Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDIDIKAN KESEHATAN

EDUKASI IMUNISASI LENGKAP PADA ANAK


PUSKESMAS GANG SEHAT

Pembimbing Akademik:
Ns. Mita, S. Kep., M. Kep.
Pembimbing Klinik:
Ns. Indriani Febriyanti, S. Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Agustina Ema Enalia I4052231003
Erni Sulastri I4052231014
Hana Ulfiah I4051231039
Indra Wahyuda I4051231016
Putri Anisa I4051231012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berisi tentang
“Laporan Pendidikan Kesehatan : Edukasi Imunisasi Dasar Lengkap Pada
Anak”dengan terselesaikannya penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi
tugas yang diberikan serta menambah wawasan tentang pentingnya memenuhi
imunisasi dasar lengkap pada anak. Penulisan laporan ini di dasarkan pada data
sekunder dari beberapa informasi baik dari buku maupun internet yang membahas
tentang Imunisasi Dasar Lengkap Pada Anak.

Kami berharap semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua
dan dapat manambah wawasan kita mengenai lebih dalam tentang Imunisasi
Dasar Lengkap Pada Anak yang mendukung menejemen dalam kesehatan
terutama manajemen keperawatan anak. Kami menyadari bahwa penulisan
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Pontianak, 1 Desember 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................3

C. Tujuan...........................................................................................................3

D. Manfaat.........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4

A. Pengertian Imunisasi.....................................................................................4

B. Jenis dan Waktu Pemberian Imunisasi..........................................................5

C. Dampak Imunisasi Tidak Lengkap...............................................................6

BAB III METODE PELAKSANAAN.................................................................8

A. Topik.............................................................................................................8

B. Metode..........................................................................................................8

C. Media............................................................................................................8

D. Pengorganisasian...........................................................................................8

E. Uraian Tugas.................................................................................................8

F. Waktu dan Tempat........................................................................................9

G. Sasaran..........................................................................................................9

H. Tahapan Kegiatan.........................................................................................9

I. Evaluasi.......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menimbulkan
ataupun meningkatkan kekebalan tubuh individu terhadap penyakit.
Imunisasi memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan primer,
terutama dalam menurunkan angka kematian batita. Selama ini imunisasi
telah terbukti sebagai program kesehatan yang efektif dan efesien dalam
mencegah dan mengurangi angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat
PD3I (Ayu & Irawati, 2020).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 ada sekitar 20
juta anak di dunia yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap, bahkan ada
yang tidak mendapatkan imunisasi sama sekali. Padahal untuk mendapatkan
kekebalan komunitas (herd immunity) dibutuhkan cakupan imunisasi yang
tinggi paling sedikit 95% dan merata. Banyak anak Indonesia yang belum
mendapatkan imunisasi lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi
sejak lahir. Di Indonesia, imunisasi dasar wajib diberikan kepada setiap anak
berusia di bawah 12 bulan. Imunisasi dasar tersebut mencakup vaksin
Hepatitis B 1 dosis, Bacillus Calmette Guerin (BCG) 1 dosis,
difteri/pertusis/tetanus-hepatitis B-Haemophilus influenzae tipe B (DPT-HB-
HIB) 3 dosis, oral poliovirus vaccine (OPV) 4 dosis, dan campak/measles-
rubella (MR) 1 dosis. Pemberian imuisasi dasar lengkap secara gratis
diberlakukan oleh pemerintah di fasilitas pelayanan kesehatan yaitu
puskesmas di seluruh Indonesia.
Data yang diperoleh dari kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun
2016 cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi sebesar 91,58%, angka ini
sudah memenuhi target Renstra pada tahun 2016 sebesar 91,5%. Tahun 2017
cakupan imunisasi dasar lengkap mencapai angka 91,12%, angka ini tidak
memenuhi target Renstra yang seharusnya 92% untuk tahun 2017. Tahun
2018 cakupan imunisasi dasar lengkap mengalami penurunan sebesar 90,61%
dari target Renstra 92,5%. Pemberian imunisasi dasar lengkap di Indonesia
mengalami penurunan dan belum mencapai target renstra pada dua tahun

