PENDAHULUAN
kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada
bayi usia 0-9 bulan. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau
(Proverawati, 2010), atau usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak
bodi yang bertujuan untuk mencegah penyakit tertentu. Imunisasi bertujuan untuk
vaksin. Vaksin berasal dari bibit penyakit tertentu yang dapat menimbulkan
penyakit yang terlebih dahulu dilemahkan. Sehingga tidak berbahaya lagi bagi
Berdasarkan data terakhir WHO sampai saat ini, angka kematian balita
akibat penyakit infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi masih
terbilang tinggi. Terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun, yang
antara lain disebabkan oleh batuk rejan 294.000 (20%), tetanus 198.000 (14%)
yang diperoleh, Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara yang termasuk
angka tinggi pada kasus anak tidak diimunisasi, yakni sekitar 1,3 juta anak.
1
Di Indonesia, imunisasi yang telah diwajibkan oleh pemerintah sebagaimana
juga yang telah diwajibkan WHO antara lain; imunisasi BCG, DPT, Hepatitis,
Campak dan Polio (Ranuh, 2005: 8). Pelayanan imunisasi dapat diperoleh di unit
intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi
dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis,
tetanus, hepatitis B dan lainnya dapat dicegah. Pentingnya imunisasi dapat dilihat
dari banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi karena penyakit-penyakit tersebut
pada tahun 2005 hanya 72%. Artinya, angka dibeberapa daerah sangat rendah.
Ada sekitar 2.400 anak di Indonesia meninggal setiap hari termasuk yang
tubercolosis, campak, pertussis, difteri dan tetanus. Hampir seperempat dari 130
juta bayi yang lahir tiap tahun tidak diimunisasi agar terhindar dari penyakit anak
yang umum.
imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan). Desa UCI merupakan
gambaran desa atau kelurahan dengan ≥ 80% jumlah bayi yang ada di desa
tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun.
Pencapaian desa UCI di Propinsi Papua dari tahun 2012 sampai 2016 mengalami
peningkatan. tahun 2015 desa UCI mencapai 31.9% sedangkan tahun 2016
2
Sebaiknya, pemberian imunisasi pada anak mengikuti jadwal yang ada.
Sampai saat ini masalah imunisasi masih tetap ada, namun banyak ibu yang
tidak datang ke posyandu memberikan imunisasi pada anaknya, hal ini disebabkan
oleh berbagai faktor seperti pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja dipagi hari tidak dapat
serta orang tua, - terutama ibu - sebagai pengasuh bayi merupakan aktor/person
penentu pemberian imunisasi pada seorang bayi minimal sampai 9 bulan dan 3
sekaligus menjadi kendala dalam pelaksanaan imunisasi bayi, antara lain: salah
satu efek samping imunisasi (adanya reaksi panas pada badan balita sehingga bayi
atau anak dianggap sakit setelah diimunisasi) sehingga orang tua menolak
membawa anaknya untuk memperoleh imunisasi. Selain faktor isu di atas, faktor
3
dipisahkan dari pendidikan kesehatan yang dimiliki oleh masyarakat dalam hal ini
pengetahuan seperti masalah pengertian dan pemahaman karena masih banyak ibu
dan tidak sedikit orang tua khawatir terhadap efek samping dari beberapa vaksin.
Selain itu, dukungan keluarga sangatlah penting untuk ibu agar mempengaruhi
pengetahuan seorang ibu dan agar ibu termotivasi untuk membawa bayinya
merupakan salah satu tindakan yang paling penting dan paling spesifik untuk
pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi. Sehingga peneliti tertarik ingin
APRIL 2019”.
