Alat Pelindung Diri (APD),
praktik injeksi yang aman, penanganan secara aman terhadap peralatan atau
permukaan yang berpotensi terkontaminasi di lingkungan pasien, dan
kebersihan pernapasan / etika batuk dan bersin
• (CDC, 2015)
HAND HYGIENE
Hand Hygiene
• https://www.cdc.gov/mmwr/PDF/rr/rr5116.pdf
Hand Hygiene
• Patogen penyebab HCAI à dari kulit tangan
• Tujuan : Mencegah kolonisasi dan infeksi pada pasien dan tenaga kesehatan
• Indikasi : kemungkinan transfer mikroorganisme
• 5 moments
1. before touching a patient;
2. before a clean/aseptic procedure;
3. after bodily fluid exposure risk;
4. after touching a patient;
5. after touching patient surroundings.
• Hand Rubbing & Hand washing?
WHO Guidelines on Hand Hygiene
in Health Care
• Before routine clinical work begins, remove all wrist and hand jewellery
and cover cuts and abrasions with waterproof dressings.
• Fingernails should be kept short and false nails should not be worn.
• Wash hands with soap and water whenever they are visibly dirty or visibly
soiled with blood or other bodily fluids and after using the toilet.
• When exposure to potential spore-forming pathogens is strongly suspected
or proven, including during outbreaks of Clostridium difficile, hand washing
with soap and water is the preferred method.
• Use an alcohol-based hand rub as the preferred means for routine hand
antisepsis when hands are not visibly soiled. If an alcohol-based hand rub is
not available, wash hands with soap and water.
Hand hygiene techniques

• Hand rubbing

• Hand washing à drying


PENGGUNAAN ALAT
PELINDUNG DIRI
Prinsip yang harus dipenuhi dalam
pemilihan APD:
• Harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi
(Percikan, kontak langsung maupun tidak langsung).
• Berat APD hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang
berlebihan.
• Dapat dipakai secara fleksibel (reuseable maupun disposable)
• Tidak menimbulkan bahaya tambahan.
• Tidak mudak rusak.
• Memenuhi ketentuan dari standar yang ada.
• Pemeliharaan mudah.
• Tidak membatasi gerak.
PENGGUNAAN APD
Tetapkan indikasi penggunaan APD

Cara “ memakai “dengan benar

Cara “melepas” dengan benar

Cara mengumpulkan (disposal) setelah di pakai.


Tetapkan indikasi penggunaan APD
dengan mempertimbangkan :
• A. Risiko terpapar
Alat pelindung diri digunakan oleh orang yang berisiko terpajan dengan pasien atau material infeksius seperti
tenaga kesehatan, petugas kebersihan, petugas instalasi sterilisasi , petugas laundri dan petugas ambulans di
Fasyankes.
• B. Dinamikatransmisi.
• Transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet dan kontak.
• APD yang digunakan antara lain :
• a) Gaun/gown,
• b) Sarung tangan,
• c) Masker N95/bedah,
• d) Pelindungkepala
• e) Pelindungmata(goggles)
• f) Sepatu pelindung
• Catatan: APD di atas bisa ditambah dengan penggunaan pelindung wajah (face shield)
• Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu terjadinya aerosol seperti intubasi
trakea, ventilasi non invasive, trakeostomi, resusitasi jantung paru, ventilasi manual sebelum
intubasi, nebulasi dan bronskopi, pemeriksaan gigi seperti scaler ultrasonic dan high-speed air
driven, pemeriksaan hidung dan tenggorokan, pengambilan swab.

APD yang digunakan antara lain:
• a) Gaun/gown,
• b) Sarung tangan,
• c) Masker N95,
• d) Pelindung kepala,
• e) Pelindung mata(goggles)
• f) Pelindung wajah (face shield)
• g) Sepatu pelindung
• Catatan: APD di atas bisa ditambah dengan penggunaan apron,
1. Mengenakan sarung tangan untuk kontak potensial dengan darah, cairan tubuh,
selaput lendir, kulit tidak utuh atau peralatan yang terkontaminasi
• Tidak memakai sarung tangan yang sama untuk merawat lebih dari satu pasien
• Tidak mencuci sarung tangan untuk tujuan penggunaan kembali
• Melakukan kebersihan tangan segera setelah melepas sarung tangan
2. Mengenakan gaun untuk melindungi kulit dan pakaian selama prosedur atau
aktivitas dimana kontak dengan cairan darah atau cairan tubuh diantisipasi
• Tidak memakai gaun yang sama untuk merawat lebih dari satu pasien
3. Mengenakan pelindung mulut, hidung dan mata selama prosedur yang cenderung
menimbulkan percikan atau semprotan darah atau cairan tubuh lainnya
4. Memakai masker bedah saat menempatkan kateter atau bahan suntik ke dalam ruang
epidural atau subdural
5. Melepaskan atau membuang APD sebelum meninggalkan kamar atau area pasien
The use of personal protective
equipment
• gowns, gloves, aprons, eye protection, shoe covers and face masks.

