Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

IMUNISASI
MATA KULIAH: ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN
BALITA

DISUSUN OLEH:

WENNI ANGGRAINI

AKBID BINA HUSADA


TANGERANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca.

Saya yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Imunisasi telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1956 dan mulai tahun 1977,
upaya imunisasi diperluas menjadi program pengembangan imunisasi dalam rangka
pencegahan penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31). Sejak
dimulainya program imunisasi di Indonesia pada tahun 1956, saat ini telah dikembangkan
tujuh jenis vaksinasi yaitu BCG, Campak, Polio, DPT, DT, TT, Hep.B.

Pengembangan Program Imunisasi (PPI) merupakan program pemerintah dalam


bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional Universal Child
Immunization  (UCI) pada akhir 1990. Tujuan program imunisasi dalam komitmen
internasional (ultimate goal) adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi tetanus neonatorum
(ETN), serta reduksi campak, yang akan dicapai pada tahun 2000. Sedangkan target UCI 80-
80-80 merupakan tujuan antara (intermediate goal) berarti cakupan imunisasi untuk BCG,
DPT, polio, campak dan hepatitis B, harus mencapai 80% baik di tingkat nasional, propinsi,
kabupaten bahkan di setiap desa.

Program imunisasi nasional disusun berdasarkan keadaan epidemiologi penyakit yang


terjadi saat itu. Maka jadwal program imunisasi nasional  dapat berubah dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu penting untuk mengetahui jadwal program imunisasi nasional yang terbaru
yakni tahun 2014. 

Sampai saat ini penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi masih merupakan
masalah dan masih menimbulkan gangguan dalam proses tumbuh kembang anak,yang
memberikan dampak negatif pada pembentukan anak yang berkualitas. 

Selama dalam proses tumbuh kembang, anak memerlukan asupan gizi yang kuat,
penilaian nilai agama dan budaya, pembiasaan disiplin yang konsisten dan upaya
pencegahan. Salah satu upaya pencegahan penyakit, yaitu pemberian imunisasi. Pemahaman
tentang imunisasi diperlukan sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan terutama
pada anak sehat  dan implikasi konsep imunisasi pada saat merawat anak sakit, khususnya
pada kasus tuberculosis , difteri, pertussis, tetanus, polio, campak, dan hepatitis. 
Pada saat ini imunisasi sendiri sudah berkembang cukup pesat, ini terbukti dengan
menurunnya angka kesakitan dan angka kematian bayi. Angka kesakitan bayi menurun 10%
dari angka sebelumnya, sedangkan angka kematian bayi menurun 5% dari angka sebelumnya
menjadi 1,7 juta kematian setiap tahunnya di Indonesia.

Pada hakekatnya masalah imunisasi tidak luput dari perhitungan untung rugi. Dengan
imunisasi anak pasti dapat mencapai keuntungan bukan kerugian. Keuntungan pada imunisasi
tidak terlihat dalam bentuk materi.Mungkin pula secara langsung dirasakan. Anak yang tidak
mendapat imunisasi mempunyai resiko tinggi terjangkit penyakit infeksi dan menular.
Penyakit ini mungkin menyebabkan ia cacat seumur hidup, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak bahkan dapat berakhir dengan kematian.

B.     Rumusan Masalah

1. Apa pengertian imunisasi?


2. Apa manfaat dan  tujuan imunisasi?
3. Apa saja jenis-jenis imunisasi ?
4. Apa saja penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi?
5. Apa saja macam-macam imunisasi?
6. Apa pokok – pokok kegiatan imunisasi?
7. Apa saja faktor yang berkaitan dengan pengetahuan ibu terhadap imunisasi dasar
lengkap?
8. Apa dampak yang ditimbulkan apabila  tidak melakukan imunisasi?
9. Apakah yang dimaksud dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ?
10. Apakah Penyebab terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ?
11. Bagaimana Penatalaksanaan Penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi?

C.    Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu agar para pembaca mengetahui
tentang Program Imunisasi Dasar Pada Bayi

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian imunisasi
b. Untuk mengetahui manfaat dan tujuan imunisasi
c. Untuk mengetahui jenis-jenis imunisasi
d. Untuk mengetahui penyakit apa saja yang dapat dicegah dengan imunisasi
e. Untuk mengetahui macam-macam imunisasi
f. Untuk mengetahui pokok-pokok kegiatan  imunisasi
g. Untuk mengetahui faktor apa saja yang berkaitan dengan pengetahuan ibu
terhadap imunisasi dasar lengkap
h. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan apabila tidak melakukan
imunisasi
i. Mengetahui yang dimaksud dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
j. Mengetahui Penyebab terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
k. Mengetahui Penatalaksanaan Penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
l. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neotanus, Bayi dan Balita
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan


memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal
atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya.

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius yang paling efektif
untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000).

Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan anak dari
berbagai jenis penyakit,diharapkan anak atau bayi tetap tumbuh dalam keadaan sehat.Pada
dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara mandiri agar berbagai kuman yang
masuk dapat dicegah,pertahanan tubuh tersebut meliputi pertahanan non spesifik dan
pertahanan spesifik,proses mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah
pertahanan non spesifik seperti komplemen dan makrofag dimana komplemen dan makrofag
ini pertama kali akan memberikan peran ketika ada kuman yang masuk kedalam tubuh
(Proverawati dan Andhini 2010)

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai
usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. (Depkes RI,
2005).

