Anda di halaman 1dari 21

NEFROLOGI JANIN

ADIESTY ADELLIA (P0 5140320001)


FUNGSI GINJAL INTRAUTERIN
Sejak jaman Hippocrates, telah diketahui bahwa janin memproduksi urin. Secara
umum diketahui bahwa, paling tidak pada akhir kehamilan, sebagian besar cairan
ketuban diatur oleh produksi urin ginjal janin. Walaupun plasenta merupakan
organ utama pengatur janin, ginjal janin juga berperan dalam pengaturan tekanan
arteri, homeostasi scairan dan elektrolit, keseimbangan asam basa dan sintesa
hormonal janin.
Maturasi ginjal

Sistem ekskresi ginjal pada manusia melewati 3 tahap perkembangan morfogenik.Tahap pertama
ditandai dengan munculnya sepasang tubulus yang membentuk pronefros,suatu organ
nonfungsional yang muncul sekitar minggu ketiga kehamilan dan mengalami involusi sempurna
dalam waktu 2 minggu. Tahap kedua adalah perkembangan mesonefros, yang timbul lebih distal
sepanjang nefrotom dan mengandung sekitar 20 pasang glomerulus dan dinding tubulus yang
tebal.
Pada minggu kelima kehamilan,ginjal mesonefrik sudah dapat membentuk urin. Mesonefros
mengalami degenerasi pada minggu ke 11 hingga minggu ke 12 kehamilan yang diikuti
pembentukan tunas ureterik Tahap ketiga dan fase terakhir perkembangan ginjal adalah timbulnya
metanefros, atau ginjal metanefrik yang matang. Perkembangan tahap terakhir ini tergantung pada
interaksi antara tunas ureterik dengan massa sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi yang
mengandung blastema nefrogenik.
Fungsi tubulus ginjal dimulai pada ginjal metanefrik manusia antara minggu
ke 9 dan 12 kehamilan, dan pada minggu ke 14, saluran Henle berfungsi dan
terjadi reabsorpsi tubulus. Nefron-nefron baru dibentuk sampai minggu ke
tiga puluh enam kehamilan pada janin manusia. Nefrogenesis telah
terbentuk secara sempurna pada saat kelahiran bayi cukup bulan, tetapi
pembentukan nefron terus berlanjut setelah kelahiran pada bayi kurang
bulan. Keadaan ini juga terjadi pada perkembangan nefron, dimana terjadi
perpanjangan saluran Henle dan pembentukan lekukan pada tubulus
proksimal.
Aliran darah ginjal

Ginjal pada bayi baru lahir mendapat darah sekitar 15


sampai 18 % dari cardiac output, sedangkan ginjal
janin hanya mendapat 2 sampai 4 % dari output
darah ventrikel selama trimester terakhir kehamilan.
Ginjal menempati persentase berat badan lebih besar
pada janin dibanding dengan masa kehidupan
selanjutnya. Pada ginjal domba, aliran darah ginjal
(RBF) berkisar sekitar 1,5 sampai dengan 2,0
ml/menit/g berat ginjal. Aliran darah ginjal (RBF)
yang relatif rendah ini berhubungan dengan
resistensi vaskular ginjal yang tinggi dan fraksi
filtrasi yang rendah dibandingkan dengan binatang
yang baru lahir.
Ginjal yang matur mampu mempertahankan RBF yang relatif konstan
walaupun terjadi perubahan pada tekanan perfusi diatas rentang tekanan 80
sampai 150 mmHg, suatu fenomena yang dikenal sebagai autoregulasi. Pada
tekanan perfusi yang sangat rendah dimana ginjal janin terpapar (40-60
mmHg), terdapat bukti bahwa ginjal janin dapat mengadakan autoregulasi.
RBF janin tetap stabil setelah terjadi peningkatan tekanan darah arteri
sebesar 16% selama pemberian infus vasopresin arginin (AVP), yang
menunjukkan bahwa janin mampu mengadakan autoregulasi RBF pada
peningkatan tekanan perfusi ginjal yang sedang.
Faktor-faktor yang mengatur
hemodinamik ginjal
 

