Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN IMUNISASI

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak)

DISUSUN OLEH :

Leni Yulistiani

PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

CIMAHI

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang imunisasi pada anak.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Cimahi, Oktober 2021

Leni Yulistiani

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tujuan Suistainable Development Goal’s (SDG’s) yang
dituangkan pada tujuan pembangunan 3 yaitu untuk menjamin kehidupan
yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia
dengan meningkatkan kesehatan anak dengan mencapai cakupan kesehatan
universal dan menjamin akses ke obat dan vaksin yang aman, terjangkau, dan
efektif untuk semua (Bappenas dan Unicef, 2017)
Dalam hal menunjang sistem kesehatan nasional, program
imunisasi
sangat efektif dan efisien apabila diberikan dalam cakupan yang luas secara
nasional. Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara tentunya akan
lebih baik bila masyarakatnya lebih sehat sehingga anggaran untuk
kuratif/pengobatan dapat dialihkan pada program lain yang membutuhkan.
Investasi dalam kesehatan untuk kesejahteraan dan peningkatan kualitas anak
di masa depan (Ranuh dkk, 2014).
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, keberhasilan
seorang bayi dalam mendapatkan imunisasi dasar tersebut diukur melalui
indikator IDL (Imunisasi Dasar Lengkap). Cakupan IDL pada bayi di
Indonesia tahun 2017 sebesar 85,41%. Cakupan IDL provinsi tertinggi di
Indonesia, yaitu Sulawesi Selatan (102,9%) dan terendah Papua (46,0%).
Cakupan IDL Yogyakarta sebesar 91,6%, dengan cakupan IDL rata-rata
provinsi di Indonesia (90,8%) (Kemenkes RI, 2017).
Berbagai alasan ibu tidak membawa balitanya ke posyandu, antara
lain karena letaknya yang jauh, tidak ada kegiatan posyandu, serta layanan
tidak lengkap walaupun sudah diberikan fasilitas gratis oleh pemerintah. Hal
tersebut dikarenakan beberapa alasan seperti pengetahuan ibu yang kurang
tentang imunisasi dan rendahnya kesadaran ibu membawa anaknya ke

1
posyandu atau puskesmas untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap kerana

2
takut anaknya sakit, dan ada pula yang merasabahwa imunisasi tidak
diperlukan untuk bayinya, kurang informasi/penjelasan dari petugas
kesehatan tentang manfaat imunisasi serta hambatan lainnya
(Balitbangkes,2013)

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian imunisasi?
2. Apa saja jenis-jenis imunisasi?
3. Bagaimana cara pemberian imunisasi?
4. Kapan waktu pemberian imunisasi?
5. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan saat pemberian imunisasi?
6. Bagaimana Asuhan Keperawata Pada anak yang di imunisasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu
pengetahuan sehingga mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan
Keperawatan Imunisasi Pada Anak.
2. Tujuan Khusus
a. Menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak
b. Mahasiswa mampu melakukan analisis berdasarkan data subjektif
dan objektif imunisasi pada anak.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI IMUNISASI

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan


kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2017).
Imun adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya kemampuan
mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka serangan kuman tertentu.
Jadi imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan
cara memasukkan vaksin kedalam tubuh. (Depkes RI, 2017).
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan
kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit.
(Yupi S, 2016).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan pada antigen
yang serupa, tidak terjadi penyakit. (Ranuh dkk, 2017).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Imunisasi merupakan usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan antigen yang berupa virus
atau bakteri ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan
yang di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke
dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan
melalui mulut seperti vaksin Polio.
Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal
terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan
imunisasi, potensi antigen yang disuntikan, waktu antara pemberian

3
imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan tergantung
dari faktor

3
yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada

diri anak.

B. SISTEM IMUN

C. RESPON IMUN PADA IMUNISASI

5
Imunitas
spesifik

alamiah buatan

Pasif Pasif
Aktif Aktif
Ab dari ibu masuk ke Ab yang terdapat dalam
Ag masuk ke dlm tubuh Ag masuk kedalam tubuh serum disuntikkan ke dlm
dalam janin melalui
secara alamiah dan tubuh melalui vaksinasi dan tubuh seseorang yg
plasenta, atau ASI kepada
memproduksi Ab tubuh memproduksi Ab membutuhkan
bayi

D. JENIS-JENIS IMUNISASI

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013,


berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi
imunisasi wajib dan imunisasi pilihan.
1. Imunisasi wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular
tertentu. Imunisasi wajib diberikan sesuai jadwal sebagaimana ditetapkan
dalam pedoman penyelenggaraan imunisasi. Imunisasi wajib terdiri atas:
a. Imunisasi rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara
terus menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar
dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum
berusia 1 (satu) tahun. Jenis imunisasi dasar yaitu:
1) Bacillus Calmette Guerin (BCG)

