Anda di halaman 1dari 23

KONSEP DASAR IMUNISASI

Disusun Oleh:
Kelompok4
Liyana Puspa Cristiana (2019.C.11.1049)
Muhammad Ramadhani (2019.C.11.1051)
Nadia (2019.C.11.1052)
Sentiani (2019.C.11.1061)
Sri Devi (2019.C.11.1064)
Viorado Yolandri (2019.C.11.1068)
Yulia Sari (2019.C.11.1073)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah tentang “KONSEP IMUNISASI” ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini disusundalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah“Keperawatan Anak I”yang diampu oleh Ibu Septian
Mugi Rahayu, Ners.,M.Kep.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan didalam makalah ini karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Dan
kami mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca sekalian. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Palangka Raya, 10 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI...………………………………………..……………………….………..ii
BAB I PENDALUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.2.1 Apa Pengertian Imunisasi…..……………………………………………2
1.2.2 Apa Itu Vaksin…………………………...………………………………2
1.2.3 Apa Tujuan Imunisasi……………………...…………………………….2
1.2.4 Apa Saja Manfaat Imunisasi…………….……………………………….2
1.2.5 Apa Saja Jenis-Jenis Imunisasi…………………………………………..2
1.2.6 Bagaimana Penyelenggaraan Imunisasi…………………………………2
1.2.7 Bagaiamana Jadwal Pelaksanaan Imunisasi……………………………..2
1.2.8 Apa Saja Penyakit Yang Dapat Dicegah Melalui Imunisasi…………….2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3
2.1 Pengertian Imunisasi...........................................................................................3
2.2 Vaksin.................................................................................................................4
2.3 Tujuan Imunisasi.................................................................................................4
2.4 Manfaat Imunisasi...............................................................................................4
2.5 Jenis-jenis Imunisasi...........................................................................................5
2.6 Jenis-jenis Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraannya Di Indonesia......6
2.7 Penyelenggaraan.................................................................................................8
2.8 Jadwal Pelaksanaan Imunisasi............................................................................8
2.9 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi..............................................10
2.10 Reaksi /Efek Samping Imunisasi......................................................................14
2.11 Sasaran Imunisasi.............................................................................................15
BAB III PENUTUP.......................................................................................................16
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................16
3.2. Saran.................................................................................................................16

ii
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang (khususnya
anak) secara aktif maupun pasif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia
terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut
(Permenkes RI, 2017). Imunisasi berguna untuk membuat zat anti untuk mencegah
penyakit tertentu (Nina Siti Mulyani dan Mega Rinawati dalam jurnal Gereggi
Septino Tanimidjaja dan Cynthia Hayat, 2015). Imunisasi sangat penting dan wajib
diberikan pada anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik
orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi
tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan
lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan
hidup anak. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar
lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari
imunisasi dasar dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukanimunisasi
lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal. (Biro Komunikasi
dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, 2018).
World Health Organization (WHO) menyebutkan di tahun 2015, terdapat
134.200 kematian bayi dan balita di seluruh dunia (setara dengan 367
kematian/hari, atau 15 kematian/jam). Angka ini memang jauh menurun seiring
meluasnya cakupan imunisasi campak. Profil kesehatan Indonesia tahun 2016
melaporkan 6.890 kasus campak sepanjang tahun 2016, dengan jumlah kematian 5
orang. Pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan RI mencatat 8.185 kasus
campak di Indonesia, dengan 831 kasus kejadian luar biasa (KLB) atau wabah.
Angka kematian yang dilaporkan hanya 1 (Swary Riski Candra, 2017). Berdasarkan
data yang dipublikasi Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO)
Tahun 2015, Indonesia termasuk 10 negara dengan jumlah kasus campak terbesar
di dunia. Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah kasus Campak dan Rubella
yang ada di Indonesia sangat banyak dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Adapun jumlah total kasus suspek Campak-Rubellayang dilaporkan antara tahun

