Anda di halaman 1dari 25

i

MAKALAH
TENTANG IMUNISASI

Dosen :
Dr. Wahyuningtyas Puspitorini, S.Pd., M.Kes, AIFO

Disusun Oleh :

1. Afiyah Nur Fadillah (1601620081)


2. Almer Zidan (1601620067)
3. Muhammad Nurholis Wilian (1601620099)
4. Veren Brigita Budi Asih (1601620058)
5. Pradiva Anatasya (1601620006)
6. Hadid Firmansyah (1601620023)
7. Hasan Wira Yudha (1601620017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN (FIK)
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan kasih sayang-nya sehingga terlaksanannya penulisan Makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok ini untuk mata kuliah Ilmu Kesehatan mengenai Imunisasi
Dengan terselesaikannya Makalah ini, kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa,
saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan pendidikan.

Bogor, September 2020


Penilis,

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ...............................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.4 Manfaat Imunisasi...................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Imunisasi .............................................................................................4
2.2 Tujuan Imunisasi ...................................................................................................4
2.3 Manfaat, Kerugian, dan Efek Samping .................................................................5
A. Manfaat ..........................................................................................................5
B. Kerugian .........................................................................................................5
C. Efek Samping .................................................................................................5
2.4 Macam-Macam Imunisasi ....................................................................................6
A. Imunisasi Rutin ..............................................................................................6
B. Imunisasi Lanjutan .......................................................................................11
C. Imunisasi Tambahan ....................................................................................11
D. Imunisasi Khusus .........................................................................................11
2.5 Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi ................................................12
2.6 Jadwal Pemberian Imunisasi...............................................................................16
2.7 Tempat – tempat Pelayanan Kesehatan Imunisasi..............................................17

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................................................................20
3.2 Saran..................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tugas ini disusun dengan mempelajari materi tentang “IMUNISASI” dimana materi
ini akan menjadi pembelajaran dan pengetahuan untuk kami dan pembaca. munisasi
merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9 bulan. Imunisasi adalah suatu
upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, atau usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh guna merangsang pembuatan anti bodi yang
bertujuan untuk mencegah penyakit tertentu. Di Indonesia, imunisasi yang telah
diwajibkan oleh pemerintah sebagaimana juga yang telah diwajibkan WHO antara lain;
imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, Campak dan Polio.

Pelayanan imunisasi dapat diperoleh di unit pelayanan kesehatan milik pemerintah,


seperti Rumah Sakit, Puskesmas bahkan Posyandu yang tersebar diseluruh tanah air.
Imunisasi DPT merupakan salah satu imunisasi yang wajib diberikan pada bayi. DPT
singkatan dari Difteri Pertusis Tetanus, yaitu vaksin yang terbuat dari toksoid difteri dan
tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah dilemahkan. Imunisasi ini
bermanfaat mencegah infeksi penyakit difteri dan pertusis atau batuk 100 hari. Menurut
data yang didapat dari Departemen Kesehatan RI tahun 2009, jumlah bayi di Indonesia
yang menjadi sasaran imunisasi sebanyak 4.866.434 anak dan cakupan imunisasi pada
tahun tersebut sebesar 95%.

Banyak faktor yang mempengaruhi tidak terlaksananya kegiatan imunisasi (belum


diimunisasinya seorang bayi), antara lain keterlibatan (kinerja) petugas kesehatan dan
partisipasi masyarakat. Peran serta orang tua, terutama ibu - sebagai pengasuh bayi
merupakan aktor/person penentu pemberian imunisasi pada seorang bayi minimal
sampai 9 bulan dan merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan
pelaksanaan program imunisasi di Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya isu yang
melingkupi sekaligus menjadi kendala dalam pelaksanaan imunisasi bayi, antara lain:
salah satu efek samping imunisasi (adanya reaksi panas pada badan balita sehingga bayi
atau anak dianggap sakit setelah diimunisasi) sehingga orang tua menolak membawa
anaknya untuk memperoleh imunisasi.

1
Selain faktor isu di atas, faktor kurangnya pengetahuan masyarakat terutama ibu bayi
tentang pentingnya imunisasi itu sendiri turut berperan penting dalam menentukan
keberhasilan pelaksanaan Imunisasi. Tentu saja faktor pengetahuan tersebut tidak dapat
dipisahkan dari pendidikan kesehatan yang dimiliki oleh masyarakat dalam hal ini ibu
balita tentang imunisasi. Berdasarkan rumusan di atas, maka peneliti ingin melakukan
penelitian untuk mengetahui “Gambaran tingkat pengetahuan Ibu tentang Imunisasi DPT
pada bayi usia 0-9 bulan di posyandu.

