PENDAHULUAN
kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada
bayi usia 0-9 bulan. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau
(Proverawati, 2010), atau usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak
bodi yang bertujuan untuk mencegah penyakit tertentu. Imunisasi bertujuan untuk
vaksin. Vaksin berasal dari bibit penyakit tertentu yang dapat menimbulkan
penyakit yang terlebih dahulu dilemahkan. Sehingga tidak berbahaya lagi bagi
yang diberikan kepada bayi usia 0-2 bulan guna mencegah terjadinya penyakit
(Riyadi,2012).
1
Berdasarkan data WHO pemberian imunisasi BCG didunia setiap tahun
mecapai 1,4 juta anak utamanya pemberian imunisasi BCG diberikan kepada
diwajibkan oleh pemerintah sebagaimana juga yang telah diwajibkan WHO antara
lain; seperti; DPT, Hepatitis, Campak dan Polio (Ranuh, 2005: 8). Pelayanan
yang tersebar diseluruh tanah air. Namun pemberian imunisasi BCG dapat pula
imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan). Desa UCI merupakan
gambaran desa atau kelurahan dengan ≥ 80% jumlah bayi yang ada di desa
tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun.
Pencapaian desa UCI di Propinsi Papua dari tahun 2012 sampai 2016 mengalami
peningkatan. tahun 2015 desa UCI mencapai 31.9% sedangkan tahun 2016
meningkat menjadi 51.9 % dan untuk pemberian imunisasi BCG secara spesifik di
Papua tahun 2016 dinyatakan tercapai 93%.untuk pemberian imunisasi BCG kota
2
Dengan memberikan imunisasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan memberikan
belum tercapai 100% dari total populasi secara keseluruhan hal ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti pekerjaan ibu dan kurangnya pemahaman orang tua
serta orang tua, - terutama ibu - sebagai pengasuh bayi merupakan aktor/person
penentu pemberian imunisasi pada seorang bayi minimal 0-9 bulan. Serta
imunisasi di Indonesia.
factor. Sehingga peneliti tertarik ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk
2019”?.
3
1.2 Rumusan Masalah
di Puskesmas Abepura.
4
tugas akhir dalam pendidikan profesi kedokteran SMF Ilmu Kesehatan
Masyarakat.
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Anak diimunisasi
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang
imunitas secara buatan baik dengan vaksinasi (imunisasi aktif) maupun dengan
untuk membentuk antibodi dan respon imun seluler yang melawan agen
dengan sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan
yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan oleh antigen
serupa. Antigen yang diberikan dalam vaksinasi dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan sakit, namun dapat memproduksi limfosit yang peka, antibodi,
imunoglobulin yang berasal dari plasma donor9. Pemberian imunisasi pasif hanya
imunoglobulin yang lain (IgM, IgA, IgE, IgD) memiliki waktu paruh yang lebih
6
pendek. Oleh karena itu, imunisasi yang rutin diberikan pada anak adalah
rendah. Dengan demikian, anak yang belum atau tidak mendapat imunisasi karena
menyebabkan penyakit semakin meluas pada generasi yang akan datang dan
penyakit akan dapat dihilangkan atau dieradikasi dari dunia. Hal ini sudah
7
biaya kesehatan yang digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut pun
akan berkurang.
Indonesia memiliki tujuan untuk menurunkan angka kejadian penyakit dan angka
kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Umar Fahmi
terpajan oleh antigen, baik secara alamiah maupun melalui pemberian vaksin,
tubuh akan bereaksi untuk menghilangkan antigen tersebut melalui sistem imun.
Secara umum, sistem imun dibagi menjadi 2, yaitu sistem imun non-
mekanisme pertahanan alamiah yang dibawa sejak lahir (innate) dan dapat
ditujukan untuk berbagai macam agen infeksi atau antigen. Sistem imun non-
interferon, dll. Sistem imun ini merupakan garis pertahanan pertama yang harus
dihadapi oleh agen infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Jika sistem imun non-
didapatkan selama kehidupan dan ditujukan khusus untuk satu jenis antigen.
Sistem imun spesifik diperankan oleh sel T dan sel B. Pertahanan oleh sel T
8
dikenal sebagai imunitas selular sedangkan pertahanan oleh sel B dikenal sebagai
(ekstrasel).
Sistem imun spesifik inilah yang berperan dalam pemberian vaksin untuk
memberikan kekebalan terhadap satu jenis agen infeksi. Hal ini dikarenakan
adanya mekanisme memori dalam sistem imun spesifik. Di dalam kelenjar getah
bening terdapat sel T naif yaitu sel T yang belum pernah terpajan oleh antigen.
Jika terpajan antigen, sel T naif akan berdiferensiasi menjadi sel efektor dan sel
mengeliminasi antigen, sedangkan sel memori akan berada di organ limfoid untuk
kemudian berperan jika terjadi pajanan antigen yang sama. Sel B, jika terpajan
sel plasma yang akan memproduksi antibodi. Antibodi akan menetralkan antigen
tidak hanya menjadi sel plasma tetapi juga sebagian akan menjadi sel B memori.
