Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Imunisasi sebagai salah satu cara preventif untuk mencegah penyakit melalui
pemberian kekebalan tubuh yang harus diberikan secara terus menerus,
menyeluruh dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu memberikan
perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan (Mega Rinawati,
2021: 1).
Imunisasi adalah usaha untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit ineksi
pada bayi, anak dan juga orang dewasa imunisasi menjaga bayi dan anak dari
penyakit tertentu sesuai dengan jenisnya. imunisasi merupakan suatu program
yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang antobodi
keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. sistem imun
tubuh mempunyai sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam
tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem
memori akan menyimpannya sebagai pengalaman( lia indria sari 2020).

Menurut World Health Organization (2019), imunisasi atau vaksinasi adalah


cara sederhana, aman, dan efektif untuk melindungi seseorang dari penyakit
berbahaya, sebelum bersentuhan dengan agen penyebab penyakit. Sedangkan,
menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 tahun 2017 tentang
penyelenggaraan imunisasi, imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan. vaksin mengandung virus atau bakteri
yang dimatikan atau dilemahkan, dan tidak menyebabkan penyakit atau membuat
seseorang berisiko mengalami komplikasi. Kebanyakan vaksin diberikan melalui
suntikan, tetapi beberapa diberikan secara oral (melalui mulut) atau disemprotkan
ke hidung (World Health Organization, 2019).

Kementerian Kesehatan melaporkan cakupan imunisasi dasar lengkap pada


bayi usia 0-11 bulan nasional mencapai 84,2% pada 2021. Angka ini masih di
bawah target rencana strategis (renstra) sebesar 93,6%.

Dampak jika bayi tidak mendapatkan imunisasi diantaranya yaitu:

Penyakit TBC Dampak jika bayi tidak imunisasi yang pertama adalah rentan
terkena TBC.untuk mencegah penyakit TBC, bayi sebaiknya diberikan imunisasi
Bacillus Calmette Guerin (BCG). Vaksin BCG dapat diberikan sejak lahir, yang
bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh.

Untuk memberikan vaksin BCG pada bayi di atas usia 3 bulan, ada baiknya
dilakukan terlebih dahulu uji tuberkulin, dan BCG dapat diberikan kepada bayi
apabila hasil dari tuberkulin negatif. Vaksin TBC ini biasanya diberikan
berbarengan dengan imunisasi polio 1.

Hepatitis B Dampak jika bayi tidak imunisasi berikutnya adalah


meningkatkan risiko infeksi hepatitis. Hepatitis B menjadi salah satu penyakit
yang dapat menyebabkan kehilangan nyawa pada anak akibat infeksi virus pada
hati. Vaksin hepatitis B diberikan dalam rangkaian 3 dosis. dosis pertama
diberikan dalam waktu 24 jam setelah lahir. dosis kedua diberikan 1-2 bulan
setelah dosis pertama, dan dosis ketiga diberikan antara usia 6 bulan dan 18
bulan. jarak antara dua imunisasi hepatitis B minimal 4 minggu guna
memberikan perlindungan maksimal.
Tetanus Banyak dari kita yang masih belum familiar dengan penyakit yang
satu ini, tetanus merupakan penyakit infeksi akut dan seringkali fatal akibat
infeksi bakteri Clostridium Tetani yang memproduksi toksin (racun). Racun
inilah kemudian akan menyebar ke dalam tubuh dan mengganggu saraf, sehingga
otot akan menjadi kaku. ada 2 jenis vaksin yang dapat membantu melindungi
anak dari tetanus, yaitu DTaP dan Tdap. Keduanya dapat melindungi tubuh
terhadap penyakit difteri dan batuk rejan. Namun, imunisasi ini tidak
menawarkan perlindungan seumur hidup. Anak membutuhkan booster di
kemudian hari untuk menjaga perlindungan.