4
1.2 Rumusan Masalah
Sebagai bahan bacaan ilmiah bagi institusi pendidikan dan kesehatan tentang
5
1.4.3 Bagi Masyarakat
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Anak diimunisasi
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang
imunitas secara buatan baik dengan vaksinasi (imunisasi aktif) maupun dengan
untuk membentuk antibodi dan respon imun seluler yang melawan agen
dengan sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan
yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan oleh antigen
serupa. Antigen yang diberikan dalam vaksinasi dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan sakit, namun dapat memproduksi limfosit yang peka, antibodi,
imunoglobulin yang berasal dari plasma donor9. Pemberian imunisasi pasif hanya
imunoglobulin yang lain (IgM, IgA, IgE, IgD) memiliki waktu paruh yang lebih
7
pendek. Oleh karena itu, imunisasi yang rutin diberikan pada anak adalah
rendah. Dengan demikian, anak yang belum atau tidak mendapat imunisasi karena
menyebabkan penyakit semakin meluas pada generasi yang akan datang dan
penyakit akan dapat dihilangkan atau dieradikasi dari dunia. Hal ini sudah
8
biaya kesehatan yang digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut pun
akan berkurang.
Indonesia memiliki tujuan untuk menurunkan angka kejadian penyakit dan angka
kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Umar Fahmi
terpajan oleh antigen, baik secara alamiah maupun melalui pemberian vaksin,
tubuh akan bereaksi untuk menghilangkan antigen tersebut melalui sistem imun.
Secara umum, sistem imun dibagi menjadi 2, yaitu sistem imun non-
mekanisme pertahanan alamiah yang dibawa sejak lahir (innate) dan dapat
ditujukan untuk berbagai macam agen infeksi atau antigen. Sistem imun non-
interferon, dll. Sistem imun ini merupakan garis pertahanan pertama yang harus
dihadapi oleh agen infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Jika sistem imun non-
didapatkan selama kehidupan dan ditujukan khusus untuk satu jenis antigen.
Sistem imun spesifik diperankan oleh sel T dan sel B. Pertahanan oleh sel T
9
dikenal sebagai imunitas selular sedangkan pertahanan oleh sel B dikenal sebagai
(ekstrasel).
Sistem imun spesifik inilah yang berperan dalam pemberian vaksin untuk
memberikan kekebalan terhadap satu jenis agen infeksi. Hal ini dikarenakan
adanya mekanisme memori dalam sistem imun spesifik. Di dalam kelenjar getah
bening terdapat sel T naif yaitu sel T yang belum pernah terpajan oleh antigen.
Jika terpajan antigen, sel T naif akan berdiferensiasi menjadi sel efektor dan sel
mengeliminasi antigen, sedangkan sel memori akan berada di organ limfoid untuk
kemudian berperan jika terjadi pajanan antigen yang sama. Sel B, jika terpajan
sel plasma yang akan memproduksi antibodi. Antibodi akan menetralkan antigen
tidak hanya menjadi sel plasma tetapi juga sebagian akan menjadi sel B memori.
Sel B memori akan berada dalam sirkulasi. Bila sel B memori terpajan pada
antigen serupa, akan terjadi proses proliferasi dan diferensiasi seperti semula dan
yang kedua. Artinya, jika seseorang yang sudah divaksin (artinya sudah pernah
terpajan oleh antigen) terinfeksi atau terpajan oleh antigen yang sama, akan lebih
mudah bagi sistem imun untuk mengenali antigen tersebut. Selain itu, respon
10
imun pada pajanan yang kedua (respon imun sekunder) lebih baik daripada respon
imun pada pajanan antigen yang pertama (respon imun primer). Sel T dan sel B
yang terlibat lebih banyak, pembentukan antibodi lebih cepat dan bertahan lebih
lama, titer antibodi lebih banyak (terutama IgG) dan afinitasnya lebih tinggi.
Dengan demikian, diharapkan sesorang yang sudah pernah divaksin tidak akan
mengalami penyakit akibat pajanan antigen yang sama karena sistem imunnya
Imunisasi Rutin Diberikan pada bayi di bawah umur 1 tahun, wanita usia
subur yaitu wanita usia 15 hingga 39 tahun termasuk ibu hamil dan calon
pengantin. Vaksin yang diberikan pada imunisasi rutin pada bayi meliputi
hepatitis B, BCG, polio, DPT, dan campak. Pada usia anak sekolah
Imunisasi tambahan diberikan kepada bayi dan anak usia sekolah dasar.