5
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC
yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah
dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC
yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC milier (pada
seluruh lapangan paru), atau TBC tulang. Imunisasi BCG berfungsi
untuk mencegah penularan Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis
disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama Mycobacterium
tuberculosis complex. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang
mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Menurut
Nufareni (2003), Imunisasi BCG tidak mencegah infeksi TB tetapi
mengurangi risiko

5
TB berat seperti meningitis TB atau TB miliar. Frekuensi
pemberian imunisasi BCG adalah 1 kali dan waktu pemberian
imunisasi BCG pada umur 0 – 11 bulan, akan tetapi pada umumnya
diberikan pada bayi umur 2 – 3 bulan, kemudian cara pemberian
imunisasi BCG melalui intradermal. Efek samping pada BCG dapat
terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis
regional dan reaksi panas. Untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap tuberculosis.Cara pemberian dan dosis imunisasi BCG :
a) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih
dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat-alat suntik steril
dan menggunakan cairan pelarut (NacL 0,9 %) sebanyak 4 cc
b) Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali
c) Disuntikkan secara intracutan di daerah lengan kanan atas pada
insersio musculus deltoideus
d) Vaksin harus digunakan sebelum lewat 3 jam dan Vaksin akan
rusak bila terkena sinar matahari langsung. Botol kemasan,
biasanya terbuat dari bahan yang berwarna gelap untuk
menghindari cahaya karena cahaya atau panas dapat merusak
vaksin BCG sedangkan  pembekuan tidak merusak vaksin BCG.
Vaksin BCG di buat dalam vial, di mana kemasannya ada 1 cc
dan 2 cc.
e) Kontra indikasi : Uji Tuberculin > 5 mm, Sedang menderita
HIV, Gizi buruk, Demam tinggi, Infeksi kulit luas, dan Pernah
menderita TBC
f) Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi umum seperti
demam. Setelah 1-2 minggu penyuntikan biasanya akan timbul
indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang akan berubah
menjadi pustula dan akan pecah menjadi luka dan hal ini tidak
perlu pengobatan dan akan sembuh spontan dalam 8-12 minggu

5
dengan jaringan parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran
kelenjar limfe

5
di ketiak atau pada leher yang terasa padat dan tidak sakit serta
tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal dan tidak
memerlukan pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya.
2) Diphtheria Pertusis Tetanus (DPT)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit diphteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi DPT
ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman diphteri
yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat
merangsang pembentukan zat anti (Toxoid). Frekuensi pemberian
imunisasi DPT adalah 3 kali dengan maksud pemberian pertama
zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap
vaksin dan mengaktifkan organ – organ tubuh membuat zat anti,
kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian
imunisasi DPT antara umur 2 – 11 bulan dengan interval 4 minggu.
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi
intramuskular. Cara memberiakn vaksin ini, sebagai berikut:
a) Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu dengan
seluruh kaki telanjang
b) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi
c) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk
d) Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat
e) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga
masuk ke dalam otot. Untuk mengurangi rasa sakit, suntikkan
secara pelan-pelan.
Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat,
efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat
penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat menangis hebat
kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
enchefalopati, dan syok.
3) Hepatitis B

6
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam
bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis 3 kali. Waktu
pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0 – 11 bulan. Cara
pemberian imunisasi hepatitis ini adalah intramuscular. Cara
Pemberian dan Dosis imunisasi hepatitis B :
a) Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar
suspense menjadi homogeny
b) Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml secara IM sebaiknya
pada anterolateral paha.
c) Pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 x
d) Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dan selanjutnya
dengan interval waktu minimal 4 minggu.
e) Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita infeksi
berat disertai kejang, masih diizinkan untuk pasien batuk/pilek.
f) Efek Samping
(1)Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakkan disekitar  tempat bekas penyuntikan.
(2)Reaksi sistemik seperti demam ringan, lesu dan perasaan
tidak enak pada saluran cerna
(3)Reaksi yang terjadi akan hilang dengan sendirinya setelah 2
hari.
4) Polio
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit
poliomyelitis. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
a) Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung

virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.

b) Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin

7
c) hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil

atau cairan.

Frekuensi pemberian imunisasi Polio adalah 4 kali. Waktu

pemberian imunisasi Polio antara umur 0 – 11 bulan dengan

interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi Polio melalui oral.