Radang Selaput Otak Dampak jika bayi tidak imunisasi selanjutnya adalah
meningkatkan risiko terkena radang selaput otak. radang selaput otak atau yang
dikenal dengan sebutan meningitis.vaksin meningitis B adalah vaksin yang
menawarkan perlindungan terhadap bakteri meningokokus grup B.vaksin ini
direkomendasikan untuk bayi berusia 8 minggu, diikuti dengan dosis kedua pada
usia 16 minggu dan booster pada 1 tahun. vaksin ini dapat diberikan secara
terpisah, ataupun melakukan kombinasi dengan vaksin lain.

Polio dampak jika bayi tidak imunisasi berikutnya adalah terkena penyakit
polio. penyakit polio disebabkan oleh infeksi virus yang sangat mudah menular
dan menyerang sistem saraf, khususnya pada bayi yang belum melakukan
vaksinasi. penyakit ini menyebabkan kelumpuhan karena virus menyerang sistem
saraf pusat.

Cacar Air dampak jika bayi tidak imunisasi yang terakhir adalah rentan
terkena cacar air. penyakit ini ditandai dengan ruam gatal di bagian tubuh
manapun, termasuk di dalam mulut dan di sekitar alat kelamin. Seiring
berjalannya waktu, ruam gatal menyebar ke seluruh area tubuh.(d 2)
Berdasarkan data dunia selama tahun 2018, diperkirakan 116,3 juta (sekitar
86%) anak-anak di bawah usia satu tahun di seluruh dunia menerima tiga dosis
vaksin diphtheria-tetanus-pertussis (DTP3). Anak-anak ini dilindungi dari
penyakit menular yang dapat menyebabkan penyakit serius atau cacat dan
berakibat fatal (WHO, 2019).

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia dimana data tiga tahun
terakhir terhadap cakupan Imunisasi Dasar Lengkap, yaitu pada tahun 2017
sebesar 90,8%, sedangkan tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 81,99%
dan tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi 92,3%. Capaian ini tentunya
juga masih belum mencapai target yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan
dimana target cakupan Imunisasi Dasar Lengkap adalah 93% pada tahun 2019
dan imunisasi termasuk ke dalam permasalahan dunia, yaitu ancaman terbesar
terkait masalah kesehatan global (Kemenkes, 2017-2019).

Kementerian Kesehatan melaporkan cakupan imunisasi dasar lengkap pada


bayi usia 0-11 bulan nasional mencapai 84,2% pada 2021. Angka ini masih di
bawah target rencana strategis (renstra) sebesar 93,6%.

Kota Pekan Baru berada di urutan pertama dengan cakupan vaksinasi lengkap
tertinggi sebesar 98,73 persen. Kondisi cakupan vaksinasi lengkap di kota ini
terlihat lebih baik dibandingkan pekan sebelumnya yang tercatat 98,62 persen.
Di puskesmas kempas jaya cakupan imunisasi untuk tahun 2022 adalah 80%.
namun samapai bulan november belum mencapai target UCI, data sampai bulan
november baru mencapai 47%. di desa Danau Pulai Indah dari sasaran 44 bayi
yang mendapat imunisasi IDL hanya 13 orang bayi yaitu 30%.
1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian masalah di atas maka penulis membuat rumusan masalah :


“Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan imunisasi dasar
pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kempas Jaya tahn 2023.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi rendah nya cakupan
imunisasi dasar pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kempas Jaya tahun 2023.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Diketahuinya distribusi frekuensi rendahnya pencapaian imunisasi dasar
pada bayi diwilayah kerja Puskesmas Kempas Jaya Tahun 2023.
1.3.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi
dasar lengkap diwilayah kerja Puskesmas Kempas Jaya Tahun 2023.
1.3.2.3 Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu tentang imunisasi
dasar lengkap diwilayah kerja Puskesmas Kempas Jaya Tahun 2023
1.3.2.4 Diketahuinya distribusi frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja Puskesmas
Kempas Jaya
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi puskesmas kempas jaya
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi dan masukan

kepada pembuat kebijakan dalam perencanaan program Imunisasi dasar

lengkap pada bayi.


1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan masukan pengetahuan dalam ilmu keperawatan anak

sehingga penelitian ini dapat dilanjutkan dan lebih dikembangkan untuk

penelitian yang baru.