Sel B memori akan berada dalam sirkulasi. Bila sel B memori terpajan pada
antigen serupa, akan terjadi proses proliferasi dan diferensiasi seperti semula dan
yang kedua. Artinya, jika seseorang yang sudah divaksin (artinya sudah pernah
terpajan oleh antigen) terinfeksi atau terpajan oleh antigen yang sama, akan lebih
mudah bagi sistem imun untuk mengenali antigen tersebut. Selain itu, respon
9
imun pada pajanan yang kedua (respon imun sekunder) lebih baik daripada respon
imun pada pajanan antigen yang pertama (respon imun primer). Sel T dan sel B
yang terlibat lebih banyak, pembentukan antibodi lebih cepat dan bertahan lebih
lama, titer antibodi lebih banyak (terutama IgG) dan afinitasnya lebih tinggi.
Dengan demikian, diharapkan sesorang yang sudah pernah divaksin tidak akan
mengalami penyakit akibat pajanan antigen yang sama karena sistem imunnya
Imunisasi Rutin Diberikan pada bayi di bawah umur 1 tahun, wanita usia
subur yaitu wanita usia 15 hingga 39 tahun termasuk ibu hamil dan calon
pengantin. Vaksin yang diberikan pada imunisasi rutin pada bayi meliputi
hepatitis B, BCG, polio, DPT, dan campak. Pada usia anak sekolah
Imunisasi tambahan diberikan kepada bayi dan anak usia sekolah dasar.
10
kepada setiap balita (usia 0-5 tahun) termasuk bayi baru lahir tanpa
dilakukan dua kali masing-masing dua tetes selang waktu dua bulan.
untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat
aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi yang diberikan ditujukan untuk
upaya pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri
maupun virus. Proteksi bersifat sementara selama antibodi masih aktif didalam
memori terhadap patogen atau antigen spesifik (I.G.N Ranuh, 2008 : 272).
virus yang sudah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh dengan tujuan untuk
11
c. Polio, untuk mencegah penyakit poliomyelitis
Imunisasi pada ibu hamil dan calon pengantin adalah imunisasi tetanus toxoid,
yaitu untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang dilahirkan (Soekidjo
Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1
kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali, dan Campak 1 kali. Untuk menilai
kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bagi bayi dapat dilihat dari cakupan
yang diberikan pada bayi dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan
(Bacillus Calmette-Guerin) yang masih hidup (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2005 :
9).
12
Bacillus Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan
hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas (I.G.N Ranuh,
2008 : 132).
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya diberikan kepada bayi umur < 2 bulan.
Pada bayi yang kontak erat dengan pasien TB dengan bakteri tahan asam (BTA)
+3 sebaiknya diberikan INH profilaksi dulu, apabila pasien kontak sudah tenang
bayi dapat diberi BCG (I.G.N. Ranuh, 2008 : 134). Sebelum disuntikan, vaksin
suntik steril (ADS 5 ml). Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali. Disuntikan
dengan menggunakan ADS 0,05 ml. Vaksin yang sudah dilarutkan harus
digunakan sebelum lewat 3 jam (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2005 : 9).
Kontraindikasi
Imunisasi BCG tidak boleh digunakan pada orang yang reaksi uji tuberkulin
>5 mm, menderita infeksi HIV atau dengan risiko tinggi infeksi HIV,
atau sistem limfe, menderita gizi buruk, menderita demam tinggi, menderita
2008 : 133).
13
Efek Samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam
1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan 16 kemerahan di tempat suntikan
yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu
pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-
kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat,
tidak sakit, dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan
pengobatan, dan akan menghilang dengan sendirinya (Ditjen PP & PL Depkes RI,
2005 :9).
Imunisasi Pemberian
(DPT 1,2,3)
(Polio 1,2,3)
di RS/puskesmas/rumah
Hep B 1,2,3
bersalin/rumah oleh
tenaga kesehatan. HB
14
segera diberikan dalam
24 jam pertama
adalah teori Lawrence Green (1980), yang menyatakan bahwa perilaku seseorang
pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak, dan dukungan dari pihak
keluarga.
15
atau mengalami perkembangan kemampuan sosial, dan kemampuan
kenyataan taraf, pendidikan wanita masih jauh lebih rendah daripada kaum
pria. Seseorang ibu dapat memelihara dan mendidik anaknya dengan baik
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : awareness
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Trial (orang telah mulai mencoba
16
Notoatmodjo, 2003 : 127 -128). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman
untuk mendapatkan nafkah (Pandji Anoraga, 2005 : 11). Ibu yang bekerja
waktu kerja bagi pekerja yang dikerjakan yaitu waktu siang 7 jam satu hari
dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam satu minggu, atau
dengan 8 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 5 hari kerja dalam
satu minggu. Sedangkan waktu malam hari yaitu 6 jam satu hari dan 35
jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu (Pandji Anoraga,
2005 : 60).
dasar bayi adalah jika ibu bekerja untuk mencari nafkah maka akan
17
tempat pelayanan imunisasi, sehingga akan mengakibatkan bayinya tidak
Pendapatan Keluarga
penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun
dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan dalam 26 penelitian ini
adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan
anak baik yang primer maupun yang sekunder (Soetjiningsih, 1995 : 10).