Menurut Proverawati dan Andhini (2010), Imunisasi adalah suatu usaha memberikan
kekebalan bayi dan anak terhadap penyakit.Imunisasi suatu tindakan dengan sengaja
memasukan vaksin berupa mikroba hidup yang sudah dilemahkan.Dimana imunisasi dapat
menimbulkan kekebalan terhadap tubuh.Imunisasi juga dapat dikatakan suatu tindakan
dengan sengaja memasukkan vaksin yang berisi mikroba hidup yang sudah dilemahkan pada
balita.
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.

  Secara khusus, antigen merupakan bagian protein kuman atau racun yang jika masuk
ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh harus memiliki zat anti. Bila antigen
itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh manusia disebut antibody. Zat anti terhadap racun
kuman disebut antitoksin.

Dalam keadaan tersebut, jika tubuh terinfeksi maka tubuh akan


membentuk antibody untuk melawan bibit penyakit yang menyebabkan terinfeksi.
Tetapi antibody tersebut bersifat spesifik yang hanya bekerja untuk bibit penyakit tertentu
yang masuk ke dalam tubuh dan tidak terhadap bibit penyakit lainnya (Satgas IDAI, 2008).

B.     Manfaat dan Tujuan Imunisasi

Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit


menular yang sering berjangkit
2. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya pengobatan jika
anak sakit
3. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Depkes RI, 2001)

Tujuan imunisasi adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Yakni untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat Penyakit Yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit dimaksud antara
lain, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejam), Measles  (campak), Polio dan Tuberculosis.

2. Tujuan Khusus
a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa
Kelurahan pada tahun 2010.
b. Tercapainya ERAPO (Eradiksi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar di
Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus polio liar pada
tahun 2008.
c. Tercapainya ETN (Eliminasi Tetanus Neonatorum), artinya menurunkan kasus
TN sampai tingkat 1 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun pada tahun 2008.
d. Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak
turun pada tahun 2006.

C.    Jenis-Jenis Imunisasi

Imunisasi dapat di bagi atas dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif :

a. Imunisasi aktif

Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses
infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan
respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga  apabila benar-benar
terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Imunisasi aktif ada dua yaitu :

a) Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh
sembuh dari suatu penyakit.
b) Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang di
berikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit.

           Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam  kandungan dalam setiap vaksinnya


antara lain:

1. Antigen merupakan bagian dari  vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna
terjadinya semacam infeksi buatan  dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus
dilemahkan atau bakteri dimatikan. 
2. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
3. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tubuhnya
mikroba dan sekaligus untuk srabilisasi antigen.
4. Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan
imunogenitas antigen.
b. Imunisasi Pasif
Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui
suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan
untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Imunisasi
pasif ada dua , yaitu :

a. Imunisasi pasif alamiah

Adalah antibodi yang di dapat seorang karena di turunkan oleh Ibu yang merupakan orang tua
kandung , langsung ketika berada dalam kandungan.

b. Imunisasi pasif buatan

Adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serum untuk mencegah penyakit
tertentu.

D.    Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Terdapat beberapa jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu :

a. Tuberculosis

Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Cara penularannya  melalui


droplet atau percikan air ludah, sedangkan reservoir adalah manusia, imunisasi yang dapat
mencegah penyakit ini adalah BCG.

b. Difteri

Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium dyptheriae tipe gravis, milis, dan
intermedium, yang menular melalui percikan ludah yang tercemar. gejala ringan berupa
membran pada rongga hidung dan gejala berat apabila terjadi obstruksi jalan napas karena
mengenai laring, saluran napas bagian atas, tonsil dan kelenjar sekitar leher membengkak.
Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit ini  adalah DPT.

c. Pertusis

Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium dyptheriae tipe gravis, milis, dan
intermedium, yang menular melalui percikan ludah yang tercemar. gejala ringan berupa
membran pada rongga hidung dan gejala berat apabila terjadi obstruksi jalan napas karena
mengenai laring, saluran napas bagian atas, tonsil dan kelenjar sekitar leher membengkak.
Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit ini  adalah DPT.
d. Tetanus

Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tetani. Gejala awal ditunjukkan dengan bayi
tidak mau menyusu. Kekebalan pada penyakit ini hanya diperoleh dengan imunisasi atau
vaksinasi lengkap, imunisasi yang diberikan tidak hanya DPT pada anak, tetapi juga TT pada
calon pengantin.

e. Poliomyelitis

Penyakit ini disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, 3, yang menyerang myelin atau serabut
otot. Gejala awal tidak jelas, dapat timbul gejala demam ringan  dan infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA), penularan penyakit ini melalui droplet atau fekal, reservoarnya
adalah manusia yang menderita polio. Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi  dengan
menggunakan vaksinasi polio, bahkan dapat eradikasi dengan cakupan polio 100%.

f. Campak

Penyebab penyakit infeksi adalah virus morbili yang menular melalui droplet, gejala awal
ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi,
dan menjalar ke wajah dan anggota badan, imunisasi yang diberikan pada usia 9 bulan
dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit  campak berangsur akan hilang sampai
usia 9 bulan.

g. Hepatitis B

Penyakit infeksi ini disebabkan oleh virus hepatitis B yang menyerang kelompok resiko
secara vertical yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan
paramedic, pecandu narkotika, pasien hemodialisis. Gejala yang muncul tidak khas, seperti
anoreksia, mual dan kadang-kadang ikterik. Pencegahannya lakukan imunisasi hepatitis B
diberikan pada bayi 0-11bulan dengan maksud untuk memutus rantai penularan dari ibu ke
bayi.