1
2014 s.d Juli 2018 tercatat sebanyak 57.056 kasus (8.964 positif Campak dan 5.737
positif Rubella) (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Saat ini di Indonesia masih ada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi
secara lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sedari lahir. Hal itu
menyebabkan mereka mudah tertular penyakit berbahaya karena tidak adanya
kekebalan terhadap penyakit tersebut. Data dari Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan sejak
2014-2016, terhitung sekitar 1,7 juta anak belum mendapatkan imunisasi atau
belum lengkap status imunisasinya. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah
konsep imunisasi dasar lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin
lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak
cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat kekebalan
yang optimal (Kementerian Kesehatan RI, 2019).
Imunisasi merupakan investasikesehatan masa depan karena pencegahan
penyakit melaluiimunisasi merupakan caraperlindunganterhadap infeksi yang
paling efektif dan jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah
jatuh sakit dan harus di rawat dirumah sakitt.Denganimunisasi, anak akan terhindar
dari infeksi penyakit berbahaya, maka mereka memiliki kesempatan beraktifitas,
bermain, belajar tanpa terganggu masalah kesehatan.Namun demikian,sampai saat
ini masih terdapat masalah-masalah dalam pemberianimunisasi, antara lain
pemahaman orang tua yang masih kurang pada sebagian masyarakat, mitos salah
tentang imunisasi, sampai jadwal imunisasi yang terlambat.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian Imunisasi
1.2.2 Apa Itu Vaksin
1.2.3 Apa Tujuan Imunisasi
1.2.4 Apa Saja Manfaat Imunisasi
1.2.5 Apa Saja Jenis-Jenis Imunisasi
1.2.6 Bagaimana Penyelenggaraan Imunisasi
1.2.7 Bagaiamana Jadwal Pelaksanaan Imunisasi

2
1.2.8 Apa Saja Penyakit Yang Dapat Dicegah Melalui Imunisasi

1.3 Tujuan Penulisan


a) Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi tentang Konsep Imunisasi.
b) Tujuan Khusus
1) Untuk Mengetahui Pengertian Imunisasi
2) Untuk MengetahuiApa Itu Vaksin
3) Untuk Mengetahui Tujuan Imunisasi
4) Untuk Mengetahui Manfaat Imunisasi
5) Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Imunisasi
6) Untuk Mengetahui Penyelenggaraan Imunisasi
7) Untuk Mengetahui Jadwal Pelaksanaan Imunisasi
8) Untuk Mengetahui Penyakit Yang Dapat Dicegah Melalui Imunisasi

1.4 Manfaat Penulisan


Untuk lebih memahami serta meningkatkan pengetahuan tentang Konsep Imuniasi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten.Imunisasi adalah suatu
upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi merupakan suatu program
yang dengan sengaja memasukkan (kuman atau racun kuman (toksin) atau bagian
dari protein kuman/protein racun yang hidup/sdh diinaktifkan) lemah agar
merangsang antibodi (zat anti yang dibuat tubuh sebagai reaksi adanya antigen
yang berbentuk kuman) keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin
tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika
nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin
maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi
sebelumnya (Atikah,2010,p.8).
Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan bayi dan anak lebih kebal
dari berbagai jenis penyakit, diharapan anak atau bayi tetap tumbuh dalam keadaan
sehat. Dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara mandiri agar berbagai kuman
yang masuk dapat dicegah. Pertahanan tubuh tersebut meliputi pertahanan non
spesifik dan pertahanan spesifik. Proses mekanisme pertahanandalamtubuhpertama
kali adalah pertahanan non spesifik seperti komplemen dan makrofag dimana
komplemen dan makrofag ini pertama kali akan memberikan peran ketika ada
kuman yang masuk ke dalam tubuh (Proverawati,2010).

2.2 Vaksin
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen yang bila diberikan kepada
seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik seara aktif terhadap penyakit
tertentu.

4
2.3 Tujuan Imunisasi
Imunisasi bertujuan untuk membangun kekebalan tubuh seseorang terhadap
suatu penyakit, dengan membentuk antibodi dalam kadar tertentu. Agar antibodi
tersebut terbentuk, seseorang harus diberikan vaksin sesuai jadwal yang telah
ditentukan. Jadwal imunisasi tergantung jenis penyakit yang hendak dicegah.
Sejumlah vaksin cukup diberikan satu kali, tetapi ada juga yang harus diberikan
beberapa kali, dan diulang pada usia tertentu. Vaksin dapat diberikan dengan cara
disuntik atau tetes mulut.