Jumlah Anak
(2008), jumlah anak sebagai salah satu aspek demografi yang akan
berpengaruh pada partisipasi masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena jika
seorang ibu mempunyai anak lebih dari satu biasanya ibu semakin
Dukungan Keluarga
18
menunjukkan bahwa seseorang diperlukan dengan rasa penghargaan yang
antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus
sarana dan prasarana atau sumber daya atau fasilitas kesehatan yang memfasilitasi
kesehatan seperti pukesmas, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan
swasta, dan sebagainya, serta kelengkapan alat imunisasi, uang, waktu, tenaga,
19
Ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas bagi masyarakat,termasuk
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter, atau bidan praktek desa. Fasilitas ini
pemungkinan.
2. Peralatan Imunisasi
Setiap obat yang berasal dari bahan biologik harus dilindungi terhadap
sinar matahari, panas, suhu beku, termasuk juga vaksin. Untuk sarana rantai
vaksin dibuat secara khusus untuk menjaga potensi vaksin. Di bawah ini
a. Lemari Es
lemari es dengan dinding belakang 10-15 cm, kanan kiri 15 cm, sirkulasi
20
Vaccine carrier adalah alat untuk mengirim atau membawa vaksin
c. Cold Box
memakan waktu lama. Cold box berukuran besar, dengan ukuran 40-70
d. Freeze Tag
pelayanan kesehatan ini antara lain ditentukan oleh adanya transportasi yang
21
tersedia sehingga dapat memperkecil jarak tempuh, hal ini akan menimbulkan
sumber daya kesehatan termasuk tenaga kesehatan yang ada dan mudah dijangkau
merupakan salah satu faktor yang member kontribusi terhadap perilaku dalam
Faktor pendukung lain menurut Djoko Wiyono (1997 : 236) adalah akses
terhalang oleh keadaan geografis, keadaan geografis ini dapat diukur dengan jenis
transportasi, jarak, waktu perjalanan dan 30 hambatan fisik lain yang dapat
pelayanan kesehatan, maka akan semakin sedikit pula waktu yang diperlukan
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku para petugas termasuk
kesehatan yang ada dan mudah dijangkau merupakan salah satu faktor yang
22
member kontribusi terhadap perilaku sehat dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan.
1. Petugas Imunisasi
pihak puskesmas, biasanya dokter atau bidan, lebih khususnya bidan desa.
peralatan yang baik dan memenuhi standar yang baik, komitmen dan
tugas mereka dengan cara yang optimal (Djoko Wiyono, 2000 : 34).
23
sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan
2. Kader Kesehatan
Persiapan
Pelaksanaan
24
terpadu, mengelola kegiatan seperti penimbangan bulanan,
rujukan.
Pembinaan
yaitu : .
Hidup sehat adalah hak asasi rakyat sehingga dalam pemenuhan hak asasi
masyarakat akan sarana kesehatan. Saat ini, rumah sakit pemerintah maupun
suatu saat nanti terpenuhi rasio ideal puskesmas melayani 25.000 penduduk.
25
andal dan cukup, alat yang cukup dan sesuai dengan standar teknis, serta vaksin
yang cukup. Selain itu masalah dana untuk menjamin keberlangsungan program-
Pelayanan kesehatan harus terjangkau oleh rakyat, baik dari segi dana
yang murah bahkan kalau bisa gratis, tempat yang mudah dijangkau, dan
kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam program imunisasi juga minim.
Oleh karena itu diperlukan penyuluhan dan promosi kesehatan yang cukup.
(acceptability)
Ada sebagian masyarakat yang secara etis, budaya, dan agama masih
usaha yang lebih giat perlu dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi
imunisasi memiliki efek samping yang justru berbahaya bagi anak bahkan
dapat menyebabkan kematian pada anak. Belakangan ini, beredar isu bahwa
26
imunisasi dapat menyebabkan anak mengalami autisme. Dalam hal ini,
2.9.2 Mutu
sudah melalui uji coba, memenuhi persyaratan ilmiah dan medis. Penyimpanan
dan distribusi vaksin butuh dikontrol secara serius untuk menghindari tangan-
tangan yang tidak bertanggung jawab. Panjangnya rantai distribusi dan kualitas
tempat penyimpanan berpeluang untuk merusak vaksin yang pada akhirnya akan
yang tersedia secara akurat dan up to date, baik menyangkut demografi (penduduk
27
2.9.4 Daya jangkau program
Tempat tinggal penduduk yang tidak berkumpul dalam suatu daerah yang
sama, atau bisa dikatakan tersebar dalam wilayah yang luas menyebabkan
kelamin memilki ratio 1:1 dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
elektronik maupun cetak, memberikan secara luas dan rinci penemuan dan
termasuk imunisasi.
2.9.7 Pendidikan
28
Masyarakat juga menjadi lebih mengerti maksud, tujuan, dan manfaat program-
balitanya.
2.9.8 Sosial
agama dan kepala desa mungkin dapat mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi
imunisasi.
29