1.4.3 Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman dalam pengembangan kemampuan ilmiah

yang merupakan modal untuk melaksanakan penelitian di masa yang

akan datang, dan aplikasi ilmu yang sudah diperoleh selama pendidikan.

1.4.4 Bagi masyarakat


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
informasi bagi masyarakat terutama bagi ibu-ibu tentang akibat yang
ditimbulkan apabila bayi tidak mendapat imunisasi dasar secara lengkap.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara


aktif terhadap suatu penyakit , sehingga bila kelak terpapar dengan penyakit tersebut
tidak akan menderita penyakit tersebut karena sistem imun tubuh mempunyai sistem
memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh maka akan dibentuk
antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya
sebagai suatu pengalaman (Mega Rinawati, 2021:2).

Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah penularan
penyakit dan upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita
(Mardianti & Farida, 2020). Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling
efektif dan efisien dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Imunisasi merupakan upaya pencegahan
primer yang efektif untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi yang dapat dicegah
dengan imunisasi (Senewe et al., 2017).

Imunisasi adalah paradigma sehat dalam upaya pencegahan yang paling


efektif. Imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk masa depan karena dapat
memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi, dengan adanya imunisasi dapat
memberikan perlindunga kepada indivudu dan mencegah seseorang jatuh sakit dan
membutuhkan biaya yang lebih mahal (Mardianti & Farida, 2020).

2.2. Tujuan imunisasi

Program imunisasi yang dilakukan adalah untuk memberikan kekebalan


kepada bayi sehingga bisa mencegah penyakit dan kematian serta anak yang
disebabkan oleh penyakit yang sering terjangkit. secara umum tujuan imunisasi antara
lain adalah:
1. Imunisasi dapat menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian) pada bayi dan balita.
2. Imunisasi sangat efektif untuk mencegah penyakit menular.
3. Melalui imunisasi tubuh tidak akan mudah terserang penyakitnmenular (Nina
Siti Mulyani, 2021:5).

2.3 Manfaat imunisasi

1. Bagi keluarga : Dapat menghilangkan kecemasan dan memperkuat psikologi


pengobatan bila anak jatuh sakit. Mendukung pembentukan keluarga bila
orang tua yakin bahwa anaknya akan menghadapi dan menjalani anak-
anaknya di masa kanak kanak dengan tenang.
2. Bagi anak : Dapat mencegah penderita atau kesakitan yang ditimbulkan oleh
penyakit yang kemungkinan akan menyebabkan kecacatan atau kematian.
3. Bagi keluarga : Dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan mampu
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan
negara. ( Mega Rinawati, 2021: 4).

2.4 Sasaran imunisasi

1. Imunisasi Rutin

Diberikan pada bayi di bawah umur 1 tahun, wanita usia subur yaitu wanita
usia 15 hingga 39 tahun termasuk ibu hamil dan calon pengantin. Vaksin yang
diberikan pada imunisasi rutin pada bayi meliputi hepatitis B, BCG, polio, DPT, dan
campak. Pada usia anak sekolah meliputi DT (Difteri Tetanus), campak, dan tetanus
toksoid, sedangkan pada wanita usia subur diberikan tetanus toksoid ( wulandari,
2018).
2. Imunisasi Tambahan

Imunisasi tambahan akan diberikan bila diperlukan. Imunisasi tambahan


diberikan kepada bayi dan anak usia sekolah dasar. Imunisasi tambahan seperti
imunisasi DT dan TD, dan BIAN (Wulandari, 2018).

2.5 Jenis-jenis imunisasi

1. Imunisasi Aktif

Merupakan pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar


sistem kekebalan atau imun tubuh dapat merespon secara spesifik dan memerikan
suatu ingatan terhadap antigen. Sehingga bila penyakit menyerang maka tubuh dapat
mengenali dan meresponnya. Imunisasi yang diberikan kepada anak adalah :

a. BCG, untuk mencegah TBC

b. DPT, mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus

c. Polio, untuk mencegah penyakit poliomyelitis

d. Campak, untuk mencegah penyakit campak

e. HB, untuk mencegah penyakit hepatiti

2. Imunisasi Pasif

Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian


zat immuno grogulin yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang
dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui
plasesta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang
sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contohnya adalah bayi yang baru lahir
dimana bayi tersebut menerima berbagai antibodi dari ibunya melalui darang placenta
selama masa kandungan, misalnya antobodi terhadap campak (Wulandari,2018).
2.6. Kelengkapan Imunisasi