1.2 Tujuan Penulisan


Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mendapatkan nilai pada mata kuliah Ilmu
Kesehatan dan menuntaskan tugas dari materi yang telah diberikan. Selain itu tugas ini
juga bertujuan untuk mengetahui apa itu “IMUNISASI”.

1.3 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari Imunisasi ?


b. Apa tujuan Imunisasi ?
c. Apa manfaat dan kerugian dari Imunisasi ?
d. Apa saja Jenis – jenis penyelenggaraan Imunisasi Program ?
e. Apa saja penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi?
f. Diumur berapa Imunisasi bisa dilakukan ?
g. Dimana kita bisa mendapatkan Pelayanan Kesehatan Imunisasi ?

2
1.4 Manfaat
Ada beberapa manfaat melakukan atau mengikuti “Imunisasi” yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan dalam merancang dan melaksanakan Imunisasi / sebuah
pengamatan maupun penelitian mengenai Gambaran tingkat pengetahuan Ibu tentang
Imunisasi DPT pada bayi usia 0-9 bulan.
2. Manfaat Praktis
Sebagai sumber data dalam Gambaran tingkat pengetahuan Ibu tentang Imunisasi
DPT pada bayi usia 0-9 bulan dan untuk mengaplikasikan metode pengamatan.
a. Bagi pegawai kesehatan
Menambah ilmu pengetahuan dan memperdalam tentang riset kebidanan serta
pengembangan wawasan tentang imunisasi DPT.
b. Bagi Responden/Ibu Balita
Penelitian ini dapat dijadikan media informasi tentang imunisasi DPT pada bayi
usia 0-9.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi dunia pendidikan kebidanan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi
untuk pengembangan ilmu kebidanan dan sebagai acuan atau sumber data untuk
penelitian berikutnya yang berkaitan dengan imunisasi DPT.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Imunisasi


Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap
suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan pemberian vaksin yang merangsang
sistem kekebalan tubuh agar kebal terhadap penyakit tersebut.

2.2 Tujuan Imunisasi


Tujuan imunisasi terutama untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Program imunisasi di Indonesia memiliki
tujuan umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi. Sedangkan, tujuan khusus dari
imunisasi ini diantaranya, tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi
sesuai target RPJMN, tercapainya Universal Child Immunization/UCI (prosentase
minimal 80% bayi yang mendapat IDL disuatu desa/kelurahan) di seluruh
desa/kelurahan, dan tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi bertujuan untuk membangun kekebalan tubuh seseorang terhadap
suatu penyakit, dengan membentuk antibodi dalam kadar tertentu. Agar antibodi
tersebut terbentuk, seseorang harus diberikan vaksin sesuai jadwal yang telah
ditentukan. Jadwal imunisasi tergantung jenis penyakit yang hendak dicegah.
Sejumlah vaksin cukup diberikan satu kali, tetapi ada juga yang harus diberikan
beberapa kali, dan diulang pada usia tertentu. Vaksin dapat diberikan dengan cara
disuntik atau tetes mulut.

4
2.3 Manfaat, Kerugian, dan Efek Samping dari Imunisasi
A. Manfaat
Manfaat dari melaksanakan atau mengikuti Imunisasi yaitu :
1. Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2. Keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak
sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila orangtua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.

B. Kerugian
Jika tidak mendapat imunisasi, anak akan lebih berisiko tertular dan
mengalami sakit yang lebih parah. Selain itu, mereka juga akan mempunyai risiko
lebih tinggi untuk terkena komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan, bahkan
kematian.
Hal ini disebabkan karena tubuhnya tidak diperkuat dengan sistem
pertahanan khusus yang bisa mendeteksi jenis-jenis penyakit berbahaya tertentu.
Tubuh tidak mengenali virus penyakit yang masuk sehingga tidak bisa
melawannya. Hal ini akan membuat kuman penyakit semakin mudah berkembang
biak dan menginfeksi tubuh anak.
Jika anak tidak diimunisasi sama sekali, anak akan berisiko terkena penyakit,
bahkan penyakit yang diidapnya bisa menyebabkan kematian pada anak. Sistem
kekebalan tubuh pada anak yang tidak diimunisasi tidak akan sekuat anak yang
diimunisasi. Ini karena tubuh anak tidak mampu mengenali virus penyakit yang
masuk ke tubuh sehingga tidak bisa melawannya.

