Buku Ajar - Asuhan Neonatus
Buku Ajar - Asuhan Neonatus
PENERBIT
ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA UNTUK MAHASISWA
KEBIDANAN
ISBN : 978-623-99453-6-7
Editor : Risnawati
Layout &
Redaksi :
Jl. Batara Ugi Blok/Griya Astra
Blok C. No.18 (Yogyakarta/Makassar)
IKAPI : 035/SSL/2022
Telp/Wa:085242065812
Email:rizmediapustaka@gmail.com
Cetakan Pertama, Februari 2022
Penulis
A. PENDAHULUAN........................................................................................... 143
B. KAPUT SUKSEDANEUM ........................................................................... 144
C. CEPHAL HEMATOMA ................................................................................ 145
D. BRAKIAL PALSI ........................................................................................... 147
E. FRAKTUR KLAVIKULA .............................................................................. 118
Tujuan Instruksional :
Setelah menyelesaikan bab ini peserta didik diharapkan mampu
untuk:
1. Mahasiswa mengerti dan mampu menjelaskan tentang bayi
baru lahir normal
2. Mahasiswa mengerti dan mampu menjelaskan tentang
klasifikasi bayi baru lahir bermasalah
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kelainan –
kelainan pada bayi baru lahir
4. Mamahasiswa mampu memahami dan menjelaskan macam –
macam trauma pada bayi baru lahir
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang
neonatus beresiko tinggi
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang
penyakit yang lazim terjadi pada neonatus, bayi dan anak
balita
Interpretasi :
1. Nilai 1 – 3 asfiksia berat;
2. Nilai 4 – 6 asfiksia sedang;
3. Nilai 7 – 10 asfiksia ringan (normal).
Tahapan Bayi Baru Lahir
1. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit
pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring
F. KEGAWATDARURATAN
1. Prinsip dasar kegawatdaruratan
Kegawatdaruratan dapat terjadi dengan tiba-tiba, dimana saja,
dan kapan saja. Sebagai contoh kondisi bayi yang tiba-tiba
menjadi lemas, tidak bernapas, menangis melengking, suhunya
berubah menjadi panas atau dingin, tidak mau minum, mulut
mencucu, kejang, terjatuh atau terluka, tersedak dan lain-lain.
2. Menghindari kegawatan
Sebagian besar kegawatan bisa dihindari dengan :
a. Memberikan profilaksis/perencanaan yang saksama.
b. Mengikuti petunjuk-petunjuk klinis.
c. Memantau dengan kegawatan dengan seksama.
3. Reaksi terhadap kegawatan
a. Perlu tata laksana secara benar dan efektif sampai
rujukan.
b. Beri reaksi yang positif dan efektif;.
c. Beri pelatihan-pelatihan/pesan kepada orang tua atau
keluarga.
d. Perlu diinformasikan kepada keluarga mengenai sebab,
akibat, penanganan yang akan dilakukan, kegunaan
obat, cara pemberian, dan efek samping.
e. Peralatan gawat darurat.
4. Penanganan awal
a. Tetap tenang.
b. Berpikir secara logis.
c. Pusatkan perhatian pada kebutuhan bayi.
Tujuan Instruksional :
Setelah menyelesaikan bab ini peserta didik diharapkan mampu
untuk:
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep
asuhan neonatus, bayi dan anak balita
2. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan dan menguraikan
macam – macam adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan
diluar uterus
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prinsip serta
pelaksanaan pencegahan infeksi
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang rawat
gabung.
Sistem Pernapasan
Berikut adalah tabel mengenai perkembangai sstem
pulmonal sesuai dengan usia kehamilan
Tabel 2.1 Perkembangan Sistem Pulmonal
Usia Kehamilan Perkembangan
24 hari Bakal paru-paru terbentuk
26-28 hari Kedua bronkus membesar
6 minggu Segmen bronkus terbentuk
12 minggu Lobus terdiferensiasi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34-36 minggu Struktur paru matang
Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari
tubuh orang dewasa, sehingga metabolism basal per kg berat
badan akan lebih besar. Oleh karena itulah, BBL harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi
dapat diperoleh dari metabolism karbohidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama kehidupan, energi didapatkan dari
perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari
pembakaran lemak. Setelah mendapat susu, sekitardi hari
keenam energi diperoleh dari lemak dan karbohidrat yang
masing-masing sebesar 6 dan 40%.
Imunoglobulin
Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum
tulang juga tidak memiliki lamina propia ilium dan apendiks.
Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari antigen dan
stress imunologis. Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin G,
sehingga imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta
karena berat molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi yang
dapat melalui plasenta (lues, toksoplasma, herpes simpleks, dan
lain-lain) reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan
sel plasma serta antibody gama A, G dan M.
Traktus Digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang
dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktur
digestivus mengandung zat berwarna hitam kehijauan yang
terdiri atas mukopolisakarida atau disebut juga dengan
mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam
pertama kehidupan dan dalam 4 hari setelah kelahiran biasanya
Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia
dan morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan
penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga
mulai berkurang, walaupun dalam waktu yang agak lama. Enzim
hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya
detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna,
contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari
dari 50 mg/kbBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome.
B. PENCEGAHAN INFEKSI
Definisi
Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari
setiap komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan
terhadap infeksi karena sistem imunitasnya yang masih belum
sempurna.
Kewaspadaan Pencegahan Infeksi
Sebaiknya ibu atau siapapun yang kontak dengan bayi
harus memiliki kewaspadaan akan terjadinya penularan infeksi.
Kewaspadaan tersebut dapat dibangun melalui hal-hal berikut.
C. RAWAT GABUNG
Definisi
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang
menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar atau
suatu tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama
24 jam penuh dalam seharinya.
Tujuan
Tujuan dilakukannya rawat gabung ini adalah sebagai berikut.