11
kepada setiap balita (usia 0-5 tahun) termasuk bayi baru lahir tanpa
dilakukan dua kali masing-masing dua tetes selang waktu dua bulan.
untuk memberikan imunitas secara langsung tanpa harus memproduksi sendiri zat
aktif tersebut untuk kekebalan tubuhnya. Antibodi yang diberikan ditujukan untuk
upaya pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi, baik untuk infeksi bakteri
maupun virus. Proteksi bersifat sementara selama antibodi masih aktif didalam
memori terhadap patogen atau antigen spesifik (I.G.N Ranuh, 2008 : 272).
virus yang sudah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubuh dengan tujuan untuk
12
c. Polio, untuk mencegah penyakit poliomyelitis
Imunisasi pada ibu hamil dan calon pengantin adalah imunisasi tetanus toxoid,
yaitu untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang dilahirkan (Soekidjo
Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1
kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali, dan Campak 1 kali. Untuk menilai
kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bagi bayi dapat dilihat dari cakupan
yang diberikan pada bayi dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan
(Bacillus Calmette-Guerin) yang masih hidup (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2005 :
9).
13
Bacillus Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan
hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas (I.G.N Ranuh,
2008 : 132).
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya diberikan kepada bayi umur < 2 bulan.
Pada bayi yang kontak erat dengan pasien TB dengan bakteri tahan asam (BTA)
+3 sebaiknya diberikan INH profilaksi dulu, apabila pasien kontak sudah tenang
bayi dapat diberi BCG (I.G.N. Ranuh, 2008 : 134). Sebelum disuntikan, vaksin
suntik steril (ADS 5 ml). Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali. Disuntikan
dengan menggunakan ADS 0,05 ml. Vaksin yang sudah dilarutkan harus
digunakan sebelum lewat 3 jam (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2005 : 9).
Kontraindikasi
Imunisasi BCG tidak boleh digunakan pada orang yang reaksi uji tuberkulin
>5 mm, menderita infeksi HIV atau dengan risiko tinggi infeksi HIV,
atau sistem limfe, menderita gizi buruk, menderita demam tinggi, menderita
2008 : 133).
14
Efek Samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam
1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan 16 kemerahan di tempat suntikan
yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu
pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-
kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat,
tidak sakit, dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan
pengobatan, dan akan menghilang dengan sendirinya (Ditjen PP & PL Depkes RI,
2005 :9).
difteri, pertusis, dan tetanus (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2005 :10).
pelayanan statis, vaksin DPT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4
15
d. Sterilitasnya terjaga
Vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya
Kontraindikasi
Gejala-gejala keabnormalan otak periode bayi baru lahir atau gejala serius
Efek Samping
iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi (Ditjen PP
16
2.6.3 Imunisasi Hepatitis B
infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B adalah vaksin
15).
menjadi homogen. Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID,
Pemberian sebanyak 3 dosis, dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis
Kontraindikasi
lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai
Efek Samping
17
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan, dan pembekakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari
Vaksinoral polio hidup adalah vaksin polio trivalent yang terdiri dari suspensi
virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat
Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali
Di unit pelayanan statis polio yang telah dibuka, hanya boleh digunakan selama 2
d. Sterilitasnya terjaga
Vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya
18
Gamvar 2. Cara pemberian Vaksi Polio Oral
Kontraindikasi
Pada individu yang menderita “immune deficiency” tidak ada efek yang
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan
dapat diberikan setelah sembuh (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2005 :15). 20 3. Efek
Samping Pada umumnya tidak terdapat efek samping berupa paralisis yang
disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2005 :
15).
Efek Samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping berupa paralisis yang disebabkan
oleh vaksin sangat jarang terjadi (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2005 :15).
dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain
CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu canamycin dan 30 mcg residu
erythromycin.
19
Imunisasi campak ini untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit
pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Dosis pemberian
0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan
dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah catch-up campaign
campak pada Anak Sekolah Dasar kelas 1-6 (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2005 :
14).
