Anda di halaman 1dari 11

K3 DALAM KEDOKTERAN GIGI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mahasiswa Semester 5 Modul 531

TIM PENYUSUN

KELOMPOK A

PARALEL 2

NIM 040001500101 - 040001500118

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

2017
TIM PENYUSUN

KLARA ANGELINA CARISA 040001500101

LAURENTIUS GIOVANNI 040001500102

LEO ALBERTO PORJO 040001500103

LINDA PRATIWI 040001500104

LIVIA ALVITA 040001500105

MAHARANI ZAHRO ZAFIRAH 040001500106

MARIA EMILLY DAVANTI LUMOINDONG 040001500107

MARIA ROSARO CINTIA MELLA 040001500108

MARISKA SLAMETIANI 040001500109

MARY LAURENTIA SANTOSO 040001500110

MEILISA HENDIANTI 040001500111

MELISA VIANTINI 040001500112

MICHAEL BUDIMAN 040001500113

MICHAEL MALVIN WITARSA 040001500114

MICHAEL WILLIAM HANDOKO 040001500115

MUHAMAD RIZKY LESMANA 040001500116

MUTIARA RISA ANGGRIANI 040001500117

NADHIVA RAMADHANI FADRUZIL 040001500118


STANDAR PRECAUTION
Standar precaution adalah prosedur pencegahan penyebaran infeksi yang
mengacu pada standar yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and
Prevention (CDC). Objek yang dijadikan perhatian adalah : darah, cairan tubuh,
sekresi, ekskresi (kecuali keringat), kulit yang terbuka dan membran mukosa.
Standard Precautions: Merupakan kewaspadaan lapis pertama, kombinasi
antara Universal Precautions (UP) dan Body Substance Isolations (BSI) yang
bertujuan menurunkan resiko penularan dari infeksi yang sudah atau belum
diketahui dan diperlukan untuk semua pasien apapun diagnosanya, yang sudah
diketahui termasuk penyakit infeksi, ditujukan pada darah, semua cairan tubuh,
sekresi dan ekskresi (kecuali keringat), baik yang nyata bercampur darah maupun
tidak, baik kulit yang terluka dan membran mukosa.
Kewaspadaan standar diberlakukan terhadap semua pasien, tidak tergantung
terinfeksi/kolonisasi. Kewaspadaan standar disusun untuk mencegah kontaminasi
silang sebelum diagnosis diketahui dan beberapa merupakan praktek rutin,
meliputi:
1. Kebersihan tangan/Handhygiene
2. Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle (kaca mata
pelindung), face shield (pelindungwajah), gaun
3. Peralatan perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
6. Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan
7. Penempatan pasien
8. Hyangiene respirasi/Etika batuk
9. Praktek menyuntik yang aman
10. Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal pungsi
Standard Kewaspadaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan
membran mukosa
3. Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkin
memercik
4. Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air
5. Tangani jarum dan benda tajam dengan aman
6. Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air
7. Proses instrumen dengan benar
8. Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan
seksama
9. Buang sampah terkontaminasi dengan aman

Prosedur pencegahan infeksi


1. Cuci tangan
Cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang penting. Cuci tangan harus
dilakukan dengan benar , sebelum melakukan tindakan.
Sarana untuk cuci tangan :
a. Air mengalir
b. Sabun dan detergan
c. Larutan anti septic

2. Alat pelindung diri (APD)


Adalah peralatan yang dirancang untuk melindungi pekerja dari kecalakaan atau
penyakit yang serius ditempat kerja akibat kontak dengan potensi bahaya. Jenis
pelindung APD antara lain : sarung tangan,masker (pelindung wajah), kacamata
(pelindung mata), penutup kepala (kap), gaun pelindung, alas kaki (pelindung
kaki).

3. Pengelolaan alat bekas pakai


Bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan, atau untuk
menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai. Penatalaksanaan
pengelolaan alat bekas pakai melalui 4 tahap kegiatan yaitu : dekontaminasi,
pencucian, sterilisasi atau DTT, dan penyimpanan.
4. Pengelolaan alat tajam
Penyebab utama HIV adalah terjadinya kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
atau alat tajam yang tercemar. Membuang benda tajam:
1. Buang jarum dan spuit segera setelah digunakan diwadah benda tajam yang
tahan tusukan
2. Jangan isi wadah melebihi ketinggian tiga perempat penuh
3. Insinerasi wadah pembuang benda tajam

5. Pengelolaan limbah
Limbah rumah sakit atau di pelayanan kesehatan adalah limbah yang dihasilkan
oleh seluruh kegiatan rumah sakit dan limbah yang terbanyak adalah limbah
infeksium yang memerlukan penerangan khusus.