C. Efek Samping

Pemberian vaksin dapat disertai efek samping atau kejadian ikutan pasca
imunisasi (KIPI), antara lain demam ringan sampai tinggi, nyeri dan bengkak pada
area bekas suntikan, dan agak rewel. Namun demikian, reaksi tersebut akan hilang
dalam 3-4 hari. Bila anak mengalami KIPI seperti di atas, Anda dapat memberi
kompres air hangat, dan obat penurun panas tiap 4 jam. Cukup pakaikan anak baju
yang tipis, tanpa diselimuti. Di samping itu, berikan ASI lebih sering, disertai

5
nutrisi tambahan dari buah dan susu. Bila kondisinya tidak membaik, segera
periksakan anak ke dokter.
Selain reaksi di atas, sejumlah vaksin juga dapat menimbulkan
reaksi alergi parah hingga kejang. Namun demikian, efek samping tersebut
tergolong jarang. Penting diingat bahwa manfaat imunisasi pada anak lebih besar
dari efek samping yang mungkin muncul. Penting untuk memberitahu dokter bila
anak pernah mengalami reaksi alergi setelah pemberian vaksin. Hal ini guna
mencegah timbulnya reaksi berbahaya, yang bisa disebabkan oleh pemberian
vaksin berulang.

2.4 Macam-Macam Imunisasi


program adalah Imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian
dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat
sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi. Imunisasi program
terdiri dari imunisasi rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus.
A. Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin merupakan imunisasi yang dilaksanakan secara terus
menerus dan berkesinambungan yang terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi
lanjutan.
1. Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar merupakan imunisasi awal yang diberikan
kepada bayi sebelum berusia satu tahun. Pada kondisi ini, diharapkan sistem
kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Setiap bayi (usia 0-11 bulan)
diwajibkan untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri :
a. Hepatitis B
Vaksin ini diberikan untuk mencegah infeksi hati serius, yang
disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B diberikan dalam
waktu 12 jam setelah bayi lahir, dengan didahului suntik vitamin K,
minimal 30 menit sebelumnya. Lalu, vaksin kembali diberikan pada usia 2,
3, dan 4 bulan.
Vaksin hepatitis B dapat menimbulkan efek samping, seperti demam
serta lemas. Pada kasus yang jarang terjadi, efek samping bisa berupa
gatal-gatal, kulit kemerahan, dan pembengkakan pada wajah.

b. Polio
Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Pada
kasus yang parah, polio dapat menimbulkan keluhan sesak napas,
kelumpuhan, hingga kematian.

6
Imunisasi polio pertama kali diberikan saat anak baru dilahirkan
hingga usia 1 bulan. Kemudian, vaksin kembali diberikan tiap bulan, yaitu
saat anak berusia 2, 3, dan 4 bulan. Untuk penguatan, vaksin bisa kembali
diberikan saat anak mencapai usia 18 bulan. Vaksin polio juga bisa
diberikan untuk orang dewasa dengan kondisi tertentu.
Vaksin polio bisa menimbulkan demam hingga lebih dari 39 derajat
Celsius. Efek samping lain yang dapat terjadi meliputi reaksi alergi seperti
gatal-gatal, kulit kemerahan, sulit bernapas atau menelan, serta bengkak
pada wajah.

c. BCG
Vaksin BCG diberikan untuk mencegah perkembangan tuberkulosis
(TB), penyakit infeksi serius yang umumnya menyerang paru-paru. Perlu
diketahui bahwa vaksin BCG tidak dapat melindungi orang dari infeksi
TB. Akan tetapi, BCG bisa mencegah infeksi TB berkembang ke kondisi
penyakit TB yang serius seperti meningitis TB.
Vaksin BCG hanya diberikan satu kali, yaitu saat bayi baru dilahirkan,
hingga usia 2 bulan. Bila sampai usia 3 bulan atau lebih vaksin belum
diberikan, dokter akan melakukan uji tuberculin atau tes Mantoux terlebih
dahulu, untuk melihat apakah bayi telah terinfeksi TB atau belum.
Vaksin BCG akan menimbulkan bisul pada bekas suntikan dan muncul
pada 2- 6 minggu setelah suntik BCG. Bisul bernanah tersebut akan pecah,
dan meninggalkan jaringan parut. Sedangkan efek samping lain,
seperti anafilaksis, sangat jarang terjadi.

d. DPT
Vaksin DPT merupakan jenis vaksin gabungan untuk mencegah
penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri merupakan kondisi serius
yang dapat menyebabkan sesak napas, paru-paru basah, gangguan jantung,
bahkan kematian.
Tidak jauh berbeda dengan difteri, pertusis atau batuk rejan adalah
penyakit batuk parah yang dapat memicu gangguan pernapasan, paru-paru
basah (pneumonia), bronkitis, kerusakan otak, hingga kematian.
Sedangkan tetanus adalah penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan
kejang, kaku otot, hingga kematian.
Pemberian vaksin DPT harus dilakukan empat kali, yaitu saat anak
berusia 2, 3, dan 4 bulan. Vaksin dapat kembali diberikan pada usia 18
bulan dan 5 tahun sebagai penguatan. Kemudian, pemberian vaksin
lanjutan dapat diberikan pada usia 10-12 tahun, dan 18 tahun.Efek
samping yang muncul setelah imunisasi DPT cukup beragam, di antaranya
adalah radang, nyeri, tubuh kaku, serta infeksi.

