Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAGEMEN PASIEN SAFETY

KONSEP INFEKSI NOSOKOMIAL

Dosen Pembimbing :
Hepta Nur Anugrahini, S.Kep, Ns, M.Kep.

Disusun Oleh :
Desi Novita Sari (P27820119061)

Tingkat II Reguler B

PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Managemen Pasien Safety dengan judul Konsep
Infeksi Nosokomial.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Surabaya, 2 Oktober 2020


DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN.............................................................................


2.1 Pengertian Infeksi Nosokomial..........................................................
2.2 Penyebab Infeksi Nosokomial...........................................................
2.3 Penularan Infeksi Nosokomial...........................................................
2.4 Pencegahan Infeksi Nosokomial........................................................
2.5 Konsep Isoloasi..................................................................................
BAB III. PENUTUP.....................................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keselamatan pasien merupakan suatu tanggung jawab penuh para tenaga
kesehatan di Rumah Sakit, terutama sebagai perawat yang 24 jam melakukan
kontak dengan pasien. Dalam lingkungan keperawatan banyak sekali infeksi
yang terjadi, terutama yang bisa membahayakan pasien karena daya tahan
yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius.
Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit dan upaya
pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan
yang bermutu. Dalam pemberian pelayanan yang bermutu, seorang perawat
dan tenaga kesehatan lain harus memiliki kemampuan untuk mencegah infeksi
dimana hal ini memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan karena
mencakup setiap aspek penanganan pasien.
Salah satu penyakit infeksi yang masih sering terjadi adalah infeksi
nosokomial, infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh
saat seseorang itu berada di lingkungan pelayanan kesehatan. Saat ini, masalah
infeksi nosokomial makin banyak mendapat perhatian para ahli karena di
samping dapat meningkatkan morbilitas maupun mortalitas, juga menambah
biaya perawatan dan obat-obatan, waktu dan tenaga yang pada akhirnya akan
membebani pemerintah/rumah sakit, personil rumah sakit maupun penderita
dan keluarganya.
Cara penularan melalui tenaga kesehatan  ditempatkan sebagai
penyebab yang paling utama terjadinya infeksi nosokomial. Penularan melalui
tangan tenaga kesehatan dapat secara langsung karena tangan yang kurang
bersih atau secara tidak langsung melalui peralatan yang invasif. Dengan
tindakan mencuci tangan secara benar saja kejadian infeksi nosokomial dapat
mencapai 50% apalagi jika tidak mencuci tangan. Peralatan yang kurang steril,
air yang terkontaminasi kuman, cairan desinfektan yang mengandung kuman,
sering meningkatkan risiko infeksi nosokomial.
Maka dari itu sebagai tenaga kesehatan harus mencegah terjadinya
infeksi nosokomial ini, karna tidak hanya merugikan bagi pasien dan keluarga
pasien tetapi juga sangat berisiko tertular pada tenaga kesehatan itu sendiri.
Pada makalah ini akan dibahas secara ringkas mengenai infeksi nosokomial
agar bisa dimengerti dan dipahami bagi pembaca.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan infeksi nosokomial?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya infeksi nosokomial?
3. Bagaimana managemen pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian mengenai infeksi nosokomial
2. Memahami mekanisme terjadinya infeksi nosokomial
3. Mengerti managemen pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Infeksi Nosokomial


Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila
mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau
jaringan. Penyakit akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan
pada jaringan normal.
Sedangkan infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat penderita ketika
penderita itu dirawat disarana pelayanan kesehatan, baik itu puskesmas, klinik,
maupun rumah sakit. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan
menunjukkan tanda infeksi  kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa
inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi
yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru
dapat disebut infeksi nosokomial.

2.2. Penyebab terjadinya infeksi nosokomial


Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah :
1.      Pasien
Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebabkan infeksi kepada
pasien lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan
lainnya.
2.      Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebabkan infeksi melalui kontak langsung,
yang dapat menularkan berbagai kuman ke tempat lain.
3.      Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam
lingkungan rumah sakit, atau sebaliknya, yang didapat dari dalam rumah sakit ke
luar rumah sakit.
4.      Sumber Lain
Sumber lain yang dimaksud adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi
lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit, atau alat yang ada di
rumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien,
dan sebaliknya.