E.     Macam-macam imunisasi

Yang kita tahu bahwa imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu kedalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Macam-macam imunisasi
diantaranya adalah :
1. BCG
a. Gunanya : memberikan kekebalan terhadap penyakit tuberkolosis (TBC). Kekebalan
yang diperoleh anak tidak mutlak 100%, jadi kemungkinan anak akan menderita
penyakit TBC ringan, akan tetapi terhindar dari TBC berat-ringan.
b. Tempat penyuntikan : pada lengan kanan atas.
c. Kontra indikasi :
1) Anak yang sakit kulit atau infeksi kulit ditempat penyuntikan.
2) Anak yang telah menderita penyakit TBC.
d. Efek samping
1. Reaksi normal
a) Setelah 2-3 minggu pada tempat penyuntikan akan terjadi pembengkakan kecil
berwarna merah kemudian akan menjadi luka dengan diameter 10 mm.
b) Hal ini perlu diberitahukan kepada ibu agar tidak memberikan apapun pada
luka tersebut dan diberikan atau bila ditutup dengan menggunakan kain kasa
kering dan bersih.
c) Luka tersebut akan sembuh sendiri dan meninggalkan jaringan parut (scar)
dengan diametr 5-7 mm.
2. Reaksi berat
a) Kadang-kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat/abces yang lebih
luas.
b) Pembengkakan pada kelenjar limfe pada leher atau ketiak.

2. DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)

a. Gunanya : Memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri, pertusis, tetanus.


b. Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
c. Kontra indikasi :
1) Panas diatas 38º C
2) Reaksi berlebihan setelah pemberian imunisasi DPT sebelumnya seperti panas
tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran dan syok.
a. Efek samping :
1) Reaksi lokal
a) Terjadi pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan disertai
demam ringan selama 1-2 hari.
b) Pada keadaan pertama (reaksi lokal) ibu tidak perlu panic sebab panas
akan sembuh dan itu berarti kekebalan sudah dimiliki oleh bayi.
2) Reaksi Umum
a) Demam tinggi, kejang dan syok berat.
b) Pada keadaan kedua (reaksi umum atau reaksi yang lebih berat)
sebaiknya ibu konsultasi pada bidan atau dokter.
3. Hepatitis B
a. Gunanya : memberi kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis
b. Tempat penyuntikan : Di paha bagian luar
c. Kontra indikasi : tidak ada
d. Efek samping : Pada umumnya tidak ada
4. Polio
a. Gunanya : memberikan kekebalan terhadap penyakit polio nyelitis
b. Cara pemberian : Diteteskan langsung kedalam mulut 2 tetes
c. Kontra indikasi:
1) Anak menderita diare berat
2) Anak sakit panas.
d. Efek samping :
1) Reaksi yang timbul biasanya hampir tidak ada, kalaupun ada hanya berak-
berak ringan.
2) Efek samping hampir tidak ada,bila ada hanya berupa kelumpuhan pada
anggota gerak dan tertular kasus polio orang dewasa.
3) Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi polio adalah 45-100%.
5. Campak
a. Gunakan : memberi kekebalan terhadap penyakit campak.
b. Tempat penyuntikan : Pada lengan kiri atas
c. Kontra indikasi :
1) Panas lebih dari 38ºC
2) Anak yang sakit parah
3) Anak yang menderita TBC tanpa pengobatan
4) Anak yang defisiensi gizi dalam derjat berat
5) Riwayat kejang demam
d. Efek samping :
1) Panas lebih dari 38ºC
2) Kejang yang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12
3) Dapat terjadi radang otak dalam 30 hari setelah penyuntikan tetapi kejadian ini
jarang terjadi.

F.     Pokok-pokok Kegiatan Imunisasi

Pokok-pokok kegiatan imunisasi antara lain :

1. Imunisasi rutin

Kegiatan imunisasi rutin ialah kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara rutin dan
terus menerus, yang harus dilaksanakan pada periode tertentu yang telah ditentukan.
Berdasarkan kelompok sasaran, imunisasi rutin dibagi menjadi :

a. Imunisasi rutin pada bayi


b. Imunisukasi rutin pada wanita usia subur
c. Imuniasi rutin pada usia anak sekolah
d. Imunisasi Tambahan

Imunisasi tambahan adalah kegiatann imunisasi yang tidak rutin di laksanakan, hanya
dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. Yang
termaksud dalam kegiatan imunisasi tambahan :

a. Backlog fighting

Adalah upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur 1-3 tahun, pada desa
nonUCI setiapa 2 tahun sekali

b. Crash program

Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi cepat karena masalah
kasus, seperti :