2.6.1 Imunisasi BCG

Pemeberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit


Tuberkulosis (TBC), imunisasi ini diberikan hanya sekali sebelum bayi berumur 2
bulan. Reaksi yang akan nampak setelah penyuntikan imunisasi ini adalah berupa
perubahan warna kulit pada tempat penyuntikan yang akan berubah menjadi pustula
kemudia pecah menjadi ulkus dan akhirnya menyembuh spontan dalam waktu 8 – 12
minggu dengan meninggalkan jaringan parut, reaksi lainya adalah berupa pembesaran
kelenjar ketiak atau daerah leher, bila diraba akan terasa padat dan bila di tekan terasa
sakit. Komplikasi yang dapat terjadi adalah berupa pembengkakan pada daerah
tempat suntikan yang berisi cairan tetapi akan sembuh spontan (Lilis
Lisnawati,2022:56).

1. Cara Pemberian dan Dosis


BCG diberikan satu kali seberlum anak berumur 2 bulan. Vaksin di suntikkan
secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun
diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun
diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus
dilarutkan dengan 4 cc NaCL 0,9 %. Setelah dilarutkan harus segera di pakai
dalam waktu 3 jam, sisanya di buang ( Lilis Lisnawati,2022:56).
2. Kontra Indikasi untuk Vaksi BCG
Penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita
yang menjalani pengobatan steriod jangka panjang, penderita HIV) ( Lilis
Lisnawati,2022:57).
3. Reaksi yang Mungkin Terjadi
a. Reaksi lokal
1 – 2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan dan benkolan kecil yang teraba keras. ( Lilis Lisnawati,2022:57).
b. Reaksi regional
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri
tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3 – 6 bulan
( Lilis Lisnawati,2022:57).
4. Komplikasi yang Mungkin Timbul
Pembentukan abses ( penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena
penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan.
(Lilis Lisnawati, 2022:57)

2.6.2 Imunisasi DPT ( Difteri, Pertusis, dan Tetatus)

Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit yaitu, difteri, pertusis,


dan tetanus.

1. Cara Pemberian dan Dosis


Cara pemberian imunisasi DPT adalah melaui injeksi intramuscular.
Suntukan diberikan pada paha tengah luar.
Pemberian vaksin DPT dilakukan 3 kali mulai umur bayi 2 bulan sampai
11 bulan dengan interval 4 mingu. Imunisasi ini diberikan 3 kali karena
pemberian pertama antibodi dalam tubuh masih sangat rendah, pemberian
kerdua mulai meningkatkan dan pemberian ketiga diperoleh antibodi yang
cukup (Mega Rinawati,2021:40).
2. Kontra Indikasi
Pada anak yang demam, memiliki kelainan penyakit, atau kelainan syaraf
baik berupa keturunan atau bukan, mudah kejang(Mega
Rinawati,2021:41).
3. Efek Samping
Pemberian imunisasi DPT akan memberikan efek samping ringan dan
berat, efek samping ringan seperti terjadi pembengkakan, demam dan
nyeri pada tempat penyuntikan, sedangkan efek berat bayi akan menangis
hebat karena kesakitan selama kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun,
terjadi kejang, dan shock (Mega Rinawati, 2021:41)

2.6.3 Imunisasi Campak

Imunisasi campak bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap


penyakit campak. Campak measles atau rubella adalah penyakit virus akut yang
disebababkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, sejak awal masa
prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan
lewat udara (Mega Rinawati,2021:41).