Tujuan Instruksional :
Setelah menyelesaikan bab ini peserta didik diharapkan mampu
untuk:
1. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pengumpulan
data pada bayi baru lahir
2. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pengkajian
fisik pada bayi baru lahir
3. Mahasiswa mampu memahami penanganan dan perilaku bayi
baru lahir
4. Mahasiswa mampu memahami dan membuat rencana asuhan
pada bayi usia 2 – 6 hari
Kesimpulan
1. Pengkajian fisik yang dilakukan pada bayi adalah dengan
menilai keadaan umum bayi, melakukan pemeriksaan tanda
vital, memeriksa bagian kepala, serta memeriksa telinga, mata,
hidung dan mulut. Selain itu, juga memeriksa keadaan leher,
dada, bahu, perut, alat kelamin, tungkai dan kaki, serta
punggung dan anus.
2. Penanganan dan perilaku bayi baru lahir adalah penanganan
terhadap reflex, menangis dan pola tidur.
2. Defekasi (BAB).
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervaiasi selama
minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari
ketiga dan keenam. Feses transisi (kecil-kecil berwarna
5. Kebersihan Kulit.
Kebersihan kulit bayi perlu benar-benar dijaga.
Walaupun mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak
harus dilakukan setiap hari, tetapi bagian-bagian seperti
d. Tanda-tanda bahaya.
Jika muncul tanda-tanda bahaya, ajarkan itu untuk :
• Memberikan pertolongan pertama sesuai
kemampuan ibu yang sesuai dengan kebutuhan
bayi sampai bayi memperoleh perawatan medis
lanjutan;
• Membawa ke RS atau klinik terdekat untuk
perawatan tindakan segera.
e. Imunisasi.
Imunisasi adalah suatu cara memproduksi
imunitas aktif buatan untuk melindungi diri melawan
penyakit tertentu dengan cara memasukkan suatu zat
ke dalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral.
Pada tabel 2.3 digambarkan mengenai jadwal imunisasi
anak rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
periode 2004 (revisi September 2003).
f. Perawatan harian/rutin.
g. Pencegahan infeksi dan kecelakaan.
F. KESIMPULAN
Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat disimpulkan
beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam
memberikan asuhan bayi usia 2-6 hari, diantaranya adalah
sebagai berikut.
1. Bayi harus selalu diberi ASI minimal setiap 2-3 jam.
2. Bayi cenderung sering tidur, berkemih dan defekasi.
3. Selalu menjaga kebersihan, kehangatan, dan keamanan bayi
dengan mengganti popok bayi sesuai keperluan, cuci tangan,
dan membersihkan bayi secara teratur terutama setelah BAB
dan BAK, serta tidak meninggalkan bayi sendirian tanpa ada
yang menjaga.
4. Selalu perhatikan tanda-tanda bahaya pada bayi.
Tujuan Instruksional :
Setelah menyelesaikan bab ini peserta didik diharapkan mampu
untuk:
1. Mahasiswa mampu memberikan asuhan primer pada bayi usia
6 minggu pertama
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang
bounding attachment
3. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan pada bayi usia 1
– 6 minggu
A. BOUNDING ATTACHMENT
Pendahuluan
Kelahiran adalah sebuah momen yang dapat membentuk
suatu ikatan antara ibu dan bayinya. Saat bayi dilahirkan adalah
saat yang sangat menakjubkan bagi seorang ibu, terutama ketika
ia dapat melihat, memegang dan memberikan ASI pada bayinya
untuk yang pertama kali. Masa tersebut juga merupakan masa
tenang setelah melahirkan, karena ibu sudah merasa rileks,
sehingga memberikan peluang ideal untuk memulai
pembentukan ikatan bathin.
Seorang bayi yang baru lahir mempunyai kemampuan
yang banyak misalnya mencium, merasa, mendengar dan melihat.
Tujuan Instruksional :
Setelah menyelesaikan bab ini peserta didik diharapkan mampu
untuk:
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan indikator
pemantauan tumbuh kembang neonatus, bayi dan anak balita
2. Mahasiswa mampu memahami dan menggunakan skala (alat
ukur) Denver Development Scrining Test (DDST) untuk
pemantauan tumbuh kembang pada bayi dan anak balita
3. Mahasiswa mampu menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP)
Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran-ukuran tubuh yang
meliputi BB, TB, LK, lingkar dada (LD), dan lain-lain, atau
bertembahnya jumlah dan ukuran sel-sel pada semua sistem
organ tubuh.
3. Periode kritis
a. Jika bayi lahir dengan lingkar kepala 75% orang
dewasa.
b. Perkembangan lingkar kepala di dua tahun pertama
adalah sebagai berikut.
• 6 bulan pertama: 1cm/bulan
• 6 bulan kedua: 0,5 cm/bulan
• 12 bulan kedua: 2 cm/tahun
c. Usia 18 tahun
• Lingkar kepala anak perempuan: 52-57,5 cm
• Lingkar kepala anak laki-laki: 52-59 cm
4. Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang optimal.
Tumbuh kembang optimal dipengaruhi oleh beberapa hal
berikut.
a. Adanya kesulitan makan
• Nafsu makan dipengaruhi oleh :
1) Penyakit sepreti penyakit sistemik, mulut, gigi,
gusi, tenggorokan, usus dan lain-lain;
Contoh 1
Tahun Bulan Hari
Tanggal tes 2000 10 19
Tanggal lahir 1998 4 5
Umur anak 2 6 14
Jadi umur anak 2 tahun 6 bulan 14 hari dibulatkan
menjadi 2 tahun 6 bulan
Contoh 2
Tahun Bulan Hari
(1999) (21) (49)
Tanggal tes 2000 10 19
Tanggal lahir 1996 12 27
Umur anak 3 9 22
Jadi umur anak 3 tahun 9 bulan 22 hari dibulatkan
menjadi 3 tahun 10 bulan
KODE PENILAIAN
O = F (Fail/Gagal)
V = P (Pass/Lewat)
M = R
No = No Opportunity
(Refusal/Menolak)
a. Normal
• Apabila anak
gagal/menolak O
tugas pada item di
sebelah kanan M
garis umur.