1
terakhir, penyebab dari turunnya target cakupan imunisasi dasar lengkap
meliputi beberapa faktor yaitu: kurangnya pengetahuan ibu, faktor dukungan
keluarga, Akses layanan kesehatan yang kurang memadai, faktor umur dan
sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap (Kemenkes, 2018).
Imunisasi dasar berhak diperoleh oleh setiap anak agar penyakit dapat
dicegah dan dihindari dan imunisasi dasar lengkap wajib diberikan kepada
setiap bayi dan anak oleh pemerintah tercantum dalam Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009. Penyelenggaraan imunisasi tertuang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013. Semua orang, terutama
bayi dan anak wajib diberi imunisasi dasar sejak lahir untuk melindungi
tubuhnya dari berbagai penyakit (Maryunami, 2010). Awal mula terjadinya
suatu penyakit berasal dari virus atau bakteri yang menyerang tubuh manusia.
Benda asing yang masuk ke dalam tubuh dikategorikan sebagai agent yang
tidak dikenal tubuh, sehingga sistem kekebalan tubuh akan membuat antibodi
untuk menyerang antigen yang masuk ke dalam tubuh tersebut. Imunisasi
salah satu langkah yang diberikan agar terbentuk sistem kekebalan tubuh
terhadap paparan dari penyakit (Anisca Dillyana et al., 2019).
Penyakit yang diakibatkan oleh virus dan bakteri menyebabkan
banyak kasus kematian di dunia dan penyakit tersebut semestinya dapat
dicegah dengan cara imunisasi. Dampak jika tidak mendapatkan imunisasi
lengkap adalah timbulnya angka kesakitan dan kematian akibat terserang
tuberkulosis, poliomelitis, campak, hepatitis B, difteri pertussis dan tetanus
neonatorum. Selain itu, tidak lengkapnya imunisasi pada anak adalah anak
dapat menyebabkan anak tidak mempunyai kekebalan spesifik, jika anak
tidak mempunyai kekebalan spesifik anak akan mudah terserang penyakit
berbahaya sistem imun anak akan menjadi lemah, anak akan mudah sakit
bahkan kematian atau kecacatan (Mauliati et al., 2022).
Keberhasilan program imunisasi dapat memberikan cakupan imunisasi
yang tinggi dan memelihara imunitas yang ada di masyarakat. Hal tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain sikap petugas, lokasi imunisasi,
kehadiran petugas, usia ibu, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan
keluarga per bulan, kepercayaan terhadap dampak buruk pemberian

2
imunisasi, status pekerjaan ibu, tradisi keluarga, tingkat pengetahuan ibu, dan
dukungan keluarga. Sikap merupakan suatu reaksi seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu rangsangan dimana faktor pendapat dan emosi sudah
terlibat di dalamnya, jadi penggunaan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
sikap dan pengetahuan seseorang yang dapat memilih dan memutuskan dalam
penggunaan pelayanan kesehatan. Maka dari itu, perlunya dilakukan
pendidikan kesehatan pada masyarakat mengenai pentingnya imunisasi dasar
lengkap pada anak, guna meningkatkan pengetahuan dan menghilangkan
persepsi buruk masyarakat mengenai pemberian imunisasi pada anak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa rumusan masalah yaitu:
1) Apa definisi imunisasi dasar lengkap pada anak ?
2) Apa tujuan dan manfaat diberikannya imunisasi dasar pada anak ?
3) Siapa sasaran imunisasi dasar ?
4) Apa itu kelengkapan imunisasi dasar ?
5) Apa saja jenis-jenis imunisasi yang diberikan pada anak ?
6) Kapan saja waktu pemberian imunisasi pada anak ?
7) Apa dampak jika imunisasi dasar anak tidak lengkap ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1) Masyarakat mengetahui definisi dari imunisasi dasar lengkap pada anak;
2) Masyarakat mengetahui tujuan dan manfaat diberikannya imunisasi dasar
pada anak;
3) Masyarakat mengetahui siapa sasaran imunisasi dasar;
4) Masyarakat mengetahui apa itu kelengkapan imunisasi dasar;
5) Masyarakat mengetahui dan memahami jenis-jenis imunisasi pada anak;
6) Masyarakat memahami waktu pemberian imunisasi pada anak;
7) Masyarakat mengetahui dampak imunisasi dasar pada anak tidak
lengkap.