2.4 Manfaat Imunisasi


Imunisasi sangat penting untuk melindungi bayi terhadap penyakit-penyakit
menular, yang bahkan bias membahayakan jiwa. Imunisasi juga merupakan upaya
untuk pemusnahan penyakit secara sistematis. Imunisasi bertujuan agar zat
kekebalan tubuh bayi terbentuk sehingga resiko untuk mengalami penyakit yang
bersangkutan lebih kecil. Tujuan dari pemberian imunisasi adalah diharapkan anak
menjadi kebal terhadap penyakit penyakit sehingga dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit sehingga dapat mengurangi kecacatan
akibat penyakit tertentu (Williams, 2010).
Menurut Unicef (2008), manfaat utama pemberian imunisasi pada anak bayi
antara lain :
a. Imunisasi BCG, dapat melindungi anak dari serangan kuman.
b. Imunisasi DPT, dapat mencegah penyakit dipteri, pertusis dan tetanus.
c. Imunisasi Polio, dapat mencegah kelumpuhan pada anak atau penyakit
poliomilitis.
d. Imunisasi Campak, dapat mencegah penyakit cacar pada bayi dan balita.
e. Imunisasi Hepatitis B, untuk mencegah penyakit Hepatitis.

2.5 Jenis-jenis Imunisasi


Menurut Supartini (2008) Imunisasi pada sifatnya dikenal ada dua Jenis, yaitu
imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
1) Imunisasi Aktif

5
Imunusasiaktif adalah kekebalan tubuh orang tersebut yang diperoleh
diana tubuh orang tersebut aktif membuat zat anti sendiri. ImunisasiAktif
juga vaksinasibila yang diberikan (suntikan) adalahvaksin. MenurutSuhosim
(1998) bahwa “vaksin adalah antigen yang oleh system nya imonologik
dikenal sebagai bahan asing, oleh karenanya system kekebalan tubuh akan
menghasilkan antibody”. Dengan demikian orang yang bersangkutan untuk
sementara kenal terhadap penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman atau
virus yang digunakan sebagai antigen. Imunisasi aktif ada dua macam,
yaitu:
a) Imunisasi Aktifalami : kekebalan orang terhadap penyakit setelah
menderita suatu penyakit. Misalnya seorang yang telah pernah mengidap
penyakit cacar dan dia kebal terhadap penyakit cacar.
b) Imunisasi Aktif buatan: kekebalan yang diperoleh setelah orang tersebut
mendapat vaksinasi. Misalnya seseorang akan kebal terhadap penyakit
cacar setelah mendapatkan vaksinasi cacar.
2) Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara
pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu
proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang
didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau binatang yang digunakan untuk
mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi
(Atikah,2010,pp.10-11). Imunisasi pasif dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu :
a) Kekebalan yang diturunkan, yaitu berupa kekebalan pada bayi karena
mengandung zat anti yang diturunkan dari ibuketika bayi masih dalam
kandungan.
b) Kekebalan pasif yang disengaja, yaitu kekebalan yang diperoleh
seseorang karena pada orang itu diberikan zat anti dariluar. Pemberian
zat anti dapat berupa pengobatan maupun sebagai usaha pencegahan.

2.6 Jenis-jenis Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraannya Di Indonesia

6
Skema Jenis Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraannya

1. Imunisasi Wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.
Imunisasi wajib terdiri atas imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi
khusus.
a) Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan
secara terus-menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi
dasar dan imunisasi lanjutan.
1) Imunisasi dasar
Imunisasi dasar diberikan saat bayi baru lahir atau saat usia 0-1
tahun.
2) Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa
perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia bawah
tiga tahun (Batita), anak usia sekolah dasar, dan wanita usia subur.
3) Imunisasi Tambahan

7
Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu
yang paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis
pada periode waktu tertentu. Yang termasuk dalam kegiatan
imunisasi tambahan adalah Backlog fighting, Crash program, PIN
(Pekan Imunisasi Nasional), Sub-PIN, Catch up Campaign campak
dan Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response
Immunization/ORI).
4) Imunisasi khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang
dilaksanakan untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit
tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan
keberangkatan calon jemaah haji/umrah, persiapan perjalanan
menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar
biasa. Jenis imunisasi khusus, antara lain terdiri atas Imunisasi
Meningitis Meningokokus, Imunisasi Demam Kuning, dan
Imunisasi Anti-Rabies
2. Imunisasi pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dari penyakit menular tertentu, yaitu vaksin MMR, Hib, Tifoid,
Varisela, Hepatitis A, Influenza, Pneumokokus, Rotavirus, Japanese
Ensephalitis, dan HPV.

2.7 Penyelenggaraan
Yang dapat melaksanakan pelayanan imunisasi adalah pemerintah, swasta, dan
masyarakat, dengan mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak terkait.
Penyelenggaraan imunisasi adalah serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
monitoring, dan evaluasi kegiatan imunisasi.