1. Cara pemberian dan dosis


Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali dapat dilakukan
pada umur 9-11 bulandengan dosis 0,5 cc. Sebelum disuntikkan vaksin
campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah
tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian suntikan diberikan
pada lengan kiri atas secara subcutan (Mega Rinawati,2021:41).
2. Kontraindikasi
a. Infeksi akut yang disetai demam lebih dari 380 celcius
b. Gangguan sistem kekebalan
c. Alergi terhadap protein telur (Mega Rinawati,2021:45).
3. Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare,
konjutifitis, dan gejala katarak, serta ensefalitis (jarang). Reaksi yang
dapat terjadi pasca vaksinasi campak adalah rasa tidak nyaman di
bekas penyuntikan vaksin (Mega Rinawati,2021:46).

2.6.4 Imunisasi Polio

Imunisasi ini bertujuan untuk mencegah penyakit Poliomyelitis. Pemilihan


vaksin polio dapat dikombinasikan dengan vaksin DPT. Poliomyelitis adalah
penyakit pada susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang
berhubungan yaitu virus polio tipe 1, 2, atau 3 (Mega Rinawati,2021:47).

1. Cara Pemberian dan Dosis


Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali dengan interval 4 minggu (Mega
Rinawati,2021:49).
2. Efek Samping
Pada umumnya tidak teradapat efek samping. Efek samping berupa
paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (Mega
Rinawati,2021:49).
3. Kontra Indikasi
Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan kepada orang yang
menderita difisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang
ditimbulkan akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit, namun
jika ada keraguan misalnya menderita diare maka dosis ulangan dapat
diberikan setelah sembuh (Mega Rinawati,2021:49).

2.6.5 Imunisasi hepatitis B

Imunisasi ini bertujuan untuk memberikan tubuh kekebalan terhadap penyakit


hepatitis B. Penyakit hepatitis B, disebabkan oleh virus yang telah mempengaruhi
organ liver (hati). Bayi yang terjangkit virus hepatitis beresiko terkena kanker hati
atau kerusakan pada hati (Mega Rinawati, 2021: 50).

1. Cara pemberian dan dosis


Imunisasi ini diberikan sebanyak 3 kali. Kandungan vaksinnya adalah
GbsAg dalam bentuk cair .Terdapat vaksin B-PID yang diberikan sesaat
setelah lahir, dapat diberikan pada usia 0-7 hari (Mega Rinawati,2021:52).
2. Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit kemerahan dan pembengkakan disekitar
tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya
hialng setelah 2 hari (Mega Rinawati,2021: 53).
3. Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-
vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan pada penderita infeksi berat
yang disertai dengan kejang (Mega Rinawati,2021: 53).

2.6.6 Jadwal imunisasi

Tabel Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi ( Mega Rinawati, 2021).

Vaksin Pemberian Selang waktu Umur Keterangan


imunisasi pemberian
BCG 1x 0-11 bulan
DPT 3x dpt 1,2,3 4 minggu 2-11 bulan
Polio 4x polio 1,2,3,4 4 minggu 0-11 bulan
Campak 1x 9-11 bulan
Hepatitis B 3x hep 1,2,3 4 minggu 0-11 bualn

2.7 faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi

Keberhasilan pemberian imunisasi kepada bayi memerlukan kerja sama dan


dukungan dari semua pihak terutama kesadaran ibu-ibu yang mempunyai bayi untuk
membawa bayinya ke pelayanan imunisasi. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi imunisasi dasar pada bayi yaitu :

2.7.1 pengetahuan

Penelitian yang dilakukan Eka Fitriani (2017) tentang faktor yang


berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi menunjukkan
hubungan yang bermakna antara pengetahuan orangtua dengan pemberian imunisasi
dasar lengkap.

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi mellaui panca indra manusia,
yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior).

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1) Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.

2) Memahami (comprehension), memahami diartikan sebagai suatu kemmapuan


menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application), aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan


materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4) Analisis (analysis), analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi


atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (syntesis), sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan


atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan


jastifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2.7.2 Jumlah anak

Keluarga yang memiliki hanya satu orang anak biasanya akan mampu
memberikan perhatian penuh kepada anaknya, segala kebutuhan baik fisik maupun
mental mereka berikan secara baik. Akan tetapi perhatian kepada anak akan terbagi
bila lahir anak yang berikutnya, perhatian ibu akan terbagi sejumlah anak yang
dilahirkannya. Hal ini sering kali mengakibatkan pemberian imunisasi tidak sama
untuk semua anaknya. Hasil SDKI 1997 terlihat bahwa anak yang tidak pernah di
imunisasi terbesar adalah anak bungsu( Fitri Dwi Anggraini,2021).

