Pasien adalah rujukan dari RS Sakina Idaman dengan diagnosa medis plasenta previa totalis.
Pasien pernah rawat inap di RS Sakina Idaman dari tanggal 7-10 Januari 2019 dengan keluhan
perdarahan dari jalan lahir.
Pasien telah diberikan terapi dexamethasone 2x8mg dalam 2 hari.
Pasien kemudian dirujuk ke RSS. Pasien merasa hamil 8 bulan, mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir
±100 cc.
Perdarahan sudah sejak 1 bulan sebelum masuk RS.
Pasien pernah memeriksakan diri ke dokter spesialis obsgyn dengan diagnosa plasenta previa totalis.
Riwayat Penyakit
Riwayat Reproduksi
Genogram
Pasien
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: garis perkawinan
: garis keturunan
1. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Temperatur : 38,5oC
Respirasi : 22 x/menit
DJJ : 153 x/menit
2. Status Gizi
Berat badan sebelum hamil : 45 kg
Berat badan terakhir : 55 kg
Tinggi badan : 161 cm
IMT : 55/(1,61)2= 21,21 kg/m2 (Normal)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
•Hasil pemeriksaan urin dan darah tanggal 13 Januari 2019
BUN 7 mg/dL 7-20
KIMIAWI
Glukosa 0
Bilirubin 0 mg/dL
pH 6.5
D I A G N O S I S K E P E R A W ATA N
A. Mual berhubungan dengan kehamilan Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera C. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder
biologis ditandai dengan: ditandai dengan:
DS : Pasien menyatakan DS : Pasien mengatakan
o Nyeri 1. Demam hingga menggigil
P : Saat bayi dalam kandungan bergerak aktif 2. Perdarahan pada jalan lahir berwarna merah segar
Q : Seperti tertekan DO :
R : Perut bagian bawah 1. Hasil pemeriksaan darah :
S : 3 dari 0-10 Leukosit 23,67 103/μL
T : Hilang timbul Hemoglobin 10,6 g/dL
o Sulit tidur karena nyeri yang dirasakan tidak nyaman bagi pasien Temperatur : 38,5oC
DO : 2. Terpasang kateter tinggal sejak tanggal 13 Januari 2019
1. Pasien terlihat meringis kesakitan saat nyeri 3. Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus depan menutupi jalan lahir grade II
2. Pasien terlihat sayu, terlihat lingkaran hitam di sekitar mata
3. Pasien terlihat melindungi area nyeri D. Risiko tinggi cedera (janin) berhubungan dengan ketidakadekuatan perfusi plasenta
4. Tanda-tanda vital : ditandai dengan:
TD : 100/60 mmHg DS : Pasien mengatakan perdarahan pada jalan lahir, berwarna merah segar
N : 90 x/menit DO :
R : 22 x/menit 1. Hasil pemeriksaan darah :
Leukosit 23,67 103/μL
B. Mual berhubungan dengan kehamilan ditandai dengan: Hemoglobin 10,6 g/dL
DS : Pasien menyatakan APTT 27,3 detik
1. Nafsu makan menurun Hematokrit 31,3%
2. Makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali makan karena mual Eritrosit 3,55 106/μL
3. Muntah 1x pada tanggal 13 Januari 2019 2. Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus depan menutupi jalan lahir grade II
4. Merasakan mual apabila mencium bau makanan yang menyengat 3. Pasien menggunakan pembalut, terlihat darah berwarna merah segar di pembalut
DO : 4. Tanda-tanda Vital
1. Pasien terlihat lemas N : 90 x/menit
R : 22 x/menitTanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
DJJ 153 x/menit
PERENCANAAN KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
NO. DX
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. 14Januari 2019 14Januari 2019 14Januari 2019
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji ulang lokasi, karakteristik, 1. Mengidentifikasi kondisi dan
selama 3x24 jam diharapkan pasien durasi, frekuensi dan skala nyeri. dasar intervensi selanjutnya
tidak merasakan nyeri dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda vital (TD, N, 2. Mengidentifikasi kondisi dan
hasil : RR) dasar intervensi selanjutnya
3. Atur posisi senyaman mungkin 3. Posisi yang nyaman dapat
1. Skala nyeri berkurang dari 3
4. Ajarkan teknik manajemen nyeri menurunkan rasa nyeri.
menjadi 1 dalam skala 0-10
nonfarmakologi : nafas dalam 4. Nafas dalam meningkatkan
2. Pasien mengatakan nyeri
5. Jelaskan penyebab nyeri yang suplai oksigen dan merilekskan
berkurang.