• based on an assessment of the risk of the transmission of a microorganism


from a patient to a caregiver and vice versa.
Gloves
• The types of gloves include: surgical gloves; single-use examination
gloves; utility; or heavy-duty household gloves.
• indikasi utama untuk memakai sarung tangan dalam pengaturan klinis: yakni
melindungi tangan dari kontaminasi dengan bahan organik dan
mikroorganisme dan mengurangi risiko penularan mikroorganisme kepada
pasien, Staf dan lain-lain.
Gloves
• prosedur invasif, kontak dengan pasien yang membutuhkan kondisi steril,
dan kontak dengan kulit yang luka atau selaput lendir, serta kegiatan yang ada
risiko paparan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi (kecuali keringat) ,
dan / atau aktivitas yang melibatkan benda tajam yang terkontaminasi.
• kontak dengan pasien yang diketahui terpapar atau terinfeksi patogen yang
dapat menular melalui kontak fisik langsung
Informasi Penggunaan Sarung Tangan
• Penggunaan sarung tangan tidak menggantikan kebutuhan untuk kebersihan
tangan dengan baik seperti menggosok tangan atau mencuci tangan
• Sarung tangan dipakai untuk mengantisipasi kontak dengan darah atau bahan
yang berpotensi menular lainnya seperti mukosa, atau kulit yang terluka.
• Lepas sarung tangan setelah merawat pasien.
• Jangan memakai sepasang sarung tangan yang sama untuk merawat lebih dari
satu pasien.
• Saat mengenakan sarung tangan, lepas sarung tangan selama perawatan
pasien dimana Anda melakukan prosedur pada satu bagian tubuh yang
terkontaminasi dan pada bagian tubuh lain yang tidak terkontaminasi
(termasuk kulit yang terluka, selaput lendir atau perangkat medis)
• Penggunaan kembalisarung tangantidak dianjurkan. Dalam kasuspenggunaan
kembalisarung tangan, terapkan metodepengolahanyang paling aman.
Baju dan Masker Wajah
• memakai celemek plastik sekali pakai ketika melakukan kontak erat dengan
pasien, bahan atau peralatan, atau ketika ada risiko pakaian terkontaminasi;
• membuang celemek plastik setelah melakukan rangkaian perawatan atau
prosedur. Pakaian pelindung non-sekali pakai harus dicuci;
• memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuh, baju anti cairan ketika ada
risiko percikan darah, cairan tubuh, sekresi atau ekskresi, kecuali keringat.
Dalam situasi di mana percikan darah atau cairan terpapar (misalnya di ruang
kerja saat melahirkan), sepatu juga harus dikenakan;
• masker wajah dan pelindung mata harus dipakai bila ada risiko darah, cairan
tubuh, sekresi dan / atau ekskresi terpercik ke wajah dan mata.
LEVEL 3

LEVEL 2

LEVEL 1
LEVEL 1 – DOKTER DAN PERAWAT
Tempat Praktik Umum dan - Masker bedah 3 ply - Sarung tangan karet sekali pakai
kegiatan yang tidak
menimbulkan aerosol

Triase pra- pemeriksaan, bagian - Masker bedah bedah 3 ply


rawat jalan umum - Sarung tangan karet sekali pakai
LEVEL 2 – DOKTER DAN PERAWAT
Ruang poliklinik, pemeriksaan pasien dengan - Masker bedah 3 ply - Gown (pada resiko
gejala infeksi pernapasan percikan cairan tubuh) - Sarung tangan karet
sekali pakai
- Pelindung mata (pada resiko percikan cairan
tubuh)

Ruang perawatan pasien - Masker bedah 3 ply - Gown


- Sarung tangan karet sekali pakai
- Pelindung mata / Face shield

Pengambilan sample nonpernapasan - Masker bedah


- Gown
- Pelindung mata (pada resiko percikan cairan
sampel)
- Sarung tangan karet sekali pakai
LEVEL 3 – DOKTER DAN PERAWAT
Ruang prosedur dan
tindakan operasi pada
- Masker N95 atau ekuivalen
- Gown allcover
pasien dengan kecurigaan - Boots
atau sudah terkonfirmasi - Pelindung mata / Face shield
COVID-19 - Sarung tangan bedah karet steril sekali pakai - Headcap
- Apron