Kontraindikasi
Efek Samping
hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah divaksinasi (Ditjen PP & PL Depkes RI,
2005 : 14).
20
Walaupun dilaporkan ada beberapa variasi temuan, efek samping vaksin
campak hidup (tunggal atau gabungan) umumnya adalah ringan dan terbatas
Dengan menggunakan vaksin virus hidup yang dilemahkan, maka reaksi efek
samping yang timbul kurang dibandingkan dengan virus mati. Tetapi sekitar 5-
15% anak yang mendapat imunisasi akan mengalami demam tinggi sampai 39,40
C. Suhu tubuh umumnya meningkat pada hari ke-7 sampai hari ke-12 sesudah
imunisasi dan lamanya 1-2 hari. Tetapi panas yang timbul dirasakan tidak
muncul sekitar 5% anak yang mendapat imunisasi, biasanya terjadi pada hari ke-7
sampai hari ke- 10 sesudah mendapat imunisasi dan lamanya sekitar 2 hari.
Efek samping imunisasi ulang umumnya lebih ringan dan jarang terjadi
pertama maka ia sudah imun, sehingga pada imunisasi kedua virus vaksin tidak
dapat bereplikasi. Efek ikutan imunisasi kedua lebih sering terjadi bila diberikan
pada umur 10-12 tahun dibandingkan dengan bila diberikan umur 4-6 tahun.
Gejala ikutan yang terjadi 1 bulan sesudah imunisasi pada anak yang berumur 10-
munculnya ruam pada kulit dan nyeri sendi (I. Made Setiawan, 2008 : 181-182).
21
2.7 Jadwal Imunisasi
(DPT 1,2,3)
Polio 4x 4 minggu 0-11 bulan
(Polio 1,2,3)
Campak 1x 9-11 bulan
Hepatitis B 3x 4 minggu 0-11 bulan Untuk bayi yang lahir
di RS/puskesmas/rumah
Hep B 1,2,3 bersalin/rumah oleh
tenaga kesehatan. HB
segera diberikan dalam
24 jam pertama
kelahiran. BCG dan
polio diberikan sebelum
bayi pulang ke rumah
adalah teori Lawrence Green (1980), yang menyatakan bahwa perilaku seseorang
22
2.8.1 Faktor Pemudah (Presdiposing Factors)
pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak, dan dukungan dari pihak
keluarga.
kenyataan taraf, pendidikan wanita masih jauh lebih rendah daripada kaum
pria. Seseorang ibu dapat memelihara dan mendidik anaknya dengan baik
23
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : awareness
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Trial (orang telah mulai mencoba
untuk mendapatkan nafkah (Pandji Anoraga, 2005 : 11). Ibu yang bekerja
waktu kerja bagi pekerja yang dikerjakan yaitu waktu siang 7 jam satu hari
dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam satu minggu, atau
dengan 8 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 5 hari kerja dalam
satu minggu. Sedangkan waktu malam hari yaitu 6 jam satu hari dan 35
24
jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu (Pandji Anoraga,
2005 : 60).
dasar bayi adalah jika ibu bekerja untuk mencari nafkah maka akan
Pendapatan Keluarga
penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun
dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan dalam 26 penelitian ini
adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan
anak baik yang primer maupun yang sekunder (Soetjiningsih, 1995 : 10).
25
Jumlah Anak
(2008), jumlah anak sebagai salah satu aspek demografi yang akan
berpengaruh pada partisipasi masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena jika
seorang ibu mempunyai anak lebih dari satu biasanya ibu semakin
Dukungan Keluarga
antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus
26
2.8.2 Faktor Pendukung (Enabling Factors)
sarana dan prasarana atau sumber daya atau fasilitas kesehatan yang memfasilitasi
kesehatan seperti pukesmas, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan
swasta, dan sebagainya, serta kelengkapan alat imunisasi, uang, waktu, tenaga,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter, atau bidan praktek desa. Fasilitas ini
pemungkinan.