• Apabila anak
lulus, gagal/ V
menolak tugas O
dimana garis
umur berada di M
anatara 25-75%
(warna putih)
b. Waspada (Caution)
Apabila anak gagal atau
menolak tugas pada O
item dimana garis
umur berada di antara
M
75-9% (warna hijau)
O
c. Terlambat (Delay)
Apabila anak gagal atau
menolak tugas pada item O
yang berada di sebelah kiri
garis umur
M
Tujuan Instruksional :
Setelah menyelesaikan bab ini peserta didik diharapkan mampu
untuk:
1. Mahasiswa mampu memahami neonatus dan bayi dengan
masalah serta penatalaksanaannya
2. Mahasiswa mampu memahami masalah bercak mongol,
nemangioma, ikterus, muntah dan gumoh, oral trust, diaper
rust, seborrhea, bisulan, milliaris, diare, obstipasi, infeksi, bayi
meninggal mendadak dan penatalaksanaannya
PENDAHULUAN
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh
bidan. Jadi asuhan kebidanan pada neonatus, bayi dan balita adalah
perawatan yang diberikan oleh bidang pada bayi baru lahir, bayi dan
balita. Neonatus, bayi dan balita dengan masalah adalah suatu
penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus,
bayi dan balita apabila tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar.
Oleh sebab itu, seluruh mahasiswa kebidanan harus mempelajari
asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita pada masa
A. BERCAK MONGOL
Definisi
Bercak mongol adalah bercak berwarna biru yang
biasanya terlihat di bagian sakral, walaupun kadang terlihat di
bagian tubuh yang lain. Bercak mongol biasanya terjadi pada
anak-anak yang dilahirkan oleh orang tua Asia dan Afrika,
terkadang juga terjadi pada anak-anak dengan orang tua
Mediterania (Mayes Midwifery Textbook).
Sementara itu, menurut Mary Hilton dalam bukunya
Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, bintik mongol adalah
daerah pigmentasi biru kehitaman yang dapat terlihat pada
semua permukaan tubuh, termasuk pada ekstremitas. Bercak ini
lebih sering terlihat di punggung dan bokong. Daerah pigmentasi
ini terlihat pada bayi-bayi yang berasal dari Mediterania, Amerika
Latin, Asia, Afrika atau beberapa wilayah lain di dunia. Bercak-
bercak ini lebih sering terlihat pada individu berkulit lebih gelap
tanpa memperhatikan kebangsaannya. Bercak ini secara
bertahap akan lenyap dengan sendirinya dalam hitungan bulan
atau tahun. Dibawah ini beberapa contoh gambar bercak mongol
pada bayi
Etiologi
Bercak mongol adalah bawaan sejak lahir, warna khas
dari bercak mongol ditimbulkan oleh adanya melanosit yang
mengandung melanin dan dermis yang terhambat selama proses
migrasi dari Krista neuralis ke epidermis. Lebih dari 80% bayi
yang berkulit hitam, orang Timur dan India Timur memiliki lesi
ini. Sementara angka kejadian pada bayi yangkulit putih kurang
dari 10%. Lesi-lesi yang tersebar luas, terutama pada tempat-
tempat yang tidak biasa cenderung tidak menghilang.
Hampir 90% bayi dengan kulit berwarna atau kulit Asia
(Timur) lahir dengan bercak ini, namun pada bayi Kaukasia
hanya 5%. Lesi ini biasanya berisi sel melanosit yang terletak di
lapisan dermis sebelah dalam atau di sekitar folikel rambut yang
terkadang tersebar simetris, tetapi dapat juga unilateral. Bercak
ini hanya merupakan lesi jinakdan tidak berhubungan dengan
kelainan-kelainan sistemik.
Bercak ini akan hilang dengan sendirinya pada tahun
pertama dan kedua kehidupannya. Bidan harus dapat
memberikan konseling pada orang tua bahwa bercak mongol
tersebut wajar dan akan hilang sendiri tanpa pengobatan,
B. HEMANGIOMA
Definisi
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak atau
tumor vaskular jinak akibat proliferasi (pertumbuhan yang
berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal dan dapat
terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah. Hemangioma sering
terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1
tahun (5-10%). Biasanya hemangioma sudah tampak sejak bayi
dilahirkan (30%) atau muncul beberapa minggu setelah
kelahiran (70%). Hemangioma muncul di setiap tempat pada
permukaan tubuh seperti kepala, leher, muka, kaki atau dada.
Hemangioma merupakan tumor vaskular jinak terlazim pada bayi
dan anak. Meksipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi
Pembagian
1. Nevus flammeus.
Daerah kapiler yang tidak menonjol, berbatas tegas,
ukurannya tidak bertambah, berwarna merah ungu, dan akan
hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.
2. Nevus vaskulosus.
Kapiler yang baru terbentuk dan membesar pada kulit (lapisan
dermis dan subdermis) yang tumbuh beberapa bulan setelah
lahir kemudian mengerut dan menghilang dengan sendirinya.
Penatalaksanaan
Berikan konseling kepada orang tua bahwa tanda lahir itu normal
dan sering terjadi pada bayi baru lahir, sehingga orang tua tidak
perlu khawatir dalam menghadapi kejadian ini.
C. IKTERUS
Definisi
Ikterus adalah salah satu keadaan menyerupai penyakit
hati yang terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya
Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ikterus,
yaitu sebagai berikut.
1. Prahepatik (ikterus hemolitik).
Ikterus ini disebabkan karena produksi bilirubin yang
meningkat pada proses hemolisis sel darah merah (ikterus
hemolitik). Peningkatan bilirubin dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah infeksi, kelainan sel darah
merah, dan toksin dari luar tubuh, serta dari tubuh itu sendiri.