dialami pasien ketegangan otot
3. Ekpresi wajah tampak rileks.
6. Kelola pemberian parasetamol 5. Memberikan informasi kepada
4. Pasien dapat melakukan nafas
500 mg per oral jika perlu pasien tentang nyeri yang
dalam secara mandiri
dialaminya, mengurangi
ansietas
6. Analgetik memblok pusat rasa
nyeri
2. Senin, 14 Januari 2019 Senin, 14 Januari 2019 Senin, 14 Januari 2019
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji penyebab mual pasien 1. Menentukan intervensi selanjutnya
keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan pasien tidak mual dengan 2. Observasi mual dan muntah 2. Mengetahui kondisi pasien dan dasar
kriteria hasil : intervensi selanjutnya
3. Ciptakan suasana yang nyaman
1. Pasien tidak muntah dan bersih 3. Suasana yang bersih dan nyaman
membebaskan pasien dari bau-bau
2. Nutrisi pasien terpenuhi 4. Beri makanan dalam porsi kecil yang menyebabkan mual.
tapi sering
4. Memberi kesempatan lambung untuk
5. Berikan pilihan makanan yang mencerna makanan, mencegah
disukai pasien dan makanan yang refluks
tidak berbau menyengat,
mAnjurkan pasien untuk menjaga 5. Untuk meningkatkan nafsu makan
kebersihan mulut pasien dan mencegah timbulnya mual
Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi suhu aksila dan 1. Mengetahui kondisi pasien
keperawatan selama 3x24 jam tanda gejala infeksi dan dasar intervensi
diharapkan pasien tidak 2. Lakukan vulva hygiene selanjutnya
mengalami infeksi dengan kriteria 3. Cuci tangan sebelum dan 2. Mengurangi risiko infeksi
hasil : sesudah kontak, batasi dan meningkatkan rasa
pengunjung nyaman
1. Suhu rentang 36,5-37,5oC
4. Anjurkan pasien banyak 3. Mencegah kontaminasi
2. Tidak terlihat tanda gejala
minum : 2 liter per hari silang dan risiko infeksi
infeksi (tumor, rubor, kalor
5. Ajarkan keluarga dan pasien nosokomial
dolor, fungsio laesa)
mengenai tanda dan gejala 4. Mengurangi iritasi pada
infeksi dan cara mukosa kandung kemih
mencegahnya 5. Keikutsertaan keluarga
6. Kelola pemberian antibiotik dalam memonitor infeksi
injeksi cefotaxim 500 mg/12 dan mencegahnya
jam per IV 6. Antibiotik membunuh
mikroorganisme penyebab
infeksi
4. Senin, 14 Januari 2019 Senin, 14 Januari 2019 Senin, 14 Januari 2019
Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor perdarahan pervaginam 1. Mengetahui kondisi pasien dan
keperawatan selama 3x24 jam 2. Kaji jumlah darah yang hilang. Pantau dasar intervensi selanjutnya
diharapkan janin tidak mengalami tanda dan gejala syok hipovolemi 2. Hemoragi berlebihan dan
cedera dengan kriteria hasil : 3. Monitor bunyi jantung janin menetap dapat mengancam
4. Istirahatkan pasien, anjurkan bedrest hidup pasien atau
1. Perdarahan minimal 5. Anjurkan pasien agar miring ke kiri mengakibatkan infeksi
2. DJJ rentang 120-160 x/menit 6. Anjurkan pasien untuk membatasi pascapartum, anemia
pergerakan pascapartum, KID, gagal ginjal,
7. Kelola pemberian tokolitik Nifedipin 10 atau nekrosis hipofisis yang
mg/8 jam per oral disebabkan oleh hipoksia
8. Kolaborasi dengan dokter tentang jaringan.
pemberian oksigen 3. Denyut jantung lebih >160 serta
<100 dapat menunjukkan gawat
janin kemungkinan terjadi
gangguan perfusi pada plasenta
4. Melalui istirahat kemungkinan
terjadinya pelepasan plasenta
dapat dicegah
5. Posisi miring kiri menurunkan
oklusi vena cava inferior oleh
uterus dan meningkatkan aliran
balik vena ke jantung
6. Pergerakan yang banyak dapat
mempermudah pelepasan
plasenta sehingga dapat terjadi
perdarahan
7. Tokolitik menekan kontraksi
uterus mengurangi perdarahan
8. Dengan pemberian O2 dapat
meningkatkan konsumsi O2
sehingga konsumsi pada janin
meningkat
•IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
DX. 1
TANGGAL,
IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
14 Januari 1. Mengkaji ulang lokasi, S : Pasien megatakan nyeri
2019, 10.00 karakteristik, durasi, masih terasa, pasien
16 Januari 1. Mengkaji ulang S : Pasien mengatakan
WIB frekuensi dan skala mengatakan merasa lebih
nyeri.. nyaman ketika posisi 2019, lokasi, karakteristik, nyeri perut berkurang,
2. Mengatur posisi berbaring, pasien 18.00 WIB durasi, frekuensi skala 1 (1-10)
senyaman mungkin. mengatakan sudah dan skala nyeri. O : TD : 110/80 mmHg,
3. Mengajarkan teknik menerapkan nafas dalam 2. Memonitor tanda- nadi 80 x/menit,
manajemen nyeri ketika nyeri, pasien tanda vital (TD, N, respirasi 20 x/menit,
nonfarmakologi : nafas mengatakan penyebab nyeri RR) terlihat nafas dalam
dalam adalah gerakan janin 3. Mengatur posisi secara mandiri, pasien
4. Menjelaskan penyebab O: Wajah pasien terlihat
senyaman mungkin terlihat rileks, pasien
nyeri yang dialami tegang karena menahan
posisi supinasi
pasien nyeri, pasien terlihat sudah
A : Masalah nyeri aku
bisa nafas dalam dengan
teratasi
benar, posisi pasien supinasi,
P : Monitor TTV
Add Text Here Addjanin
teraba Textaktif
Heredi abdomen Add Text Here Add Text Here
A: Masalah nyeri akut teratasi
sebagian
P : Monitor TTV
DX. 2
TANGGAL,
IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
18 Januari 1. Mengkaji penyebab S : Pasien mengatakan
19 Januari 1. Mengkaji mual dan S : Pasien mengatakan
2019 , mual pasien merasakan mual
2019, muntah masih sedikit mual,
10.00 WIB 2. Mengobservasi apabila mencium bau
08.30 WIB 2. Menganjurkan tidak muntah, dan
mual dan muntah yang menyengat seperti
pasien makan menyatakan mengerti
3. Menganjurkan ikan, pasien
sedikit-sedikit tapi untuk makan makanan
makan dalam porsi mengatakan mal
sering yang disukai sedikit-
kecil tapi sering berkurang dan tidak
3. Menganjurkan sedikit tapi sering
4. Menganjurkan muntah, akan makan
pasien memakan O : obat dan dosis :
kepada pasien makanan yang lunak
makanan yang sulfas ferosus 600 mg,
untuk memakan dalam porsi kecil tapi
disukai albumin 500 mg, rute:
makanan yang sering, mengatakan
4. Mengelola oral, pada Ny. S, pukul
lunak makan diet RS habis ½
pemberian 08.30 WIB
porsi
suplemen dan A : Mual teratasi
O : Terlihat sedang
vitamin : sulfas sebagian
makan camilan
ferosus 600 mg/oral P : Monitor mual dan
A : Masalah mual
, albumin 500 muntah
teratasi
mg/oral
P : Observasi mual dan
muntah
DX. 3 18 Januari 1. Mengobservasi S : Pasien mengatakan
2019 , suhu aksila dan masih flek-flek, pasien
09.00 WIB tanda gejala infeksi mengatakan sudah
TANGGAL, JAM IMPLEMENTASI EVALUASI 2. Mencuci tangan banyak minum sehari
sebelum dan kurang lebih 2 botol
14Januari 2019, 1. Mengobservasi suhu aksila dan S : Keluarga pasien mengatakan sesudah kontak, aqua, keluarga dan
batasi pengunjung pasien mengatakan
11.00 WIB tanda gejala infeksi suhu tubuh pasien panas 3. Menganjurkan sudah paham
2. Mencuci tangan sebelum dan O : Suhu 38,5oC pasien banyak mengenai tanda dan
minum : 2 liter per gejala infeksi.