2.8 Jadwal Pelaksanaan Imunisasi

8
Pemberian imunisasi yang di rekomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI, 2017) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2017) menjelaskan
bahwa :
a. Vaksin hepatitis B (HB).
Vaksin HB pertama (monovalent) paling baik diberikan dalam waktu 12
jam setelah lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30
menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monovalen adalah usia
0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB
dan imunoglobin hepatitis B (HBIg) pada ekstrimitas yang berbeda. Apabila
diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada usia
2,3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal
pemberian pada usia 2,4, dan 6 bulan.
b. Vaksin polio.
Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana
kesehatan, OPV-0 diberikan saat bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk
polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling
sedikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian
OPV-3.

c. Vaksin BCG.
Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2
bulan. Apabila diberikan pada usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji
tuberculin terlebih dahulu.
d. Vaksin DTP.
Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat
diberikan vaksin DTPw atau DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain.
Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi

9
vaksin tersebut yaitu usia 2,4, dan 6 bulan. Untuk usia lebih dari 7 bulan
diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 dapat diberikan Td/Tdap pada
usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan setiap 10 tahun.
e. Vaksin pneumokokus (PCV).
Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan
interval 2 bulan; dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya
perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah
dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
f. Vaksin rotavirus.
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan
usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia ≥ 15 minggu),
dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir
pemberian pada usia 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3
kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak
diberikan pada usia ≥ 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan
interval 4-10 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu.
g. Vaksin influenza.
Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang setiap
tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak usia
kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu.
Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan atau lebih,
dosis 0,5 mL.
h. Vaksin campak.
Vaksin campak kedua (18 bulan) tidak perlu diberikan apabila sudah
mendapatkan MMR.
i. Vaksin MMR/MR.
Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka
vaksin MMR/MR diberikan pada usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan).
Apabila pada usia 12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka dapat
diberikan vaksin MMR/MR.
j. Vaksin varisela.

10
Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia
sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada usia lebih dari 13
tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
k. Vaksin human papilloma virus (HPV).
Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen
diberikan tiga kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalent
dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun,
pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi setara
dengan 3 dosis.
l. Vaksin Japanese encephalitis (JE).
Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau turis
yang akan bepergian ke daerah endemis tersebut.
Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun
berikutnya. m. Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan
jadwal 0,6, dan 12 bulan.

2.9 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi


Pada saat ini Pemerintah melalui Depkes menerapkan Program Pengembangan
Imunisasi dengan sasaran imunisasi dasar bagi seluruh tubuh anak, khususnya bayi
dan balita diberi perlindungan terhadap penyakit utama, yaitu TBC, Dipteri,
Pertusis, tetanus, Polio dan campak (Kemenkes RI, 2009).Pelaksanaan program
imunisasi setiap Negara mempunyai kebijakan tersendiri dalam menentukan
prioritas penyakit yang mesti segera diberantas dengan imunisasi. Umumnya
pertimbangan adalah bahaya utama penyakit tertentu bagi si penderita dan
masyarakat luas. Jutaan anak-anak meninggal dunia akibat penyakit yang
sebenarnya dapat di cegah dengan imunisasi. Penyakit yang dimaksud adalah TBC,
Dipteri, Pertusis dan Tetanus yang disebabkan oleh bakteri, sedangkan Polio dan
Campak disebabkan oleh virus (Notoatmodjo, 2007).
1. Hepatitis
Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang
kelompok resiko secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan

11
secara horizontal tenaga medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien
yang menjalani hemodialisa, petugas laboratorium, pemakai jasa atau
petugas akupunktur.
2. Tuberculosis (TBC)
Menurut Setiadi (2008), TB paru adalah penyakit yang dapat menyerang
penderita semua umur, biasanya mengenai paru-paru. Di Indonesia penyakit
ini dianggap perlu ditangani secara serius, mengingat cara penularannya
sangat mudah, yaitu melalui pernafasan. Penyakit TB paru dapat menyerang
melalui kulit dan kelenjar getah bening. Gejala-gejala tanda seorang telah
mengidap penyakit TB paru adalah :
a. Demam yang sangat tinggi
b. Keringat di waktu malam
c. Nafsu makan berkurang
d. Sakit dada dan berat badan menurun.
Bahaya TB Paru adalah kerusakan. Cara mencegah penyakit TB paru
adalah dengan menggunakan vaksin BCG pada bayi, memberikan makanan
bergizi, memelihara kebersihan diri dan lingkungan. Untuk meluasnya atau
upaya penyembuhan yang dilakukan oleh si penderita TBC adalah berobat
secara rutin sampai sembuh (Setiadi, 2008).
3. Difteri
Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak, mengenai alat pernafasan
bagian atas. Penyakit ini mudah menular, gejala dari penyakir Difteri
adalah:
a. Anak panas
b. Nyeri bila menelan
c. Ada kemungkinan leher bengkak
d. Nafas berbunyi.
Adapun juga tanda khas penyakit ini adalah kerongkongan terdapat
selaput yang bewarna abu-abu kotor, bau dan mudah berdarah. Penyakit ini
juga dapat dicegah melalui imunisasi dengan pemberian vaksin DPT,

12
disamping itu memberi makanan yang bergizi, memelihara kebersihan dan
segera mengirim penderita Difteri ke rumah sakit (Sudiharto, 2007).
4. Polio
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak
mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama
2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum
diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara
pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine,
yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru
lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6
minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG,
vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan
dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan
sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan
imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 – 6
tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun). Cara memberikan
imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes
langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang
dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang
lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat
berupa kejang-kejang
5. Pertusis
Pertusis adalah penyakit yang di derita anak-anak pada usia muda.
Penyakit ini menular melalui jalan nafas. gejala dari penyakit ini antara lain:
a. Bentuk keras menyerupai influenza
b. Terus menerus batuknya bahkan muntah-muntah
c. Jangka waktu berminggu-minggu dapat juga berbulan-bulan
d. Akibat waktu bentuknya lama, nafsu makan berkurang
e. Terjadinya gangguan pada pertumbuhan (Hidayat, 2012).

13
Penyakit ini dapat disembuhkan pada bayi ialah melalui pemberian
imunisasi vaksin DPT, memberikan makanan yang bergizi, menjaga
kebersihan anak-anak, selain itu penderita diobati sampai sembuh
(Sulistidjani, 2004).
6. Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang terjadi pada bayi yang beru lahir (tetanus
neonarotum, maupun anak-anak bahkan orang dewasa. Penyakit ini
biasanyamenyerang pada bayi yang baru lahir, infeksi tetanus terjadi
melalui tali pusat yang dipotong dengan alat yang tidak bersih (tidak steril)
atau pusat yang dibubuhi obat tradisional bahkan ramuan tersebut
kemungkinan tercemar kuman tetanus. Pada anak dan orang dewasa (tetanus
tuxoid). Infeksi tetanus dapat terjadi melalui luka kecil akibat tergores paku
atau termasuk duri. Adapun gejala-gejalanya adalah:
a. Mulut tidak dapat dibuka, sehingga sukar untuk makan dan minum.
b. Tubuh kejang dan kaku, tetapi si penderita tetanus adalah imunisasi
vaksin TT (tetanus toxoid) pada ibu hamil. Imunisasi bayi dan balita
vaksin DT (dipteri tetanus). Selain itu juga dapat dilakukan dengan
cara menolong persalinan yang bersih, menjaga kebersihan pusat bayi
maupun kebersihan luka-luka yang lain (Nurhasan, 2000).
7. Campak
Campak adalah penyakit yang biasanya menyerang anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun. Campak menular kontak perorangan dengan penderita.
Gejala-gejalanya adalah :
a. Awal penyakit ini berlangsung 3-7 hari.
b. Kulit bewarna meran dan dingin.
c. Mata berair, hidung beringus, tidak enak badan, demam tinggi.
d. Timbul pula bercak-bercak merah pada dahi, belakang telinga dan
menyebar keseluruh tubuh.
Cara pencegahannya adalah dengan imunisasi, yaitu dengan
memberikan vaksin campak pada bayi setelah berusia 9 bulan, memberikan

14
makanan yang bergizi, menjaga kebersihan anak-anak, selain itu penderita
diobati dengan sempuh(Sudiharto, 2007).