1) Angka kematan bayi tinggi


2) Infrastruktur ( tenaga, sarana dana) kurang
3) Untuk memberikan kekebalan pada kelompok sasaran yang belum mendapatkan pada
saat imunnisasi rutin
c. Imunisasi dalam penanganan KLB ( outbreak respon)
Pedoman pelaksanaan imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan situasi
epidemiologi penyakit

d. Kegiatan-kegiatan imunisasi missal untuk antigen tertentu dalam wilayah yang luas
dan waktu tertentu, dalam rangka pemutusan mata rntai penyakit. Antara lain :
1) Pekan imunisasi

Merupsksn suatu upaya untuk mempercepat pemutusan siklus kehidupan virus


polioimportasi dengan cara memberikan vaksin polio kepada setiap balita termaksud bayi
baru lahirtanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi
dilakukan 2kali, masing” 2 tetes dengan selang  waktu 1 bulan.

2) Sub PIN

Merupakan suatu upaya untuk memutus rantai penularan polio bila di temukan satu kasus
polio dalam wilayah terbatas  ((kabupaten ) dengan pemberian 2 kali imunisasi polio dalam
interval waktu satu bulan secara serentak pada seluruh sasaran berumur kurang dari satu
tahun

3) Catch up campaign campak

Merupakan suatu upaya untuk memutuskan trasmisi penularan virus campak pada anak
sekolah dan balita. Ini dilakukan dengan pemberian imunisasi campak secara serentak pada
anak SD tanpa pertimbangan kasus imunisasi sebelumnya. Pemberian imunisasi campak pada
saat cacth up campaign campak disamping untuk memutus transmisi, juga berguna sebagai
booster atau imunisasi ulangan ( dosis ke 2 )

Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak. Penyakit ini
sangat potensial menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), bahkan penderita dengan gizi
buruk akan memicu terjadinya kematian. Kematan campak di dunia yang dilaporkan pada
tahun 2002 sebanyak 777.000. dari jumlah itu, 202.000 diantaranya berasal dari Negara
ASEAN, serta 15% kematian campak tersebut berasal dari Indonesia.

Untuk menurunkan angka kematian akibat campak di Indonesia, selam pembangunan


Indonesia sehat 2010, di laksanakann kampanye imunisasi campak berupa CRASH
PROGRAM CAMPAK dengan sasaran balita usia 6-59 bulan dan catch up campaign campak
dengan sasaran anak SD kelas I-VI.
G.    Faktor yang berkaitan dengan Pengetahuan Ibu terhadap Imunisasi Dasar
Lengkap.

            Faktor-faktor yang berkaitan dengan pengetahuan ibu terhadap imunisasi dasar


lengkap di bagi 3, yaitu :

1) Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. semakin bertambah usia ibu maka tingkat pengetahuan semakin
tinggi.

2) Pendidikan

  Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan


orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Jadi semakin tinggi pendidikan seseorang,
maka akan semakin mudah untuk memahami sesuatu.

3) Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang pernah di lahirkan baik lahir hidup maupun lahir mati.
Paritas wanita akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan wanita, karena semakin tinggi
paritas ibu maka akan semakin meningkat pengetahuan ibu.

H.    Dampak Yang Ditimbulkan Apabila Tidak Melakukan Imunisasi

Program imunisasi tidak boleh dilakukan sembarangan dan harus sesuai jadwal lahir
dan usia dari sang bayi,karena pemberian imunisasi yang terlambat bisa dikatakan hampir
percuma karena biasanya penyakit sudah masuk kedalam tubuh.Berikut bahaya yang
ditimbulkan apabila anak tidak dilakukan imunisasi :

a. Mudah terserang virus penyakit

Imunisasi pada dasarnya merupakan tindakan preventif yang dilakukan untuk


mencegahserangan virus di masa mendatang. Maka dari itu ketika imunisasi tdak
dilakukan,virus akan lebih mudah melumpuhkan sistem imun dan menyebabkan penyakit
pada tubuh.
Tentu saja,jika anak hanya mendapatkan imunisasi yang seperlunya seperti DPT dan juga
BCG,bukan berarti anak tersebut akan kebal terhadap penyakit menular secara
umum.Penyakit berbahaya seperti Hepatitis A,hepatitis B,polio dan bahkan juga campak akan
sangat mudah dan beresiko menyerang anak tersebut.Dengan kata lain untuk urusan penyakit
di atas kekebalan anak tersebut sama halnya dengan kekebalan anak yang tidak di imunisasi.

b. Mudah tertular orang yang sakit

Sudah pasti anak-anak akan mudah terserang penyakit berbahaya yang menular seperti
polio,apabila di tubuh anak tidak ada sistem pertahanan yang menjaganya dengan penuh,tidak
perduli itu datang dari bakteri itu sendiri ataupun bahkan dari hasil penularan yang dilakukan
oleh orang lain.Misalkan anak tersebut sudah di imunisasi dengan polio saat lahir tapi
kemudian sejak saat itu anak tersebut tidak pernah lagi di imunisasi polio maka hasilnya
vaksin polio tersebut hanya melindungi seadanya dan hanya dalam waktu yang
singkat,setelah itu anak tersebut benar-benar tanpa perlindungan apapun untuk mencegah
penyakit polio yang datang padanya dan inilah yang menyebabkan sang anak akhirnya
terserang polio kendati sebelumnya sudah divaksin.