Cara pemberian dan dosis imunisasi polio :

a) Diberikan secara oral sebanyak 2 tetes di bawah lidah langsung


dari botol tanpa menyentuh mulut bayi. Diberikan 4 x dengan
interval waktu minimal 4 minggu
b) Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes
(dropper) yang baru.
c) Kontraindikasi
(1) Pada individu yang menderita imunedeficiency
tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian
Polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan
misalnya sedang menderita diare atau muntah, demam tinggi
>38,5˚C, maka dosis ulangan dapat di berikan setelah
sembuh.
(2) Pasien yang mendapat imunosupresan
d) Efek samping
Pada umumnya tidak ada efek samping. Tetapi ada hal yang
perlu diperhatikan setelah imunisasi polio yaitu setelah anak
mendapatkan imunisasi polio maka pada tinja si anak akan
terdapat virus polio selama 6 minggu sejak pemberian imunisasi.
Karena itu, untuk mereka yang berhubungan dengan bayi yang
baru saja diimunisasi polio supaya menjaga kebersihan dengan
mencuci tangan setelah mengganti popok bayi.

8
8
5) Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat
menular. Penyakit infeksi ini disebabkan oleh virus morbilli yang
menular melalui droplet. Gejala awal ditunjukkan dengan adanya
kemerahan yang mulai timbul pada bagian telinga, dahi dan
menjalar kewajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala
seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivitis).
Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi
kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan
apabila sembuh , kulit akan tampak seperti bersisik. Imunisasi
campak diberikan pada anak usia 9 bulan sebanyak satu kali
dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak
berangsur akan hilang sampai usia 9 bulan. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Waktu pemberian imunisasi campak
pada umur 9 – 11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak melalui
subkutan kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam
pada tempat suntikan dan panas.

2. Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa
perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan pada :
1) anak usia bawah tiga tahun (Batita)
Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia bawah tiga
tahun (Batita) terdiri atas Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B
(DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-
Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan Campak.
2) anak usia sekolah dasar
Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar diberikan pada
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Jenis imunisasi lanjutan

10
yang diberikan pada anak usia sekolah dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Diphtheria Tetanus (DT),
Campak, dan Tetanus diphteria (Td).
3) wanita usia subur
Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita usia subur
berupa Tetanus Toxoid (TT).

3. Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang
paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada
periode waktu tertentu. Pemberian imunisasi tambahan tidak
menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi rutin.

4. Imunisasi khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan
untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi
tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan keberangkatan calon
jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis
penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis imunisasi
khusus antara lain terdiri atas imunisasi Meningitis Meningokokus,
imunisasi demam kuning, dan imunisasi Anti Rabies (VAR).

5. Imunisasi pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dari penyakit menular tertentu. Jenis imunisasi pilihan
dapat berupa:

10
a. Imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Vaksin MMR bertujuan untuk mencegah Measles
(campak), Mumps (gondongan) dan Rubella merupakan vaksin
kering yang mengandung virus hidup, harus disimpan pada suhu
2–80C atau lebih dingin dan terlindung dari cahaya. Vaksin harus
digunakan dalam waktu 1 (satu) jam setelah dicampur dengan
pelarutnya, tetap sejuk dan terhindar dari cahaya, karena setelah
dicampur vaksin sangat tidak stabil dan cepat kehilangan
potensinya pada temperatur kamar. Vaksin MMR harus diberikan
sekalipun ada riwayat infeksi campak, gondongan dan rubella
atau sudah mendapatkan imunisasi campak; anak dengan penyakit
kronis seperti kistik fibrosis, kelainan jantung bawaan, kelainan
ginjal bawaan, gagal tumbuh, sindrom Down; anak berusia ≥ 1
tahun day care yang centre, berada family day di care dan
playgroups; dan anak yang tinggal di lembaga cacat mental.

Kontra Indikasi:
1) Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati atau
dengan gangguan imunitas, yang mendapat pengobatan dengan
imunosupresif atau terapi sinar atau mendapat steroid dosis
tinggi (ekuivalen dengan 2 mg/kgBB/hari prednisolon)
2) Anak dengan alergi berat (pembengkakan pada mulut atau
tenggorokan, sulit bernapas, hipotensi dan syok) terhadap
gelatin atau neomisin
3) Pemberian MMR harus ditunda pada anak dengan demam
akut, sampai penyakit ini sembuh
4) Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain (termasuk BCG
dan vaksin virus hidup) dalam waktu 4 minggu. Pada keadaan
ini imunisasi MMR ditunda lebih kurang 1 bulan setelah
imunisasi yang terakhir. Individu dengan tuberkulin positif
akan menjadi negatif setelah pemberian vaksin

