Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

UNIVERSAL PRECAUTION SEBAGAI PENGENDALIAN INFEKSI DAN


PENGELOLAHAN SAMPAH

Nama : Adiesty Adellia


Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan+Profesi Tk 2
NIM : P0 5140320 001
Mata Kuliah : Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan
Dosen : Epti Yorita, SST,. MPH

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan kuasa-Nya,
sehingga dapat diselesaikannya tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah
Keterampilan Dasar Praktek Kebidanan.
Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun saya
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua, dosen dan teman- teman sekalian. Sehingga kendala-
kendala yang ada dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Bengkulu . Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan dari makalah ini, dan tak lupa
penulis ucapkan terima kasih.

Bengkulu, 28 Juli 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................6
A. Universal Precaution Sebagai Pengendalian Infeksi................................................6
B. Penanganan Sampah Secara Medis........................................................................15
BAB III PENUTUP..........................................................................................................21
A. Kesimpulan............................................................................................................21
B. Saran......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit (Potter dan Perry, 2005). Rumah sakit merupakan tempat
pelayanan pasien dengan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit karena
infeksi, dari mulai yang ringan sampai yang terberat, dengan begitu hal ini dapat
menyebabkan resiko penyebaran infeksi dari satu pasien ke pasien lainnya, begitupun
dengan petugas kesehatan yang sering terpapar dengan agen infeksi. Penularan
infeksi dapat melalui beberapa cara diantaranya melalui darah dan cairan tubuh
seperti halnya penyakit HIV/AIDS dan Hepatitis.
AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrom) adalah suatu gejala
berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV
kedalam tubuh seseorang, (Depkes RI, 2005). Sedangkan Hepatitis virus merupakan
infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang
menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas (R.
Syamsuhidajat & Wim de jong. 1997).
Penyebaran virus HIV dan Hepatitis B melalui : perilaku seks bebas,
penyalahgunaan narkoba; umumnya tertular melalui penggunaan jarum suntik
bersama, melalui transfusi darah, ASI, alat-alat kedokteran, hubungan suami istri
yang sudah tertular virus HIV/HVB positif, dan apabila ada kontak antara cairan
tubuh (terutama darah, semen, sekresi vagina dan ASI) dengan luka terbuka pada
seseorang yang sehat walaupun kecil. Seseorang yang mengidap penyakit ini dapat
menularkan virusnya kepada orang lain jika darah atau cairan tersebut masuk
kedalam darah orang lain melalui luka atau produk darah. (R. Syamsuhidajat dan
Wim de jong, 1997).
Tingginya tingkat penyebaran HIV memerlukan suatu tindakan
universal precautions untuk mencegah penyebaran inveksi. Universal precautions adalah
tindakan adalah tindakan pengendalian infeksi oleh seluruh petugas kesehatan, untuk
semua pasien ,dimana pun dan kapan pun serta pada semua pasien.
Universal precautions bertujuan mengendalikan infeksi secara konsisten serta
mencegah penularan bagi petugas kesehatan dan pasien. Universal precautions meliputi,
pengelolaan alat kesehatan habis pakai, cuci tangan guna mencegah infeksi silang,
4
pemakaian alat pelindung diantara pemakaian sarungtangan untuk mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksius yang lain, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk
mencegah perlukaan, pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan,desinfeksi dan sterilisasi
untuk alat yang digunakan ulang, pengelolaan linen. Peran tenaga kesehatan dalam
merawat pasien HIV/AIDS salah satunya adalah menerapkan universal precautions untuk
mencegah penularan HIV/AIDS pada petugas sendiri, petugas, dan pasien lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Universal Precaution?
2. Bagaimana prosedur pencegahan infeksi?
3. Bagaimana cara pelaksanaan universal pada kasus HIV/AIDS?
C. Tujuan
1. Untuk dapat memahami universal precaution.
2. Untuk dapat menjalankan prosedur pencegahan infeksi.
3. Untuk dapat mengetahui cara pelaksanaan universal precaution pada kasus
HIV/AIDS.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Universal Precaution sebagai Pengendalian Infeksi