Sistem renin-angiotensin
istem renin - angiotensin memegang
peranan penting pada respons
terhadap perdarahan. Pengurangan
volume darah janin secara cepat
sekitar 3% menyebabkan peningkatan
bermakna pada kadar renin dan AII
pada janin binatang, demikian juga
pada hipoksia fetus.
Respons kardiovaskular dan endokrin janin tampaknya lebih kecil pada perdarahan yang
kronik / lama dibandingkan dengan perdarahan yang terjadi secara cepat, dan
penurunan RBF setelah pengeluaran 20% volume darah fetoplasenta dapat ditiadakan
dengan pemberian kaptopril, suatu enzim inhibitor konverting angiotensin I yang kuat.
Sebaliknya, Iwamoto dan Rudolph melaporkan bahwa penurunan RBF akibat
perdarahan janin terus berlanjut setelah pemberian infus saralasin, antagonis AII.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa kaptopril yang menghambat penghancuran
bradikinin, bukan saralasin. Peningkatan bradikinin selanjutnya pada sirkulasi dapat
menutupi efek perdarahan pada RBF.
Sistem persarafan simpatis ginjal

Sistem saraf simpatis mungkin ikut berperan dalam


mengatur hemodinamik ginjal janin. Zimmerman
mendapatkan bahwa tubulus kontortus janin
manusia yang berumur 13 sampai 16 minggu
mengandung ujung-ujung persarafan. Sirkulasi
ginjal janin domba berumur 113 sampai 120 hari
(cukup bulan = 145 hari) memberikan reaksi
terhadap norepinefrin eksogen tetapi tidak pada
tiramin, yang menunjukkan bahwa inervasi
adrenergik pada ginjal janin belum terbentuk
dengan sempurna pada tahap ini.
Prostaglandin

Penghambatan sintesis prostaglandin oleh


indometasin atau meklofenamat
menyebabkan peningkatan bermakna pada
resistensi vaskuler ginjal janin, penurunan
RBF, peningkatan tekanan darah sistemik
dan penurunan aktifitas plasma ginjal.
Dengan demikian prostaglandin merupakan
modulator penting pada tekanan vaskular
ginjal dan sekresi renin selama kehidupan
janin.
 
Sistem kallikrein kinin

Ekskresi kallikrein urin meningkat secara bermakna


selama maturasi janin hingga lahir, bahkan jika
diadakan koreksi terhadap berat ginjal maupun GFR.
Terdapat hubungan yang erat antara peningkatan
ekskresi kallikrein ini dengan peningkatan RBF.
Selanjutnya, penghambatan kininase I berhubungan
dengan penurunan resistensi vaskular ginjal janin.
Faktor natriuretik atrium
Faktor natriuretik atrium (ANF) adalah hormon yang bersirkulasi selama
kehidupan janin, dan kadar plasma janin lebih tinggi dibanding dengan
kadar plasma maternal. Konsentrasi ANF pada cairan ketuban berbanding
langsung dengan kadar urin janin (20  5 pg/ml). Bayi prematur mempunyai
kadar ANF lebih tinggi (173  45 fmol/ml) dibanding dengan neonatus
cukup bulan (47  8 fmol/l). Lokasi ANF pada jantung berubah-ubah selama
perkembangan dari kardiosit ventrikel (janin) ke kardiosit atrium (dewasa).
Hal ini seiring dengan perubahan kadar messenger asam ribonukleat (RNA)
pada kardiosit ventrikel dan kardiosit atrium.
NEUROLOGI JANIN
Perkembangan system syaraf janin termasuk unik dan penting karena dari
awal yang terbentuk ialah ectoderm yang akan membentuk tabung syaraf dan
kemudian dengan organogenesis yang kompleks akan membentuk jaringan yang
penting bagi perkembangan sampai dewasa. Setiap kesalahan dalam
organogenesis ternayata akan mempunyai dampak pada penyakit atau kecacatan.
Perkembangan tabung syaraf merupakan awal dari perkembangan janin,
pada usia janin 23 hari tabung syaraf sudah hampir sempurna.
Perkembangan otak
Otak janin akan berkembang dalam bentuk dan fungsi. Dari bentuk girus
dapat diperkirakan usia janin (Dolman, 1977).
Kepala janin merupakan bentuk yang unik dimana muka hanya sebagian
kecil sementara tempurung kepala lebih dominan dibanding dengan bentuk
pada dewasa; ini berarti sebagian besar ditempati oleh otak. Besar lingkaran
oksipitofrontal rata rata ialah 33 cm dan lingkaran melalui
suboksipitobregmatika ialah 32 cm.Oleh karena itu penting untuk mengukur
lingkaran kepala bayi dalam rangka identifikasi kelainan syaraf.
Perkembangan fungsi syaraf