11
5) Wanita hamil tidak dianjurkan mendapat imunisasi MMR

11
6) (karena komponen rubela) dan dianjurkan untuk tidak hamil
selama 3 bulan setelah mendapat suntikan MMR.
7) Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan
setelah pemberian imunoglobulin atau transfusi darah yang
mengandung imunoglobulin (whole blood, plasma). Dengan
alasan yang sama imunoglobulin tidak boleh diberikan dalam
waktu 2 minggu setelah vaksinasi.
8) Defisiensi imun bawaan dan didapat (termasuk infeksi HIV).
Sebenarnya HIV bukan kontra indikasi, tetapi pada kasus
tertentu, dianjurkan untuk meminta petunjuk pada dokter
spesialis anak (konsultan).
Dosis: Dosis tunggal 0,5 ml suntikan secara intra muskular atau
subkutan dalam.
Jadwal:
1) Diberikan pada usia 12–18 bulan.
2) Pada populasi dengan insidens penyakit campak dini yang
tinggi, imunisasi MMR dapat diberikan pada usia 9 (sembilan)
bulan.
b. Imunisasi Thypus Abdominalis
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit thypus abdominalis, dalam persediaannya,
khususnya di Indonesia terdapat 3 jenis vaksin thypus
abdominalis diantaranya kuman yang dimatikan, kuman yang
dilemahkan (vivotif, berna), dan antigen kapsular Vi
Polysaccharide (Typhimvi, Pasteur meriux). Pada vaksin kuman
yang dimatikan, dapat diberikan untuk bayi 6 – 12 bulan adalah
0,1 mL, 1 – 2 tahun 0,2 mL, dan 2 – 12 tahun adalah 0,5 mL,
pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan
interval 4 minggu kemudian penguat setelah 1 tahun kemudian.
Pada vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam

13
bentuk capsul enteric coated sebelum makan pada hari 1, 2, 5,
pada anak diatas

13
usia 6 tahun dan pada antigen kapsular diberikan pada usia
diatas 2 tahun dan dapat diulang tiap 3 tahun.
c. Imunisasi Varicella
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit varicella (cacar air). Vaksin varicella
merupakan virus hidup varicella zoster strain OK yang
dilemahkan. Vaksin diberikan mulai umur masuk sekolah (5
tahun) Pada anak ≥ 13 tahun vaksin di anjurkan dua kali selang
4 minggu. Pada keadaan terjadi kontak dengan kasus varisela,
untuk pencegahan vaksin dapat diberikan dalam waktu 72 jam
setelah penularan (dengan persyaratan: kontak dipisah/tidak
berhubungan).
Kontra Indikasi:
1) Demam tinggi
2) Hitung limfosit kurang dari 1200/µl atau adanya bukti
defisiensi imun selular seperti selama pengobatan
induksi penyakit keganasan atau fase radioterapi
3) Pasien yang mendapat pengobatan dosis tinggi
kortikosteroid (2 mg/kgBB per hari atau lebih)
4) Alergi neomisin
Dosis dan Jadwal: Dosis 0,5 ml suntikan secara subkutan,
dosis tunggal
d. Imunisasi Hepatitis A
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya hepatitis A.
Rekomendasi:
1) Populasi risiko tinggi tertular Virus Hepatitis A (VHA).
2) Anak usia ≥ 2 tahun,didaerah terutama endemis. Pada anak
usia>2 tahun antibodi maternal sudah menghilang. Di lain
pihak, kehidupan sosialnya semakin luas dan semakin tinggi
pula

13
paparan terhadap makanan dan minuman yang tercemar.
3) Pasien Penyakit Hati Kronis, berisiko tinggi hepatitis
fulminan bila tertular VHA.
4) Kelompok lain: pengunjung ke daerah endemis; penyaji
makanan; anak usia 2–3 tahun di Tempat Penitipan Anak
(TPA); staf TPA; staf dan penghuni institusi untuk cacat
mental; pria homoseksual dengan pasangan ganda; pasien
koagulopati; pekerja dengan primata bukan manusia; staf
bangsal neonatologi.