1. Pengertian
Kewaspadaan universal (Universal precaution) adalah suatu tindakan
pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi
resiko penyebaran infeksi dengan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan
tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun
petugas kesehatan (Nursalam,2007).
Menurut Departemen Kesehatan RI (Anonim,2010), dasar kewaspadaan
universal ini meliputi cuci tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat
pelindung diantaranya sarung tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta
cairan infeksius yang lain, pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan jarum dan alat
tajam untuk mencegah perlukaan, serta pengelolaan limbah. Dalam menggunakan
kewaspadaan universal petugas kesehatan memberlakukan semua pasien sama dengan
menggunakan prinsip ini, tanpa memandang penyakit atau diagnosanya dengan
asumsi bahwa setiap pasien memiliki resiko akan menularkan penyakit yang
berbahaya.
Prinsip kewaspadaan universal (universal precaution) di pelayanan kesehatan
adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan, serta
sterilisasi peralatan. Hal ini penting mengingat sebagian besar yang terinfeksi virus
lewat darah seperti HIV dan HIB tidak menunjukan gejala fisik. Kewaspadaan
universal diterapkan untuk melindungi setiap orang (pasien dan petugas
kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tidak. Kewaspadaan universal berlaku
untuk darah, sekresi ekskresi (kecuali keringat), luka pada kulit, dan selaput
lendir. Penerapan standar ini penting untuk mengurangi risiko penularan
mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui atau tidak
diketahui (misalnya pasien, benda terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan
spuit) di dalam system pelayanan kesehatan.
2. Cairan Tubuh yang Perlu Diwaspadai
a. Semen
Cairan yang mempunyai fungsi untuk mengantarkan sel-sel sperma dalam
membuahi sel telur.
6
b. Cairan vagina
Campuran cairan dan sel vagina yang bervariasi dari keputihan dan lengket untuk
dibersihkan dan berair, kemungkinan terkait dengan bau.
c. Cairan ketuban
Cairan yang melindungi dan menopang saat janin tumbuh di dalam rahim.
d. Cairan limfa
Cairan limfe mengandung sel-sel darah putih yang berfungsi mematikan kuman
penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
e. Cairan cerebrospinal
Cairan serebrospinal mengalir dalam ventrikel otak, batang otak, dan sekitar saraf
tulang belakang. Cairan ini memiliki sifat antibakteri yang menghambat
pertumbuhan dan perkembangan bakteri
f. Cairan pleura dan peritoneal
g. Cairan pericardial
h. Darah
i. Cairan synovial
Cairan Sendi Merupakan Cairan Kental Yang Berfungsi Untuk Melumasi Sendi-
Sendi Tubuh Sehingga Mudah Bergerak.
3. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir
petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret atau ekskreta,
kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien. Jenis tindakan yang beresiko
mencakup tindakan rutin. Jenis alat pelindung: Sarung tangan, masker,
kacamata(eyewear) dan gaun pelindung. Tidak semua alat pelindung tubuh harus
dipakai, tetapi tergantung pada jenis tindakan yang akan dikerjakan.
a. Sarung Tangan
Pemakaian sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak
dengan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh,
selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi. Sarung tangan harus selalu
dipakai oleh setiap petugas sebelum kontak dengan darah atau semua jenis cairan
tubuh. Jenis sarung tangan yang dipakai di sarana kesehatan, yaitu :
1) Sarung tangan bersih adalah sarung tangan yang didesinfeksi tingkat tinggi
dan digunakan sebelum tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir. Misalnya
tindakan medis pemeriksaaan dalam, merawat luka terbuka.
7
2) Sarung tangan steril adalah sarung tangan yang disterilkan dan harus
digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak ada sarung tangan steril baru dapat
digunakan sarung tangan yang didesinfeksi tingkat tinggi.
3) Sarung tangan rumah tangga adalah sarung tangan yang terbuat dari latex atau
vinil yang tebal. Sarung tangan ini dipakai pada waktu membersihkan alat
kesehatan, sarung tangan ini bisa dipakai lagi bila sudah dicuci dan dibilas
bersih. Sarung tangan ini harus selalu dipakai pada saat melakukan tindakan
yang kontak atau diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh,
sekret, kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan benda terkontaminsi.
Yang harus diperhatikan ketika menggunakan sarung tangan yaitu gunakan
sarung tangan yang berbeda untuk setiap pasien, segera lepas sarung tangan
apabila telah selesai dengan satu pasien dan ganti dengan sarung tangan yang lain
apabila menangani pasien lain. Hindari jamahan pada benda lain selain yang
berhubungan dengan tindakan yang sedang dilakukan. Tidak dianjurkan
menggunakan sarung tangan rangkap karena akan menurunkan kepekaan. Kecuali
dalam keadaan khusus seperti tindakan yang menggunakan waktu lama lebih 60
menit., tindakan yang berhubungan dengan darah atau cairan tubuh yang banyak,
bila memakai sarung tangan ulang seharusnya sekali pakai.
Prosedur pemakaian sarung tangan steril (DepKes RI, 2003 : 22) adalah
sebagai berikut:
1) Cuci tangan
2) Siapkan area yang cukup luas, bersih dan kering untuk membuka paket sarung

tangan. Perhatikan tempat menaruhnya (steril atau minimal DTT)