2.3. Penularan infeksi nosokomial


1.      Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung
dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung
dengan penjamu, misalnya person to person pada penularan infeksi virus hepatitis
A secara fecal oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan
membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda
mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan
medis oleh mikroorganisme.
2.      Penularan melalui Common Vehicle
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman
dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-
jenis common vehicle adalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan
dan sebagainya.
3.      Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat
kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui
saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit
yang terlepas  (staphylococcus) dan tuberculosis.
4.      Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut
penularan secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari
mikroorganisme yang menempel pada tubuh vektor,
misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.
2.4. Pencegahan Infeksi Nosokomial
Terdapat beberapa prosedur dan tindakan pencegahan infeksi nosokomial.
Tindakan ini merupakan seperangkat tindakan yang didesain untuk membantu
meminimalkan resiko terpapar material infeksius seperti darah dan cairan tubuh
lain dari pasien kepada tenaga kesehatan atau sebaliknya. Kunci pencegahan
infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip pemeliharaan
hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima standar penerapan yaitu:
1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci tangan merupakan
metode yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif
mengurangi perpindahan mikroorganisme karena bersentuhan.
2. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah
atau cairan tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi pakaian khusus (apron),
masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah
sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari
pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan
tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.
3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan
penyakit melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien.
Terakit dengan hal ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan
agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun pasien.
4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip
yang benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi
infeksi dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan
5. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui aktivitas
pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis
dan sampah berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga
keamanan tenaga rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.

2.5. Konsep Isolasi


Sebagai bentuk pengendalian dari infeksi nosokomial maka penderita akan
dilakukan adanya isolasi mandiri. Isolasi yaitu pemisahan penderita atau
pemisahan orang yang terinfeksi selama masa inkubasi dengan kondisi tertentu
untuk mencegah atau mengurangi terjadinya penularan baik langsung maupun
tidak langsung dari orang yang rentan.
CDC telah merekomendasikan suatu “Universal Precaution atau
Kewaspadaan Umum” yang harus diberlakukan untuk semua penderita baik yang
dirawat maupun yang tidak dirawat di Rumah Sakit terlepas dari apakah penyakit
yang diderita penularanya melalui darah atau tidak. Hal ini dilakukan dengan
asumsi bahwa darah dan cairan tubuh dari penderita (sekresi tubuh biasanya
mengandung darah, sperma, cairan vagina, jaringan, Liquor Cerebrospinalis,
cairan synovia, pleura, peritoneum, pericardial dan amnion) dapat mengandung
Virus HIV, Hepatitis B dan bibit penyakit lainnya yang ditularkan melalui darah.
Tujuan dari pada di lakukannya Kewaspadaan Umum ini adalah agar para
petugas kesehatan yang merawat pasien terhindar dari penyakit-penyakit yang di
tularkan melalui darah yang dapat menulari mereka melalui tertusuk jarum karena
tidak sengaja, lesi kulit, lesi selaput lendir.
Alat-alat yang dipakai untuk melindungi diri antara lain pemakaian sarung
tangan, Lab jas, masker, kaca mata atau kaca penutup mata. Ruangan khusus
diperlukan jika hygiene penderita jelek. Limbah Rumah Sakit diawasi oleh pihak
yang berwenang.

A. Syarat-syarat ruang isolasi :


a) Pencahayaan
Menurut Kementrian Kesehatan 1204/Menkes/SK/X/2004, intensitas
cahaya untuk ruang isolasi adalah 0,1 - 0,5 lux dengan warna cahaya biru.Selain
itu ruang isolasi harus mendapat paparan sinar matahari yang cukup.
b) Pengaturan sirkulasi udara
Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan prinsip
tekanan yaitu tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
c) Pengelolaan Limbah
Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan
pengelolaan limbah medis infeksius yang umumnya terdiri dari penimbunan,
penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