e. Hib

7
Vaksin Hib diberikan untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus
influenza tipe B. Infeksi bakteri tersebut dapat memicu kondisi berbahaya,
seperti meningitis (radang selaput otak), pneumonia (paru-paru
basah), septic arthritis (radang sendi), serta perikarditis (radang pada
lapisan pelindung jantung).
Imunisasi Hib diberikan 4 kali, yaitu saat anak berusia 2 bulan, 3
bulan, 4 bulan, dan dalam rentang usia 15-18 bulan. Sebagaimana vaksin
lain, vaksin Hib juga dapat menimbulkan efek samping, antara lain demam
di atas 39 derajat Celsius, diare, dan nafsu makan berkurang.

f. Campak
Campak adalah infeksi virus pada anak yang ditandai dengan beberapa
gejala, seperti demam, pilek, batuk kering, ruam, serta radang pada mata.
Imunisasi campak diberikan saat anak berusia 9 bulan. Sebagai penguatan,
vaksin dapat kembali diberikan pada usia 18 bulan. Tetapi bila anak sudah
mendapatkan vaksin MMR, pemberian vaksin campak kedua tidak perlu
diberikan.

g. MMR
Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi untuk mencegah
campak, gondongan, dan rubella (campak Jerman). Tiga kondisi tersebut
merupakan infeksi serius yang dapat menyebabkan komplikasi berbahaya,
seperti meningitis, pembengkakan otak, hingga hilang pendengaran (tuli).
Vaksin MMR diberikan saat anak berusia 15 bulan, kemudian
diberikan lagi pada usia 5 tahun sebagai penguatan. Imunisasi MMR
dilakukan dalam jarak minimal 6 bulan dengan imunisasi campak. Namun
bila pada usia 12 bulan anak belum juga mendapatkan vaksin campak,
maka dapat diberikan vaksin MMR.
Vaksin MMR dapat menyebabkan demam lebih dari 39 derajat
Celsius. Efek samping lain yang dapat muncul adalah reaksi alergi seperti
gatal, gangguan dalam bernapas atau menelan, serta bengkak pada wajah.
Banyak beredar isu negatif seputar imunisasi, salah satunya adalah
isu vaksin MMR yang dapat menyebabkan autisme. Isu tersebut sama
sekali tidak benar. Hingga kini tidak ditemukan kaitan yang kuat antara
imunisasi MMR dengan autisme.

h. PCV
Vaksin PCV (pneumokokus) diberikan untuk mencegah pneumonia,
meningitis, dan septikemia, yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus
pneumoniae. Pemberian vaksin harus dilakukan secara berangkai, yaitu
saat anak berusia 2, 4, dan 6 bulan. Selanjutnya pemberian vaksin kembali
dilakukan saat anak berusia 12-15 bulan.

8
Efek samping yang mungkin timbul dari imunisasi PCV, antara lain
adalah pembengkakan dan kemerahan pada bagian yang disuntik, yang
disertai demam ringan.

i. Rotavirus
Imunisasi ini diberikan untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus.
Vaksin rotavirus diberikan 3 kali, yaitu saat bayi berusia 2, 4, dan 6 bulan.
Sama seperti vaksin lain, vaksin rotavirus juga menimbulkan efek
samping. Pada umumnya, efek samping yang muncul tergolong ringan,
seperti diare ringan, dan anak menjadi rewel.

j. Influenza
Vaksin influenza diberikan untuk mencegah flu. Vaksinasi ini bisa
diberikan pada anak berusia 6 bulan dengan frekuensi pengulangan 1 kali
tiap tahun, hingga usia 18 tahun.
Efek samping imunisasi influenza, antara lain demam, batuk, sakit
tenggorokan, nyeri otot, dan sakit kepala. Pada kasus yang jarang, efek
samping yang dapat muncul meliputi sesak napas, sakit pada telinga, dada
terasa sesak.

k. Tifus
Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit tifus, yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhi. Pemberian vaksin tifus dapat dilakukan saat
anak berusia 2 tahun, dengan frekuensi pengulangan tiap 3 tahun, hingga
usia 18 tahun.Meskipun jarang, vaksin tifus dapat menimbulkan sejumlah
efek samping, seperti diare, demam, mual dan muntah, serta kram perut.

l. Hepatitis A
Sesuai namanya, imunisasi ini bertujuan untuk mencegah hepatitis A,
yaitu penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus. Vaksin
hepatitis A harus diberikan 2 kali, pada rentang usia 2-18 tahun. Suntikan
pertama dan kedua harus berjarak 6 bulan atau 1 tahun.
Vaksin hepatitis A dapat menimbulkan efek samping seperti demam
dan lemas. Efek samping lain yang tergolong jarang meliputi gatal-gatal,
batuk, sakit kepala, dan hidung tersumbat.