3) Buka pembungkus sarung tangan, minta bantuan petugas lain untuk membuka
pembungkus sarung tangan. Letakan sarung tangan dengan bagian telapak
tangan menghadap keatas
4) Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang pada sisi sebelah dalam
lipatannya, yaitu bagian yang akan bersentuhan dengan kulit tangan saat
dipakai
5) Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke lantai,
sehingga bagian lubang jari-jari tangannya terbuka. Masukan tangan (jaga
sarung tangan supaya tidak menyentuh permukaan)

8
6) Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang
sudah memakai sarung tangan ke bagian lipatannya, yaitu bagian yang tidak
akan bersentuhan dengan kulit tangan saat dipakai
7) Pasang sarung tangan yang kedua dengan cara memasukan jari-jari tangan
yang belum memakai sarung tangan, kemudian luruskan lipatan, dan atur
posisi sarung tangan sehingga terasa pas dan enak ditangan
b. Pelindung Wajah (Masker)
Pemakaian pelindung wajah ini dimaksudkan untuk melindungi selaput lendir
hidung, mulut selama melakukan perawatan pasien yang memungkinkan terjadi
percikan darah dan cairan tubuh lain.
Masker tanpa kaca mata hanya digunakan pada saat tertentu misalnya merawat

pasien tuberkulosa terbuka tanpa luka bagian kulit atau perdarahan. Masker kaca
mata dan pelindung wajah secara bersamaan digunakan petugas yang
melaksanakan atau membantu melaksanakan tindakan beresiko tinggi terpajan
lama oleh darah dan cairan tubuh lainnya antara lain pembersihan luka, membalut
luka, mengganti kateter etau dekontaminasi alat bekas pakai. Bila ada indikasi
untuk memakai ketiga macam alat pelindung tersebut, maka masker selalu
dipasang dahulu sebelum memakai gaun pelindung atau sarung tangan, bahkan
sebelum melakukan cuci tangan bedah.
Langkah – langkah pemakaian masker (Potter & Perry, 2005) sebagai berikut :
1) Ambil bagian tepi atas masker (biasaanya sepanjang tepi tersebut / metal yang
tipis).
2) Pegang masker pada dua tali atau ikatan bagian atas. Ikatan dua tali atas pada
bagian atas belakang kepala dengan tali melewati atas telinga.
3) Ikatkan dua tali bagian bawah pas eratnya sekeliling leher dengan masker
sampai kebawah dagu.
4) Dengan lembut jepitkan pita metal bagian atas pada batang hidung.
c. Gaun Pelindung
Gaun pelindung merupakan salah satu jenis pakaian kerja. Jenis bahan sedapat

mungkin tidak tembus cairan. Tujuan pemakaian gaun pelindung adalah untuk
melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan
tubuh lain. gaun pelindung harus dipakai apabila ada indikasi seperti halnya pada
9
saat membersihkan luka, melakukan irigasi, melakukan tindakan drainase,
menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang wc, mengganti pembalut,
menangani pasien dengan perdarahan masif. Sebaiknya setiap kali dinas selalu
memakai pakaian kerja yang bersih, termasuk gaun pelindung. Gaun pelindung
harus segera diganti bila terkena kotoran, darah atau cairan tubuh.
Cara menggunakan gaun pelindung (Anita, D, A, 2004) sebagai berikut :
1) Hanya bagian luar saja yang terkontaminasi, karena tujuan pemakaian gaun
untuk melindungi pemakai dari infeksi.
2) Gaun dapat dipakai sendiri oleh pemakai atau dipakaikan oleh orang lain.
d. Eyewear(kacamata)
4. Tindakan Pencegahan Tambahan
Pencegahan tambahan digunakan selain untuk kewaspadaan universal untuk
pasien yang diketahui atau diduga memiliki kondisi menular, dan bervariasi
tergantung pada pengendalian infeksi diperlukan pasien tersebut. Tindakan
pencegahan tambahan tidak diperlukan untuk infeksi melalui darah, kecuali ada
komplikasi. Kondisi menunjukkan tindakan pencegahan tambahan:
a. Penyakit dengan transmisi udara (misalnya, TBC)
b. Penyakit dengan transmisi tetesan (misalnya, gondok, rubella, influenza, pertusis)
c. Transmisi melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan kulit kering
(misalnya, kolonisasi dengan MRSA) atau permukaan yang terkontaminasi atau
kombinasi di atas.
5. Standar Kewaspadaan
a. Cuci tangan
b. Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan membran
mukosa
c. Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkin
memercik
d. Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air
e. Tangani jarum dan benda tajam dengan aman
f. Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air
g. Proses instrumen dengan benar
h. Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan seksama
i. Buang sampah terkontaminasi dengan aman