6. Dalam Universal Precaution Tidak direkomendasikan


a. Sterilisasi panas kering karena tergantung listrik & waktu yang lama
b. Sterilisasi kimia karena waktu yang lama & glutaraldehid-beracun
c. Merebus instrument karena merupakan bentuk dari DTT
d. Menyimpan instrumen dalam antiseptik cair karena tidak efektif
e. Membakar instrument tidak efektif

PENCEGAHAN HIV DALAM KONDISI DARURAT

Penyuntikan yang aman


1. Minimalkan kebutuhan menangani jarum dan spuit
2. Gunakan spuit dan jarum steril sekali pakai untuk setiap penyuntikan
3. Tangani spuit dan jarum dengan aman
4. Tata ruang kerja untuk mengurangi risiko cedera
5. Gunakan vial dosis tunggal sebagai ganti vial multi dosis
6. Jika vial adalah untuk multi dosis, hindari meninggalkan jarum di karet penutup
vial
7. Setelah dibuka, simpan vial multi dosis di kulkas
8. Jangan menutup kembali jarum
9. Posisikan dan peringatkan pasien dengan benar untuk penyuntikan
10. Praktekkan pembuangan limbah tajam medis yang aman

PERBEDAAN UNIVERSAL PRECAUTIONS DAN STANDARD


PRECAUTIONS
A. Pengertian
Universal Precaution (Kewaspadaan universal) adalah langkah sederhana
pencegahan infeksi yang mengurangi resiko penularan dari patogen yang
ditularkan melalui darah atau cairan tubuh diantara pasien dan pekerja
kesehatan.

Universal precautions (Kewaspadaan Universal) merujuk pada praktek, dalam


kedokteran, menghindari kontak dengan cairan tubuh pasien, dengan cara
pemakaian barang seperti sarung tangan medis, kacamata, dan perisai wajah.
Praktek ini diperkenalkan pada 1985-88. Pada tahun 1987, praktek Universal
precautions telah disesuaikan dengan seperangkat aturan yang dikenal sebagai
isolasi zat tubuh. Pada tahun 1996, kedua praktik tersebut diganti dengan
pendekatan terbaru yang dikenal sebagai kewaspadaan standar (perawatan
kesehatan). Saat ini dan di isolasi, praktek Universal precautions memiliki
makna sejarah.

B. Sejarah pentingnya Universal precautions


Di bawah Universal precautions semua pasien dianggap pembawa
kemungkinan patogen melalui darah. Pedoman yang direkomendasikan
memakai sarung tangan ketika mengambil atau penanganan darah dan cairan
tubuh yang terkontaminasi dengan darah, memakai perisai hadapi ketika ada
bahaya percikan darah pada selaput lendir dan membuang semua jarum dan
benda tajam dalam wadah tahan tusukan.
Universal precautions dirancang untuk dokter, perawat, pasien, dan pekerja
perawatan kesehatan dukungan yang diperlukan untuk datang ke dalam kontak
dengan pasien atau cairan tubuh. Ini termasuk staf dan orang lain yang
mungkin tidak datang ke dalam kontak langsung dengan pasien.

C. Penggunaan
Universal precautions yang biasanya dilakukan dalam lingkungan di mana
para pekerja terkena cairan tubuh, seperti:
1. Darah
2. Semen
3. Sekresi vagina
4. synovial cairan
5. cairan ketuban
6. Cerebrospinal cairan
7. cairan pleura
8. peritoneal cairan
9. perikardial cairan

Cairan Tubuh yang tidak memerlukan tindakan pencegahan seperti:


1. Tinja
2. Nasal sekresi
3. Urine
4. Muntahan
5. Keringat
6. Dahak
7. Air liur

Universal precautions adalah teknik pengendalian infeksi yang dianjurkan


mengikuti wabah AIDS di tahun 1980-an. Setiap pasien diperlakukan sebagai
jika tindakan pencegahan terinfeksi dan karena itu dilakukan untuk
meminimalkan risiko.
Pada dasarnya, Universal precautions kebiasaan kebersihan yang baik, seperti
mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan dan hambatan lainnya,
penanganan yang tepat pada jarum suntik dan pisau bedah, dan teknik aseptik.
Peralatan
Pakaian pelindung seperti:
1. Gaun
2. Sarung tangan
3. Eyewear (kacamata)
4. Perisai wajah