2.7.3 Jenis efek samping imunisasi

Pemberian imunisasi mempunyai beberapa efek samping yang berbeda untuk


setiap jenis imunisasi, sering kali ibu bayi tidak percaya bahwa reaksi yang timbul
setelah bayi diimunisasi hanya sebagai pertanda reaksi vaksin dalam tubuh bayi. Jika
tingkat pengetahuan ibu rendah akan menyerbabkan ketakutan pada ibu untuk
membawa bayinya imunisasi ( Fitri Dwi Anggraini,2021).

2.7.4 Dukungan keluarga

Hasil penelitian yang dilakukan Eka Fitriani (2017) tentang faktor yang
mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar menunjukkan keluarga yang memiliki
bayi atau balita dengan status imunisasi lengkap terbanyak mendapatkan dukungan
dari kleuarga untuk memberikan imunisasi bayi atau balita mereka sebesar 97,7%.
Keluarga 31 yang tidak mendukung pemberian imunisasi pada bayi atau balitanya
dengan status imunisasi tidak lengkap sebesar 81,8%. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p 0,000 (p < α) yang berarti ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap
kelengkapan imunisasi pada bayi atau balita. Dukungan keluarga adalah dukungan
yang diberikan anggota keluarga dalam bentuk dukungan emosional, material dan
dukungan informasi untuk melakukan imunisasi. Dalam memelihara kesehatan
anggota keluarga sebagai individu atau pasien, keluarga tetap berperan sebagai
pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya.31

Jenis dukungan sosial dibedakan menjadi empat, yaitu :

1) Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan


perhatian terhadap orang yang bersngkutn.

2) Dukungan penghargaan, terjadi melalui ungkapan hormat atau penghargaan


positif untuk orang lain, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau
perasaan individu.

3) Dukungan instrumental, mencakup bantuan langsung, misalnya memberi


pinjaman uang, memberi pekerjaan.

4) Dukungan informatif, mencakup nasihat saran, pengetahuan, dan informasi


serta petunjuk.31

2.7.5 Pendidikan

Ada pengaruh pendidikan orangtua terhadap ketidakpatuhan pemberian


imunisasi dasar pada baduta, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
mempunyai pendidikan rendah yaitu tidak tamat SD atau tidak tamat SMP dimana
lebih banyak ibu yang tidak patuh dalam pemberian imunisasi dasar pada baduta.23

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam dalam pendidikan
itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih
dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.
Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam
kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup dalam masyarakat selalu memerlukan
bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih
mampu, lebih tahu, dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang
individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.

2.8 Kerangka Konsep

Variabel Terikat
Variabel bebas

 Pengetahuan 2.8 Hipotesis


 Pendidikan Kelengkapan Imunisasi Dasar
Ha:
pada bayi
 Dukungan keluarga Hipotesis dalam penelitian merupakan
 Efek samping imunisasi jawaban atau dugaan sementara penelitian
 Jumlah anak atau dalil sementara yang kebenarannya akan
dibuktikan dalam sebuah penelitian.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Diduga Ada hubungan pengetahuan ibu dengan rendahnya cakupan
imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Kempas Jaya Tahun 2023.
2. Diduga Ada hubungan pendidikan ibu dengan rendahnya cakupan
imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Kempas Jaya Tahun 2023.
3. Diduga Ada hubungan dukungan keluarga dengan rendahnya cakupan
imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Kempas Jaya Tahun 2023.

4. Diduga Ada hubungan jumlah anak dengan rendahnya cakupan imunisasi


dasar lengkap di Puskesmas Kempas Jaya Tahun 2023.
5. Diduga Ada hubungan efek samping imunisasi dengan rendahnya
cakupan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Kempas Jaya Tahun 2023.