10
6. Prosedur Pencegahan Infeksi
a. Cuci tangan
Cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang penting. Cuci tangan harus
dilakukan dengan benar , sebelum melakukan tindakan. Sarana untuk cuci tangan:
1) Air mengalir
2) Sabun dan detergan
3) Larutan anti septic
b. Alat pelindung diri (APD)
Adalah peralatan yang dirancang untuk melindungi pekerja dari kecalakaan
atau penyakit yang serius ditempat kerja akibat kontak dengan potensi bahaya.
Jenis pelindung APD antara lain : sarung tangan,masker (pelindung wajah),
kacamata (pelindung mata), penutup kepala (kap), gaun pelindung, alas kaki
(pelindung kaki).
c. Pengelolaan alat bekas pakai
Bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan, atau
untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai. Semua alat,
bahan dan obat yang akan dimasukan ke dalam jaringan di bawah kulit harus
dalam keadaan steril. Dalam Universal Precaution tidak direkomendasikan:
1) Sterilisasi panas kering karena tergantung listrik & waktu yang lama
2) Sterilisasi kimia karena waktu yang lama & glutaraldehid-beracun
3) Merebus instrument karena merupakan bentuk dari DTT
4) Menyimpan instrumen dalam antiseptik cair karena tidak efektif
5) “Membakar” instrument tidak efektif
Proses penatalaksanaan pengelolaan alat bekas pakai melalui 4 tahap kegiatan
yaitu : dekontaminasi, pencucian, sterilisasi atau DTT, dan penyimpanan.
Pemilihan cara pengelolaan alat kesehatan tergantung pada kegunaan
alat tersebut dan berhubungan dengan tingkat resiko penyebaran infeksi.
1) Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme patogen dan kotoran
dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan dilakukan
sebagai langkah pertama bagi pengelolaan pencemaran lingkungan, seperti
misalnya tumpahan darah atau cairan tubuh, Juga sebagai langakah pertama
11
pengelolaan limbah yang tidak dimusnahan dengan cara insinerasi atau
pembakaran.
Dekontaminasi bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat
kesehatan atau suatu permukaan benda, sehingga dapat melindungi petugas
atau pun pasien. Dekontaminasi dilakukan dengan menggunakan bahan
desinfektan yaitu suatu bahan atau larutan kimia yang digunakan untuk
membunuh mikroorganisme pada benda mati dan tidak digunakan untuk kulit
atau jaringan mukosa. Salah satu yang biasa dipakai terutama di negara
berkembang seperti Indonesia adalah larutan klorin 0,5% atau 0,05 % sesuai
dengan intensitas cemaran dan jenis alat atau permukaan yang akan
didekontaminasi. Karena demikian banyak macam dan bentuk alat kesehatan
maka perlu dipilih cara dekontaminasi yang tepat. Ada tiga macam
pertimbangan dalam memilih cara dekontaminasi yaitu keamanan, efikasi atau
efektifitas dan efisien. Keamanan dan efektifitas merupakan pertimbangan
utama sedang efisien dapat dipertimbangkan kemudian setelah
keamanan dan efektifitas terpenuhi. Yang dipertimbangkan dalam keamanan
adalah antisipasi terjadinya kecelakaan atau penyakit pada petugas kesehatan
yang mengelola benda-benda terkontaminasi dan melakukan proses
dekontaminasi. Sedapat mungkin pemilahan dilakukan oleh si pemakai
ditempat segera setelah selesai pemakaian selagi mereka masih menggunakan
pelindung yang memadai sehingga pajanan pada petugas dapat diminimalkan.
2) Pencucian alat
Setelah dekontaminasi dilakukan pembersihan yang merupakan langkah
penting yang harus dilakukan. Tanpa pembersihan yang memadai maka pada
umumnya proses disenfeksi atau selanjutnya menjadi tidak efektif. Kotoran
yang tertinggal dapat mempengaruhi fungsinya atau menyebabkan reaksi
pirogen bila masuk ke dalam tubuh pasien. Pada alat kesehatan yang tidak
terkontaminasi dengan darah, misalnya kursi roda, alat pengukur tekanan
darah, infus pump dsb. Cukup dilap dengan larutan detergen, namun apabila
jelas terkontaminasi dengan darah maka diperlukan desinfektan.
Pembersihan dengan cara mencuci adalah menghilangkan segala kotoran yang