2. Pascahepatik (obstruktif).
Adanya obstruksi pada saluran empedu yang mengakibatkan
bilirubin kongjungsi akan kembali lagi ke dalam sel hati dan
masuk ke dalam aliran darah, kemudian sebagian masuk
dalam ginjal dan diekskresikan dalam urine. Sementara itu,
sebagian lagi tertimbun dalam tubuh sehingga kulit dan sklera
Tabel 6.2
Penatalaksanaan Hiperbilirubinemia pada Neonatus Cukup Bulan
yang Sehat
(American Academy of Pediatrics)
Total Serum Bilirubin mg/dL (mmol/L)
Transfus Transfus
e tukar e tukar
Umur Pertimbangka Terap
(Terapi dan
(jam) n terapi sinar i sinar
sinar terapi
gagal) sinar
< 24 * * * *
24 48 > 12 (170) > 15 > 20 (340) > 25 (430)
(260)
19 < 72 > 15 (260) > 18 > 25 (430) > 30 (510)
(310)
> 72 > 17 (290) > 20 > 25 (430) > 30 (510)
(340)
* Neonatus cukup bulan dengan ikterus pada umur < 24 jam,
bukan neonatus sehat dan perlu evaluasi ketat.
Komplikasi
Kern ikterus (ensefalopati biliaris) adalah suatu
kerusakan otak akibat adanya bilirubin indirect pada otak. Kern
ikterus ditandai dengan kadar bilirubin darah yang tinggi (> 20
mg% pada bayi cukup bulanatau > 8 mg% pada bayi berat lahir
rendah) disertai dengan gejala kerusakan otak berupa mata
berputar, letargi, kejang, tak mau mengisap, tonus otot
meningkat, leher kaku, epistotonus, dan sianosis, serta dapat juga
Transfusi Tukar
1. Indikasi.
a. Kadar bilirubin indirect darah > 20 mg%.
b. Kenaikan kadar bilirubin indirect darah yang cepat,
sebesar 0,3 – 1 mg% per jam.
c. Anemia berat disertai tanda payah jantung.
d. Bayi dengan Hb tali pusat < 14 mg% dan tes Coombs
positif.
2. Alat-alat yang diperlukan adalah sebagai berikut.
a. Semprit tiga cabang.
b. Dua buah semprit berukuran 5 atau 10 ml yang berisi
Ca-glukonat 10% dan larutan heparin encer (2 ml
masing-masing 1000 U dalam 250 ml NaCL 0,9%).
c. Kateter polietilen kecil 15-20 cm atau pipa lambung
berukuran F5-F8.
d. Bengkok dan botol kosong.
e. Alat pembuka vena (vena seksi).
f. Alat resusitasi, seperti oksigen, laringoskop, ventilator
dan airway
D. MUNTAH
Definisi
Muntah adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi setelah makanan masuk lambung agak
lama, disertai kontraksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa
jam pertama setelah lahir, bayi mungkin mengalami muntah
lendir, bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak
jarang menetap setelah pemberian ASI atau makanan, keadaan
tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi mukosa
lambung oleh sejumlah benda yang tertelan selama proses
persalinan.
E. GUMOH
Definisi
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi
lambung setelah beberapa saat setelah makanan masuk ke dalam
lambung. Muntah susu adalah hal yang biasa terjadi, terutama
pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu
pertambahan berat badan secara signifikan. Gumoh biasanya
terjadi karena bayi menelan udara pada saat menyusui.
Etiologi
Penyebab terjadinya gumoh adalah sebagai berikut.
1. Bayi sudah merasa kenyang.
2. Posisi salah saat menyusui.
3. Posisi botol yang salah.
4. Tergesa-gesa saat pemberian susu.
5. Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.
Patofisiologi
Pada keadaan gumoh, biasanya lambung sudah dalam
keadaan terisi penuh, sehingga terkadang gumoh bercampur
dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar melalui
mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena
otot katup di ujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik. Otot
tersebut seharusnya mendorong isi lambung ke bawah. Keadaan
ini dapat juga terjadi pada orang dewasa dan anak-anak yang
lebih besar. Kebanyakan gumoh terjadi pada bayi di bulan-bulan
pertama kehidupannya.
Penatalaksanaan
1. Perbaiki teknik menyusui.
F. ORAL TRUSH
Definisi
Oral trush adalah terinfeksinya membran mukosa mulut
bayi oleh jamur Candidiasis yang ditandai dengan munculnya
bercak-bercak keputihan dan membentuk plak-plak berkeping di
mulut, terjadi ulkus dangkal. Biasanya penderita akan
menunjukkan gejala demam karena adanya iritasi
gastrointestinal.
Etiologi
Oral Trush terjadi karena adanya infeksi jamur (Candida albican)
yang merupakan organisme penghuni kulit dan mukosa mulut,
vagina, dan saluran cerna.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang sangat mudah terlihat pada pasien oral
trush adalah lesi di mulut yang berwarna putih dan membentuk
plak-plak yang berkeping menutupi seluruh atau sebagian lidah,
kedua bibir, gusi dan mukosa pipi.
G. DIAPER RASH
Definisi
Diaper rash adalah kemerahan pada kulit bayi akibat adanya
kontak yang terus-menerus dengan lingkungan yang tidak baik.
Etiologi
1. Tidak terjaganya kebersihan kulit dan pakaian bayi.
2. Jarangnya mengganti popok setelah bayi BAB atau BAK.
3. Terlalu panas atau lembapnya udara/suhu lingkungan.
4. Tingginya frekuensi BAB (diare).
5. Adanya reaksi kontak terhadap karet, plastic dan deterjen.
Penatalaksanaan
1. Daerah yang terkena ruam popok, tidak boleh terkena air dan
harus dibiarkan terbuka dan tetap kering.
2. Gunakan kapas halus yang mengandung minyak untuk
membersihkan kulit yang iritasi.
3. Segera bersihkan dan keringkan bayi setelah BAK atau BAB.
4. Atur posisi tidur anak agar tidak menekan kulit/daerah yang
iritasi.
5. Usahakan memberikan makanan tinggi kalori tinggi protein
(TKTP) dengan porsi cukup.
6. Perhatikan kebersihan kulit dan tubuh secara keseluruhan.
7. Jagalah kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi.
8. Rendamlah pakaian atau celana yang terkena dalam air yang
dicampur acidum borium, setelah itu bersihkan tetapi jangan
menggunakan sabun cuci, segera bilas dan keringkan.
