Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK PENCEGAHAN INFEKSI SILANG

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biomedik Dasar

Dosen Pengampu: Drg. Yayah Sopianah, M. Kes

Disusun Oleh :

Azzahra Novita Putri Haryanto : P20625222008


Ghina Rossa Nazihah : P20625222013
Hani Nurrahmawati : P20625222016
Ian Teguh Pangestu : P20625222019
Khoerunnisa : P20625222022
Lulu Lutfi Regiani : P20625222023
Nasywa Salsa Bila Ghaisani : P20625222027
Nurhikam : P20625222029
Tantri Oktavia : P20625222035
Tika Trisnawati : P20625222036

Kelompok 3

PRODI TERAPI GIGI PROGRAM SARJANA TERAPAN


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas izin-
Nyalah yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya, memberikan
kecerdasan ilmu dan wawasan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Teknik Pencegahan Infeksi Silang” yang merupakan salah satu
tugas mata kuliah Biomedik Dasar. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya,
serta mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. Aamiin.
Pada kesempatan kali ini, Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas
saran, bantuan dan bimbingan yang telah diberikan selama proses penulisan
makalah ini serta kerja samanya, yaitu kepada:
1. Drg. Yayah Sopianah, M.Kes sebagai dosen mata kuliah Biomedik Dasar.
2. Semua pihak yang turut membantu Penulis dalam pembuatan makalah ini
baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Penulis mengharapkan semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat baik


bagi Penulis maupun bagi para pembaca. Aamiinn.

Tasikmalaya, Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Infeksi Silang ................................................................... 4
B. Penularan Infeksi Silang..................................................................... 4
C. Jenis-Jenis Infeksi Silang ................................................................... 5
D. Rantai Infeksi ..................................................................................... 6
E. Proses Infeksi ..................................................................................... 9
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Infeksi ....................................... 9
G. Infeksi Nosokomial ............................................................................ 10
H. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang .................................... 10

BAB III PENUTUPAN


A. Kesimpulan......................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit,
baik menular maupun tidak menular Seluruh petugas kesehatan yang bekerja
dirumah sakit seharusnya mengetahui pentingnya pencegahan infeksi silang
(nosokomial). Infeksi sebagian besar dapat dicegah dengan strategi yang telah
tersedia yaitu dengan cuci tangan Infeksi nosokomial adalah infeksi yang
diperoleh atau terjadi di rumah sakit (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial
dikenal pertama kali pada tahun 1847 oleh Samwelweis dan hingga saat ini
merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kesakitan (morbidity)
dan angka kematian (mortality) di rumah sakit, sehingga dapat menjadi
masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang maupun di negara maju.
Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian
pada pasien, akan tetapi ini menjadi penyebab penting pasien dirawat lebih
lama di Rumah Sakit.
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit, jika mikroorganisme gagal menyebabkan cidera
yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit timbul jika patogen berbiak
dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Penyakit infeksi dapat
ditularkan baik langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini
merupakan penyakit menular atau contagius.
Infeksi silang adalah penularan penyakit dari seseorang kepada orang
lain, yang umumnya melalui suatu perantara. Tindakan pencegahan infeksi
(PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama
persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap
aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong
persalinan, dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena
bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula untuk mengurangi risiko penularan
penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan dengan cara
pengobatannya, seperti misalnya HIV/AIDS.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang
muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah
sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan
bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah
sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada
dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.