c. Ada efek samping

Vaksin sengaja diberikan secara bertahap karena mengikuti kemampuan dari bayi untuk
menerima vaksin tersebut.Ada bebrapa vaksin awal yang sifatnya adalah aman untuk jangka
waktu tertentu setelah itu akan menimbulkan efek samping. Karena itu ada bentuk vaksin-
2,vaksin-3,vaksin-4 dan seterusnya karena selain memperpanjang usia vaksin juga berguna
untuk menghilangkan efek samping dari vaksin yang ada sebelumnya.

d. Daya tahan tubuh rendah

Bayi yang tidak diberi imunisasi biasanya cenderung memiliki daya tahan tubuh yang
rendah. Hal ini pada dasarnya sangat wajar terjadi mengingat imunisasi memang merupakan
salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Ketika imunisasi
tidak diberikan ataupun tidak dilakukan secara lengkap,maka sudah sepantasnya jika daya
tahan tubuh anak menjadi lebih rendah terhadap beberapa macam virus yang berkaitan
dengan program imunisasi tersebut.
I. Pengertian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penaggulangan KIPI (KN PP KIPI), KIPI
adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi.
Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (arthritis kronik
pasca vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari (infeksi virus campak vaccine-strain pada
pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak, dan polio paralitik serta infeksi virus polio
vaccine-strain pada resipien non imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca
vaksinasi polio).

Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat merupakan reaksi simpang
(adverse events), atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek langsung vaksin. Reaksi
simpang vaksin antara lain dapat berupa efek farmakologi, efek samping (side-effects),
interaksi obat, intoleransi, reaksi idoisinkrasi, dan reaksi alergi yang umumnya secara klinis
sulit dibedakan.efek farmakologi, efek samping, serta reaksi idiosinkrasi umumnya terjadi
karena potensi vaksin sendiri, sedangkan reaksi alergi merupakan kepekaan seseorang
terhadap unsure vaksin dengan latar belakang genetic. Reaksi alergi dapat terjadi terhadap
protein telur (vaksin campak, gondong, influenza, dan demam kuning), antibiotik, bahan
preservatif (neomisin, merkuri), atau unsure lain yang terkandung dalam vaksin.

Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi karena kesalahan
teknik pembuatan, pengadaan dan distribusi serta penyimpanan vaksin, kesalahan prosedur
dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan.
Sesuai telaah laporan KIPI oleh  Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM)
USA menyatakan bahwa sebagian besar KIPI terjadi karena kebetulan saja. Kejadian yang
memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan
(pragmatic errors).

 Penyebab Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Tidak semua kejadian KIPI disebabkan oleh imunisasi karena sebagian besar ternyata
tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh karena itu unutk menentukan KIPI diperlukan
keterangan mengenai: sifat kelainan tersebut lokal atau sistemik, derajat sakit resipien, besar
frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu, apakah penyebab dapat dipastikan,
diduga, atau tidak terbukti, apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan dengan
vaksin, kesalahan produksi, atau kesalahan prosedur.
KN PP KIPI membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok faktor etiologi menurut klasifikasi
lapangan WHO Western Pacific (1999), yaitu:

A. Kesalahan program/teknik pelaksanaan (programmic errors)  

Sebagian kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan
imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana
pemberian vaksin.  Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur
imunisasi, misalnya:

1. Dosis antigen (terlalu banyak)


2. Lokasi dan cara menyuntik
3. Sterilisasi semprit dan jarum suntik
4. Jarum bekas pakai
5. Tindakan aseptik dan antiseptic
6. Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik
7. Penyimpanan vaksin
8. Pemakaian sisa vaksin
9. Jenis dan jumlah pelarut vaksin
10. Tidak memperhatikan petunjuk produsen

Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan apabila terdapat


kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas yang sama.

B. Reaksi suntikan  

Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung maupun
tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung misalnya rasa
sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak
langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope.

C. Induksi vaksin (reaksi vaksin)  

Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih
dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan. Walaupun
demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan
resiko kematian. Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam
petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian
khusus, atauberbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya termasuk kemungkinan interaksi
obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh
pelaksana imunisasi.

D. Faktor kebetulan (koinsiden)  

Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan
saja setelah diimunisasi. Indicator faktor kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya
kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakterisitik
serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.

E. Penyebab tidak diketahui  

Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan kedalam salah
satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan kedalam kelompok ini sambil menunggu
informasi lebih lanjut. Biasanya denagn kelengkapan informasi tersebut akan dapat
ditentukan kelompok penyebab KIPI.

Setelah memahami penyebab sebagai tenaga medis tentu harus juga memahami gejala
kejadian ikutan paska imunisasi. gejala klinis yang di timbulkan tidak selalu sama dan lebih
cenderung dipengaruhi oleh jenis munisasi yang diberikan untuk lebih jelasnya akan
disajikan dalam tabel 1 dan tabel 2 berikut:

Tanda dan gejala KIPI

Reaksi KIPI Gejala KIPI

 Abses pada tempat suntikan


 Limfadenitis
Lokal
 Reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis, BCG-
it is

 Kelumpuhan akut
 Ensefalopati
SSP  Ensefalitis
 Meningitis
 Kejang

Lain-lain  Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema


 Reaksi anafilaksis
 Syok anafilaksis
 Artralgia
 Demam tinggi >38,5°C
 Episode hipotensif-hiporesponsif
 Osteomielitis
 Menangis menjerit yang terus menerus (3jam)
 Sindrom syok septik

Tabel.1

Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat dan dapat dibagi menjadi gejala
lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya. Pada umumnya makin cepat
KIPI terjadi makin cepat gejalanya.