I. FURUNKEL
Definisi
Furunkel (boil atau bisul) adalah peradangan pada folikel rambut,
kulit dan jaringan sekitarnya yang sering terjadi pada daerah
bokong, kuduk, aksila, badan dan tungkai. Furunkel dapat
terbentuk pada lebih dari satu tempat ya g biasa disebut sebagai
furunkulosis.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada neonatus dengan
furunkel bergantung pada keadaan penyakit yang dialaminya.
Asuhan yang biasanya diberikan adalah sebagai berikut.
1. Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan dan
akan sembuh dengan sendirinya.
2. Jaga kebersihan daerah yang mengalami furunkel serta daerah
sekitarnya.
3. Berikan pengobatan topikal dengan kompres hangat untuk
mengurangi nyeri dan melunakkan nodul. Kompres hangat
dapat dilakukan sambil menutup ruam untuk mencegah
penularan ke daerah lainnya.
4. Jangan memijat furunkel, terutama yang letaknya di daerah
hidung dan bibir atas karena dapat menyebabkan peneybaran
kuman secara hematogen.
5. Bila furunkel terjadi di daerah yang tidak umum, seperti pada
hidung atau telinga, maka berkolaborasilah dengan dokter
untuk melakukan insisi.
6. Jika memungkinkan untuk membuka furunkel, maka
lakukanlah dengan cara berikut.
a. Beri penjelasan pada keluarga mengenai tindakan yang
akan dilakukan atau berikan informed consent.
b. Minta seseorang untuk memegangi anak.
J. MILLIARIASIS
Definisi
Milliariasis disebut sudamina, liken tropikus, biang keringat,
keringat buntet atau prickle hat. Milliariasis adalah dermatosis
yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori
kelenjar keringat.
2. Milliaria rubra.
Milliaria rubra memiliki gambaran berupa papula vesikel
dan eritema di sekitarnya. Keringat menembus ke dalam
epidermis. Biasanya, disertai rasa gatal dan pedih pada
daerah ruam dan daerah di sekitarnya, sering juga diikuti
dengan infeksi sekunderl ainnya dan dapat juga
menyebabkan timbulnya impetigo dan furunkel.
3. Milliaria rubra.
K. DIARE
Definisi
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan
cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak
normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyakdari
biasanya.bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang
air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih
dari 4 kali buang air besar.
Etiologi
Diare dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti infeksi,
malabsorbsi, makanan dan psikologi.
DIARE
M. INFEKSI
Definisi
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada
masa antenatal, intranatal dan postnatal.
Etiologi
Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri
seperti Escherichia coli, Pseudomonas pyocyaneus, Klebsielia,
Staphylococcus aureus dan Coccus gonococcus. Infeksi ini bisa
terjadi pada saat antenatal, intranatal dan postnatal.
1. Infeksi atrenatal.
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan ketika kuman masuk
ke tubuh janin melalui sirkulasi darah ibu, lalu masuk
melewati plasenta dan akhirnya ke dalam sirkulasi darah
umbilikus. Berikut adalah contoh kuman yang menginvasi ke
dalam janin.
a. Virus: rubella, poliomyelitis, variola, vaccinia, coxsackie
dan cytomegalic inclusion.
b. Spirochaeta; Terponema palidum.
c. Bakteri: E. coli dan Listeria monocytoganes.
2. Infeksi intranatal.
Infeksi terkaji pada masa persalinan. Infeksi ini sering terjadi
ketika mikroorganisme masuk dari vagina, lalu naik dan
kemudian masuk ke dalam rongga amnion, biasanya setelah
selaput ketuban pecah. Ketuban yang pecah lebih dari 12 jam
akan menjadi penyebab timbulnya plasentitis dan amnionitis.
Infeksi dapat terjadi pula walaupun air ketuban belum pecah,
Penatalaksanaan
1. Bantu orang tua mengatur jadwal untuk melakukan konseling.
2. Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua, ajak orang
tua untuk mengungkapkan rasa dukanya.
3. Berikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan pada
orang tua untuk mengajukan pertanyaan.
4. Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka
rasakan adalah hal yang wajar.
5. Beri keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak
bersalah terhadap kematian bayi tersebut, bahkan jika mereka
sebenarnya juga mengharapkan kematian dari bayi tersebut.
6. Jika kemudian ibu melahirkan bayi kembali, beri dukungan
pada orang tua selama beberapa bulan pertama, paling tidak
mampu melewati usia bayi yang meninggal sebelumnya.
Tujuan Instruksional :
Setelah menyelesaikan bab ini peserta didik diharapkan mampu
untuk:
1. Mahasiswa mampu memahami dan memberikan asuhan pada
neonatus dengan bekas persalinan
2. Mahasiswa mampu memahami dan memberikan asuhan pada
neonatus dengan caput suksedeneum, cephal hematoma,
trauma pada fleksus brachialis, fraktur klavikula
A. PENDAHULUAN
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh
bidan. Jadi asuhan kebidanan pada neonatus, bayi dan balita
adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir
(neonatus), bayi dan balita. Neonatus, bayi dan balita dengan
jejas persalinan adalah suatu keadaan trauma pada neonatus,
bayi dan balita yang terjadi selama proses persalinan dan dapat
menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi dan balita apabila
tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa
trauma akibat proses persalinan diantaranya adalah adanya
kaput suksedaneum, sefal hematoma, fraktur brakialis, dan
fraktur klavikula.
C. CEPHAL HEMATOMA
Definisi
Sefal hematoma adalah pembengkakan pada daerah kepala yang
disebabkan karena adanya penumpukan darah akibat
perdarahan pada subperiostinum.
Etiologi
Sefal hematoma dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti
adanya tekanan jalan lahir yang terlalu lama, molase yang terlalu
kuat, dan partus dengan tindakan.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada bayi dengan sefal hematoma
adalah sebagai berikut.
Penatalaksanaan
1. Perawatan yang dilakukan hampir sama dengan kaput
suksedaneum.
2. Jika ada luka dijaga agar tetap bersih dan kering.
3. Lakukan pemberian vitamin K jika perlu.
D. BRAKIAL PALSI
Definisi
Brakial palsi adalah kelumpulan pada pleksus brakial.