1
Infeksi nosokomial merupakan persoalan serius yang menjadi penyebab
langsung maupun tidak langsung kematian pasien, hal ini dapat di cegah
melalui perilaku cuci tangan petugas kesehatan di Rumah Sakit. Kebiasaan
cuci tangan petugas merupakan perilaku yang mendasar sekali dalam upaya
mencegah cross infection (infeksi silang). Hal ini mengingat Rumah sakit
sebagai tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun
tidak menular. Salah satu sumber penularan infeksi nosokomial di rumah
sakit adalah perawat, yang dapat menyebarkan melalui kontak langsung
kepada pasien. Perawat memiliki andil yang sangat besar dalam pencegahan
infeksi nosokomial, karena perawat lebih sering kontak dengan pasien dan
linkungan pasien. Cara penularan terutama melalui tangan dan dari petugas
kesehatan maupun tenaga kesehatan yang lain. Pengetahuan perawat tentang
kebersihan dan kesehatan tangan sudah baik, akan tetapi pada praktiknya sulit
dilakukan. Banyak faktor yang berhubungan dengan perilaku cuci tangan di
kalangan perawat. Perilaku mencuci tangan perawat yang kurang kuat akan
memindahkan organisme-organisme bakteri pathogen secara langsung kepada
hospes yang menyebabkan infeksi nosokomial di semua jenis lingkungan
pasien Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat terhadap
tindakan pencegahan infeksi adalah faktor karakteristik individu (jenis
kelamin, umur, jenis pekerjaan, masa kerja, tingkat pendidikan), faktor
psikososial (sikap terhadap penyakit, ketegangan kerja, rasa takut dan
persepsi terhadap resiko), faktor organisasi manajemen, faktor pengetahuan,
faktor fasilitas, faktor motivasi dan kesadaran, faktor tempat tugas, dan faktor
bahan cuci tangan terhadap kulit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari infeksi silang?
2. Bagaimana penularan infeksi silang?
3. Apa saja jenis-jenis infeksi silang?
4. Bagaimana rantai infeksi?
5. Bagaimana proses infeksi?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi?
7. Apa pengertian dari infeksi nosokomial?
8. Bagaimana pencegahan dan pengendalian infeksi silang?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari infeksi silang.
2. Untuk mengetahui penularan infeksi silang.
3. Untuk mengetahui saja jenis-jenis infeksi silang.
4. Untuk mengetahui rantai infeksi.
5. Untuk mengetahui proses infeksi.

2
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi.
7. Untuk mengetahui pengertian dari infeksi nosokomial.
8. Untuk mengetahui pencegahan dan pengendalian infeksi silang.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi Silang


Infeksi silang adalah perpindahan kuman penyakit (virus atau bakteri)
yang terjadi dari satu orang ke orang lainnya melalui perantara seperti benda,
atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya.
Maksudnya, infeksi silang adalah penularan penyakit dari seseorang
kepada orang lain, yang umumnya melalui suatu perantara. Media perantara
penularan mikroorganisme penyebab infeksi dapat terjadi melalui cara kontak
langsung dengan contohnya melalui cairan mulut dan darah. Kontak tidak
langsung, dapat melalui suatu objek yang tercemar mikroorganisme pathogen,
yang umumnya terjadi karena instrumen yang digunakan tidak steril.
Salah satu jenis infeksi silang yang paling umum adalah infeksi
nosokomial yang terjadi di lingkungan rumah sakit atau pusat layanan
kesehatan lainnya di antara petugas kesehatan dan pasien. Hal ini dikarenakan
cross infection lebih berisiko terjadi di tempat berlangsungnya prosedur
medis. Sebagian besar orang yang membawa kuman penyakit tidak
menyadari bahwa dirinya menjadi perantara cross infection. Padahal, infeksi
ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada pasien yang sedang
menjalani rawat inap.
Infeksi silang bahkan menyebabkan 1% kematian pada pasien yang
dirawat secara intensif di ICU. Kasus yang serius umumnya juga dialami oleh
pasien yang memilki kondisi sistem imun yang lemah sehingga mudah
terinfeksi kuman penyakit lain. Meski begitu, infeksi silang juga bisa
berlangsung di lingkungan di luar rumah sakit. Beberapa tempat yang
memungkinkan terjadinya cross infection adalah sebagai berikut.
- rumah
- sekolah
- asrama
- toko
- gedung tertutup
B. Penularan Infeksi Silang
Infeksi silang bisa disebakan oleh mikroorganisme, penyebab infeksi seperti
bakteri, virus, jamur, atau parasit. Proses penyebaran mikroorganisme ke
dalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan, dapat melalui berbagai cara,
di antaranya:
1. Kontak tubuh, penyebaran secara langsung melalui sentuhan dengan kulit,
sedang secara tidak langsung dapat melalui benda yang terkontaminasi.
2. Makanan dan minuman, tersebar melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi seperti pada penyakit tifus abdominalis, penyakit infeksi
cacing dan lain-lain.