GEJALA KLINIS KIPI SESUAI JENIS IMUNISASI

Jenis Saat timbul


Gejala Klinis KIPI
Vaksin KIPI

Toksoid
Syok anafilaksis, Neuritis brachial, 4 jam2-18
Tetanus
Komplikasi akut termasuk kecacatan haritidak
(DPT, DT,
dan kematian tercatat
TT)

Pertusis Syok anafilaksis, Ensefalopati,


4 jam72 jam
whole cell Komplikasi akut termasuk kecacatan
tidak tercatat
(DPwT) dan kematian

Syok anafilaksis, Ensefalopati, 4 jam5-15


Komplikasi akut termasuk kecacatan haritidak
dan kematian tercatat
Campak Trombositopenia, Klinis campak
7-30 hari6
pada resipien imunokompromais,
bulantidak
Komplikasi akut termasuk kecacatan
tercatat
dan kematian
Polio paralisis, Polio paralisis pada
Polio hidup resipien imunokompromais, 30 hari6
(OPV) Komplikasi akut termasuk kecacatan bulan
dan kematian

Syok anafilaksis, Komplikasi akut 4 jamtidak


Hepatitis B
termasuk kecacatan dan kematian tercatat

BCG BCG-it is 4-6 minggu

Tabel .2

Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping, maka
diobsevasi, sehingga dipastikan tidak terjadi KIPI (reaksi cepat). Berapa lama observasi
sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada umumnya dilakukan observasi selama 15 menit.untuk
menghindarkan kerancuan maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam
jangka waktu tertentu timbulnya gejala klinis.

 Penatalaksanaan Penanganan  Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

Pertolongan terhadap KIPI adalah hal yang sangat penting, untuk itu seorang pelayan
kesehatan harus memahami tanda dan gejala yang ditunjukan sehingga dapat melkukan
tindakan pertolongan medis yang tepat, sesuai gejala yang ada. berikut ini adalah penangan
KIPI berdasarkan gejala yang timbul.

A. Abses pada tempat suntikan. Bengkak tidak perlu diobati dikompres dengan air
hangat atau larutan fisiologis NaCl bila timbul nanah, tetapi bila luka besar dan
bengkak di ketiak anjurkan ke dokter
B. Limfadenitis. Limfadenitis BCG adalah timbulnya pembesaran kelenjar disekitar
tempat suntikan BCG seperti diketiak atau di lipatan paha. Limfadenitis BCG
merupakan efek samping yang sering dijumpai padavaksinasi BCG meskipun jarang
menimbulkan masalah yang serius. Kejadiannya berkisar 1-2 per1000 vaksinasi.
Penanganan limfadenitis BCG masih diperdebatkan. Di lapangan tidak jarang
kelainan ini diberi obat antituberkulosis (Isoniasid, INH) meskipun hasilnya tidak
memuaskan. Bahkan ada yang melakukan oprasi pengambilan kelenjar yang
sebenarnya tidak perlu dilakukan. Pada tipe lirnfadenitis non-supuratif, tindakan
eksisi tidak dianjurkan, sedangkan pada tipe supuratif,eksisi dapat dianjurkan.
Tindakan eksisi dilakukan apabila dengan aspirasi tidak menunjukkan hasilyang baik,
sudah terjadi bentuk sinus, atau kelenjarnya multipel. Selain itu tindakan eksisi
lebihdiindikasikan pada kosmetik yaitu rnencegah pecahnya kelenjar secara tidak
beraturan. Pemberianobat antituberkulosis setelah eksisi tidak memberikan hasil yang
lebih baik. Kalau eksisi dianjurkan,maka tindakan insisi pada limfadenitis BCG tidak
dianjurkan.
A. BCG-itis. BCG, luka tidak perlu diobati cukup dibersihkan atau dikompres dengan air
hangat atau larutan fisiologis NaCl bila timbul nanah, tetapi bila luka besar dan
bengkak di ketiak anjurkan ke dokter.
B. DPT, bila panas atau rewel diberikan obat penurun panas dan berikan kompres dingin.
C. Campak, bila timbul panas atau rewel berikan obat panas
D. Shock anafilaksis. Shock anafilaksis adalah suatu syndroma klinis yang ditandai
dengan adanya hipotensi, tacycardia, kulit yang dingin, pucat basah, hiperventilasi,
perubahan status mental, penurunan produksi urine yang diakibatkan oleh reaksi
anafilaksis. Penanganan Shock anafilaksis. 1. Baringkan penderita dalam posisi
shock yakni tidur terlentang dengan tungkai lebih tinggi dari kepala pada alas yang
keras 2. Bebaskan jalan nafas 3. Tentukan penyebab dan lokasi masuknya bahan
alergen 4. Bila masuk melalui ekstremitas pasang torniquette 5. Berikan Adrenalin 1 :
1000 sebanyak 0,25 ml sub cutane 6. Monitor pernafasan dan hemodinamika 7.
Berikan suplemen oksigen 8. Untuk kasus yang sedang berikan Adrenalin 1 : 1000
sebanyak 0,25 ml intra muskuler 9. Bila berat berikan Adrenalin 1 : 100- sebanyak 2,5
– 5 ml intra vena 10.Bila vena colaps berikan Adrenalin sub lingual atau trans tracheal
11.Berikan Aminophillin 5 – 6 mg/ kg BB Iv bolus diikuti 0,4 – 0,9 mg/kg BB/ menit
per drip ini untuk bronchospasme yang persisten 12.Berikan cairan infus dengan
berpedoman pada kadar hematokrit 13.Monitor hemodinamika dan pernafasan 14.Bila
tidak membaik rujuk ke intitusi yang lebih tinggi
E. Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema dalam keadaan tertentu dapat diberikan
antihistamin, sebaiknya tidak diberikan kortikosteroid. Gejala ini dalam beberapa saat
akan membaik, bila terdapat faktor utama yang lain bisa berkepanjangan tetapi dalam
ekadaan ini imuniasasi hanya dalam keadaan kebetulan (co-accident).
F. Artralgia Bila mengganggu diberi antipiretik atau analgesik sejenis paracetamol atau
NSID lainnya
G. Demam tinggi >38,5°C. Bila mengganggu diberi antipiretik atau analgesic
H. Episode hipotensif-hiporesponsif
I. Osteomielitis Osteomielitis adalah proses inflamasi atau peradangan tulang. Infeksi
tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya
asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum. Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau Bila mengganggu diberi antipiretik atau analgesik
sejenis paracetamol atau NSID lainnya. Harus segera dibawa ke dokter ortopedi
J. Menangis menjerit yang terus menerus (3jam). Bila mengganggu diberi antipiretik
atau analgesic
K. Neuritis brakhial. Dapat diberi vitamin neurotropik Bila mengganggu diberi
antipiretik atau analgesik