2. Peralatan Imunisasi
Setiap obat yang berasal dari bahan biologik harus dilindungi terhadap
sinar matahari, panas, suhu beku, termasuk juga vaksin. Untuk sarana rantai
vaksin dibuat secara khusus untuk menjaga potensi vaksin. Di bawah ini
a. Lemari Es
lemari es dengan dinding belakang 10-15 cm, kanan kiri 15 cm, sirkulasi
27
udara di sekitarnya harus baik. Lemaries tidak boleh terkena panas
c. Cold Box
memakan waktu lama. Cold box berukuran besar, dengan ukuran 40-70
d. Freeze Tag
pelayanan kesehatan ini antara lain ditentukan oleh adanya transportasi yang
28
tersedia sehingga dapat memperkecil jarak tempuh, hal ini akan menimbulkan
sumber daya kesehatan termasuk tenaga kesehatan yang ada dan mudah dijangkau
merupakan salah satu faktor yang member kontribusi terhadap perilaku dalam
Faktor pendukung lain menurut Djoko Wiyono (1997 : 236) adalah akses
terhalang oleh keadaan geografis, keadaan geografis ini dapat diukur dengan jenis
transportasi, jarak, waktu perjalanan dan 30 hambatan fisik lain yang dapat
pelayanan kesehatan, maka akan semakin sedikit pula waktu yang diperlukan
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku para petugas termasuk
kesehatan yang ada dan mudah dijangkau merupakan salah satu faktor yang
kesehatan.
1. Petugas Imunisasi
pihak puskesmas, biasanya dokter atau bidan, lebih khususnya bidan desa.
29
Menurut Djoko Wiyono (2000:33) pasien atau masyarakat menilai
peralatan yang baik dan memenuhi standar yang baik, komitmen dan
tugas mereka dengan cara yang optimal (Djoko Wiyono, 2000 : 34).
sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan
2. Kader Kesehatan
30
yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan
Persiapan
Pelaksanaan
rujukan.
Pembinaan
31
2.9 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Imunisasi
yaitu : .
Hidup sehat adalah hak asasi rakyat sehingga dalam pemenuhan hak asasi
masyarakat akan sarana kesehatan. Saat ini, rumah sakit pemerintah maupun
suatu saat nanti terpenuhi rasio ideal puskesmas melayani 25.000 penduduk.
andal dan cukup, alat yang cukup dan sesuai dengan standar teknis, serta vaksin
yang cukup. Selain itu masalah dana untuk menjamin keberlangsungan program-
Pelayanan kesehatan harus terjangkau oleh rakyat, baik dari segi dana
yang murah bahkan kalau bisa gratis, tempat yang mudah dijangkau, dan
kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam program imunisasi juga minim.
Oleh karena itu diperlukan penyuluhan dan promosi kesehatan yang cukup.
32
Penerimaan masyarakat terhadap program kesehatan
(acceptability)
Ada sebagian masyarakat yang secara etis, budaya, dan agama masih
usaha yang lebih giat perlu dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi
imunisasi memiliki efek samping yang justru berbahaya bagi anak bahkan
dapat menyebabkan kematian pada anak. Belakangan ini, beredar isu bahwa
2.9.2 Mutu
sudah melalui uji coba, memenuhi persyaratan ilmiah dan medis. Penyimpanan
dan distribusi vaksin butuh dikontrol secara serius untuk menghindari tangan-
tangan yang tidak bertanggung jawab. Panjangnya rantai distribusi dan kualitas
tempat penyimpanan berpeluang untuk merusak vaksin yang pada akhirnya akan
33
2.9.3 Perencanaan berbasis fakta (planning by evidence)
yang tersedia secara akurat dan up to date, baik menyangkut demografi (penduduk
Tempat tinggal penduduk yang tidak berkumpul dalam suatu daerah yang
sama, atau bisa dikatakan tersebar dalam wilayah yang luas menyebabkan
elektronik maupun cetak, memberikan secara luas dan rinci penemuan dan
34
menentukan kepercayaan masyarakat terhadap program-program kesehatan,
termasuk imunisasi
2.9.6 Pendidikan
Masyarakat juga menjadi lebih mengerti maksud, tujuan, dan manfaat program-
balitanya
2.9.7 Sosial
agama dan kepala desa mungkin dapat mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi
imunisasi.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
Abepura.