4
3. Serangga, contohnya penyebaran penyakit malaria oleh plasmodium pada
nyamuk anopheles dan beberapa penyakit saluran pencernaan yang dapat
di tularkan oleh lalat.
4. Udara, proses penyebaran kuman melalui udara dapat di jumpai pada
penyebaran penyakit sistem pernafasan.
Kuman penyakit ini dapat berasal juga dari tubuh pasien atau petugas
kesehatan yang terinfeksi, lingkungan, peralatan medis yang terkontaminasi,
ataupun pengunjung. Oleh karena itu, cross infection bisa berlangsung
melalui beberapa cara. Salah satu penyebab utama terjadinya infeksi silang
adalah petugas medis yang kurang higienis, seperti tidak mencuci tangan
setelah melepas sarung tangan dan menggantinya dengan yang baru. Pada
cross infection yang terjadi di rumah sakit, kuman penyebab penyakit bisa
berpindah melalui berbagai mekanisme lainnya.
- Prosedur pembedahan yang menyebabkan pisau atau peralatan operasi lain
terkontaminasi kuman.
- Penggunaan peralatan medis yang tidak steril.
- Pemasangan alat kateter di saluran kemih.
- Pemasangan selang cairan infus.
- Menyentuh benda yang terkontaminasi.
- Menggunakan atau membersihkan seprai pasien yang kotor.
C. Jenis-jenis Infeksi Silang
Infeksi silang terjadi pada bagian tubuh tertentu dan menyebabkan
gangguan atau gejala di bagian yang terdampak. Saat tubuh terinfeksi, gejala
seperti demam, tubuh lemas, dan nyeri otot dan sendi akan muncul.
Terjadinya cross infection juga ditandai dengan tekanan darah yang rendah,
berkurangnya frekuensi buang air kecil, dan tingginya jumlah sel darah putih.
Namun, gejala lain juga bisa muncul tergantung dengan jenis infeksinya.
Berdasarkan buku Cross Infection, diketahui terdapat beberapa jenis
infeksi silang yang umum terjadi di rumah sakit.
a. Infeksi saluran kemih (ISK)
Jenis infeksi silang paling umum terjadi akibat prosedur kateter urine atau
pemasangan selang kateter di saluran kemih. Saat prosedur dilakukan,
bakteri atau jamur di sekitar saluran kemih (uretra) bisa ikut terbawa ke
dalam kandung kemih dan menimbulkan infeksi.
Infeksi saluran kemih juga bisa terjadi ketika proses sterilisasi alat tidak
lakukan dengan baik oleh petugas kesehatan.
b. Pneumonia
Setelah ISK, nosokomial pneumonia merupakan jenis cross infection
kedua yang paling umum ditemukan. Gejala pneumonia biasanya mulai
muncul setelah 2 hari infeksi terjadi.Infeksi ini terjadi karena bakteri atau
mikroorganisme lain yang berada di dalam saluran napas berpindah