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.

Menurut Proverawati dan Andhini (2010) :

Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan bayi dan anak terhadap
penyakit.Imunisasi suatu tindakan dengan sengaja memasukan vaksin berupa mikroba hidup
yang sudah dilemahkan.Dimana imunisasi dapat menimbulkan kekebalan terhadap
tubuh.Imunisasi juga dapat dikatakan suatu tindakan dengan sengaja memasukkan vaksin
yang berisi mikroba hidup yang sudah dilemahkan pada balita.

2. Manfaat Imunisasi :

Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit


menular yang sering berjangkit
b. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya pengobatan jika
anak sakit
c. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara

Tujuan Imunisasi :

a. Tujuan Umum
a) Yakni untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat Penyakit
Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
b) Melindungi tubuh bayi dan anak dari penyakit menular yang dapat
membahayakan bagi ibu dan anak.
b. Tujuan Khusus
a) Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa
Kelurahan pada tahun 2010.
b) Tercapainya ERAPO (Eradiksi Polio), yaitu tidak adanya virus polio liar di
Indonesia yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya virus polio liar pada
tahun 2008.
c) Tercapainya ETN (Eliminasi Tetanus Neonatorum), artinya menurunkan kasus
TN sampai tingkat 1 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun pada tahun 2008.
d) Tercapainya RECAM (Reduksi Campak), artinya angka kesakitan campak
turun pada tahun 2006.  

3. Jenis-Jenis Imunisasi terbagi atas 2 yaitu :


a. Imunisasi aktif

Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses
infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan
respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga  apabila benar-benar
terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons.Imunisasi aktif terbagi atas dua
yaitu:

1) Imunisasi aktif alamiah


2) Imunisasi aktif buatan
b. Imunisasi pasif

Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui
suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan
untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Imunisasi
pasif ada dua , yaitu :

1) Imunisasi pasif alamiah


2) Imunisasi pasif buatan

4. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi :


a) Difteri
b) Pertusis
c) Tetanus
d) Campak
e) Polio
f) Hepatitis
g) Tuberculosis
h) Macam-macam imunisasi terbagi atas 5 yaitu:
1) Imunisasi BCG,
2) Imunisasi DPT,
3) Imunisasi polio,
4) Imunisasi campak dan
5) Imunisasi hepatitis.