Etiologi
Braktial palsi disebabkan oleh beberapa hal berikut.
1. Tarikan lateral pada kepala dan leher pada saat melahirkan
bahu.
2. Lengan ekstensi melewati kepala pada presentasi bokong atau
terjadi tarikan yang berlebihan pada bahu.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada brakial palsi adalah
sebagai berikut.
1. Gangguan motorik pada lengan atas.
2. Lengan atas pada kedudukan ekstensi dan abduksi.
3. Jika anak diangkat, lengan akan tampak lemas dan
menggantung.
4. Reflex morro negatif.
5. Hiperekstensi dan fleksi pada jari-jari.
6. Refleks meraih dengan tangan tidak ada.
Penatalaksanaan
1. Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai
untuk mencegah terjadinya kontraktur.
2. Memberi penguat atau bidai + 1 sampai 2 minggu.
E. FRAKTUR KLAVIKULA
Definisi
Fraktur klavikula adalah patah tulang klavikula pada saat proses
persalinan, biasanya karena terjadi kesulitan dalam melahirkan
bahu pada kelahiran dengan presentasi kepala dan melahirkan
lengan pada presentasi bokong.
Tanda dan Gejala
1. Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi
yang mengalami gangguan.
2. Bayi menjadi rewel karena rasa sakit.
3. Adanya krepitasi dan perubahan warna kulit di daerah yang
sakit.
Penatalaksanaan
1. Batasi pergerakan bayi.
2. Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit.
3. Rawat bayi dengan hati-hati.
4. Berikan nutrisi yang adekuat (pemberian ASI yang adekuat
dengan cara mengajarkan kepada ibu cara pemberian ASI
dengan posisi tidur, sendok, atau pipet).
5. Rujuk dengan pemberian informed consent dan informed
choice.
Tujuan Instruksional :
Setelah menyelesaikan bab ini peserta didik diharapkan mampu
untuk:
1. Mahasiswa mampu memahami dan dan menjelaskan neonatus
dengan kelainan bawaan dan penatalaksanaan
2. Mahasiswa mampu memberikan dan melakukan asuhan pada
neonatus dengan berbagai macam kelainan bawaan
A. PENDAHULUAN
Asuhan keperawatan adalah perawatan yang diberikan
oleh bidan. Jadi asuhan kebidanan pada neonatus, bayi dan balita
adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir,
bayi dan balita. Neonatus, bayi dan balita dengan kelainan
bawaan adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan
gangguan pada neonatus, bayi dan balita apabila tidak diberikan
asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa kelainan bawaan
diantaranya adalah labioskizis, labiopalatoskizis, atresia esofatu,
atresia rekti dan ani, obstruksi biliaris, omfalokel, hernia
Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis atau labiopalatoskizis dapat sangat
bervariasi, bisa mengenai salah satu bagian atau semua bagian
dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum,
serta palatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur
yang terkena menjadi beberapa bagian berikut.
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan
palatum durum di belahan foramen insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle
posterior terhdap foramen.
Etiologi
Penyebab terjadinya labioskizis atau labiopalatoskizis adalah
sebagai berikut.
1. Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia.
2. Obat-obatan yang dapat merusak sel muda (mengganggu
mitosis), misalnya sitostatika dan radiasi.
3. Obat-obatan yang memengaruhi metabolism, misalnya
defisiensi vitamin B6, asam folat, dan vitamin C.
4. Faktor keturunan.
Patofisiologi
Labioskizis terjadi akibat kegagalan atau penyatuan frominem
maksilaris dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua
bibir rahang dan palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut
terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu,
palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi.
Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada
kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.
Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada kelainan ini adalah:
1. Otitis media;
2. Farinitis; dan
Penatalaksanaan
1. Posisikan bayi setengah duduk apabila atresia esophagus
disertai fistula. Namun apabila atresia tanpa disertai fistula
bayi diposisikan dengan kepala lebih rendah (trendelenburg)
dan seringlah mengubah-ubah posisi.
2. Segera lakukan pemasangan kateter ke dalam esophagus dan
bila dimungkinkan lakukan pengisapan terus-menerus.
D. ATRESIA ANI
Definisi
Atresia ani terjadi karena tidak adanya lubang di tempat yang
seharusnya berlubang karena cacat bawaan. Penyebab atresia ani
ini belum diketahui secara pasti.
Tanda dan Gejala
1. Selama 24-48 jam pertama kelahiran, bayi mengalami muntah-
muntah dan tidak ada defekasi mekonium. Selain itu anus
tampak merah.
2. Perut kembung baru kemudian disusul muntah.
3. Tampak gambaran gerak usus dan bising usus meningkat
(hiperperistaltik) pada akultasi.
4. Tidak ada lubang anus.
5. Invertogram dilakukan setelah bayi berusia 12 jam untuk
menentukan tingginya atresia.
6. Terkadang tampak ileus obstruktif.
7. Dapat terjadi fistel. Pada bayi perempuan sering terjadi fistel
rektovaginal, sedangkan pada bayi laki-laki sering terjadi fistel
rektourinal.
Penatalaksanaan
1. Puasakan bayi dang anti dengan pemberian cairan intravena
sesuai dengan kebutuhan, misalnya glukosa 5-10% atau Na-
Bikarbonat 1,5%.
2. Pembedhan segera dilakukan, setelah tinggi atresia
ditentukan.
3. Eksisi membran anal.
4. Kolostomi sementara dan lakukan perbaikan total setelah 3
bulan.
F. OMFALOKEL DANGASTROSKIZIS
Definisi
Omfalokel adalah suatu kelainan bawaan yang ditandai dengan
tampaknya protrusi dari kantong yang berisi usus dan visera
abdomen. Sementara itu, gastroskizis adalah suatu keadaan
ketika isi abdomen keluarg amelalui defek dinding abdominal
pada umbilicus membran pembungkus.
Penatalaksanaan
1. Penanganan yang diberikan hampir sama dengan penanganan
bayi normal lainnya, misalnya pemberian nutrisi yang adekuat,
pencegahan hipotermi dan lain-lain.