5
melalui prosedur medis untuk membantu pernapasan, seperti intubasi
maupun ventilator.
c. Infeksi luka operasi
Infeksi silang juga berisiko terjadi selama prosedur operasi. Bagian kulit
terbuka yang menjadi area pembedahan (luka operasi) dapat menjadi
tempat bakteri masuk ke dalam tubuh. Bakteri penyebab infeksi luka
operasi biasanya menempel pada pisau bedah dan peralatan lainnya. Selain
itu, bekas operasi yang menimbulkan luka terbuka juga dapat menjadi
jalan bakteri masuk untuk menginfeksi.
d. Infesksi darah
Cross infection pada pembuluh darah biasanya disebabkan oleh
pemasangan selang infus di dalam vena. Selang infus yang terkontaminasi
kuman penyakit bisa membawa kuman masuk secara langsung ke dalam
pembuluh darah sehingga menyebabkan infeksi darah (sepsis).
D. Rantai Infeksi
Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada
elemen-elemen berikut:
- Agen infeksius atau pertumbuhan pathogen
- Tempat atau sumber pertumbuhan pathogen
- Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut
 Cara penularan:
- Portal masuk pejamu
- Pejamu yang rentan
 Cara penularan
Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme, termasuk bakteri,virus,
jamur dan protozoa, Mikroorganisme di kulit dapat merupakan flora
residen atau transien.
1. Agen Infeksius
Organisme residen berkembang biak pada lapisan kulit superfisial,
namun 10-20% mendiami lapisan epidermal. Organisme transien
melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan orang atau objek lain
dalam aktifitas atau kehidupan normal Kemungkinan bagi
mikroorganisme atau pamasit untuk menyebabkan penyakit bergantung
pada faktor-faktor berikut:
o Organisme dalam jumlah yang cukup
o Virulensi atau kemampuan untuk menyebabkan sakit
o Kemampuan untuk masuk dan hidup dalam pejammu
o Pejamu yang rentan
Beberapa agen yang dapat menyebabkan infeksi, yaitu:
a. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia
yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam

6
melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen Tetapi pada
beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut
memiliki toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme.
Contohnya Escherechia coli paling banyak dijumpai sebagai
penyebab infeksi saluran kemih.
b. Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai
macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media
penularan dari tranfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory
syncytial virus (RSV), rotavirus dan enterovirus yang ditularkan dari
kontak tangan ke mulut atau melalui rute faccal-oral. Hepatitis dan
HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan trasfusi darah.
Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya.
Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit
dan dari darah. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi
nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes
simplex virus, dan varicella zoster virus, juga dapat ditularkan.
c. Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat dengan mudah
menular ke orang dewasa maupun anak-anak Banyak jamur dan
parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan
immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans,
Aspergillus spp. Cryptococcus neformans, Cryptosporidium.
2. Reservoar
Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat
atau tidak berkembang biak. Reservoir yang paling umum adalah tubuh
manusia. Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga
tubuh, cairan dan keluaran. Untuk berkembang biak dengan cepat
mikroorganisme memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk
makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH dan cahaya.
a. Makanan
Mikroorganisme memerlukan untuk hidup, seperti Clostridium
perfringens, mikroba yang menyebabkan gangren gas, berkembang
pada materi organik lain, seperti E.coli mengkonsumsi makanan
yang tidak dicerna di usus, Organisme lain mendapat makanan dari
karbondioksida dan materi organik seperti tanah.
b. Oksigen
Bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan hidup dan
multiplikasi secukupnya untuk menyebabkan sakit.Contohnya adalah
Staphylococcus aureus dan turunan organisme Streptococcus
sedangkan bakteri anaerob berkembang biak ketika terdapat atau

7
tidak ada tersedia oksigen bebas. Bakteri ini yang mampu
menyebabkan tetanus,gas gangrene dan botulisme.
c. Air
Kebanyakan mikroorganisme membutuhkan air atau kelembaban
untuk bertahan hidup. Dan ada juga beberapa bakteri yang berubah
bentuk, disebut dengan spora, yang resisten terhadap kekeringan.
d. Suhu
Mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu terentu.
Namun beberapa dapat hidup dalam temperatur yang ekstrem yang
mungkin fatal bagi manusia. Misalnya virus AIDS, resisten terhadap
air mendidih.
e. pH
Keasaman suatu lingkungan menentukan kemampuan hidup suatu
mikroorganisme. Kebanyakan organisme lebih menyukai lingkungan
dalam batasan pH 5-8.
f. Cahaya
Mikroorganisme berkembang pesat dalam lingkungan yang gelap
seperti di bawah balutan dan dalam rongga tubuh. Sinar ultra violet
dapat efektif untuh membunuh beberapa bentuk bakteri
3. Portal Keluar
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan
berkembang biak, mereka harus menemukan jalan keluar jika mereka
masuk ke pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Mikroorganisme
dapat keluar melalui berbagai tempat, seperti kulit dan membran
mukosa, traktus respiratoris, traktus urinarius, traktus gastrointestinal,
traktus reproduktif dan darah.
4. Cara Penularan
Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoar ke pejamu.
Penyakit infeksius tertentu cenderung ditularkan secara lebih umum
melalui cara yang spesifik, Namun, mikroorganisme yang sama dapat
ditularkan melalui satu rute. Meskipun cara utama penularan
mikroorganisme adalah tangan dari pemberi layanan kesehatan, hampir
semua objek dalam lingkungan dapat menjadi alat penularan patogen.
Semua personel rumah sakit yang memberi asuhan langsung dan
memberi pelayanan diagnostik dan pendukung harus mengikuti praktik
untuk meminimalkan penyebaran infeksi.
5. Portal Masuk
Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama dengan
yang digunakan untuk keluar. Misalnya,pada saat jarum yang
terkontaminasi mengenai kulit klien, organisme masuk ke dalam tubuh.
Setiap obstruksi aliran urine memungkinkan organisme untuk berpindah
ke uretra. Kesalahan pemakaian balutan steril pada luka yang terbuka