3
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan penulisan, diharapkan manfaat penulisan makalah ini
yaitu:
1) Adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman pada masyarakat
mengenai definisi dari imunisasi dasar lengkap pada anak
2) Adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman pada masyarakat
mengenai tujuan dan manfaat diberikannya imunisasi dasar pada anak
3) Adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman pada masyarakat
mengenai sasaran imunisasi dasar
4) Adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman pada masyarakat
mengenai kelengkapan imunisasi dasar
5) Adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman pada masyarakat
mengenai jenis-jenis imunisasi yang diberikan pada anak
6) Adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai
waktu pemberian imunisasi pada anak
7) Adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai
dampak jika imunisasi dasar pada anak tidak lengkap

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi
dan anak terhadap penyakit tertentu, sedangkan vaksin adalah kuman atau
racun kuman yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi/anak yang disebut
antigen. Antigen akan bereaksi dengan antibodi sehingga akan terjadi
kekebalan dan juga ada vaksin yang dapat langsung menjadi racun terhadap
kuman yang disebut anti toksin. Tubuh manusia mempunyai cara dan alat
untuk mengatasi penyakit sampai batas kemampuan tertentu sehingga tubuh
juga sanggup menghilangkan serangan penyakit dari luar. Tetapi bila
kuman/penyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh tidak mampu mencegah
kuman-kuman yang berkembangbiak, sehingga tubuh menjadi lemah. Untuk
mengatasi serangan tersebut, sistem pertahanan tubuh perlu dibantu dengan
obat. Sehingga bila ada penyakit yang akan menyerangnya, tubuh sudah siap
dan cukup kuat untuk melawan. Cara ini dilaksanakan dengan pemberian
kekebalan atau imunisasi (Indria, 2020).
Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kekebalan
tubuh dan pemberantasan penyakit menular. Angka kematian bayi dan balita
yang tinggi di Indonesia menyebabkan turunnya derajat kesehatan masyarakat,
salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini adalah program pemberian
imunisasi dasar bagi bayi dan balita secara lengkap. Imunisasi bekerja dengan
merangsang antibodi terhadap organisme tertentu, tanpa menyebabkan
seseorang sakit terlebih dahulu. Sistem pertahanan tubuh kemudian bereaksi
ke dalam vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh tersebut, sama seperti
apabila mikroorganisme menyerang tubuh dengan cara membentuk antibodi
kemudian akan membunuh vaksin tersebut layaknya membunuh
mikroorganisme yang menyerang (Vasera & Kurniawan, 2023).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa imunisasi adalah
upaya pencegahan penyakit menular dengan memberikan vaksin sehingga
terjadi kekebalan terhadap penyakit tersebut. Sedangkan vaksin itu sendiri

5
merupakan jenis bakteri atau virus yang sudah dilemahkan atau dimatikan
guna merangsang sistem imun (kekebalan) dengan membentuk antibodi di
dalam tubuh sehingga antibodi tersebut melindungi tubuh di masa yang akan
datang.