3.4.1 Populasi
3.4.2 Sampel
populasi balita dan anak pada wilayah kerja Puskesmas Abepura yang
36
datang guna melakukan cakupan program imunisasi sejak bulan April
Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut dan
(Sujarweni, 2014).
1. Kelurahan
2. Jenis imunisasi
Hedam
Kota Baru
Yobe
Awiyo
Asano
37
2. Jenis imunisasi adalah macam-macam imunisasi yang diberikan
pada bayi atau anak pada usia 0 – 24 bulan yang tercatat dalam
HB 0
BCG
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
IPV
Campak
Campak lanjutan
secara sekunder. Data sekunder adalah data medical report yang bersumber dari
38
3.8 Pengolahan dan Analisis Data
persentase.
39
BAB IV
Abepura khususnya karakteristik imunisasai dari bulan April 2018- April 2019.
periode bulan April 2018 – April 2019. Berikut ini gambara yang diteliti :
Diimunisasi
Hedam 3000 2072 69
Kota Baru 2232 1562 69
Yobe 2040 1385 67
Awiyo 3324 1795 54
Asano 2040 3980 100
40
Berdasarkan Tabel dan Grafik 1 terlihat bahwa pada ke 5 Kelurahan di
Pada kelurahan Kota Baru dengan jumlah sasaran 2232 bayi yang
Pada kelurahan Yobe dengan jumlah sasaran 2040 bayi yang terimunisasi
41
Pada kelurahan Awiyo dengan jumlah sasaran 3324 bayi yang terimunisasi
Pada kelurahan Asano dengan jumlah sasaran 2040 bayi yang terimunisasi
42
43
44
Berdasarkan Tabel dan Grafik 2 terlihat bahwa distribusi imunisasi
berdasarkan jenis Imunisasi yang diberikan dengan jumlah sasaran yang sama
pada setiap jenis imunisasi yaitu sebanyak 1053 bayi, antara lain sebagai berikut:
Pada Imunisasi HB 0 < 7 hari selama bulan April 2018 – April 2019
diberikan pada bayi yang jumlah 804 anak dengan persentase 76,53%
Pada Imunisasi BCG selama bulan April 2018 – April 2019 diberikan
Pada Imunisasi Polio I selama bulan April 2018 – April 2019 diberikan
Pada Imunisasi Polio 2 selama bulan April 2018 – April 2019 diberikan
Pada Imunisasi Polio 3 selama bulan April 2018 – April 2019 diberikan
Pada Imunisasi Polio 4 selama bulan April 2018 – April 2019 diberikan
Pada Imunisasi IPV selama bulan April 2018 – April 2019 diberikan pada
45
Pada Imunisasi Campak selama bulan April 2018 – April 2019 diberikan
2019 diberikan pada bayi yang jumlah 595 dengan persentase 56,50%
Pada Imunisasi Campak Lanjutan selama bulan April 2018 – April 2019
Hedam
Kota Baru
Yobe
Awiyo
Asano
46
Gambar 4. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Abepura
2. Roboria
3. Bahagia
4. Emerew
5. Rebali
47
6. KOTA BARU Setia
7. Sakura
8. Kasih Mama 2
9. Sejahtera
10. Nauri
11. Wilmari
12. Onomi
13. Cenderawasih
14. Rambay
16. Nusantara
17. Merpati
18. Flamboyan
19. Widuri
20. Sepakat 2
23. Abemoko
25. Sepakat 1
26. Rumwani
48
27. ASANO Nusa Indah
28. Pelangi
30. Enggros
a. Pengetahuan ibu
mendapatkan imunisasi.