D. Tambahan tindakan pencegahan


Pencegahan tambahan digunakan selain untuk kewaspadaan universal untuk
pasien yang diketahui atau diduga memiliki kondisi menular, dan bervariasi
tergantung pada pengendalian infeksi diperlukan pasien tersebut. Tindakan
pencegahan tambahan tidak diperlukan untuk infeksi melalui darah, kecuali
ada komplikasi. Kondisi menunjukkan tindakan pencegahan tambahan:
1. Prion penyakit (misalnya, penyakit Creutzfeldt-Jakob)
2. Penyakit dengan transmisi udara ditanggung (misalnya, TBC)
3. Penyakit dengan transmisi tetesan (misalnya, gondok, rubella, influenza,
pertusis)
4. Transmisi melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan kulit
kering (misalnya, kolonisasi dengan MRSA) atau permukaan yang
terkontaminasi atau kombinasi di atas.
ETIOLOGI
HEPATITIS B : HAV (Hepatitis A Virus) dari genus Heparnavirus
HEPATITIS C : Hepatitis C HCV (Hepatitis C Virus) dari genus
Hepacivirus
HIV/AIDS: infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dari genus
Lentivirus
CARA PENULARAN HEPATITIS
Hepatitis B
Penularan vertikal 95% saat persalinan, 5% intra uterina
Penularan horizontal transfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau
cukur, tatto, transplantasi organ.

Hepatitis C
melalui darah dan cairan tubuh, jarum suntik, transplantasi organ,
kecelakaan kerja (petugas kesehatan), hubungan seksual.

HIV/AIDS
hubungan seksual, cairan tubuh,transfusi darah, ASI, pemakaian jarum
suntikan yang sudah terkontaminasi

MASA INKUBASI
Masa inkubasi merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala.
Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini
tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar
dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi ini
MASA INKUBASI HEPATITIS
HEPATITIS B: berlangsung selama 4 minggu-5 bulan dengan rata-rata 84
hari
HEPATITIS C: berlangsung selama 5-12 minggu dengan rata-rata 60 hari
MASA INKUBASI HIV/AIDS
INFEKSI AKUT
Beberapa minggu pertama setelah terinfeksi HIV disebut masa infeksi
akut. Sistem kekebalan dalam tubuh belum siap untuk virus
WINDOW PERIOD
adalah rentang waktu antara paparan terhadap virus HIV dengan waktu
dimana pemeriksaan penunjang dapat mendeteksi virus HIV
ASIMPTOMATIK
Masa ini dapat berlangsung 6 bulan-10 tahun. Pada masa ini, penderita
secara fisik mungkin kelihatan normal atau hanya sakit ringan yang umum
SIMPTOMATIK
Sistem kekebalan menjadi semakin menurun
AIDS
Tubuh penderita kemudian memasuki tahap AIDS. Kondisi penderita akan
semakin lemah akibat berbagai penyakit yang tidak dapat dilawan oleh
sistem kekebalan tubuhnya

VAKSIN HEPATITIS
Vaksinasi merupakan pencegahan primer untuk mencegah hepatitis.
Vaksin hepatitis dilakukan 3x dalam jangka waktu 6 bulan.
Vaksin ini berisi HbsAg, yaitu suatu protein virus hepatitis B yang dapat
merangsang pembentukan kekebalan tubuh terhadap virus hepatitis B
(vaksinasi aktif).
Lakukan pemeriksaan laboratorium dan follow up sebelum melakukan
vaksin hepapatis
Vaksin dulu sebelum masuk klinik
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dhs.wisconsin.gov/ic/precautions.htm

http://elkiu.blogspot.co.id/2009/01/standard-precaution.html

https://rebanas.com/kamus/kesehatan/standard-precautions

https://ansharcaniago.wordpress.com/2013/04/14/pencegahan-dan-pengendalian-
infeksi-terkait-pelayanan-kesehatan-di-lahan-praktik/

http://curhatnisa.blogspot.co.id/2011/05/universal-precaution.html

http://curhatnisa.blogspot.co.id/2011/05/universal-precaution.html

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim-6663-3-
babii.pdf

https://www.cdc.gov/hiv/basics/pep.html

Anda mungkin juga menyukai