5. Pokok-pokok kegiatan imunisasi terbagi atas 2 :


a) Imunisasi rutin

Kegiatan imunisasi rutin ialah kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara rutin dan terus
menerus, yang harus dilaksanakan pada periode tertentu yang telah ditentukan. Imunisasi
rutin terbagi atas 3 yaitu :

1) Imunisasi rutin pada bayi


2) Imunisasi rutin pada wanita usia subur
3) Imunisasi rutin pada usia anak sekolah

Vaksin yang termasuk dalam kegiatan imunisasi rutin dan yang diwajibkan yaitu :

1) Imunisasi BCG

Diberikan pada bayi usia 0-11 bulan

2) Imunisasi DPT

Diberikan tiga kali pada usia 2-11 bulan,umur 18 bulan dan 5 tahun

3) Imunisasi campak

Diberikan satu kali pada usia bayi 9-11 bulan

4) Imunisasi polio

Dilakukan pertama kali setelah bayi lahir dan dilanjutkan lagi pada usia 2,4,6 dan 18 bulan

5) Imunisasi hepatitis

Diberikan tak lama setelah bayi dilahirkan

b) Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan adalah kegiatann imunisasi yang tidak rutin di laksanakan, hanya
dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. Imunisasi
tambahan terbagi atas 4 yaitu :

1) Backlog fighting
2) Crash program
3) Imunisasi dalam penanganan KLB
4) Kegiatan-kegiatan imunisasi massal untuk antigen tertentu dalam wilayah yang luas
dan waktu tertentu dalam rangka pemutusan mata rantai penyakit.

6. Faktor yang berkaitan dengan pengetahuan ibu terhadap imunisasi dasar lengkap
1) Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.

2) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang
lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu.

3) Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang pernah di lahirkan baik lahir hidup maupun lahir mati.
Paritas wanita akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan wanita, karena semakin tinggi
paritas ibu maka akan semakin meningkat pengetahuan ibu.

7. Dampak yang di timbulkan apabila tidak melakukan imunisasi


a) Penyakit akan mudah menyerang

Tentu saja,jika anak hanya mendapatkan imunisasi yang seperlunya seperti DPT dan juga
BCG,bukan berarti anak tersebut akan kebal terhadap penyakit menular secara umum.

b) Mudah tertular orang yang sakit

Sudah pasti anak-anak akan mudah terserang penyakit berbahaya yang menular seperti
polio,apabila di tubuh anak tidak ada sistem pertahanan yang menjaganya dengan penuh,tidak
perduli itu datang dari bakteri itu sendiri ataupun bahkan dari hasil penularan yang dilakukan
oleh orang lain.Misalkan anak tersebut sudah di imunisasi dengan polio saat lahir tapi
kemudian sejak saat itu anak tersebut tidak pernah lagi di imunisasi polio maka hasilnya
vaksin polio tersebut hanya melindungi seadanya dan hanya dalam waktu yang singkat.

c) Ada efek samping

Vaksin sengaja diberikan secara bertahap karena mengikuti kemampuan dari bayi untuk
menerima vaksin tersebut.Ada bebrapa vaksin awal yang sifatnya adalah aman untuk jangka
waktu tertentu setelah itu akan menimbulkan efek samping.

8. Mengenai kejadian ikutan paska imunisasi dapat diambil beberapa kesimpulan


sebagai berikut:
1) Kejadian ikutan paska imunisasi adalah semua kejadian sakit dan kematian yang
terjadi dalam masa 1 bulan hingga 42 setelah imunisasi.
2) Yang menjadi penyebab terjadinya kejadian ikutan paska imunisasi diantarnya
adalah: Kesalahan program/teknik pelaksanaan, Reaksi suntikan, induksi vaksin,
kebetulan dan sebab lain yang tidak diketahui.
3) Pertolongan terhadap kejadia ikutan paska imunisasi harus disesuaikan dengan tanda
gejala, dan gejala klinis.

B.     Saran

Sangat penting untuk melakukan imunisasi sejak dini karena dengan melakukan
imunisasi semua anak-anak akan terhindar dari segala jenis penyakit menular seperti
campak,polio dll. Selain itu Jika dalam penuilisan makalah ini terdapat kekurangan dan
kesalahan, kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.

Dalam usaha memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, dari kesimpulan


yang telah diambil penulis dapat menyarankan agar :

1) Pemerintah melalui Departemen Kesehatan dan Komite Nasional Pengkajian dan


Penanggulangan KIPI dapat menekan potensi terjadinya kejadian ikutan paska
imunisasi.
2) Pelayan kesehatan terutama Bidan di daerah dapat terus mengembangkan diri dalam
memberi pertolongan terhadap kejadian ikutan paska imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi UF,2006. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta : PT Kompas Media   Nusantara.

Arsita Eka Prasetyawati,2012. Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Dalam Millenium


Development Goals (MDGs).Yogyakarta : Nuha Medika
Hidayat, 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika

Kurniasih, dkk, 2006. Panduan Imunisasi. Jakarta : PT Gramedia

Markum AH,2001. Imunisasi. Edisi Kedua.Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Depkes RI. 201, Hasil Kajian Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) Pada Kampanye
Imunisasi Tambahan Campak dan Poli, depkes.go.id

Dokter Indonesia, 2014, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Serta Penanganannya,
mediaimunisasi.com

Hadinegoro, S.R., 2003. Immunogenicity and safety of DTwP (Bio Farma) vaccine combined
with recombinant Hepatitis b (GCVC) vaccine in Indonesian children. Biofarma.

Heitjik, R.A., et al. 2002. Hepatitis B surface antigen (HBsAg) derived from yeast cells
(Hansenula polymorpha) used to estabilish an influence of antigenic subtype (adw2,
adr,ayw3) in measuring the immuno response after vaccination. Vaccine, 20, 2191-6.

Kesmas, 2015, Definisi, Epidemiologi, dan Etiologi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi,
Indonesian-publichealth.com

Anda mungkin juga menyukai