kasat mata dari benda dan permukaan benda dengan sabun atau detergen, air
dan sikat. Kecuali menghilangkan kotoran pencucian akan semakin
12
menurunkan jumlah mikroorganisme yang potensial menjadi penyebab infeksi
melalui alat kesehatan atau suatu permukaan benda dan juga mempersiapkan
alat untuk kontak langsung dengan desinfektan atau bahan sterilisasi sehingga
dapat berjalan secara sempurna.
Pada pencucian digunakan detergen dan air. Pencucian harus dilakukan
dengan teliti sehingga darah atau cairan tubuh lain betul-betul hilang dari
permukaan tersebut. Pencucian yang hanya mengandalkan air tidak dapat
menghilangkan minyak, protein dan partikel-partikel. Tidak dianjurkan
mencuci dengan menggunakan sabun biasa untuk membersihkan peralatan,
karena sabun yang bereaksi dengan air akan menimbulkan residu yang sulit
untuk dihilangkan.
3) Disinfeksi dan Sterilisasi
Seperti sudah dibicarakan sebelumnya bahwa faktor resiko infeksi disarana
kesehatan adalah pengelolaan alat kesehatan atau cara dekontaminasi dan
desinfeksi yang kurang tepat. Pengelolaan alat dikategorikan menjadi 3 yaitu:
a) Resiko tinggi
Suatu alat termasuk dalam kategori resiko tinggi karena penggunaan alat
tersebut beresiko tinggi untuk menyebabkan infeksi apabila alat tersebut
terkontaminasi oleh mikroorganisme atau spora bakterial. Alat tersebut
mutlak perlu dalam keadaan steril karena penggunaannya menembus
jaringan atau sistem pembuluh darah yang steril. Dalam kategori ini
meliputi alat kesehatan bedah, kateter jantung dan alat yang ditanam. Alat-
alat tersebut harus dalam keadaan steril pada saat pembeliaannya atau bila
mungkin disterilkan dengan otoklaf. Apabila alat itu tidak tahan panas
maka sterilisasi dilakukan dengan etilen oksida atau kalau terpaksa
apabila cara lain tidak memungkinkan dilakukan streilisasi kimiawi seperti
dengan glutaraldehide 2% atau hidrogen peroksida 6%. Cara tersebut harus
tetap memperhatikan persyaratan yang harus dipenuhi yaitu pencucian
yang cermat sebelumnya.
b) Resiko sedang
Alat yang digunakan untuk menyentuh lapisan mukosa atau kulit yang
tidak utuh harus bebas dari semua mikroorganisme kecuali spora. Lapisan
mukosa yang utuh pada umumnya dapat menahan infeksi spora tetapi tetap
rentan terhadap infeksi basil TBC dan virus, yang termasuk dalam kategori
13
resiko sedang antara lain alat untuk terapi pernafasan, alat anestesi,
endoskopi dan ring diagfragma. Alat beresiko sedang memerlukan paling
tidak desinfeksi tingkat tinggi, baik secara pasteurisasi atau kimiawi.
Pemilihan proses desinfeksi harus memperhatikan efek sampingnya seperti
klorin yang mempunyai sifat korosif. Laparascopi dan artroskopi yang
dipakai dengan menmbus jaringan steril secara ideal harus disterilkan
terlebih dahulu, namun biasanya hanya dilakukan disenfeksi tingkat tinggi
saja. Disarankan agar semua alat dibilas dengan air steril untuk
menghindari kontaminasi dengan mikroorganisme yang berasal dari air
seperti mikrobakteria nontuberkulosa dan legionella. Bila tidak tersedia air
steril dapat dengan air biasa diikuti dengan bilasan air alkohol dan cepat
dikeringkan dengan semprotan udara. Semprotan udara ini dapat
mengurangi cemaran mikroorganisme dan mengurangi kelembaban yang
dapat mempercepat pertumbuhan bakteri.
c) Resiko rendah
Alat yang masuk dalam kategori resiko rendah adalah yang digunakan
pada kulit yang utuh dan bukan untuk lapisan mukosa. Kulit utuh adalah
pertahanan yang efektif terhadap infeksi semua jenis mikroorganisme, oleh
karena itu sterilisasi tidak begitu diperlukan. Contoh alat yang masuk
kategori resiko rendah adalah pispot, tensimeter, linen, tempat tidur,
peralatan makan, perabotan, lantai. Walaupun peralatan tersebut
mempunyai resiko rendah untuk menyebabkan infeksi, namun dapat
menjadi perantara sekunder dengan jalan mengkontaminasi tangan petugas
kesehatan atau peralatan yang seharusnya steril oleh karena itu alat
tersebut tetap perlu didesinfeksi dengan disinfeksi tingkat rendah.
d. Pengelolaan Alat Tajam
Penyebab utama HIV adalah terjadinya kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum
atau alat tajam yang tercemar.
Membuang benda tajam
1) Buang jarum dan spuit segera setelah digunakan diwadah benda tajam
yang tahan tusukan
2) Isi wadah Jangan melebihi ketinggian tiga perempat penuh
3) Insinerasi wadah pembuang benda tajam
e. Pengolahan Limbah
14
Limbah dari sarana kesehatan secara umum dibedakan atas:
1) Limbah rumah tangga atau limbah non medis, yaitu limbah yang tidak
kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya disebut sebagai resiko
rendah. yakni sampah-sampah yang dihasilkan dari kegiatan ruang tunggu
pasien, administrasi.
2) Limbah medis bagian dari sampah rumah sakit yang berasal dari bahan
yang mengalami kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya disebut
sebagai limbah beresiko tinggi. Beberapa limbah medis dapat berupa:
limbah klinis, limbah laboratorium, darah atau cairan tubuh yang lainnya,
material yang mengandung darah seperti perban, kassa dan benda-benda
dari kamar bedah, sampah organik, misalnya potongan tubuh, plasenta,
benda-benda tajam bekas pakai misal jarum suntik.
7. Pencegahan HIV dalam Kondisi Darurat
Penyuntikan yang aman
a. Minimalkan kebutuhan menangani jarum dan spuit
b. Gunakan spuit dan jarum steril sekali pakai untuk setiap penyuntikan
c. Tangani spuit dan jarum dengan aman
d. Tata ruang kerja untuk mengurangi risiko cedera
e. Gunakan vial dosis tunggal sebagai ganti vial multi dosis
f. Jika vial adalah untuk multi dosis, hindari meninggalkan jarum di karet penutup
vial
g. Setelah dibuka, simpan vial multi dosis di kulkas
h. Jangan menutup kembali jarum
i. Posisikan dan peringatkan pasien dengan benar untuk penyuntikan
j. Praktekkan pembuangan limbah tajam medis yang aman