Kontra Indikasi:
Vaksin VHA tidak boleh diberikan kepada individu yang
mengalami reaksi berat sesudah penyuntikan dosis pertama
Dosis dan Jadwal:
1) Dosis vaksin bervariasi tergantung produk dan usia resipien
2) Vaksin diberikan 2 kali, suntikan kedua atau booster
bervariasi antara 6 sampai 18 bulan setelah dosis pertama,
tergantung produk
3) Vaksin diberikan pada usia ≥ 2 tahun
e. Vaksin Tifoid
Vaksin tifoid oral dibuat dari kuman Salmonella typhi galur
non patogen yang telah dilemahkan, menimbulkan respon
imun sekretorik IgA, mempunyai reaksi samping yang lebih
rendah dibandingkan vaksin parenteral. Kemasan dalam
bentuk kapsul. Penyimpanan pada suhu 2 – 80C. Vaksin tifoid
oral diberikan untuk anak usia ≥ 6 tah
Kontra Indikasi:
1) Vaksin Tifoid Oral
a) Vaksin tidak boleh diberikan bersamaan dengan
antibiotik, sulfonamid atau antimalaria yang aktif
terhadap Salmonella.

14
b) Pemberian vaksin polio oral sebaiknya ditunda dua
minggu setelah pemberian terakhir dari vaksin tifoid oral
(karena vaksin ini juga menimbulkan respon yang kuat
dari interferon mukosa)
2) Vaksin tifoid polisakarida parenteral
a) Alergi terhadap bahan-bahan dalam vaksin.
b) Pada saat demam, penyakit akut maupun penyakit kronik
progresif.
Dosis dan Jadwal:
1) Vaksin tifoid oral
a) Satu kapsul vaksin dimakan tiap hari, satu jam
sebelum makan dengan minuman yang tidak lebih dari
370C, pada hari ke 1, 3 dan 5.
b) Kapsul ke 4 diberikan pada hari ke 7 terutama bagi
turis.
c) Kapsul harus ditelan utuh dan tidak boleh dibuka
karena kuman dapat mati oleh asam lambung.
d) Imunisasi ulangan diberikan tiap 5 tahun. Namun
pada individu yang terus terekspose dengan infeksi
Salmonella sebaiknya diberikan 3–4 kapsul tiap
beberapa tahun.
e) Daya proteksi vaksin ini hanya 50%-80%, walaupun
telah mendapatkan imunisasi tetap dianjurkan untuk
memilih makanan dan minuman yang higienis.
2) Vaksin tifoid polisakarida parenteral
a) Dosis 0,5 ml suntikan secara intra muskular atau
subkutan pada daerah deltoid atau paha
b) Imunisasi ulangan tiap 3 tahun
c) Daya proteksi vaksin ini hanya 50%-80%, walaupun
telah mendapatkan imunisasi tetap dianjurkan untuk
memilih makanan dan minuman yang higienis

15
f. Imunisasi HiB (Haemophilus influenza tipe B)

15
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit influenza tipe B. Vaksin Hib adalah vaksin
polisakarida konyugasi dalam bentuk liquid, yang dapat
diberikan tersendiri atau dikombinasikan dengan vaksin DPaT
(tetravalent) atau DpaT/HB (pentavalent) atau DpaT/HB/IPV
(heksavalent).
Kontra Indikasi: Vaksin tidak boleh diberikan sebelum
bayi berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum dapat
membentuk antibodi
Dosis dan Jadwal:
1) Vaksin Hib diberikan sejak umur 2 bulan, diberikan
sebanyak 3 kali dengan jarak waktu 2 bulan.
2) Dosis ulangan umumnya diberikan 1 tahun setelah
suntikan terakhir.

Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan
anak dari berbagai penyakit, diharapkan bayi atau anak tetap tumbuh dalam
keadaan sehat. Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara
sendiri agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahan tubuh
tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik, proses
mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan
nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana complemen dan
makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran ketika ada kuman
yang masuk ke dalam tubuh. Setelah itu maka kuman harus melawan
pertahanan tubuh yang kedua yaitu pertahanan tubuh spesifik terdiri dari
system humoral dan seluler. System pertahanan tersebut hanya bereaksi
terhadap kuman yang mirip dengan bentuknya. System pertahanan humoral
akan menghasilkan zat yang disebut imonuglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE,
IgD) dan system pertahanan seluler terdiri dari limfosit B dan limfosit T,
dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang

16
disebut sel memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi
apabila sudah pernah masuk ke

16
dalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi.
Berdasarkan proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi menjadi dua yaitu
imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
1. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan
terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi
imonologi spesifik yang menghasilkan respons seluler dan humoral serta
sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh
secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat
macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :
a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli
sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari
tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
d. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan imonogenitas antigen.
2. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh dengan
cara pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu
proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang
didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi.