8
memungkinkan patogen memasuki jaringan yang tidak terlindungi.
Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar
kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
6. Hospes Rentan
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan dan bergantung
pada derajat ketahanan individu terhadap patogen, meskipun seseorang
secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang
besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap jumlah
mikroorganisme tersebut. Makin banyak virulen suatu mikroorganisme
makin besar didapati muncul di lingkungan perawatan akut.
E. Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif, berat ringannya penyakit klien tergantung
pada tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan pejamu.
Didalam proses infeksi memiliki tahapan tertentu yaitu:
 Periode Inkubasi
Interfal antara masuknya patogen dalam tubuh dan munculnya gejala
utama.
 Tahap Prodomal
Interpal dari awitan tanda gejala non spesifik (malaise, demam ringan,
keletihan) sampai gejala yang spesifik selama masa ini, mikroorganisme
tumbuh dan berkembang biak dan klien mampu menularkan ke orang lain.
 Tahap Sakit
Interpal saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang lebih spesifik
terhadap jenis infeksi.
 Tahap Pemulihan
Interpal saat munculnya gejala akut infeksi, lama penyembuhannya
tergantung pada beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan klien.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Infeksi
1. Sumber penyakit, sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi
berjalan cepat dan lambat.
2. Kuman penyebab, dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan
mikroorganisme, masuk ke dalam tubuh dan virulensianya.
3. Cara membebaskan sumber dari kuman, ini dapat menentukan apakah
proses infeksi cepat teratasi atau di perlambat seperti tingkat keasaman
(Ph), suhu. penyinaran (cahaya), dan lain-lain.
4. Cara penularan, dengan cara kontak langsung.
5. Cara masuknya kuman, proses penyebaran kuman berbeda bergantung
pada sifatnya.
6. Daya tahan tubuh, daya tahan tubuh yang baik dapat menyebabkan
memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan.

