Anda di halaman 1dari 27

UNIVERSAL PRECAUTION

SEBAGAI

PENGENDALIAN INFEKSI
EPTI YORITA, SST, MPH
Universal Precaution (Kewaspadaan universal)
adalah langkah sederhana pencegahan infeksi
yang mengurangi resiko penularan dari patogen
yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh
diantara pasien dan pekerja kesehatan.

Universal precautions (Kewaspadaan Universal)


merujuk pada praktek, dalam kedokteran,
menghindari kontak dengan cairan tubuh
pasien, dengan cara pemakaian barang seperti
sarung tangan medis, kacamata, dan perisai
wajah.
Di bawah Universal precautions semua pasien
dianggap pembawa kemungkinan patogen
melalui darah.

Pedoman yang direkomendasikan memakai


sarung tangan ketika mengambil atau
penanganan darah dan cairan tubuh yang
terkontaminasi dengan darah, memakai perisai
hadapi ketika ada bahaya percikan darah pada
selaput lendir dan membuang semua jarum
dan benda tajam dalam wadah tahan tusukan.
Universal precautions dirancang untuk
dokter, bidan perawat, pasien, dan pekerja
perawatan kesehatan dukungan yang
diperlukan untuk datang ke dalam kontak
dengan pasien atau cairan tubuh.
Ini termasuk staf dan orang lain yang
mungkin tidak datang ke dalam kontak
langsung dengan pasien
Penggunaan

Universal precautions yang biasanya dilakukan


dalam lingkungan di mana para pekerja terkena
cairan tubuh, seperti:
1. Darah
2. Semen
3. Sekresi vagina
4. synovial cairan
5. cairan ketuban
6. Cerebrospinal cairan
7. cairan pleura
8. peritoneal cairan
9. perikardial cairan
Universal precautions adalah teknik pengendalian infeksi
yang dianjurkan mengikuti wabah AIDS di tahun 1980-an.

Setiap pasien diperlakukan sebagai orang yang terinfeksi


oleh karena itu tindakan pencegahan terinfeksi dilakukan
untuk meminimalkan risiko.

Pada dasarnya, Universal precautions kebiasaan kebersihan


yang baik, seperti mencuci tangan dan penggunaan sarung
tangan dan hambatan lainnya, penanganan yang tepat pada
jarum suntik dan pisau bedah, dan teknik aseptik.
Peralatan
Pakaian pelindung seperti:
1. Gaun
2. Sarung tangan
3. Eyewear (kacamata)
4. Perisai wajah

D. Tambahan tindakan pencegahan


Pencegahan tambahan digunakan selain untuk
kewaspadaan universal untuk pasien yang diketahui
atau diduga memiliki kondisi menular, dan bervariasi
tergantung pada pengendalian infeksi diperlukan
pasien tersebut. Tindakan pencegahan tambahan
tidak diperlukan untuk infeksi melalui darah, kecuali
ada komplikasi.
Kondisi menunjukkan tindakan pencegahan
tambahan:

1. Penyakit dengan transmisi udara (misalnya,


TBC)
2. Penyakit dengan transmisi tetesan (misalnya,
gondok, rubella, influenza, pertusis)
3. Transmisi melalui kontak langsung maupun
tidak langsung dengan kulit kering (misalnya,
kolonisasi dengan MRSA) atau permukaan yang
terkontaminasi atau kombinasi di atas.
Standard Kewaspadaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh,
kulit tak utuh dan membran mukosa
3. Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau
cairan tubuh mungkin memercik
4. Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air
5. Tangani jarum dan benda tajam dengan aman
6. Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan
tusukan dan tahan air
7. Proses instrumen dengan benar
8. Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain
segera dan dengan seksama
9. Buang sampah terkontaminasi dengan aman
Prosedur pencegahan infeksi
1. Cuci tangan
Cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang penting. Cuci tangan harus
dilakukan dengan benar , sebelum melakukan tindakan.
Sarana untuk cuci tangan :
a. Air mengalir
b. Sabun dan detergan
c. Larutan anti septic

2. Alat pelindung diri (APD)


Adalah peralatan yang dirancang untuk melindungi pekerja dari kecalakaan
atau penyakit yang serius ditempat kerja akibat kontak dengan potensi
bahaya. Jenis pelindung APD antara lain : sarung tangan,masker (pelindung
wajah), kacamata (pelindung mata), penutup kepala (kap), gaun pelindung,
alas kaki (pelindung kaki).