m. Varisela

9
Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit cacar air, yang
disebabkan oleh virus Varicella zoster. Imunisasi varisela dilakukan pada
anak usia 1-18 tahun. Bila vaksin diberikan pada anak usia 13 tahun ke
atas, vaksin diberikan dalam 2 dosis, dengan jarak waktu minimal 4
minggu.
1 dari 5 anak yang diberikan vaksin varisela mengalami nyeri dan
kemerahan pada area yang disuntik. Vaksin varisela juga dapat
menimbulkan ruam kulit, tetapi efek samping ini hanya terjadi pada 1 dari
10 anak.

n. HPV
Vaksin HPV diberikan kepada remaja perempuan untuk
mencegah kanker serviks, yang umumnya disebabkan oleh virus Human
papillomavirus. Vaksin HPV diberikan 2 atau 3 kali, mulai usia 10 hingga
18 tahun.
Umumnya, vaksin HPV menimbulkan efek samping berupa sakit
kepala, serta nyeri dan kemerahan pada area bekas suntikan. Akan tetapi,
efek samping tersebut akan hilang dalam beberapa hari. Pada kasus yang
jarang, penerima vaksin HPV dapat mengalami demam, mual, dan gatal
atau memar di area bekas suntikan.

o. Japanese encephalitis
Japanese encephalitis (JE) adalah infeksi virus pada otak, yang
menyebar melalui gigitan nyamuk. Pada umumnya, JE hanya
menimbulkan gejala ringan seperti flu. Tetapi pada sebagian orang, JE
dapat menyebabkan demam tinggi, kejang, hingga kelumpuhan.
Vaksin JE diberikan mulai usia 1 tahun, terutama bila tinggal atau
bepergian ke derah endemis JE. Vaksin dapat kembali diberikan 1-2 tahun
berikutnya untuk perlindungan jangka panjang.

p. Dengue
Imunisasi dengue dilakukan untuk mengurangi risiko demam berdarah,
yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Vaksin dengue diberikan 3
kali dengan interval 6 bulan, pada usia 9 hingga 16 tahun.

10
B. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan ini bertujuan untuk menjamin terjaganya tingkat
imunitas pada anak baduta, anak usia sekolah, dan wanita usia subur.

1. Imunisasi Lanjutan Pada Anak Baduta


Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk
mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa
perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi dasar yaitu dengan
diberikan 1 dosis DPT-HB-Hib pada usia 18 bulan dan 1 dosis campak/MR
pada usia 24 bulan. Perlindungan optimal dari pemberian imunisasi lanjutan
ini hanya didapatkan apabila anak tersebut telah mendapatkan imunisasi
dasar secara lengkap

2. Imunisasi Anak Sekolah


Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia SD diberikan pada
kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diintegrasikan
dengan kegiatan UKS. Imunisasi yang diberikan adalah imunisasi campak,
tetanus, dan difteri. Imunisasi ini diberikan pada kelas 1 (campak dan DT),
kelas 2 (Td), dan kelas 5 (Td).
3. Imunisasi Pada Wanita Usia Subur
Imunisasi yang diberikan pada wanita usia subur adalah imunisasi
tetanus toksoid difteri (Td) yang berada pada kelompok usia 15-39 tahun
baik itu WUS hamil (ibu hamil) dan tidak hamil.

C. Imunisasi Tambahan

11
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan
pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai
dengan kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu. Ada 6 Imunisasi
tambahan yaitu :

1. MMR (Measles, Mumps, Rubella)


2. Pneumokokus (PCV/Pneumococcal Vaccine)
3. Hib (Haemophilus Influenza)
4. HPV (Humanpapilloma Virus)
5. Tifoid
6. Varisela

D. Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat
terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu seperti persiapan keberangkatan
calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau dari negara endemis
penyakit tertentu, dan kondisi kejadian luar biasa/wabah penyakit tertentu.

2.5 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

Menurut buku ajar imunisasi yang disusun oleh pusat pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan, dijelaskan bahwa terdapat beberapa penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi yaitu sebagai berikut :

a. Tuberculosis (TBC)
Penyakit TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosa disebut juga batuk darah yang ditularkan melalui pernafasan dan
melalui bersin atau batuk. Gejala awal penyakit ini adalah lemah badan,
penurunan berat badan, demam, dan keluar keringat pada malam hari, gejala
selanjutnya yaitu batuk terus menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah,
sedangkan gejala lain timbul tergantung pada organ yang diserang. Komplikasi
yang dapat diakibatkan dari penyakit TBC adalah kelemahan dan kematian.