sesudah kontak, batasi A : Masalah risiko infeksi teratasi hari O : S : 37oC, TD :
pengunjung P : Kelola pemberian parasetamol 4. Memberiahu 110/70 mmHg, N : 78
keluarga dan pasien x/menit, RR : 22
tablet 500mg per oral mengenai tanda dan x/menit, injeksi
gejala infeksi dan cefotaxim sudah masuk
cara mencegahnya melalui IV
5. Mengelola A : Risiko infeksi
pemberian antibiotik teratasi
16 Januari 2019, 1. Mengobservasi suhu aksila dan S : Pasien mengatakan sudah tidak
inj cefotaxim 1gr/12 P : Kelola pemberian
08.00 WIB tanda gejala infeksi demam lagi jam cefotaxim 1gram/12jam
per IV
2. Mencuci tangan sebelum dan O : Suhu 36,6oC, pasien terpasang
18 Januari 1. Mengobservasi S:-
sesudah kontak, batasi infus RL di tangan kanan sejak 2019, suhu aksila dan O : Suhu 36,2oC,
20.00 WIB tanda gejala infeksi pasien terpasang infus
pengunjung tanggal 17 November 2014 kondisi
2. Mencuci tangan RL di tangan kanan
3. Memberikan injeksi cefotaxim bersih tidak terlihat tanda flebitis sebelum dan sejak tanggal 17
sesudah kontak, November 2014 kondisi
1 gram per IV dan infeksi, cefotaxim 1 gram
batasi pengunjung bersih tidak terlihat
masuk per IV 3. Memberikan injeksi tanda flebitis dan
cefotaxim 1 gram infeksi, cefotaxim 1
A : Masalah risiko infeksi teratasi
per IV gram masuk per IV
P : Kelola pemberian cefotaxim 1 A : Masalah risiko
infeksi teratasi
gram/12 jam per IV
P : Kelola pemberian
cefotaxim 1 gram/12
jam per IV
DX. 4
TANGGAL,
IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
14 Januari 1. Memonitor S : Pasien mengatakan
16 Januari 1. Memonitor S : Pasien mengatakan
2019, perdarahan masih keluar darah dari
2016, perdarahan perdarahan berkurang,
14.30 WIB pervaginam jalan lahir, darah
20.15 WIB pervaginam tinggal flek, pasien
2. Mengkaji jumlah berwarna merah segar,
2. Mengkaji jumlah mengatakan akan
darah yang hilang. pasien mengatakan
darah yang hilang. sering miring ke kiri dan
Memantau tanda akan sering miring ke
Memantau tanda membatasi pergerakan
dan gejala syok kiri dan membatasi
dan gejala syok O : DJJ : 149 x/menit,
hipovolemi pergerakan
hipovolemi pasien bedrest
3. Memonitor bunyi O : DJJ : 152 x/menit,
3. Memonitor bunyi A : Masalah risiko tinggi
jantung janin pasien bedrest
jantung janin cedera (janin) teratasi
4. Menganjurkan A : Masalah risiko tinggi
4. Menganjurkan P : Monitor perdarahan
pasien istirahat dan cedera (janin) teratasi
pasien istirahat dan pervaginam
bedrest P : Monitor perdarahan
bedrest
5. Menganjurkan pervaginam
5. Menganjurkan
pasien agar miring
pasien agar miring
ke kiri
ke kiri
6. Menganjurkan
6. Menganjurkan
pasien untuk
pasien untuk
membatasi
membatasi
pergerakan
pergerakan
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan kesakitan atau kematian baik
pada ibu maupun pada janinnya. Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC
(Disseminated Intravascular Coagulopathy). Pada janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital
dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan
bayi yang lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi
dengan plasenta previa
KESIMPULAN