B. Tujuan dan Manfaat Imunisasi


Menurut Permenkes RI Nomor 12 tahun 2017 disebutkan bahwa tujuan
umum Imunisasi turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Tujuan khusus program
ini adalah sebagai berikut :

1) Tercapainya cakupan Imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai


target RPJMN.
2) Tercapainya Universal Child Immunization/UCI (Prosentase minimal 80%
bayi yang mendapat IDL disuatu desa/kelurahan) di seluruh
desa/kelurahan
3) Tercapainya target Imunisasi lanjutan pada anak umur di bawah dua tahun
(baduta) dan pada anak usia sekolah dasar serta Wanita Usia Subur
(WUS).
4) Tercapainya reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah
dengan Imunisasi.
5) Tercapainya perlindungan optimal kepada masyarakat yang akan
berpergian ke daerah endemis penyakit tertentu
6) Terselenggaranya pemberian Imunisasi yang aman serta pengelolaan
limbah medis (safety injection practise and waste disposal management)
(Kemenkes RI, 2017).

Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan


menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh :

1) Untuk Anak, mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan


kemungkinan cacat atau kematian.

6
2) Untuk Keluarga, menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin
akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong
penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat.
3) Untuk Negara, memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara (Kemenkes RI,
2017).

C. Sasaran Imunisasi
Jumlah bayi lahir hidup di tingkat Provinsi dan Kabupaten
dihitung/ditentukan berdasarkan angka yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan. Sasaran ini digunakan untuk menghitung Imunisasi Hepatitis B, BCG
dan Polio1. Jumlah bayi yang bertahan hidup (Surviving Infant)
dihitung/ditentukan berdasarkan jumlah bayi baru lahir dikurangi dengan jumlah
kematian bayi yang didapat dari perhitungan angka kematian bayi (AKB)
dikalikan dengan jumlah bayi baru lahir. Jumlah ini digunakan sebagai sasaran
Imunisasi bayi usia 2-11 bulan.

D. Kelengkapan Imunisasi Dasar


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang
penyelenggaraan imunisasi, Seorang bayi dikatakan telah memperoleh imunisasi
dasar lengkap apabila sebelum berumur satu tahun bayi sudah mendapatkan lima
imunisasi dasar lengkap yaitu satu kali imunisasi Hepatitis B diberikan pada bayi
<24 jam atau <7 hari pasca persalinan, satu kali imunisasi BCG diberikan ketika
bayi berumur 1-2 bulan, tiga kali imunisasi DPT-HB-HiB diberikan ketika bayi
berumur 2,3,4 bulan dengan interval minimal empat minggu, empat kali imunisasi
polio diberikan pada bayi ketika berumur 1,2,3,4 dengan interval minimal empat
minggu, dan satu kali imunisasi campak/MR diberikan pada bayi berumur 9
bulan. Idealnya seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai
umurnya sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi dapat optimal (Kementerian Kesehatan, 2017).

7
E. Jenis dan Waktu Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi pada anak dapat dilakukan dengan beberapa
imunisasi yang dianjurkan diantaranya:
1. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit diphteri.
Imunisasi DPT merupakan vaksin yang mengandung racun kuman diphteri
yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang
pembentukan zat anti (Toxoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT
adalah 3 kali dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih
sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ
– organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang
cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2 – 11 bulan dengan
interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi DPT melalui intramuscular.
Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat, efek
ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam
sedangkan efek berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih 4 jam,
kesadaran menurun, terjadi kejang, enchefalopati, dan syok.
2. Imunisasi Polio
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian
imunisasi Polio adalah 4 kali. Waktu pemberian imunisasi Polio antara
umur 0 – 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberiannya adalah
secara oral.
3. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi ini digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis yang
kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian
imunisasi hepatitis 3 kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada
umur 0 – 11 bulan. Cara pemberiannya adalah secara intramuscular.
4. Imunisasi HiB (Haemophilus influenza tipe B)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit influenza tipe B. Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP – T