b. Difteri

Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri


Corynebacterium diphtheriae yang ditularkan melalui kontak fisik dan
pernafasan. Gejala yang timbul berupa radang tenggorokan, hilang nafsu makan,

12
demam ringan,dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebirubiruan pada
tenggorokan dan tonsil. Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit difteri
adalah gangguan pernafasan yang berakibat kematian.

c.Pertusis
Pertusis merupakan penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan
oleh bakteri Bordetella pertusis yang ditularkan melalui percikan ludah (droplet
infection) dari batuk atau bersin. Gejala yang timbul berupa pilek, mata merah,
bersin, demam, batuk ringan yang lama kelamaan menjadi parah dan
menimbulkan batuk yang cepat dan keras. Komplikasi yang dapat diakibatkan
dari penyakit pertusis adalah Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan
kematian.

d. Tetanus

Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani


yang menghasilkan neurotoksin dan ditularkan melalui kotoran yang masuk ke
dalam luka yang dalam. Gejala awal yang timbul berupa kaku otot pada rahang,
disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan
demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek antara 3-28 hari setelah lahir
dan gejala berikutnya berupa kejang yang hebat dan tumbuh menjadi kaku.
Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit tetanus adalah patah tulang
akibat kejang, Pneumonia, infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.

e. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B
yang merusak hati (penyakit kuning). Ditularkan secara horizontal dari
produknya, suntikan yang tidak aman, transfusi darah, melalui hubungan seksual
dan secara vertikal dari ibu ke bayi selama proses persalinan. Gejala yang
ditimbul berupa merasa lemah, gangguan perut, flu, urin menjadi kuning,
kotoran menjadi pucat, dan warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit.
Komplikasi yang diakibatkan dari penyakit hepatitis B adalah penyakit bisa
menjadi kronis yang menimbulkan pengerasan hati (Cirhosis Hepatitis), kanker
hati (Hepato Cellular Carsinoma) dan menimbulkan kematian.

f. Campak

13
Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus
viridae measles dan ditularkan melalui udara (percikan ludah) dari bersin atau
batuk penderita. Gejala awal yang timbul berupa demam, bercak kemerahan,
batuk, pilek, konjungtivitis (mata merah) dan koplik spots, selanjutnya timbul
ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki.
Komplikasi yang diakibatkan dari penyakit campak adalah diare hebat,
peradangan pada telinga, infeksi saluran nafas (Pneumonia).

g. Rubella

Rubella atau campak jerman merupakan penyakit yang disebabkan oleh


virus rubella, sebuah togavirus yang menyelimuti dan memiliki RNA genom
untai tunggal. Virus ini ditularkan melalui jalur pernafasan dan bereplikasi
dalam nasofaring dan kelenjar getah bening serta ditemukan dalam darah 5-7
hari setelah infeksi dan menyebar ke seluruh tubuh. Rubella ditularkan melalui
oral droplet, dari nasofaring atau rute pernafasan.

Gejala rubella pada anak biasanya berlangsung dua hari yang ditandai
dengan ruam awal pada wajah yang menyebar ke seluruh tubuh, demam
renposterior limfadenopati servikal. Sedangkan gejala pada anak yang lebih tua
dan orang dewasa gejala tambahan berupa pembengkakan kelenjar, dingin
seperti gejala, dan sakit sendi terutama pada wanita muda. Masalah serius dapat
terjadi berupa infeksi otak dan perdarahan.

h. Poliomielitis

Poliomielitis merupakan penyakit pada susunan saraf pusat yang


disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, atau 3 dan secara klinis menyerang anak di
bawah usia 15 tahun dan menderita lumpuh layu akut dengan ditularkan melalui
kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Gejala yang timbul berupa demam,
nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama. Komplikasi yang
diakibatkan dari penyakit poliomielitis adalah bisa menyebabkan kematian jika
otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.

14
i. Radang Selaput Otak
Radang selaput otak (meningitis) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing, dan protozoa. Penyebab paling sering
adalah virus dan bakteri. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri berakibat
lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme kerusakan
dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri lebih
berat. Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita
dan droplet (tetesan) infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan
bersin, dan cairan tenggorokan penderita.

Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak,


letargi, muntah, dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan
cairan serebrospinal (CSS) melalui fungsi lumbal. Pada stadium I selama 2-3
minggu ditandai dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi biasa,
stadium II berlangsung selama 1-3 minggu ditandai dengan gejala penyakit lebih
berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan sangat gelisah,
sedangkan stadium III ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran
sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu
tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana mestinya.

j. Radang Paru-Paru

Radang paru-paru (pneumonia) adalah sebuah penyakit pada paru-paru


dimana (alveoli) yang bertanggungjawab menyerap oksigen dari atmosfer
meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh
beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit.
Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti kanker
paru-paru atau terlalu berlebihan minum alkohol. Gejala yang berhubungan
dengan radang paru-paru termasuk batuk, demam. Radang paru-paru terjadi di
seluruh kelompok umur dan merupakan penyebab kematian peringkat atas di
antara orangtua dan orang yang sakit menahun.