Fungsi sinaptik ternyata telah bekerja pada usia gestasi 8 minggu, terbukti dari fleksi
leher dan tubuh. (Temiras dkk 1968). Pada akhir trimester pertama sudah dapat dilihat
pergerakan janin secara ultrasonografi dan ternyata pada stimulasi in vitro dapat terlihat
mulut membuka, penutupan tangan, fleksi plantar ; sedangkan pengepalan dapat dilihat
pada usia gestasi 16 minggu, menelan pada 14-16 minggu dan menghisap pada 24 minggu
(Lebenthal dan Lee, 1983).
Pada trimester ketiga integrasi otot dan syaraf makin cepat terbentuk, sehingga janin
bila lahir setelah saat itu akan dapat hidup lebih mudah. Pada usia gestasi 28 minggu, mata
janin sudah dapat menerima rangsang cahaya, namun persepsi bentuk dan warna baru
beberapa saat setelah lahir. Janin agaknya sudah dapat mendengar pada 16 minggu .
Sedangkan ujung syaraf perasa pada lidah dapat ditemukan pada usia 3 bulan; barulah pada
28 minggu diperkirakan janin dapat mengecap rasa.
SISTEM PERNAFASAN
JANIN
Sistem Paru-Pernapasan Janin
Maturitas paru-pernapasan janin sangat penting diketahui oleh karena sangat berkaitan
dengan:
1. Morfologi anatomi maturitas paru
2. Fungsi paru segera setelah lahir
Keduanya penting diketahui agar kita dapat memberikan pengobatan paru dan
maturitas paru dapat dipercepat dengan pengobatan. Secara anatomis pertumbuhan
paru janin terdiri daritiga fase, yaitu:
1. Fase pseudoglandular:

a. Pertumbuhan intrasegmental bronkial

b. Berlangsung antara minggu ke-5 sampai 17

c. Paru tampak seperti kelenjar


2. Fase kanalisasi:

a. Berlangsung antara minggu ke-16 sampai 25

b. Terjadi pembentukan tulang rawan bronkial

c. Bronkiolus terbentuk pada setiap bronkus dan selanjutnya terbagi lagi menjadi kantong
saluran multiple.
Fase akhir pembentukan paru:
Terbentuk alveoli primitif yang disebut terminal sac (kantong akhir), yaitu alveoli
Terbentuk matriks ekstrasel mulai dari proksimal sampai segmen akhir paru
Terbentuk susunan kapiler paru dan pembuluh limfenya
Terbentuk surfaktan
Saat lahir, baru sekitar 15% sistem paru dewasa yang terbentuk dan selanjutnya paru
bertumbuh-kembang sampai usia 8 tahun.Gangguan pertumbuhan dapat terjadi setiap
saat dari ketiga fase pertumbuhan paru. Gangguan ginjal yang menyebab- kan tidak
terdapatnya cukup air ketuban, dapat mengganggu tumbuh-kembang paru sehingga
proses kanalisasi terhambat.

Anda mungkin juga menyukai