Kegiatan yang menimbulkan - Masker N95 atau ekuivalen


aerosol pada pasien kecurigaan - Gown allcover
atau sudah terkonfirmasi - Pelindung mata / Face shield
COVID-19 - Sarung tangan karet steril sekali pakai
- Headcap
- Apron

Pengambilan sample - Masker N95 atau ekuivalen


pernapasan (swab nasofaring - Gown allcover
dan orofaring) - Boots
- Pelindung mata / Face shield
- Sarung tangan karet steril sekali pakai
ETIKA BATUK
Steps in respiratory hygiene/cough
etiquette
• menutupi hidung / mulut saat batuk atau bersin;
• menggunakan tisu untuk menahan sekresi pernapasan;
• membuang tisu di wadah sampah terdekat setelah digunakan;
• jika tidak ada tisu yang tersedia, tutupi batuk dan bersi dengan siku bagian
dalam bukan tangan;
• Melakukan praaktik membersihkan tangan setelah kontak dengan sekret
pernapasan dan terkontaminasi benda / bahan.
PRAKTIK INJEKSI YANG
AMAN
• Menerapkan aseptic technique untuk mencegah kontaminasi alat-alat injeksi
• Menggunakan alat suntik satu kali pakai untuk satu pasien dan satu prosedur
• Menggunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk satu kali (NaCl, WFI, dll)
• Menggunakan single dose untuk obat injeksi (bila memungkinkan)
• Tidak memberikan obat-obat single dose kepada lebih dari satu pasien atau
mencampur obat-obat sisa dari vial/ampul untuk pemberian berikutnya
• Semua alat yang digunakan harus steril apabila memberikan obat-obat multi
dose
• Menyimpan obat-obat multi dose sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
yang membuat
The safe use and disposal of sharps
• Menggunakan benda tajam seminimal mungkin;
• Menutup needle spuit dengan satu tangan
• tidak menggunakan kembali, membengkokkan atau mematahkan jarum
setelah digunakan;
• membuang setiap jarum langsung ke 'wadah benda tajam (kotak khusus
pembuangan benda tajam) segera setelah digunakan.
• tidak membuat overload tempat sampah benda tajam jika penuh;
• tidak meninggalkan tempat sampah benda tajam di mana anak-anak dapat
mencapainya;
• jarum yang dikumpulkan dari pasien harus ditempatkan dalam wadah benda
tajam di dalam kotak aman untuk meminimalkan risiko pada apoteker;
• selalu melaporkan cedera penggunaan jarum suntik sesuai dengan kebijakan
lokal.
PENANGANAN SECARA AMAN TERHADAP
PERALATAN ATAU PERMUKAAN YANG DAPAT
BERPOTENSI TERKONTAMINASI DI
LINGKUNGAN PASIEN
• Merendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau enzyme lalu dibersihkan
dengan menggunakan spons sebelum dilakukan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau
sterilisasi.
• Peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius harus didekontaminasi terlebih dulu
sebelum digunakan untuk pasien lainnya.
• Memastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan sesuai prinsip pembuangan
sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga berlaku untuk alat yang dipakai berulang, jika
akan dibuang.
• Untuk alat bekas pakai yang akan di pakai ulang, setelah dibersihkan dengan menggunakan
spons, di DTT dengan klorin 0,5% selama 10 menit.
• Peralatan nonkritikal yang terkontaminasi, dapat didisinfeksi menggunakan alkohol 70%.
Peralatan semikritikal didisinfeksi atau disterilisasi, sedangkan peralatan kritikal harus
didisinfeksi dan disterilisasi.
• Untuk peralatan yang besar seperti USG dan X-Ray, dapat didekontaminasi permukaannya
setelah digunakan di ruangan isolasi.
What students need to do
• Mewaspadai standar praktik, termasuk kebersihan tangan,
• Mendapat imunisasi hepatitis B;
• Tahu apa yang harus dilakukan jika mereka mengalami cedera benda tajam
atau terkena cairan darah atau cairan tubuh, atau mendapat eksposur lain
potensial dari patogen,
• Mengambil tindakan pencegahan yang tepat ketika mereka sendiri sakit untuk
terhindar dari menginfeksi pasien dan / atau mencemari lingkungan kerja;
• Bertindak sebagai model peran bagi praktik klinis yang baik dan keselamatan
pasien dan mendorong orang lain untuk menggunakan tindakan pencegahan
yang tepat;
• Mahir dalam penggunaan metode sterilisasi peralatan dan teknologi yang
beragam

Anda mungkin juga menyukai