3. Pengelolaan alat bekas pakai


Bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan, atau
untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai.
Penatalaksanaan pengelolaan alat bekas pakai melalui 4 tahap kegiatan yaitu
: dekontaminasi, pencucian, sterilisasi atau DTT, dan penyimpanan.
4. Pengelolaan alat tajam

Penyebab utama HIV adalah terjadinya kecelakaan kerja


seperti tertusuk jarum atau alat tajam yang tercemar.

Membuang benda tajam


a. Buang jarum dan spuit segera setelah digunakan diwadah
benda tajam yang tahan tusukan
b. Isi wadah Jangan melebihi ketinggian tiga perempat penuh

c. Insinerasi wadah pembuang benda tajam

5. Pengelolaan limbah
Limbah rumah sakit atau di pelayanan kesehatan adalah
limbah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan rumah sakit
dan limbah yang terbanyak adalah limbah infeksium yang
memerlukan penerangan khusus.
Dalam Universal Precaution Tidak
direkomendasikan:

Sterilisasi panas kering karena tergantung listrik &


waktu yang lama
Sterilisasi kimia karena waktu yang lama &
glutaraldehid-beracun
Merebus instrument karena merupakan bentuk
dari DTT
Menyimpan instrumen dalam antiseptik cair karena
tidak efektif
“Membakar” instrument tidak efektif
Pencegahan HIV Dalam Kondisi Darurat

Penyuntikan yang aman

1. Minimalkan kebutuhan menangani jarum dan spuit


2. Gunakan spuit dan jarum steril sekali pakai untuk setiap penyuntikan
3. Tangani spuit dan jarum dengan aman
4. Tata ruang kerja untuk mengurangi risiko cedera
5. Gunakan vial dosis tunggal sebagai ganti vial multi dosis
6. Jika vial adalah untuk multi dosis, hindari meninggalkan jarum di karet
penutup vial
7. Setelah dibuka, simpan vial multi dosis di kulkas
8. Jangan menutup kembali jarum
9. Posisikan dan peringatkan pasien dengan benar untuk penyuntikan
10. Praktekkan pembuangan limbah tajam medis yang aman
1. Luka akibat jarum atau benda tajam yang sudah
dipakai dan kulit terluka
a. Jangan dipijat atau digosok
b. Segera cuci dengan air dan sabun atau cairan
chlorhexidine gluconate
c. Jangan gunakan cairan yang keras. Pemutih atau
yodium akan mengiritasi luka

2. Percikan darah atau cairan tubuh pada kulit yang luka


a. Cuci segera. Jangan gunakan desinfektan yang kuat
3. Percikan pada mata
a. Airi mata segera dengan air atau normal saline
b. Miringkan kepala ke belakang dan minta teman
menuangkan air atau normal saline
c. Jangan gunakan sabun atau desinfektan pada mata
5. Percikan pada mulut
a. Ludahkan segera
b. Basuh mulut dengan menyeluruh menggunakan air atau
saline. Ulang beberapa kali
c. Jangan gunakan sabun atau desinfektan pada mulut
d. Laporkan kejadiaan.

6. Memastikan transfusi darah aman dan rasional


Mengumpulkan darah hanya dari Donor sukarela yang tidak
dibayar dengan risiko rendah terkena infeksi yang ditularkan
lewat transfusi (TTI) dan kriteria donor darah yang ketat
Memeriksa semua darah yang didonorkan untuk TTI, golongan
darah dan kompatibilitas;
Pemakaian darah yang sesuai secara klinis dan pemakaian
alternatif dan obat untuk meminimalkan transfusi yang tidak
perlu
Praktek Transfusi aman di tempat tidur dan pembuangan
kantung, jarum dan tabung darah yang aman.
Penanganan Sampah Secara Medis

 Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau di


buang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun
proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi,
bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif
karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau
membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.

 Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau


tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam
pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat
dalam pembikinan manufktur atau materi berkelebihan
atau ditolak atau buangan (Kementerian Lingkungan
Hidup, 2005).
Menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia yang disebut sebagai sampah
medis adalah berbagai jenis buangan yang
dihasilkan rumah sakit dan unit-unit
pelayanan kesehatan yang dapat
membahayakan dan menimbulkan gangguan
kesehataan bagi manusia, yakni pasien
maupun masyarakat.
JENIS SAMPAH MEDIS
1 Sampah Benda Tajam
Sampah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum
hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.
Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang mungkin terkontaminasi
oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.
2. Sampah Infeksius
Sampah infeksius merupakan limbah yang dicurigai mengandung bahan pathogen.
Sampah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan
isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan
pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi
penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah
mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang
terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah pembedahan,
limbah unit dialisis dan peralatan terkontaminasi (medical wast).

3.
3. Sampah Jaringan Tubuh (Patologis)
Sampah jaringan tubuh meliputi jaringan
tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah
dan cairan tubuh lain yang dibuang saat
pembedahan dan autopsi. Sampah jaringan
tubuh tidak memerlukan pengesahan
penguburan dan hendaknya dikemas khusus,
diberi label dan dibuang ke incinerator.
4. Sampah Citotoksik
Sampah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi
atau mungkin terkontaminasi obat citotoksik selama
peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
citotoksik. Sampah yang terdapat sampah citotoksik
didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan
suhu diatas 1000°C.

5. Sampah Farmasi
Sampah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa,
obat-obatan yang terbuang karena batch tidak
memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-
obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien,
obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak
diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan.
6. Sampah Kimia
Sampah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam
tindakan medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi
dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan
limbah citotoksik.
7. Limbah Radio Aktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi
dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis
atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari
tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan
bakteriologis yang daapt berupa padat, cair dan gas.
8. Sampah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh
klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain
seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik
dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
PENGARUH SAMPAH TERHADAP KESEHATAN
a.                  Efek langsung : efek yang disebabkan karena kontak
langsung dengan sampah, misalnya : sampah beracun ; sampah
yang korosif terhadap tubuh yang karsinogenik, teragonik, sampah
yang mengandung kuman pathogen (berasal dari sampah rumah
tangga dan industri).

b.         Efek tidak langsung : dapat dirasakan masyarakat akibat


proses : pembusukan, pembakaran, pembuangan sampah secara
sembarangan, penyakit bawaan vector yang berkembang biak
didalam sampah ( lalat dan tikus).
 
PRINSIP PENANGANAN SAMPAH
 
a.  Reduce (Mengurangi)
b.  Reuse (Memakai kembali)
c.  Recycle (Mendaur ulang)
d.  Replace ( Mengganti)
KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH

Penimbunan ( Pemisahan Dan Pengurangan )

Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya


merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya
harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan
dan penampungan sampah, pengurangan volume
dengan perlakuan pemisahan limbah B3 (bahan
berbahaya dan beracun seperti baterai bekas, bekas
toner, dan sebagainya), dan non B3 serta menghindari
penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan
pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah
untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.
Penampungan
 Penampungan sampah ini merupakan wadah yang memiliki

sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari


sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload.

 Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan


perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti
dengan menggunakan kantong yang bermacam warna
seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no.
986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning
dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius,
kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk
limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol
radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna
hitam dengan tulisan “domestik”.
Pengangkutan
 Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu

pengangkutan intenal dan eksternal.


Pengangkutan internal berawal dari titik
penampungan awal ke tempat pembuangan
atau ke incinerator (pengolahan on-site).
Pengolahan dan Pembuangan
 Metode yang digunakan untuk mengolah dan

membuang sampah medis tergantung pada


faktor-faktor khusus yang sesuai dengan
institusi yang berkaitan dengan peraturan
yang berlaku dan aspek lingkungan yang
berpengaruh terhadap masyarakat.
Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) adalah :

a. Incinerasi
b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi
uap jenuh C) bersuhu 121
c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa
ethylene oxide atau formaldehyde)
d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding
(menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan)
e. Inaktivasi suhu tinggi
f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi)
g. Microwave treatment
h. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk
atau ukuran sampah)
i. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk
mengurangi volume yang terbentuk

Anda mungkin juga menyukai