B. Penanganan Sampah Secara Medis


1. Pengertian
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya,
dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya
produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.

15
Definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disukai atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
proses kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau
bercacat dalam pembikinan manufktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau
buangan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2005).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang disebut sebagai
sampah medis adalah berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-
unit pelayanan kesehatan yang dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan
kesehataan bagi manusia, yakni pasien maupun masyarakat.
2. Jenis Sampah Medis
Berikut ini jenis-jenis limbah medis menurut organisasi kesehatan dunia (WHO).
a. Limbah infeksius
Limba medis infeksius adalah limbah yang mengandung darah atau cairan
tubuh yang biasanya berasal dari prosedur medis tertentu, seperti operasi atau
pengambilan sampel di laboratorium.Limbah ini juga bisa berasal dari berbagai
bahan sekali pakai yang digunakan untuk menyerap darah atau cairan tubuh,
seperti kain kasa atau selang infus.Baik darah maupun cairan tubuh, seperti air
liur, keringat, dan urine, bisa saja mengandung bakteri, virus, maupun sumber
penyakit lain yang bisa menular. Oleh karena itu, limbah ini disebut sebagai
limbah infeksius.
b. Limbah patologis
Limbah patologis adalah limbah medis yang berupa jaringan manusia, organ
dalam tubuh, maupun bagian-bagian tubuh lainnya. Limbah ini biasanya
dihasilkan setelah prosedur operasi dilakukan.
c. Limbah benda tajam
Pada beberapa prosedur perawatan penyakit, alat-alat yang tajam seperti jarum
suntik, pisau bedah sekali pakai, maupun silet akan digunakan.Bekas alat yang
tajam tersebut, harus dibuang di kotak tersendiri berwarna kuning terang dan
bertuliskan khusus untuk benda tajam. Perlakuan untuk limbah medis yang satu
ini memang perlu dilakukan dengan sangat hati-hati.
d. Limbah kimia