8
dilakukan dengan 3 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian vaksin
PRP – OMPC dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan,
kemudian boosternya dapat diberkan pada usia 18 bulan.
5. Imunisasi Rotavirus
Imunisasi Rotavirus adalah imunisasi yang diberikan untuk
mencegah diare berat pada bayi yang disebabkan oleh Rotavirus. Rotavirus
menjadi sebab diare terbanyak yang menimpa bayi dan anak-anak.
Imunisasi RV diberikan secara oral sebanyak 0,5 ml (5 tetes) per dosis.
Diberikan sebanyak 3 dosis dengan interval 4 minggu antar dosis.
Imunisasi polio oral diberikan terlebih dahulu kemudian diikuti dengan
pemberian imunisasi RV dan dilanjutkan dengan imunisasi suntik.
Imunisasi rotavirus ini diberikan kepada seluruh bayi yang berusia 2 bulan
(dosis pertama), 3 bulan (dosis kedua) dan 4 bulan (dosis ketiga). Apabila
pemberian imunisasi RV terlewat dari jadwal yang seharusnya dapat
dilengkapi paling lambat sebelum usia 6 bulan. Imunisasi RV aman dan
efektif. Secara umum vaksin tidak menimbulkan reaksi yang serius
sesudah pemberian imunisasi. Reaksi umum yang mungkin terjadi berupa
demam, muntah, BAB cair (diare) dan rewel dapat terjadi sebagai bagian
dari respon imun terhadap vaksin RV
(Widowati, Mulyani, Nirwati, & Soenarto, 2012)
.
6. Imunisasi Japanese encephalitis (JE)
Japanese encephalitis (JE) adalah salah satu penyakit virus
ensefalitis yang serius, ditemukan di seluruh dunia terutama di Asia,
Pasifik bagian barat, dan di Australia bagian utara. JE merupakan
penyakit yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius
pada anak. Tanda dan gejala penyakit JE pada manusia bervariasi, mulai
dari gejala ringan seperti demam flu biasa sampai berat bahkan kematian.
Upaya pencegahan JE dapat dilakukan dengan melakukan
imunisasi. Di Indonesia imunisasi JE pertama kali dilaksanakan di Bali
pada tahun 2018. Imunisasi JE menjadi salah satu imunisasi wajib pada
bayi usia 10 bulan di Bali.

9
Di Indonesia vaksinasi JE sudah dimasukkan dalam jadwal
imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2017, dimulai saat anak
berusia 12 bulan dan diulang saat umur 24 bulan hingga 3 tahun, namun
belum menjadi program rutin/hanya untuk daerah endemis. Berdasarkan
WHO 2015, vaksinasi JE direkomendasikan untuk semua daerah endemis
di dunia termasuk Indonesia dan direkomendasikan juga untuk wisatawan
yang akan berkunjung ke daerah endemis. Terdapat 4 jenis vaksin di dunia
dan digunakan dalam program imunisasi, yaitu Live-attenuated vaccine
(strain SA 14-14-2), Inactivated Vero cell-derived vaccine (JE-VC)
(IXIARO), Inactivated mouse brain-derived vaccine (JE-MB) dan Live
attenuated chimeric vaccine (gen dari yellow fever 17D) (IMOJEV)
(Kurniawan, 2018).
Vaksin yang tersedia di Indonesia saat ini adalah live attenuated
chimeric vaccine (IMOJEV). Vaksin live attenuated chimeric vaccine
(IMOJEV) direkomendasikan untuk anak lebih dari 9 bulan. Pada usia 9
bulan hingga kurang dari 18 tahun diberikan 1 dosis dan perlu booster
pada 1 sampai 2 tahun kemudian (bila tinggal di daerah endemis). Pada
usia lebih dari 18 tahun cukup 1 dosis; tidak perlu booster pada orang
dewasa, karena titer proteksi tetap tinggi hingga 5 tahun setelah pemberian
dosis tunggal. Reaksi pada pemberian vaksin IMOJEV hampir sama
dengan pemberian plasebo.16 Efek samping berupa reaksi lokal dan reaksi
sistemik ringan seperti nyeri tempat penyuntikan, pegal, sakit kepala,
lemah. Efek ini akan hilang sendiri dalam 3 hari (Kurniawan, 2018).
Keberhasilan pemberian imunisasi pada anak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat
dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara
pemberian imunisasi, dan status nutrisi terutama kecukupan protein karena
protein diperlukan untuk menyintesis antibodi.
F. Dampak Imunisasi Tidak Lengkap
Upaya untuk memperoleh kekebalan dalam hal ini kekebalan terhadap
penyakit infeksi adalah dengan melakukan imunisasi. Imunisasi dalam sistem
kesehatan nasional adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat

10
efektif dalam upaya menurunkan angka kematian balita. Faktor pendidikan
dari ibu dapat menentukan baik tidaknya pertumbuhan dari anak tersebut.
Memberikan imunisasi dasar yang lengkap pada anak sangat berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pemberian imunisasi dasar tersebut
diharapkan anak terhindar dari gangguan tumbuh kembang, serta penyakit
yang sering menyebabkan cacat atau kematian dengan imunisasi dasar yang
wajib didapatkan (Vasera & Kurniawan, 2023) . Anak yang tidak di imunisasi
tidak kebal terhadap penyakit menular tertentu, sehingga anak akan jatuh sakit,
yang kemungkinan dapat menyebabkan penurunan status gizi. Hal ini
dikarenakan penyakit infeksi berkaitan erat dengan fungsi imun dan pada
akhirnya mengakibatkan penurunan status gizi pada anak
(Aprilia & Tono, 2023)
.
Stunting menyebabkan penurunan kemampuan kognitif dan motorik
serta penurunan performa kerja. Perkembangan kognitif berdampingan dengan
proses pertumbuhan secara genetik atau kematangan fisik anak. Baik buruknya
status gizi balita akan berdampak langsung pada pertumbuhan dan
perkembangan kognitif dan psikomotorik anak. Anak stunting memiliki rerata
skor Intelligence Quotient (IQ) sebelas poin lebih rendah dibandingkan rerata
skor IQ pada anak normal, serta perkembangan mental kurang optimal dan
status kesehatan pada anak sering terganggu yaitu peningkatan kerentaan anak
terhadap penyakit baik menular maupun penyakit tidak menular seperti anak
tumbuh menjadi dewasa yang rentan dengan penyakit obesitas, penyakit
jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis. Stunting pada anak dapat
disebabkan dari beberapa faktor salah satunya imunisasi dasar yang tidak
lengkap, sehingga menyebabkan anak mudah terserang infeksi. Anak yang
mengalami infeksi jika dibiarkan maka akan beresiko menjadi stunting
(Wanda, Elba, Didah, Susanti, & Rinawan, 2021).

11
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Topik
1. Definisi imunisasi
2. Jenis dan waktu pemberian imunisasi
3. Dampak imunisasi tidak lengkap
B. Metode
Metode pada penyuluhan ini diantaranya ceramah, tanya jawab, dan diskusi.
C. Media
Media yang digunakan pada pendidikan kesehatan ini adalah leaflet tentang
imunisasi.
D. Pengorganisasian
1. Moderator : Putri Anisa
2. Pemateri : Hana
3. Fasilitator : Agustina Ema dan Erni
4. Observer : Indra Wahyuda
E. Uraian Tugas
1. Pemateri
a) Mempresentasikan materi
b) Menjawab pertanyaan audiens
2. Moderator

12
a) Pada Acara Pembukaan
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan anggota kelompok
3) Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan serta kontrak waktu
4) Memandu sesi pre test
b) Kegiatan Inti
1) Memandu sesi penyampaian materi dan diskusi
c) Pada Acara Penutup
1) Memandu sesi post test
2) Memberikan reinforcement dan ucapan terimakasih kepada audiens
3) Menutup acara dengan salam
3. Observer
a) Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
b) Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
F. Waktu dan Tempat
1. Hari/Tanggal : Sabtu, 2 Desember 2023
2. Waktu : 09.00 WIB – 10.00 WIB
3. Tempat : Posyandu Anak
Pengaturan Tempat

E Keterangan :
C C
A : Pemateri
B : Moderator
D C : Fasilitator
D : Observer
A B E : Peserta