E. Cara Pemberiaan Imunisasi


Berikut ini adalah cara pemberiaan dan waktu yang tepat untuk
pemberian imunisasi. Cara Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 42 Tahun 2016)

17
Jenis Dosis Cara Pemberian Tempat
Vaksin
Hepatitis B 0,5 ml Intra Muskuler Paha
BCG 0,05 ml Intra Kutan Lengan kanan atas
Polio 2 tetes Oral Mulut
DPT-HB-Hib 0,5 ml Intra Muskuler Paha untuk bayi
Lengan kanan
untuk batita
Campak 0,5 ml Sub Kutan Lengan kiri atas
DT 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas
Td 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas
TT 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas

Jarak minimal antar dua pemberian imunisasi yang sama adalah 4 (empat)
minggu. Tidak ada batas maksimal antar dua pemberian imunisasi.

F. Waktu Pemberiaan Imunisasi


Waktu Yang Tepat Untuk Pemberiaan Imunisasi Dasar (Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013)
Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak bawah tiga tahun

Umur Jenis Imunisasi


18 bulan DPT-HB-Hib
24 bulan Campak

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar


Waktu
Sasaran Imunisasi
Pelaksanaan
Kelas 1 SD Campak Agustus
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November

18
G. Rantai Dingin (Cold Chain)
Merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan
baik, atau tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek kekebalan
pada penerimanya, akan tetapi apabila vaksin diluar temperature yang
dianjurkan maka akan mengurangi potensi kekebalannya.
Dibawah ini potensi vaksin dalam temperature :

Vaksin 2 – 8oC 35 – 37o C

DT 3 – 7 tahun 6 minggu

Pertusis 18 – 24 bulan Dibawah 50% dalam 1 minggu

BCG
1 tahun
- Kristal Dibawah 20% dalam 3 – 14 hari
Dipakai dalam 1 kali
- Cair Dipakai dalam 1 kali kerja
kerja

Campak
2 tahun
- Kristal 1 minggu
Dipakai dalam 1 kali
- Cair Dipakai dalam 1 kali kerja
kerja

Polio 6 – 12 bulan 1 – 3 hari

H. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Pemberian Imunisasi


Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang
harus diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut :
1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut.
a. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit,
b. Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat
sebelumnya,
c. Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum

19
menerima imunisasi (informed consent). Pengertian mencakup jenis
imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya.
3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi
sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi.
4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada anak
harus didasari pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang
imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit. Perawat harus memberikan
pendidikan kesehatan ini sebelum imunisasi diberikan pada anak. Gali
pemahaman orang tua tentang imunisasi anak. Gunakan pertanyaan
terbuka untuk mendapatkan informasi seluas luasnya tentang pemahaman
orang tua berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan anak melalui
pencegahan penyakit dengan imunisasi supaya dapat memberikan
pemahaman yang tepat. Pada akhirnya diharapkan adanya kesadaran orang
tua untuk memelihara kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
5. Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi
pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu:
a. Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius
b. Perubahan pada system imun yang tidak dapat memberi vaksin virus
hidup.
c. Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun,
seperti sitostatika, transfuse darah, dan imonoglobulin
d. Riwayat alergi terhadap alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya
seperti pertusis.

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Anak dan Orang Tua
a. Nama
b. Alamat
c. Telepon
d. Tempat dan tanggal lahir
e. Ras/kelompok entries
f. Jenis kelamin
g. Agama
h. Tanggal pengkajian
i. Informan
2. Genogram
3. Keluhan Utama
Apakah terdapat masalah kesehatan anak baik secara fisik maupun psikis
yang memerlukan perawatan karena akan berpengaruh terhadap
kelangsungan imunisasi yang akan dilakukan. Biasanya anak setelah
diimunisasi ibu mengeluh anaknya demam dan rewel
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Apakah anak pernah mengalami sakit sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang bersifat menular dan
menurun.
5. Riwayat Anak
a Perawatan dalam masa kandungan
Apakah rutin memeriksakan ke dokter kandungan atau tidak
b Perawatan pada waktu kelahiran
Tanyakan apakah ibu melahirkan bayi oleh paraji atau tenaga
kesehatan

21
6. Kebutuhan Bio-Psiko-Spiritual dalam Kehidupan
Sehari-hari
a Bernafas i. Rasa Nyaman
b Makan minum j. Rasa Aman
c Eliminasi k. Belajar
d Aktivitas l. Prestasi
e Rekreasi m. Hubungan sosial anak
f Istirahat dan tidur n. Melaksanakan ibadah
g Kebersihan Diri
h Pengaturan suhu tubuh
7. Pengawasan Kesehatan
Apakah anak pada saat sakit di bawa ke puskesmas atau tidak
Apakah anak melakukan kunjungan Posyandu
Riwayat Imunisasi
8. Penyakit yang pernah di derita anak
Mengidentifikasi jenis penyakit yang pernah diderita anak.
9. Kesehatan Lingkungan
Apakah hal-hal dilingkungan anak dapat menyebabkan suatu penyakit.
10. Perkembangan anak
Perkembangan anak apakah sesuai dengan usia seperti Motorik kasar ,
Motorik halus , Bahasa , Personal sosial.
11. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
b. Pengkajian Head to toe.
c. Pengkajian Antropometri