49
Tingkatan pengetahuan terdiri dari (1) Tahu (know), (2)
kategori, yaitu pertama, baik jika subjek mampu menjawab dengan benar
jika subjek mampu kurang dari 55% dari seluruh pertanyaan (Arikunto,
50
Ciputat, ibu yang memiliki tingkat pengetahuan imunisasi rendah berisiko
b.Tingkat pendidikan
penting bagi seorang wanita yang berlaku sebagai ibu untuk dapat
3,814 bagi ibu yang tidak bersekolah untuk pemberian imunisasi anak
51
Kumpulrejo Kota Salatiga responden dengan pendidikan dasar memiliki
pendidikan lanjut.
c. Pekerjaan
bagi seseorang. Ibu yang bekerja mungkin akan memiliki sedikit waktu
imunisasi lebih kecil dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Selain itu,
d. Tingkat pendapatan
atau lebih dari anggota keluarga dari jerih payah kerjanya. Secara umum
52
di Provinsi Lampung sebesar 1.763.000, sehingga apabila pendapatan
e. Sikap
baik dan buruk stimulus tersebut terhadap dirinya), Trial (mulai mencoba
Notoatmodjo (2010):
53
Menerima (receiving), Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau
pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima
ide tersebut.
yang paling tinggi. Sikap seseorang yang positif belum tentu terwujud
f. Dukungan keluarga
54
sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan (Friedman,
anaknya perlu mendapat dukungan dari suami berupa konfirmasi atau izin
rutin imunisasi sesuai jadwal (Suzanne, 2011). Selain dari suami ibu juga
memperkecil jarak tempuh, hal ini akan menimbulkan motivasi ibu untuk
daya kesehatan termasuk tenaga kesehatan yang ada dan mudah dijangkau
55
semakin sedikit pula waktu yang diperlukan sehingga tingkat pemanfaatan
poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter, atau bidan praktek
tempuh, hal ini akan menimbulkan motivasi ibu untuk datang ketempat
yang ada dan mudah dijangkau merupakan salah satu faktor yang member
Faktor pendukung lain menurut Djoko Wiyono (1997 : 236) adalah akses
56
tidak terhalang oleh keadaan geografis, keadaan geografis ini dapat diukur
d. Peralatan imunisasi
terhadap sinar matahari, panas, suhu beku, termasuk juga vaksin. Untuk
sarana rantai vaksin dibuat secara khusus untuk menjaga potensi vaksin.
Lemari Es
lemari es dengan dinding belakang 10-15 cm, kanan kiri 15 cm, sirkulasi
57
Vaccine carrier adalah alat untuk mengirim atau membawa vaksin
Cold Box
waktu cukup lama, atau lemari es sedang rusak yang 29 bila diperbaiki
memakan waktu lama. Cold box berukuran besar, dengan ukuran 40-70
Freeze Tag
a. Peran kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
58
masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-
1). Secara umum peran kader kesehatan adalah melaksanakan kegiatan pelayanan
Persiapan
desa.
Pelaksanaan
serta rujukan.
Pembinaan
59
keluarga binaannya, membina kemampuan diri melalui pertukaran
pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang empati, respek
dengan kebutuhan masyarakat, diberikan dengan cara yang ramah pada waktu
derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang maju, mutu peralatan yang baik dan memenuhi standar yang
baik, komitmen dan motivasi petugas tergantung dari kemampuan mereka untuk
melaksanakan tugas mereka dengan cara yang optimal (Djoko Wiyono, 2000 :
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
c. Peran pemerintah
60
Faktor predisposisi merupakan faktor internal pada seseorang yang
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, atau resisten. Anak diimunisasi
61
atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap
2. Vaksin yang diberikan pada imunisasi rutin pada bayi meliputi hepatitis B,
Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari
BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali, dan Campak 1 kali.
62
6. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian imunisasi
5.2 Saran
Perlu perhatian yang lebih terhadap Kelurahan dan Jenis Imunisasi yang
bagi Penulis harus lebih sering melakukan latihan terkait penulitasan KTI
63
64