G. Sasaran
Sasaran pendidikan kesehatan ini adalah peserta posyandu yang terdiri
dari anak, orang tua, maupun keluarga yang mendampingi peserta posyandu.
H. Tahapan Kegiatan
No. Kegiatan Penyuluhan Respon Waktu
1. Pembukaan 15 menit

13
 Moderator memberi salam  Memberikan
pembuka tanggapan
 Moderator  Menjawab salam
memperkenalkan anggota  Mendengarkan dan
penyuluh memperhatikan
 Moderator menjelaskan  Mengisi pre test &
tujuan dan topik post test

 penyuluhan
 Melakukan kontrak waktu
 Mengisi pre test
 Moderator mempersilakan
pemateri menyampaikan
materi
2. Pelaksanaan 30 menit
 Menyimak
 Pemaparan materi oleh
penyampaian materi
pemateri
 Memberikan
 Kesimpulan oleh pemateri
pertanyaan dan
 Diskusi : moderator
tanggapan
memandu sesi tanya jawab

3. Penutup 15 menit
 Mengisi post test  Mengisi post test
 Memberikan reinforcement  Memberikan tanggapan
& ucapan terimakasih  Menjawab salam
kepada audiens
 Moderator menutup
kegiatan dengan salam

I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
1) Pengaturan lokasi sesuai dengan SAP
2) Tim penyuluh berada pada posisi masing-masing sesuai tugas
3) Media edukasi tersebar kepada seluruh audiens

14
2. Evaluasi Proses
1) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
2) Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Peserta berperan aktif dalam sesi tanya jawab
3. Evaluasi Hasil
Peserta memahami tentang pentingnya imunisasi lengkap pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

Anisca Dillyana, T., Nurmala, I., Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, D., Kesehatan
Masyarakat, F., & Airlangga Surabaya, U. (2019). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan
Persepsi Ibu Dengan Status Imunisasi Dasar Di Wonokusumo. 7(1), 68–78.
https://doi.org/10.20473/jpk.V7.I1.2019.68-78

Aprilia, D., & Tono, S. F. N. (2023). Pengaruh Status Imunisasi Dasar Terhadap
Kejadian Stunting Dan Gangguan Perkembangan Balita. Jurnal Kebidanan, 12(1),
66–74. https://doi.org/10.47560/keb.v12i1.496

Ayu, N., & Irawati, V. (2020). Imunisasi Dasar dalam Masa Pandemi COVID-19.
Dalam JK Unila | (Vol. 4).

Kurniawan, R. (2018). Vaksin Japanese Encephalitis: Manfaat dan Komplikasi. 896–


900.

Mauliati, D., Dewi, R., Kebidanan Saleha, A., Krueng Jambo Ayee, jln, Banda Raya,
K., & Aceh, B. (2022). EDUKASI PENINGKATAN KESADARAN
ORANGTUA TERHADAP PENTINGNYA IMUNISASI DASAR PADA BAYI
DI DESA TEUBALUY ACEH BESAR. Jurnal Pengabdian Masyarakat
(Kesehatan), 4(2).

Vasera, R. A., & Kurniawan, B. (2023). Hubungan Pemberian Imunisasi Dengan


Kejadian Anak Stunting Di Puskesmas Sungai Aur Pasaman Barat Tahun 2021.
Jurnal Kedokteran STM (Sains dan Teknologi Medik), 6(1), 82–90.
https://doi.org/10.30743/stm.v6i1.376

Wanda, Y. D., Elba, F., Didah, D., Susanti, A. I., & Rinawan, F. R. (2021). Riwayat
Status Imunisasi Dasar Berhubungan Dengan Kejadian Balita Stunting. Jurnal
Kebidanan Malahayati, 7(4), 851–856. https://doi.org/10.33024/jkm.v7i4.4727

15
Widowati, T., Mulyani, N. S., Nirwati, H., & Soenarto, Y. (2012). Diare rotavirus
pada balita. 13(5), 340–345.

16

Anda mungkin juga menyukai