2. Lakukan tindakan pencegahan infeksi sebelum pembedahan
dengan cara mengolesi merkurokrum dan menutupnya
G. HERNIA DIAFRAGMATIKA
Definisi
Hernia diafragmatika termasuk kelainan bawaan yang terjadi
karena tidak terbentuknya sebagian diafragma, sehingg aada
bagian isi perut masuk ke dalam rongga torak.
Gambaran Klinis
Kelainan yang sering ditemukan adalah adanya penutupan yang
tidak sempurna dari sinus peluroperitoneal (foramen Bochdalek)
yamg terletak pada bagian postero-lateral dari diafragma, tetapi
jarang ditemukan hernia sinus substernal (foramen morgagni)
yang melalui hiatus esophagus.
H. ATRESIA DUODENI
Definisi
Atresia duodeni adalah buntunya saluran pada duodenum yang
biasanya terjadi pada ampula vateri.
2. Ensefalokel.
Biasanya terjadi pda bagian oksipital. Pada bagian ini terdapat
kantong berisi cairan, jaringan saraf, atau sebagian otak.
Ensefalokel akan berkaitan dengan kelainan mental yang berat
meskipun sudah dilakukan operasi.
Penatalaksanaan
1. Sebelum operasi, bayi dimasukkan ke dalam inkubator dengan
kondisi tanpa baju.
2. Bayi dalam posisi telungkup atau tidur jika kantongnya besar
untuk mencegah infeksi.
3. Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah syaraf, ahli
ortopedi,d an ahli urologi, terutama untuk tindakan
J. HIDROSEFALUS
Definisi
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis dikarenakan adanya
tekanan intrakranial yang meningkat. Hal ini menyebabkan
terjadinya pelebaran berbagai ruang tempat mengalirnya liquor.
Etiologi
Hidrosefalus disebabkan karena terjadinya penyumbatan cairan
serebrospinalis (CSS) pada salah satu pembentukan CSS dalam
sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid,
sehingga terjadi penyumbatan dilatasi ruangan CSS diatasnya
(foramen monrai, foramen luschka, magendie, sistem magna, dan
sistem basalis merupakan tempat tersering terjadinya
penyumbatan). Hidrosefalus terutama menyerang anak usia 0-2
tahun dengan penyebab utamanya adlah kelainan congenital,
infeksi intrauterine, anoreksia, pendarahan intracranial akibat
adanya trauma, meningoensefalitis bacterial dan viral, serta
tumor atau kista araknoid. Pada anak usia 2-10 tahun penyebab
K. FIMOSIS
Definisi
Fimosis adalah kelainan bawaan di mana terdapat penyempitan
prepusium pada bayi laki-laki.
L. HIPOSPADIA
Hipospadia adalah kelainan bawaan di mana lubang uretra
terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. Jika lubang kecil
tidak memerlukan tindakan, tetapi jika besar perlu dilakukan
pembedakan.
Tujuan Instruksional :
Setelah menyelesaikan bab ini peserta didik diharapkan mampu
untuk:
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang
neonatus bayi dan balita dengan resiko tinggi
2. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada
neonatus bayi dan balita dengan resiko tinggi
A. PENDAHULUAN
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh
bidan. Jadi asuhan kebidanan pada neonatus, bayi dan balita
adalah perawatan yang diberikan oleh bidang pada bayibaru
lahir, bayi dan balita. Neonatus, bayi dan balita dengan risiko
tinggi adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir, bayi dan balita
yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada neonatus,
bayi dan balita apabila tidak diberikan asuhan yang tepat dan
benar. Ada beberapa kondisi yang dapat menjadikan neonatus,
bayi dan balita berisiko tinggi, yaitu BBLR, asfiksi, neonatorum,
sindrom gangguan pernapasan, dan perdarahan tali pusat.
Etiologi
1. Faktor Ibu.
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan
misalnya: perdarahan antepartum, trauma fisik dan
psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
F. KEJANG
Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena
bentuknya berbeda dengan kejang pada anak atau orang dewasa. Hal
ini disebabkan karena ketidakmatanagn organisasi korteks pada bayi
baru lahir. Kejang umum tokni-klonik pada jarang pada bayi baru
lahir. Manifiestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor,
hiperaktif , kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking, tonus otot
hilang disertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran, gerakan yang
tidak menentu (involuntary movements), nistagmus atau mata
mengedip-ngedip paroksimal, gerakan seperti mengunyah dan
menelan (fenomena oral dan bukal), bahkan apneu. Oleh karena
Etiologi kejang :
· 1. Komplikasi perinatal
– Hipoksi-iskhemik enselofalopati. Biasanya kejang timbul
pada 24 jam pertama kelahiran.
– Trauma susunan saraf pusat. Dapat terjadi pada
persalinan presentasi bokong, ekstraksi cunam atau
ekstraksi vakum berat.
– Peredaran intracranial.
· 2. Kelainan metabolisme
– Hipoglikemia.
– Hipokalsemia.
– Hipomagnesemia.
– Hiponatremia.
– Hipernatremia.
– Hiperbilirubinemia.
– Ketergantungan piridoksin.
– Kelainan metabolisme asam amino
Infeksi.
Dapat disebabkan oleh bakteri dan virus termasuk TORCH.
o Ketergantungan obat.
o Polisitemia.
o Penyebab yang tidak diketahui (3-25%)
G. HYPOTERMI
Definisi
Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami
penurunanan suhu inti (suhu organ dalam). Hipotermia bisa
menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruh tubuh
(Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia),
koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut
hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu
tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah
Faktor predisposisi
• Adanya spora tetanus
• Adanya jaringan yang mengalami injury, mislanya pemotongan
tali pusat
• Kondisi luka tidak bersih, yang memungkinkan perkembangan
mikroorganisme host yang rentan
Faktor resiko
• Imunisasi TT tidak dilakukan/tidak sesuai dengan ketentuan
program
• Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat atau tidak
sesuai APN
• Perawatan tali pusat tidak memenuhi standar kesehatan
Pencegahan
• Imunisasi TT
• Memperhatikan sterilitas saat pemotongan dan perawatan tali
pusat
Kekebalan diperoleh melalui imunisasi TT
Sembuh tidak berarti kebal terhadap tetanus
Toksin tetanus ;
Namun jika sakit kepala tak bisa dihindari dan menyerang ibu
hamil, maka lakukan beberapa langkah berikut yaitu:
1. Melakukan istirahat dengan berbaring di ruangan yang gelap atau
remang, suasana tenang dan mata tertutup.