B. Macam – macam Isolasi


1. Isolasi ketat      
Kategori ini dirancang untuk mencegah transmisi dari bibit penyakit yang
sangat virulen yang dapat ditularkan baik melalui udara maupun melalui kontak
langsung. Cirinya adalah selain disediakan ruang perawatan khusus bagi
penderita juga bagi mereka yang keluar masuk ruangan diwajibkan memakai
masker, lab jas, sarung tangan. Ventilasi ruangan tersebut juga dijaga dengan
tekanan negatif dalam ruangan.
2.    Isolasi kontak
Diperlukan untuk penyakit-penyakit yang kurang menular atau infeksi
yang kurang serius, untuk penyakit-penyakit yang terutama ditularkan secara
langsung sebagai tambahan terhadap hal pokok yang dibutuhkan, diperlukan
kamar tersendiri, namun penderita dengan penyakit yang sama boleh dirawat
dalam satu kamar, masker diperlukan bagi mereka yang kontak secara langsung
dengan penderita, lab jas diperlukan jika kemungkinan terjadi kontak dengan
tanah atau kotoran dan sarung tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan
yang infeksius.
3.    Isolasi pernafasan
Dimaksudkan untuk mencegah penularan jarak dekat melalui udara,
diperlukan ruangan bersih untuk merawat penderita, namun mereka yang
menderita penyakit yang sama boleh dirawat dalam ruangan yang sama. Sebagai
tambahan terhadap hal-hal pokok yang diperlukan, pemakaian masker dianjurkan
bagi mereka yang kontak dengan penderita, lab jas dan sarung tangan tidak
diperlukan.
4.    Isolasi terhadap Tuberculosis (Isolasi BTA)
Ditujukan bagi penderita TBC paru dengan BTA positif atau gambaran
radiologisnya menunjukkan TBC aktif. Spesifikasi kamar yang diperlukan adalah
kamar khusus dengan ventilasi khusus dan pintu tertutup. Sebagai tambahan
terhadap hal-hal pokok yang dibutuhkan masker khusus tipe respirasi dibutuhkan
bagi mereka yang masuk ke ruangan perawatan, lab jas diperlukan untuk
mencegah kontaminasi pada pakaian dan sarung tangan atidak diperlukan.
5.    Kehati-hatian terhadap penyakit Enterie
Untuk penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan langsung atau tidak
langsung melalui tinja. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang
diperlukan, perlu disediakan ruangan khusus bagi penderita yang hygiene
perorangannya rendah. Masker tidak diperlukan jika ada kecenderungan terjadi
soiling dan sarung tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan yang
terkontaminasi.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Infeksi nosokomial merupakan suatu hal yang harus menjadi suatu perhatian
penting tenaga kesehatan untuk tetap selalu waspada dalam meningkatkan
kebersihan dan juga kesterilan diri maupun alat-alat yang akan digunakan untuk
tindakan. Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan
mengendalikan terjadinya infeksi nosokomial yaitu dalam upaya ini adalah rantai
penularan infeksi. Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting
karena apabila satu mata rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat
dicegah atau dihentikan.
Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya
tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan
terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan
prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory. Dengan cara
mempraktikan teknik pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat
menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.

3.2. Saran
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah rantai penularan infeksi
nosokomial ini, terutama untuk para tenaga kesehatan diharap dapat
memperhatikan keamanan diri dengan selalu menggunakan alat pelindung diri
meliputi pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan
hidung. Tidak lupa juga selalu melakukan cuci tangan di 5 momen.
Untuk para pasien dan keluarga pasien yang berkunjung juga diharap dapat
menjaga kebersihan dan melakukan cuci tangan setelah menjenguk pasien,
didalam pelayanan kesehatan sudah disediakan tempat untuk cuci tangan
menggunakan handrub maupun wastafel dengan air mengalir agar pengunjung
bisa mencuci tangan sebagai suatu upaya pencegahan dari infeksi nosokomial.

DAFTAR PUSTAKA
Lista Vanny, 2018 Makalah Infeksi dan Infeksi Nosokomial, 10 APRIL 2018
http://makalahlistavanny.blogspot.com/2018/04/makalah-infeksi-dan-infeksi-
nosokomial.html
Potter & perry Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005

Anda mungkin juga menyukai