21
B. Pathway

Antigen (vaksin) masuk ke dalam tubuh



Mengadakan antigen pada limfosit dengan peranan macrofagh terhadap pyrogen
eksogen

Interleukin 1, 6 dan TNF

Tindakan invansif pada
anak
PGe2

Thalamus anterior
↓ bengkak pada bekas suntikan
Peningkatan set point panas

Hipetermi Nyeri Akut

C. ANALISA DATA

N Data Etiologi Masalah


O
1 Ds : - Antigen (vaksin) masuk Risiko Hipetermi
ke dalam tubuh
Do :

Mengadakan antigen
 Suhu tubuh diatas pada limfosit dengan
nilai normal peranan macrofagh
 Kulit merah terhadap pyrogen
 Kejang eksogen

 Takikardi
Interleukin 1, 6 dan TNF
 Takipnea ↓
 Kulit terasa
hangat PGe2

Thalamus anterior

Peningkatan set point
panas

23

Risiko Hipetermi

2 Ds : Antigen (vaksin) masuk


Do: klien menangis saat ke dalam tubuh
Nyeri Akut
disuntik dan setelah
disuntik
Tindakan invansif pada
anak

Nyeri Akut
3 Ds : ibu mengatakan Kurang informasi Defisit Pengetahuan
tidak tahu efek samping
dan waktu pemberian
imunisasi Pengetahuan ibu tentang
Do : imunisasi sedikit

 Menunjukkan
perilaku tidak
sesuai anjuran
 Ibu melahirkan
diparaji dan bayi
tidak diberikan
vit K dan
hepatitis B dalam
12 jam setelah
melahirkan.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat timbul dari tindakan imunisasi


pada anak meliputi:

1) Hypertermi berhubungan dengan proses fisiologis antigen-antibodi akibat

pemberian vaksinasi

23
2) Nyeri akut b.d tindakan invasif (pemberian imunisasi) ditandai dengan
klien menangis saat disuntik dan setelah disuntik
3) Defisit Pengetahuan (ibu) mengenai jadwal imunisasi, jenis imunisasi efek
samping imunisasi berhubungan dengan kurang terpajannya informasi.

23
E. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi kondisi kesehatan 1. Jika anak sedang sakit,
keperawatan selama 1x24 jam anak sebelum dan setelah imunisasi tidak disarankan
dengan proses fisiologis
diharapkan tidak terjadi hipertermi imunisasi, pastikan anak sehat untuk diberikan, karena akan
antigen-antibodi akibat
pada anak. untuk menjalani imunisasi memperburuk kondisi pasien.
pemberian vaksinasi dengan kriteria hasil: Lihat pula kondisi anak setelah
a) Anak tidak menunjukan tanda – diimunisasi karena dapat
tanda hipertermi (konvulsi, kulit membuat pasien mengalami
kemerahan, kejang, takikardia, deman dan hipertermi pada
takipnea, dan kulit terasa beberapa imunisasi.
hangat) 2. Observasi tingkat pemahaman 2. Untuk mengetahui sejauh mana
b) Suhu tubuh anak dalam batas keluarga mengenai hipertermi dan pengetahuan keluarga dan
normal (36-37,5°C) penanganannya mempermudah penanganan.
c) keluarga tidak panik dan dapat 3. Beri pemahaman terhadap tanda – 3. Meningkatkan pengetahuan keluarga
memberikan penanganan yang tanda hipertermi (ringan s.d berat) pasien tentang hipertermi.
tepat di rumah. 4. Menambah pengetahuan pada