16
Selain yang bersifat biologis, limbah medis juga bisa bersifat kimia. Contoh
limbah kimia dari fasilitas kesehatan adalah cairan reagen yang digunakan untuk
tes laboratorium dan sisa cairan disinfektan.
e. Limbah farmasi
Limbah medis yang satu ini juga perlu dikelola dengan baik. Sebab jika
dibuang sembarangan, maka bukan tidak mungkin ada orang-orang tak
bertanggung jawab yang menyalahgunakannya.Contoh limbah farmasi di fasilitas
kesehatan adalah obat-obat yang sudah kedaluwarsa, maupun yang sudah tidak
layak konsumsi karena adanya kontaminasi. Selain obat, vaksin yang tak terpakai
juga masuk sebagai kategori limbah farmasi.
f. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah buangan atau sisa produk dari barang-barang
beracun yang sifatnya sangat berbahaya karena bisa memicu kanker hingga
menyebabkan mutasi gen. Contoh limbah sitotoksik adalah obat yang digunakan
untuk kemoterapi.
g. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah limbah yang berasal dari prosedur radiologi, seperti
rontgen, CT Scan, maupun MRI. Limbah tersebut bisa berupa cairan, alat, maupun
bahan lain yang digunakan yang sudah terpapar dan bisa memancarkan
gelombang radioaktif.
h. Limbah biasa
Sebagian besar limbah medis merupakan limbah biasa yang dihasilkan dari
kegiatan harian di fasilitas kesehatan rumah sakit, seperti makanan untuk pasien,
bungkus plastik alat medis, dan lain-lain.
3. Risiko limbah medis
Jika tidak dikelola dengan benar, limbah medis bisa membahayakan, terutama
bagi para petugas medis dan petugas kebersihan rumah sakit. Berikut ini beberapa
risiko yang mungkin timbul.
a. Luka atau sayatan akibat tertusuk jarum suntik bekas atau pisau bedah bekas
b. Paparan racun yang membahayakan kesehatan
c. Luka bakar kimiawi
d. Peningkatan, polusi udara apabila limbah medis dimusnahkan dengan cara dibakar
e. Risiko terkena paparan radiasi berlebih tanpa pengaman
f. Peningkatan risiko penyakit berbahaya seperti HIV dan hepatitis
17
4. Prinsip Penanganan Sampah
a. Reduce (Mengurangi)
Yaitu upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan
bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat
melakukan upaya reduksi sampah dengan cara mengubah pola hidup konsumtif,
yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah
menjadi hemat/efisien dan hanya menghasilkan sedikit sampah;
b. Reuse (Memakai kembali)
Menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa
melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik,
menggunakan kembali botol bekas minuman untuk tempat air, dan lain-lain.
Dengan demikian reuse dapat memperpanjang usia penggunaan barang melalui
perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung;
c. Recycle (Mendaur ulang)
Mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain atau
barang yang baru setelah melalui proses pengolahan. Beberapa sampah dapat
didaur ulang secara langsung oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi
dan alat yang sederhana, seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain
lap, keset kaki dan sebagainya, atau sampah dapur yang berupa sisa-sisa makanan
untuk dijadikan kompos.
d. Replace ( Mengganti)
5. Konsep Pengelolaan Sampah
Berdasdarkan peraturan tersebut, limbah yang termasuk dalam limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3), harus menjalani tahap-tahap khusus sebelum dibuang.
Berikut ini beberapa poin singkat yang secara umum tertulis di dalam payung hukum
tersebut.
a. Limbah infeksius dan benda tajam perlu melalui proses sterilisasi terlebih dahulu
sebelum akhirnya dibakar menggunakan alat khusus dan dibuang.
b. Limbah farmasi padat dalam jumlah besar, harus dikembalikan kepada distributor.
Sementara jika jumlahnya kecil atau tidak memungkinkan untuk dikembalikan,
harus dihancurkan atau diserahkan ke perusahaan khusus pengolahan limbah B3.
c. Limbah sitotoksik, logam maupun kimiawi harus diolah dengan cara khusus
sebelum dibuang. Bila fasilitas kesehatan tidak mampu melakukannya, limbah
harus diserahkan kepada perusahaan khusus pengolahan limbah B3.
18
d. Limbah kimia dalam bentuk cair harus disimpan dalam kontainer yang kuat.
e. Limbah medis yang berbentuk cair tidak boleh dibuang langsung ke saluran
pembuangan.
Berikut ini tahapan-tahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai
berikut.
a. Penimbunan ( Pemisahan dan Pengurangan )
Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang
kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran
penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan
pemisahan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti baterai bekas, bekas
toner, dan sebagainya), dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia
B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk
efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.
b. Penampungan
1) Penampungan sampah ini merupakan wadah yang memiliki sifat kuat, tidak
mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup
dan tidak overload.
2) Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan
standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang
bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no.
986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang
biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol
citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol
radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan
“domestik”.
c. Pengangkutan
1) Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan
eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke
tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site).
d. Pengolahan dan Pembuangan
1) Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah medis
tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang
berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang
berpengaruh terhadap masyarakat.
19
6. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) adalah :
a. Incinerasi
Pembakaran digunakan untuk rentang yang sangat luas sebagai pengolahan
limbah. Insinerasi itu sendiri umumnya hanya satu bagian dari sistem pengolahan
limbah kompleks untuk manajemen keseluruhan dari berbagai limbah yang timbul
dalam masyarakat.
b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh °C) bersuhu
121°
c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau
formaldehyde)
d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai
desinfektan)
e. Inaktivasi suhu tinggi
f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi)
g. Microwave treatment
h. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)
i. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang
terbentuk