15
2.6 Jadwal Pemberian Imunisasi

A. Jadwal Imunisasi Dasar

Catatan:
a. Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca
persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya,
khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih
diperkenankan sampai <7 hari.
b. Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
c. Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan
sampai usia <1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.

d. Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan


sebelum bayi berusia 1 tahun.

B. Imunisasi Lanjutan

a. Usia 18-24 bulan : 1 Dosis DPT, Hepatitis B, HiB, DAN Campak/MR.


16
b. Kelas 1 SD/Sederajat : 1 Dosis Campak dan DT

c. Kelas 2 dan 5 SD/Sederajat : 1 Dosis Td.

2.7 Beberapa Tempat Pelayanan Kesehatan Imunisasi


Pelayanan kesehatan sebagai suatu sistem terdiri dari subsistem pelayanan
medis, pelayanan keperawatan, pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan sebagainya dan
masing-masing subsistem terdiri sub-subsistem lagi. Jenis pelayanan kesehatan dasar
menurut PMK RI no 43 tahun 2016, terdiri dari pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, bayi baru lahir, balita, pada usia pendidikan dasar, pada usia produktif, pada
usia lanjut, penderita hipertensi, penderita DM, orang dengan gangguan jiwa berat,
orang dengan TB, dan pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV.
Pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada bayi dan balita salah satunya yaitu
pemberian imunisasi dasar lengkap. Untuk pelayanan imunisasi dasar dapat diperoleh
di sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKMB) maupun di sarana
pelayanan kesehatan non UKBM.
a. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut PMK
nomor 65 tahun 2013, UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat yang
dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk, dan
bersama masyarakat dengan bimbingan dari petugas puskesmas, lintas sektor,
dan lembaga terkait lainnya. Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya
fasilitasi yang bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi,
potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat.
1. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah wujud upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat yang dibentuk bersama masyarakat setempat

17
atas dasar musyawarah, dengan bantuan dari tenaga profesional kesehatan
dan dukungan sektor terkait termasuk swasta dalam kerangka desa siaga
demi terwujudnya desa sehat. Kesehatan yang dilaksanakan adalah
pelayanan kesehatan dasar, mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif yang dipadukan dengan upaya kesehatan lain yang
berwawasan kesehatan dan berbasis masyarakat setempat. Kegiatan
tersebut dalam pelaksanaannya didukung oleh unsur-unsur tenaga, sarana,
prasarana dan biaya yang dihimpun dari masyarakat, swasta, pemerintah.

2. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)


Posyandu adalah salah satu wadah peran serta masyarakat yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat
guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan memantau pertumbuhan
balita dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara
dini. Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan atau pilihan. Kegiatan utama ini diantaranya Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, serta
pencegahaan dan penanggulangan diare.
3. Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Polindes (Pos Bersalin Desa) adalah bangunan yang dibangun
dengan bantuan dana pemerintah dan partisipasi masyarakat desa untuk
tempat pertolongan persalinan dan pemondokan ibu bersalin, sekaligus
tempat tinggal Bidan di desa. Di samping pertolongan persalinan juga
dilakukan pelayanan antenatal dan pelayanan kesehatan lain sesuai
kebutuhan masyarakat dan kompetensi teknis bidan tersebut.

b. Non Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (Non UKBM)


1. Rumah Sakit
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Tugas dan fungsi rumah sakit yaitu melaksanakan pelayanan medis,
pelayanan penunjang medis, medis tambahan, penunjang medis
18
tambahan, kedokteran kehakiman, medis khusus, rujukan kesehatan,
kedokteran gigi, kedokteran sosial, penyuluhan kesehatan, rawat jalan
atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi), rawat inap, administratif,
melaksanakan pendidikan paramedis, membantu pendidikan tenaga medis
umum tenaga medis spesialis, penelitian dan pengembangan kesehatan,
dan kegiatan penyelidikan epidemiologi.

2. Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Upaya kesehatan di
puskesmas dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan yang
meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan
masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial yaitu
meliputi :
a) Pelayanan promosi kesehatan.
b) Pelayanan kesehatan lingkungan.
c) Pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
d) Pelayanan gizi .
e) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
3. Pustu
Puskesmas Pembantu (Pustu) adalah unit pelayanan kesehatan yang
sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu memperluas
jangkauan puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta
jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan
tenaga dan sarana yang tersedia.
4. Dokter Praktek

19
Dokter yang berprofesi khusus sebagai dokter praktek umum yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan strata pertama (pelayanan
kesehatan primer) dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran
keluarga, terkadang dapat berfungsi di rumah sakit sebagai koordinator,
pembela hak pasien dan teman (advokasi) dari tindakan-tindakan medis
yang mungkin tidak optimal.
5. Bidan Praktek
Bidan praktek merupakan petugas kesehatan yang memberikan
pelayanan yang berkualitas, ramah-tamah, aman nyaman, terjangkau
dalam bidang kesehatan reproduksi, keluarga berencana dan kesehatan
umum dasar.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Imunisasi itu sangat penting untuk membangun kekebalan tubuh seseorang


terhadap suatu penyakit, dengan membentuk antibody dalam kadar tertentu. Walaupun
imunisasi memang tidak memberikan perlindungan 100% pada anak. Anak yang telah
di imunisasi masih mungkin terserang penyakit, namun kemungkinannya jauh lebih
kecil, yaitu hanya sekitar 5 – 15%. Hal ini bukan berarti imunisasi ini gagal, tetapi
karena memang perlindungan imunisasi hanya sekitar 80 – 95%.

3.2 SARAN
Diperlukan penyebarluasan informasi tentang imunisasi di kalangan ibu-ibu
yang lebih intensif dan sungguh-sungguh. Kesalahpahaman tentang imunisai sering kali
mengkhawatirkan terhadap kelanjutan program ini, sehingga diperlukan lebih banyak
penjelasan dan pendekatan dengan cara-cara yang lebih baik dari sebelumnya. Bagi
perusahaan tempat ibu bekerja diharapkan dapat memfungsikan poliklinik kesehatan yang
ada sebagai sarana penyampaian segala informasi tentang program imunisasi.
Diharapkan dinas kesehatan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja,
Diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan kepada seluruh
masyarakat.

20
21
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?
q=apa+itu+imunisasi&oq=apa+itu+imunisasi&aqs=chrome..69i57j0l7.6577j0j7&sourceid=c
hrome&ie=UTF-8
https://www.google.com/search?safe=strict&sxsrf=ALeKk01UW3-
vHD2OTw_0jFC3PgZ73OBMRw%3A1601121167054&ei=jytvX7DtAt3Wz7sPiv-
0iAo&q=manfaat+imunisasi&oq=manfaat+imunisasi&gs_lcp=CgZwc3ktYWIQAzIFCAAQ
ywEyBQgAEMsBMgUIABDLATIFCAAQywEyBQgAEMsBMgUIABDLATIFCAAQywE
yBQgAEMsBMgUIABDLATIFCAAQywE6BAgAEEc6BAgjECc6BwgjEOoCECc6BQgAE
JECOgUIABCxAzoICAAQsQMQgwE6AggAOggILhCxAxCDAToLCC4QsQMQxwEQow
I6BQguELEDOgUILhDLAVCIpgJYmNQCYK_ZAmgBcAF4BIABzQWIAfM6kgENMC40
LjIuMy40LjUuMZgBAKABAaoBB2d3cy13aXqwAQrIAQjAAQE&sclient=psy-
ab&ved=0ahUKEwjw8J2T4YbsAhVd63MBHYo_DaEQ4dUDCA0&uact=5
https://www.google.com/search?safe=strict&sxsrf=ALeKk01GZJ6Cpu-
3rdZpqpJ8jE0qal2J7w%3A1601121215821&ei=vytvX_HbMfKCrtoP-
YydsAc&q=apa+saja+imunisasi+dasar&oq=apa+saja+dasar+imu&gs_lcp=CgZwc3ktYWIQ
ARgBMgQIABATMggIABAWEB4QEzIICAAQFhAeEBMyCAgAEBYQHhATMggIABA
WEB4QEzIICAAQFhAeEBMyCggAEAgQDRAeEBMyCggAEAgQDRAeEBMyCggAEAg
QDRAeEBMyCggAEAgQDRAeEBM6BAgAEEc6BAgjECc6BQgAEMsBOgcIIxDqAhAn
OgQIABBDOggILhCxAxCDAToLCC4QsQMQxwEQowI6BQgAELEDOgUIABCRAjoCC
AA6CAgAELEDEIMBOggIABCxAxCRAjoCCC46BggAEBYQHlCKgAJY97ACYITQAm
gBcAF4BYABzQOIAfIhkgEKMC4xNi43LjAuMZgBAKABAaoBB2d3cy13aXqwAQrIAQj
AAQE&sclient=psy-ab
https://www.google.com/search?
safe=strict&sxsrf=ALeKk02o4nDTyC7zIp8QKsvYJ_DDwwvoxg:1601121421676&q=apa+s
aja+kerugian+dari+imunisasi&spell=1&sa=X&ved=2ahUKEwiL39KM4obsAhXE7HMBHT
uODJQQBSgAegQIDBAo&biw=1366&bih=657

Anda mungkin juga menyukai