2.10 Reaksi /Efek Samping Imunisasi


Disamping yang diperoleh dari pemberian imunisasi, maka imunisasi juga
dapat menyebabkan reaksi atau efek samping, ini membuktikan bahwa vaksin
betul bekerja secara efek samping yang biasanya terjadii adalah sebagai berikut :
1) BCG, setelah dua minggu kemudian pembengkakan akan menjadi abses
kecil dan mejadi luka. Luka tersebut tetap terbuka dan jangan diberi
obat apapun, bila akan ditutup gunakan kain kasa kering, luka akan
sembuh sendiri dan akan meninggalkan perut yang kecil.
2) Hepatitis B, setelah mendapatkan vaksin HB biasanya anak akan
demam, merasa nyeri, merah atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan
ini tidak berbahaya dan akan sembuh dengan sendirinya.
3) DPT kebanyakan bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan
vaksin DPT tetapi panas ini akan sembuh dalam waktu 1-2 hari.
Sebagian bayi merasa nyeri,merah atau bengkak ditempat suntukan.
Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu pengobatan karena akan
sembuh sendiri.
4) Polio, biasanya muncul bercak-bercak ringan setelah pemberian vaksin
poliomytis.
5) Campak, anak mungkin panas kadang-kadang disertai kemerahan 4-10
hari sesudah penyuntikan ini adalah penyakit campak yang ringan dan
mencerminkan tubuhnya kekebalan.
2.11 Sasaran Imunisasi
Sasaran pelayanan dalam imunisasi rutin adalah sebagai berikut.

15
Pemberian imunisasi pada WUS disesuaikan dengan hasil skirining terhadap status T.

16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah
suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi yang
berfungsi melindungi tubuh terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar
anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang
timbul pada masa kanak-kanak.Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan
perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar dari pada efek samping yang
timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang
serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/
antitoksin terhadap antigen tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai
“Pengalaman’’ untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke 2 , ke 3 dan
berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan
cara reaksi antigen-antibodi. Tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat
menghancurkan antigen atau kuman yang berarti bahwa anak telah menjadi kebal
(imun) terhapat penyakit tersebut.Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa
dengan imunisasi, anak anda terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa
bantuan pengobatan.
3.2. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami
mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.

17
DAFTAR PUSTAKA
A Satya,Rosadan Minarti.2019.Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga
Dengan Pemberian Imunisasi Measles Rubella.Palembang: Universitas Kader Bangsa
Mulyadi,Achmad dan Eddy.2019. Aplikasi Pengingat Jadwal Imunisasi
padaPuskesmas Kebun Handil Kota Jambi Berbasis Android.Jambi: Program Studi
S1Sistem Informasi, STIKOM Dinamika Bangsa.
Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia.2014. BUKU AJAR IMUNISASI. Jakarta
Selatan: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, KPCPEN, KOMINFO & GUGUS
TUGAS PENANGAN COVID-19.2020. Buku Saku #infovaksin
Novianda, Dwi Ghunayanti &Qomaruddin, Mochammad Bagus.2020.Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Ibu dalam PemenuhanImunisasi Dasar.Journal Of Health
Science andPrevention.Universitas Airlangga.Vol. 4, No. 2
Imake F, Fransiska.2013.“Hubungan Peran Orang Tua Dalam Pemberian Iunisasi
Dasar Dengan Status Imunisasi Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Dringu
Kabupaten Probolinggo”.Jurnal Ilmu Keperawatan.Universitas Brawijaya.Vol.1, No. 2
Alexander & Melyani.2020.“Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Dalam
Memberikan Imunisasi Campak Pada Ibu Yang Mempunyai Bayi Usia > 9-11 Bulan
Di Puskesmas Sungai Raya DalamTahun 2019”.Jurnal Kebidanan-ISSN 2252-
8121.Akademi Kebidanan Panca Bhakti Pontianak. Vol. 10, No. 1
Al Biruni, Nada Syifa.2019. “Edukasi Mengenai Imunisasi Dasar Lengkap Terhadap
Ibu Serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”. Universitas Sebelas Maret
Wulansari & Nadjib, Mardiati.2017.“Determinan Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap
pada Penerima Program Keluarga Harapan”.Jurnal Ekonomi Kesehatan
Indonesia.Universitas Indonesia. Vol. 4, No. 1
Hadianti,Dian Nur Dkk.2014. “Buku Ajar Imunisasi”.Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan
Hudhah, Miftahul& Hidajah Atik Choirul.2017.“PERILAKU IBU DALAM
IMUNISASI DASAR LENGKAP DI PUSKESMAS GAYAM KABUPATEN
SUMENEP”.Jurnal Promkes.Universitas Airlangga. Vol. 5, No. 2

18
19

Anda mungkin juga menyukai