24
4. Ajari keluarga cara sederhana keluarga pasien tentang tahap tahap
menangani hipertermi ringan di penanganan sederhana.
rumah seperti kompres hangat
dan pemberian obat antipiretik.
2 Nyeri akut b.d tindakan Setelah dilakukan tindakan 1. Melakukan prosedur dengan 1. Prosedur yang teoat mengurangi
keperawatan selama 1x24 jam benar kesalahan dan kesakitan pada anak
invasif (pemberian
diharapkan nyeri dapat berkurang 2. Melibatkan ibu klien selama 2. Memberikan rasa aman dan nyaman
imunisasi) ditandai
dengan kriteria hasil: prosedur tindakan pada anak selama prosedur tindakan
dengan klien menangis a) Anak tidak menangis 3. Memberikan sentuhan halus 3. Sentuhan dapat menurunkan nyeri
b) Anak dapat kembali setelah tndakan dilakukan 4. Memberikan rasa aman dan nyaman
saat disuntik dan setelah
tersenyum dan tidak rewel. 4. Memberikan rasa nyaman dan sehingga menghentikan tangisan
disuntik
aman setelah tindakan seperti
menggendong anak/
memberikannya kembali kepada
ibu klien.
3 Defisit Pengetahuan (ibu) Setelah dilakukan tindakan 1. Mengkaji 1. Untuk mengetahui sejauh mana
mengenai jadwal keperawatan selama 1x24 jam tingkat pengetahuan keluarga pengetahuan keluarga pasien tentang
imunisasi, jenis diharapkan pengetahuan ibu mengenai jadwal , jenis dan gejala gejala yang muuncul tiba-tiba
imunisasi, dan efek meningkat dengan kriteria hasil: gejala yang dapat timbul setelah
samping b.d kurang imunisasi diberikan 2. Untuk menambah iinformasi yang

24
terpaparnya informasi. a. Keluarga 2. Memberikan diketahui agar dapat melakukan
pasien dapat memahami informsi kepada orang tua anak imunisasi secara lengkap dan tepat.
mengenai gejala yang timbul mengenai jenis imunisasi dasar
setelah imunisasi dilakukan. yang harus di dapatkan pada anak
b. Keluarga serta waktu pemberian dan cara
pasien mampu melaksanakan pemberiannya. 3. Memberikan pengetahuan kepada
prosedur yang seharusnya 3. Jelaskan orang tua pasien mengenai gejala-
dilakukan dengan benar dan mengapa gejala-gejala tersebut gejala tiba-tiba yang muncul,
tepat. muncul. penyebabnya
c. Keluarga 4. Mengajarkan penanganan sederhana
dapat menyebutkan kembali yang tepat untuk mengatasi hal itu.
yang dikatakan oleh tim 4. Memberikan
kesehatan sebelumnya. informasi tentang penanganan
efek imunisasi yaitu apa yang 5. Menambah pengetahuan ibu
dapat dilakukan ibu-ibu di rumah. mengenai obat yang dapat dipakai
5. Jelaskan jenis untuk menanggulangi gejala yang
obat yang diberikan oleh tenaga muncul akibat imunisasi serta cara
medis mulai dari fungsinya, dan penggunaannya.
cara pengkonsumsiannya untuk

24

25
menangani efek yang dapat
terjadi.

26
24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan antigen yang berupa virus atau bakteri ke dalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Pemberian imunisasi
pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu,
kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya terdapat
tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang
disuntikan, waktu antara pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya
imunisasi tersebut akan tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga
kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.

B. Saran
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal,
sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi
untuk menunjang proses pembelajaran.

24
27
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2016. Buku Saku Diagnosis


30 Keperawatan (Handbook of Nursing
Diagnosis) Edisi 10. Jakarta : EGC.

Nanda Internasional. 2017. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :


EGC.

Departemen Kesehatan RI. 2017. Pedoman Operasional Pelayanan Imunisasi. Jakarta.

Nurari, Amin Huda dan Kusuma, Hardi. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1.
Jogjakarta : MediAction Publishing.

Ranuh dkk. 2017. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : EGC.

Supartini, Yupi. 2018. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Bridgwater, Kathy, et al. 2008. Caring For Children With Fever. Royal College of
Nursing, 20 Cavendish Square, London.

Depkes RI. 2005. Pedoman Teknis munisasi Tingkat Puskesmas. Jakarta: Ditjen P2PL.

IDAI. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta

Lorenz, Moyse, and Surguy. 2005. The Benefits of Baby massage. Journal Paediatric
Nursing vol 17 no 2. RCN Publishing Company Limited

Prosad, Siba Paul andWhibley, Jennifer. 2010. Paracetamol prophylaxis:what the


evidence says. Journal Practice Nursing, Vol 21, No 10. Mark Allen Publishing Ltd

Silbernagl,S., Lang,F. 2006, Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta:EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan pediatrik, alih bahasa Monica Ester.
Jakarta: EGC

Westcar S, Ford K, Kelly S andSnape W. 2012.Antipyretic use afterinfant immunization.


Journal Practice Nursing, Vol 23, No 4. Department of Paediatrics,University of
Oxford. Mark Allen Publishing L

24
28
24
31

24

Anda mungkin juga menyukai