2. Menggunakan kompres hangat untuk mata, wajah dan pelipis atau
kening, atau bisa juga mencoba kompres dingin di bagian belakang
leher.
3. Mintalah seseorang untuk melakukan pemijatan di bahu dan leher
untuk meredakan ketegangan, atau memijat pelipis juga bisa
membantu. Sebenarnya, sakit kepala bukan gangguan yang
berat. Tapi, jika pada trimester II mengalami sakit kepala untuk
pertama kali (baik disertai gangguan penglihatan atau tidak, sakit
perut, melonjaknya pertambahan berat badan, serta bengkaknya
wajah atau tangan), segera ke periksakan diri bidan atau dokter.
Bisa jadi, tekanan darah dan urin perlu diperiksa di laboratorium
untuk melihat adanya kemungkinan mengalami pre-eklampsia atau
Tujuan Instruksional :
Setelah menyelesaikan bab ini peserta didik diharapkan mampu
untuk:
1. Mahasiswa mampu memahami macam – macam imunisasi
pada neonatus, bayi dan balita
2. Mahasiswa mampu melaksanakan pemberian imunisasi pada
neonatus, bayi dan balita
A. PENDAHULUAN
Imunisasi merupakn bentuk intervensi kesehatan yang
sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita.
Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, difteri,
pertusis, tetanus, hepatitis B, poliomielitis, dan campak dapat
dicegah. Pentingnya pemberian imunisasi dapat dilihat dari
banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I). Hal itu sebenarnya tidka perlu
terjadi karena penyakit-penyakit tersebut bisa dicegah dengan
imunisasi. Oleh karena itulah, untuk mencegah balita menderita
beberapa penyakit yang berbahaya, imunisasi pada bayi dan
balita harus lengkap serta diberikan sesuai jadwal.
C. HEPATITIS B
Hepatitis B merupakan penyakit endemik di hampir
seluruh bagian dunia. Penyakit hepatitis B pada anak tidak jarang
menimbulkan gejala yang minimal bahkan subklinis, namun
KIPPI
KIPI pertusis di antaranya adalah kemerahan, bengkak,
dan nyeri pada lokasi injeksi. Terkadang juga ditemukan demam
ringan dan hiperpireksia (1%). Ketika terjadi hiperperiksia, anak
menjadi sering gelisah dan menangis terus-menerus selama
beberapa jam pascasuntikan dan terkadang ditemukan kejang
sehubungan dengan demam yang terjadi. Kejadian kutan yang
paling serius adalah terjadinya ensafalopati akut atau reaksi
anafilaksis.
Kontraindikasi
Kontraindikasi mutlak terhadap pemberian vaksin
pertusis, baik whole cell maupun aseluler yaitu riwayat
E. CAMPAK
Penyakit campak smapai saat ini masih menjadi masalah
kesehatan di seluruh wilayah Indonesia. Upaya imunisasi campak
telah dilaksanakan oleh Depkes dan Kesos RI dan sudah
mencakup lebi dari 80%, tetapi untuk daerah-daerah terpencil,
cakupan tersebut secara keseluruhan masih belum tercapai. Oleh
karena itu, kejadian luar biasa penyakit campak masih sering
dijumpai di daerah-daerah tertentu. Bahkan akhir-akhir ini
dengan adanya situasi krisis dan perpindahan penduduk yang
cepat dari tempat yang kurang aman ke tempat yang aman
menyebabkan terjadinya penularan penyakit campak yang tidak
dapat dihindari.
Tujuan Instruksional :
Setelah menyelesaikan bab ini peserta didik diharapkan mampu
untuk:
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
penatalaksanaan rujukan
2. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan rujukan
pada saat praktik klinik dilapangan
A. PENDAHULUAN
Sakit mempunyai beberapa tingkat atau gradasi yang
secara umum dapat dibagi menjadi 3 tingkat, yakni sakit ringan
(mild), sedang (moderate), berad dan (severe). Dengan adanya 3
gradasi penyakit ini maka diruntut bentuk pelayanan kesehatan
yang betrbeda pula. Untuk penyaikit ringan bisa diatasi dengan
pelayanan sederhana. Namun sebaliknya, untuk penyakit yang
sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang
sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat
spesifik.
B. RUJUKAN
Ada 3 bentuk pelayanan kesehatan, yakni sebagai berikut.
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care).
Penderita
Masalah Rujukan
Pengetahuan
Masalah medis medis
kesehatan Bahan-bahan
pemeriksaan
Teknologi
Masalah
Rujukan
kesehatan Sarana
kesehatan
masyarakat
Operasional
Kecamatan Puskesmas/Balkesmas
Masyarakat
Sirkulasi
Alat/obat yang
Jalan Napas/Oksigenisasi
lengakap
Keadaan Pasien
Stabil Termoregulasi
Personel
Gambar 11.2 Penatalaksanaan Rujukan
Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Khoirunnisa, Endang. (2010). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan
Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika
Kosim, MS.dkk. (2008). Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru
Lahir untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumahsakit.
Jakarta: IDAI
Manuaba, (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Muslihatun, WafiNur. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.
Yogyakarta: Fitramaya
Ngastiyah, (2005). Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC
Nugroho, dr. Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan, Maternitas, Anak,
Bedah dan Penyakit Dalam,Yogyakarta : Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta : Bina Pustaka
Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.
Sacharin, Rosa M.1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakarta.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatn Pediatrik. EGC:
Jakarta.
Bari, Abdul S. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Farrer, H. 1999. Perawatan maternitas. Jakarta:EGC.
Potter. Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC.
Rukiyah dan Yulianti, L. 2010. Asuhan Neonatus, bayi dan anak Balita.
Jakarta: TIM.