9
G. Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit atau dalam
system pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran di sumber
pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung,
maupun sumber lain.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi
nosokomial antara lain:
1. Kuman penyakit (jumlah dan jenis kuman, lama kontak dan virulensi)
2. Sumber infeksi
3. Perantara atau pembawa kuman,
4. Tempat masuk kuman pada hospes baru,
5. Daya tahan tubuh hospes baru,
6. Keadaan rumah sakit meliputi:
7. Prosedur kerja, alat, hygene, kebersihan, jumlah pasien dan konstruksi
rumah sakit,
8. Pemakaian antibiotik yang irasional,
9. Pemakaian obat seperti imunosupresi, kortikosteroid, dan sitostatika,
tindakan invasif dan instrumentasi,
10. Berat penyakit yang diderita.
H. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang
Agar mengurangi risiko penyebaran kuman dari cross infection, ada
beberapa cara pencegahan yang bisa dilakukan. Umumnya, di lingkungan
rumah sakit diterapkan prosedur pengendalian infeksi silang seperti “teknik
aseptik” untuk melakukan sterilisasi peralatan medis.
Jika Anda merupakan pasien yang berisiko terkena infeksi atau
mengalami komplikasi, Anda bisa melakukan tindakan preventif untuk
infeksi berikut ini baik saat berada di rumah maupun di rumah sakit.
 Menghidari kontak dekat dengan orang lain seperti berjabat tangan atau
berpelukan.
 Menjaga jarak sejauh 2 meter dengan orang yang sehat dan pasien lain.
 Tidak menggunakan peralatan makan, sikat gigi, alat bantu pernapasan,
dan alat lain yang memungkinkan terjadinya kontak dengan lendir
terkontaminasi secara bergantian dengan orang lain.
 Menghindari aktivitas di ruangan tertutup dengan sistem ventilasi buruk
bersama dengan orang lain dalam waktu lama.
 Membangun budaya cuci tangan (kebersihan tangan)
 Membangun budaya penggunaan Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri
terdiri dari sarung tangan, masker, gaun pelindung, goggle/perisai wajah,
sepatu pelindung dan topi pelindung. Pemantau penggunaan alat pelindung
diri sesuai dengan indikasi..
 Penerapan dekontaminasi alat kesehatan termasuk sterilisasi :
- Dekontaminasi

10
- Pencucian dan pembilasan
- Pemilahan alat
- Pengeringan
- Pengemasan dan pelabelan
- Sterilisasi alat
- Penyimpanan alat steril
 Pengendalian lingkungan
- Kualitas udara
- Kualitas air
- Permukaan lingkungan
- Desain dan konstruksi bangunan

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa infeksi silang atau
cross infection lebih berisiko terjadi di tempat berlangsungnya prosedur
medis. Contohnya, rumah sakit, puskesmas dan klinik. Sebagian besar orang
yang membawa kuman penyakit tidak menyadari bahwa dirinya menjadi
perantara cross infection.
Setelah dianalisis, infeksi silang dapat dicegah dengan beberapa tindakan
pencegahan infeksi yang dapat di lakukan adalah :
1. Aseptik yaitu tindakan yang di lakukan dalam pelayanan kesehatan.
2. Antiseptik yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh
lainnya.
3. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani
oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis
sebelum pencucian dilakukan.
4. Pencucian yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau
setiap benda asing seperti debu dan kotoran.
5. Desinfeksi yaitu tindakan pada benda mati dengan menghilangkan
tindakan pada benda mati dengan menghilangkan sebagian besar (tidak
semua) mikroorganisme penyabab penyakit.
6. Sterilisasi yaitu tindakan untuk menghilangngkan semua mikroorganisme
(bakteri, jamur,parasit, dan virus) termasuk bakteri endospora.
Selain itu, infeksi silang bisa mengakibatkan penularan penyakit infeksi
di antara pasien atau orang yang sakit. Seperti yang telah disebutkan juga,
rumah sakit menjadi tempat paling umum terjadinya cross-infection ini.
Itulah mengapa penting untuk mengetahui bagaimana infeksi silang ini
berlangsung dan cara pengendalian yang tepat
B. Saran
Setelah meneliti Teknik pencegahan Infeksi Silang, penulis menyarankan
kepada pihak penyelenggara untuk melakukan :
1. Sterilkan alat dengan benar sesuai dengan prosedur.
2. Jagalah alat dari kontaminasi lingkungan sekitar.
3. Tangani dengan benar limbah rumah sakit.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kemala, F. (2021, May 07) Kenali Bahaya Infeksi Silang, Bagaimana Bisa
Ditularkan. Diambil kembali dari hellosehat.com:
https://hellosehat.com/infeksi/infeksi-silang/

Anonim. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang.


https://pkmsitubondo.situbondokab.go.id Diakses pada Rabu 26 Oktober
2022: https://pkmsitubondo.situbondokab.go.id/halaman/pencegahan-dan-
pengendalian-infeksi

Anonim. Makalah Pencegahan Infeksi Silang. https://123dok.com Diakses pada


Rabu 26 Oktober 2022 https://123dok.com/document/zg9x6evq-makalah-
pencegahan-infeksi-silang.html

13

Anda mungkin juga menyukai