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
(Universal precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan
oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dengan
didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan
penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan.
Kewaspadaan universal berlaku untuk darah, sekresi ekskresi (kecuali keringat),
luka pada kulit, dan selaput lendir. Penerapan standar ini penting untuk mengurangi
risiko penularan mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui atau
tidak diketahui (misalnya pasien, benda terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan
spuit) di dalam system pelayanan kesehatan.
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwi6g4zWo4XyAhW84nMBHVFx
AvQQFjANegQIExAD&url=https%3A%2F%2Fpustaka.unpad.ac.id%2Fwpcontent
%2Fuploads
%2F2009%2F10%2Ftindakan_kewaspadaan_universal.pdf&usg=AOvVaw0pJ5wsfg5GpJ0s
WUGbxfEz

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjgu-
nGq4XyAhU1lEsFHef BREQFjACegQIDxAD&url=https%3A%2F%2Fwww.alodokter.com
%2Fanalisis-cairan-sinovial-dapat-mencari-penyebab-gangguan-sendi&usg=AOvVaw2Gq-
qIgfLc7SHW1il6hBkc

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwivsqKBqoXy
AhUjgdgFHWVFCdEQFjACegQIDxAD&url=https%3A%2F%2Fwww.alodokter.com
%2Fcairan-serebrospinal-cairan-penting-dalam-otak-dan-tulang belakang-
anda&usg=AOvVaw2tcuOsEtb3_sEGQ3OYFGWs

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiXpezeqYXy
AhUXfSsKHVF5DjgQFjABegQIDxAD&url=http%3A%2F%2Ferepo.unud.ac.id%2Fid
%2Feprint
%2F17759%2F1%2F73d9fb2895e87bfe6b76b493abfbd28c.pdf&usg=AOvVaw2BmmNUjIH
WBMpHQCIgz3Fu

22
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiWq6eqYXyA
hXNF3IKHUWsAt8QFjAAegQIAxAD&url=https%3A%2F%2Fwww.alodokter.com
%2Fmemahami-air-ketuban-dan fungsinya&usg=AOvVaw3zpAuOA5aD4t_DjlyLBF9v

https://id.scribd.com/doc/264049883/Universal-Precautioun
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjHm_WJxIXyAhUaOisKHQCs
BssQFjABegQIBBAD&url=https%3A%2F%2Fdspace.uii.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle
%2F123456789%2F8259%2F05.2%2520bab%25202.pdf%3Fsequence%3D6%26isAllowed
%3Dy&usg=AOvVaw3yCNJrqItvjGj2ltk9Da2D
https://www.sehatq.com/artikel/limbah-medis-ini-segala-hal-yang-perlu-diketahui

23

Anda mungkin juga menyukai