Ho:
1. Diduga tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan rendahnya
cakupan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Kempas Jaya Tahun
2023.
2. Diduga tidak ada hubungan pendidikan ibu dengan rendahnya
cakupan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Kempas Jaya Tahun
2023.
3. Diduga tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan rendahnya
cakupan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Kempas Jaya Tahun
2023.
4. Diduga tidak ada hubungan jumlah anak dengan rendahnya cakupan
imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Kempas Jaya Tahun 2023.
5. Diduga tidak Ada hubungan efek samping imunisasi dengan
rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Kempas
Jaya Tahun 2023.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain penelitian cross sectional

yaitu data yang menyangkut dengan variabel bebas atau independen (pengetahuan,

pendidikan, jumlah anak, efek samping imunisasi ) dan variabel terikat atau dependen

(rendahnya cakupan imunisasi dasar) yang dikumpulkan dalam waktu yang

bersamaan.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitiaan

3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat Penelitian adalah Wilayah kerja UPT Puskesmas Kempas Jaya.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan mulai dari penyusunan proposal sampai dengan laporan

akhir skripsi dimulai dari Desember 2022 – Juli 2023 (POA terlampir).

3.3 Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi

Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang

mempunyai bayi yang berumur 0-11 bulan yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Kempas Jaya sebanyak 44 orang.


3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti. Pengambilan sampel

ini dilakukan dengan teknik Total Sampling adalah semua anggota

populasi dijadikan sebagai sampel.

3.4 Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Total

Sampling adalah semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel.

3.5 Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Data Primer

Dalam penelitian ini data yang diperoleh secara langsung dari pengisian

kuisioner oleh responden mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi

rendahnya cakupan imunisasi tahun 2023.

3.5.2 Data Sekunder

Data dari wilayah kerja UPT Puskesmas Kempas Jaya.

3.6 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi operasional Kategori Alat ukur Cara ukur Skala

1. Tingkat Pengetahuan ibu tentang 1.Pengetahuan Kuesioner WawancaraSkor :


pengetahuan imunisasi dasar lengkap, rendah, jik60% 1untujawababenar
ibu tentang dilihat dari bisa tidaknya jawabanbenar. 2) 0 untuk
kelengkapan ibu menjawab 2.Pengetahuan jawaban salah
imunisasi pertanyaan kuesioner tinggi, jika ≥ 60%
dasar pada tentang definisi, tujuan, jawaban benar.
bayi manfaat, kelengkapan,
dan tempat pelayanan
imunisasi

2. Tingkat Pencapaiantingkat 1. Dasar (SD – Kuesioner Wawancara Ordinal


pendidikan pendidikan formal yang SMP )
ibu bayi ditamatkanoleh 2. Lanjut (SMA -
responden. PT)

3. Jumlah Anak Total seluruh anak yang 1. 1 anak Kuesioner Wawancara Nominal
berada dalam tanggung 2. > 1 anak
jawab responden

4. Dukungan Dukungan yang 1.Tidak didukung Kuesioner Wawancara Ordinal


anggota diberikan anggota 2. Didukung
keluarga keluarga terhadap ibu
terhadap bayi dalam kegiatan
imunisasi imunisasi

5. Efek Efek yang terjadi 1. Ada efek Kuesioner Wawancara Ordinal


samping setelah diimunisasi samping
2. Tidak
ada efek
samping

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan kartu menuju
sehat.

3.6.1 Kuesioner

Kuesioner ini berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk


memperoleh data atau informasi tentang tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan
ibu, jumlah anak, dukungan keluarga terhadap imunisasi, dan efek samping setelah
imunisasi.

3.6.2 Kartu Menuju Sehat

Untuk mengetahui status kelengkapan imunisasi dasar bayi dapat dilihat dari
kartu menuju sehat. Setiap bayi sebaiknya mempunyai dokumentasi imunisasi seperti
kartu menuju sehat yang dipegang oleh orang tua atau pengasuhnya. Setiap dokter
atau tenaga medis yang memberikan imunisasi harus mencatat semua datadata yang
relevan pada kartu menuju sehat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai