Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. N BAYI BARU CUKUP


BULAN SESUAI MASA KEHAMILAN USIA 2 JAM DI RSUD
SANGKULIRANG

NAMA: BELLA ROSADINI AR RASYID


NIM : 2182B1004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


IIK STRADA INDONESIA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. N BAYI
BARU CUKUP BULAN SESUAI MASA KEHAMILAN USIA 2 JAM” di
RSUD Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur, telah disetujui oleh pembimbing
penyusunan asuhan pada :

Hari/tanggal : , Maret 2022

Sangkulirang, 2022

Mahasiswa

Bella Rosadini Ar Rasyid, S.Tr.Keb

Mengetahui

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Bd.Riza Tsalatsatul M.,SST.,M.Keb Bd. Dyan Furnamasari, S.Tr.Keb


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang di limpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Pada
Bayi Baru Lahir di RSUD Sangkulirang.

Penyusunan laporan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas yang di wajibkan


bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Bidan IIK STRADA
INDONESIA KEDIRI yang akan menyelesaikan pendidikan akhir program. Tidak
lupa kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini terutama :

1. Dr. Byba Melda Suhita, S.Kep,Ns.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan


dan Kebidanan IIK STRADA Indonesia.
2. Bd.Miftakhur Rohmah.,S.Keb.,M.Keb selaku Ka Prodi Pendidikan Profesi Bidan
IIK STRADA Indonesia.
3. Bd.Riza Tsalatsatul M.,SST.,M.Keb selaku pembimbing akademik
4. Bd.Dyan Furnamasari,S.Tr.Keb Selaku pembimbing lahan
5. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penyusunan Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang bersifa tmembangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan
Asuhan Kebidanan selanjutnya.

Sangkulirang, 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Sampul ............................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Pernyataan Keaslian Tulisan ............................................................................ iii
Kata Pengantar ................................................................................................. iv
Daftar Isi........................................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................ 2
1.3 Manfaat .......................................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup............................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan .................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Bayi Baru Lahir Fisiologis.............................................................. 5
2.1.1 Pengertian............................................................................. 5
2.1.2 Ciri – Ciri Bayi Normal........................................................ 6
2.1.3 Tahapan Bayi Baru Lahir...................................................... 8
2.1.4 Klasifikasi Bayi Baru Lahir.................................................. 8
2.1.5 Perubahan-Perubahan Fisiologis Pada Bayi Baru Lahir....... 9
2.1.6 Tatalaksana Bayi Baru Lahir................................................ 21
2.1.7 Lingkup Bayi Baru Lahir Normal......................................... 22
2.1.8 Aplikasi Pengkajian Usia Gestasi......................................... 31
2.1.9 Perilaku Bayi Baru Lahir...................................................... 39

BAB 3 KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL


3.1 Pengkajian Data Dasar........................................................................42
3.1.1 Data Subyektif.............................................................................42
3.1.2 Data Obyektif .............................................................................44
3.2 Interpretasi Data Dasar................................................................... 47
3.3 Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial...................................... 48
3.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera / Kolaborasi................... 48
3.5 Intervensi ....................................................................................... 48
3.6 Implementasi .................................................................................. 52
3.7 Evaluasi .......................................................................................... 55
BAB 4 ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR CUKUP BULAN SESUAI
MASA KEHAMILAN USIA 2 JAM
4.1 Pengkajian Data Dasar........................................................................56
4.1.1 Data Subyektif.............................................................................56
4.1.2 Data Obyektif .............................................................................57
4.2 Interpretasi Data Dasar................................................................... 59
4.3 Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial...................................... 60
4.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera / Kolaborasi................... 60
4.5 Intervensi ....................................................................................... 60
4.6 Implementasi .................................................................................. 64
4.7 Evaluasi .......................................................................................... 67

BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian Dan Analisa Data Dasar............................................... 68
5.2 Interpretasi Data Dasar................................................................... 70
5.3Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial................................. 70
5.4 Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera.............................. 70
5.5 Rencana Asuhan/Intervensi............................................................ 71
5.6 Implementasi Asuhan Kebidanan................................................... 71
5.7 Evaluasi Asuhan Kebidanan........................................................... 72

BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan .................................................................................... 73
6.2 Saran .............................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................75


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Neonatus merupakan bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari.
Masa ini merupakan masa kritis yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling
tinggi, karena terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim
dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Sehingga tanpa
penanganan yang tepat bisa berakibat fatal. (Depkes RI, 2015).
Upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena
kematian neonatal memberikan kontribusi terhadap 59 % kematian bayi.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000
kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan
hanya menurun 1 poin dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000
kelahiran hidup. Sedangkan menurut Hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 2015 menunjukkan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang
artinya sudah mencapai target MDGs 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup.
Begitu pula dengan Angka kematian Balita (AKABA) hasil SUPAS 2015 sebesar
26,29 per 1.000 kelahiran hidup. Juga sudah memenuhi target MDGs 2015
sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. (Depkes RI, 2015).
Walaupun target MDGs pada tahun 2015 sudah tercapai, namun angka
kematian neonatus masih tinggi membuat kita sebagai tenaga kesehatan terus
berupaya untuk menurunkannya dengan mengacu pada program Sustainable
Development Goals (SDG’s). Harapan SDGs pada tahun 2030 tidak ada angka
kematian neonatus, karena banyak penyebab kematian neonatus dapat dicegah,
sehingga kita sebagai tenaga kesehatan harus terampil dan tepat dalam
memberikan tindakan.
Tugas dan wewenang bidan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran
Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan, salah satunya meliputi pelayanan
kesehatan ibu yaitu dalam ruang lingkup pelayanan bayi baru lahir, pelayanan bayi,
pelayanan anak balita, pelayanan anak pra sekolah dengan kewenangan melakukan
asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi
menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa
neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat, penanganan hipotermi pada bayi baru
lahir dan segera merujuk, penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan, pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah, pemantauan
tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah, pemberian konseling dan
penyuluhan, pemberian surat keterangan kelahiran, pemberian surat keterangan
kematian.

Sebagai seorang bidan yang menjadi lini terdepan dalam memberikan asuhan
terhadap bayi dan meninjau sejauh mana pelayanan yang dilakukan, penulis
termotivasi untuk mengangkatkasus melalui laporan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir normal yang di temukan di Puskemas Kepanjen karena Puskesmas Kepanjen
merupakan puskesmas kabupaten yang menghimpun banyak desa, dimana setiap
orang mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, khususnya
persalinan. Persalinan pada puskesmas ini terbilang banyak, dilihat dari jumlah
persalinan yang dihasilkan pertahunnya. Selain pertolongan persalinan oleh tenaga
yang terlatih, jarak antara desa dengan pelayanan kesehatan juga memberikan
peranan penting dalam memberikan pelayanan yang berkualitas.

1.1 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan secara
komprehensif.

1.2.2 Tujuan Khusus


- Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif dan
obyektif pada bayi baru lahir normal
- Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa aktual, masalah,
diagnosis potensial, dan masalah potensial pada bayi baru lahir
normal
- Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin
terjadi pada bayi baru lahir normal
- Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera bila ditemui
masalah pada bayi baru lahir normal
- Mahasiswa dapat menentukan rencana tindakan sesuai standar dan
kebutuhan pada bayi baru lahir normal
- Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan pada baru lahir normal
- Mahasiswa mampu mengevaluasi dari tindakan yang telah
diberikan pada bayi baru lahir normal

1.2 Manfaat
1. Bagi mahasiswa profesi kebidanan yang praktik di Puskesmas Kepanjen,
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar dan
manajemen kebidanan mengenai pelayanan bayi baru lahir normal
2. Bagi Puskesmas Kepanjen diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan
bayi baru lahir normal sesuai dengan prosedur dan manajemen yang tepat
3. Bagi tenaga kesehatan Puskesmas Kepanjen, diharapkan mampu memberikan
asuhan yang tepat mengenai pelayanan bayi baru lahir normal

1.2 Ruang Lingkup

Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal.


1.2 Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan
Dalam bab ini meliputi uraian mengenai latar belakang, tujuan,
manfaat, ruang lingkup dan sistematika penulisan.
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang uraian teori-teori yang berhubungan dengan bayi
baru lahir normal, yang dapat mendukung dan membantu dalam
pembahasan kasus ini.
Bab 3 Kerangka Konsep Asuhan
Bab ini berisi pola pikir dalam melakukan asuhan kebidanan yang
sesuai dengan kasus dikorelasikan dengan tinjauan teori yang sudah
didapatkan.

Bab 4 Kasus
Bab ini berisi data-data dan keseluruhan manajemen asuhan kebidanan
melingkupi 7 langkah Varney yang meliputi pengkajian, interpretasi
data, diagnosa potensial, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi.

Bab 5 Pembahasan
Bab ini menguraikan apa saja hasil pembuatan kasus yang mencakup
semua aspek yang terkait dengan teori kasus, SOP Puskesmas,
evidence based practice. Dan membahas tentang keterkaitan antar
faktor dari data yang diperoleh dikorelasikan dengan tinjauan teori
yang didapatkan.

Bab 6 Kesimpulan dan Saran


Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menjabarkan tentang
jawaban dari tujuan penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayi Baru Lahir Fisiologis


2.1.1 Pengertian
Menurut Rochmah,dkk (2012) bayi baru lahir adalah bayi yang lahir
presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram.
Masa Neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu atau 28 hari
sesudah kelahiran. Neonatus yaitu bayi baru lahir atau berumur 0 sampai dengan usia
1 bulan sesudah lahir. Masa neonatus terdiri dari neonatus dini yaitu bayi berusia 0-7
hari, dan neonatus lanjut yaitu bayi berusia 7-28 hari (Muslihatun, 2010).
Menurut Maryunani (2008) pengertian neonatus atau bayi baru lahir adalah
dari lahir sampai usia 1 bulan. Sedangkan pengertian bayi yaitu dari usia 1 bulan
sampai berjalan sendiri. Periode nenoatal atau neonatus adalah bulan pertama
kehidupan.
Bayi baru lahir normal yaitu tubuh bayi mengalami sejumlah adaptasi
psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi
kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga
membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menajalani
masa transisi dengan baik (Muslihatun, 2010).
Sedangkan menurut M. Sholeh Kosim (2012) bayi baru lahir normal adalah
berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak
ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
tersebut selama jam pertama setelah kelahiran (Sudarti,2010). Asuhan segera pada
bayi baru lahir menurut Prawiroharjo (2006) adalah asuhan yang diberikan pada bayi
tersebut selama jam pertama kelahiran. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan
menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan.
Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi yang baru lahir :
a. Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat
b. Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya sesegera mungkin
c. Segera setelah melahirkan badan bayi :
1) Sambil secara cepat menilai pernapasannya, letakkan bayi dengan handuk di
atas perut ibu.
2) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah atau lendir dari wajah bayi
untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang pernapasan bayi.
(Prawirohardjo, 2006)

2.1.2 Ciri-ciri Bayi Normal

Menurut Dwienda, dkk, 2014 dalam buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi/ Balita dan Anak Prasekolah, ciri-ciri bayi baru lahir, yaitu :

1. Berat badan 2500-4000 gram


2. Panjang badan 48-52 cm
3. Lingkar dada 30-38 cm
4. Lingkar kepala 33-35 cm
5. Frekuensi jantung 120-160 kali/ menit
6. Pernafasan ± 40-60 kali/ menit
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia: perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora sedangkan untuk
laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
13. Refleks graps atau menggenggam sudah baik
14. Refleks rooting mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut terbentuk dengan baik
15. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan
16. Umur kehamilan 37-40 minggu
17. Bayi segera menangis setelah lahir
18. Bergerak aktif, kulit kemerahan
19. Menghisap ASI dengan baik
20. Tidak ada cacat bawaan

Tabel 2.1 Tanda Apgar Skor

Tanda APGAR

Tanda Nilai: 0 Nilai: 1 Nilai: 2

Appearance Pucat/ biru Tubuh merah, Seluruh tubuh


(warna kulit) seluruh tubuh ekstremitas biru kemerahan

Pulse Tidak ada < 100 >100


(denyut jantung)

Grimace Tidak ada Sedikit gerak Batuk/ bersin


(tonus otot)

Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif


(aktivitas) sedikit fleksi

Respiration Tidak ada Lemah/ tidak Menangis


(pernafasan) teratur

(Cunningham, 2013)

Interpretasi :

1. Nilai 1-3 asfiksi berat


2. Nilai 4-6 asfiksi sedang
3. Nilai 7-10 asfiksi ringan (normal)
Menurut Prawirohardjo (2010) nilai APGAR adalah suatu metode sederhana
yang digunakan untuk menilai keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran. Penilaian
ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak, yang dinilai
adalah frekuensi jantung (Heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot
(muscle tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsang (respon to stimuli)
yaitu dengan memasukkan kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan.
Sistem penilaian Skor APGAR adalah alat klinis yang berguna untuk
mengidentifikasi neonatus yang membutuhkan resusitasi serta menilai efektivitas
setiap tindakan resusitasi, seperti yang terlihat dari tabel diatas masing-masing dari
lima karakteristik sangat mudah diidentifikasi denyut jantung, usaha bernafas, tonus
otot, iritabilitas, dan warna dinilai dan diberi angka 0 hingga 2. Ditentukan pada
menit ke 1 dan ke 5 setelah persalinan. Skor APGAR menit ke 1 mencerminkan
kebutuhan resusitasi segera. Skor menit ke 5, dan khususnya pada perubahan dalam
skor antara menit ke 1 dan menit ke 5, adalah indeks efektivitas yang berguna
terhadap upaya resusitasi. Skor APGAR menit ke 5 juga memiliki makna prognostic
untuk kelangsungan hidup bayi, karena kelangsungan hidup berkaitan erat dengan
kondisi bayi diruang bersalin (Cunningham, 2013).

2.1.3 Tahapan Bayi Baru Lahir


Tahapan bayi baru lahir sebagai berikut:
1. Tahapan 1 terjadi segera lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada
tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk
interaksi bayi dan ibu.
2. Tahap 2 disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap 2 ini dilakukan
pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.
3. Tahap 3 disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama
yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.

(Dwienda, dkk, 2014)

2.1.4 Klasifikasi Bayi Baru Lahir


Berdasarkan umur kehamilan atau masa gestasi :

1. Preterm infant atau bayi kurang bulan (prematur), yaitu bayi yang dilahirkan
dengan masa gestasi (kehamilan) < 38 minggu
2. Term infant atau bayi cukup bulan, bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi
antara 38-42 minggu
3. Post term infant atau bayi lebih bulan, bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi >
42 minggu

(Varney, 2008)

Berkaitan dengan berat badan bayi lahir, bayi dapat dikelompokkan


berdasarkan berat lahirnya yaitu :

1. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu berat lahir <1500 gram
2. Bayi berat lahir rendah ekstrim yaitu berat lahir <1000 gram
3. Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir <2500 gram
4. Bayi berat lahir sedang, yaitu berat lahir antara 2500-3999 gram
5. Berat badan lebih, yaitu berat lahir ≥4000 gram.

(Sinclair, 2009)

2.1.5 Perubahan-Perubahan Fisiologis Pada Bayi Baru Lahir

Perubahan – perubahan fisiologis pada bayi baru lahir, yaitu:

1. Sistem pernafasan
Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi dengan normal dalam waktu
30 detik setelah kelahiran. Tekanan pada rongga dada bayi melalui jalan lahir per
vaginam mengakibatkan cairan paru yang jumlahnya 80-100 ml, berkurang
sepertiganya sehingga volume yang hilang ini digantikan dengan udara. Paru
mengembang sehingga rongga dada kembali kebentuk semula, pernapasan pada
neonatus terutama pernapasan diapragmatik dan abdominal biasanya frekuensi
dan kedalaman pernapasan masih belum teratur. Upaya pernapasan pertama
berfugsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembangkan jaringan
alveolus paru utuk pertama kali, agaralveolus dapat berfungsi harus terdapat
surfaktan dalam jumlah yang cukup dan aliran darah ke paru (Rochmah. 2012).
Sedangkan menurut Dwienda, dkk (2014)selama dalam uterus, janin
mendapatkan oksigen dari pertukaran oksigen melalui plasenta. Setelah bayi lahir,
pertukaran oksigen harus terjadi melalui paru.
a. Perkembangan paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup
BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan keterbatasan permukaan
alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru, dan tidak tercukupinya jumlah
surfaktan.
b. Awal adanya nafas
2.1 Permulaan pernapasan (Varney, 2008)

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :


1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernafasan otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut
yang diperlukan untuk kehidupan.
3) Penimbunan karbondioksida
Setelah bayi lahir, kadar karbondioksida meningkat dalam darah dan
akan merangsang pernafasan dengan cara menambah frekuensi dan tingkat
gerakan pernafasan janin.
4) Perubahan suhu  Keadaan dingin akan merangsang pernafasan.
c. Surfaktan dan upaya pernapasan
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan
cairan dalam paru dan mengembalikan jaringan alveolus paru-paru untuk
pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan (lemak lesitin/
sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru. Produksi surfaktan dimulai
pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru matang
(sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus
sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveolus kolaps setiap saat akhir
pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas. Bayi cukup bulan mempunyai
cairan di parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan,
sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang
dilahirkan secara sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga
dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama.
Dengan beberapa kali tarikan nafas yang pertama udara memenuhi ruangan
trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru
dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
Selama 1 jam pertama kehidupannya, sistem limfe melanjutkan
pengeluaran cairan dari paru. Proses ini juga merupakan akibat perbedaan
tekanan alveoli ke jaringan interstisiil ke kapiler. Penurunan tahanan vaskuler
memungkinkan aliran cairan paru tersebut. Pernafasan abnormal dan kegagalan
pengembangan paru yang maksimal memperlambat perpindahan cairan paru
dan interstisiil ke sirkulasi. Retensi cairan mengganggu kemampuam bayi
untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat. Lingkar dada ± 30-33 cm
saat lahir, sehingga fungsi respirasi bayi lebih banyak menggunakan kontraksi
diafragma dari pada costae.

(Dwienda, dkk, 2014)

2. Sistem Sirkulasi
Pada sistem sirkulasi, setelah bayi lahir akan terjadi proses pengantaran
oksigen ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat perubahan, yaitu penutupan
foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus antara arteri
paru dan aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem
pembuluh darah, di mana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah
mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi.
Perubahan tekanan sirkulasi dapat terjadi saat tali pusat dipotong, resistensinya
akan meningkat dan tekanan atrium kanan akan menurun karena darah ke atrium
berkurang yang dapat menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga
menurun. Proses tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi ulang,
serta saat terjadi pernafasan pertama dapat menurunkan resistensi dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Kemudian oksigen pada pernafasan pertama
dapat menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem sirkulasi paru yang dapat
menurunkan resistensi pembuluh darah paru. Terjadinya peningkatan sirkulasi
paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan,
dengan meningkatkan tekanan pada atrium kanan akan terjadi penurunan atrium
kiri, foramen ovale akan menutup, atau dengan pernafasan kadar oksigen dalam
darah akan meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami
konstriksi dan menutup. Perubahan lain adalah menutupnya vena umbilikus,
duktus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional
dalam beberapa menit setelah tali pusat diklem dan penutupan jaringan fibrosa
membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan (Hidayat, 2008).
Terdapat dua peristiwa yang dapat merubah tekanan dalam sistem pembuluh
darah, yaitu:
a. Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun kerena berkurangnya
aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan
volume dan tekanan atrium kanan. Kedua kejadian ini membantu darah
dengan sedikit kandungan oksigen mengalir ke paru untuk menjalani proses
oksigenisasi ulang.
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru dan
meningkatkan tekanan pada atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama
ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan
tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan
penurunan pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.
Frekuensi nadi BBL ±120-160x/menit, kadang mengalami murmur
yang akan hilang pada usia 6 bulan. Tekanan darah bayi bervariasi ± 78/42
mmHg. Menangis menyebabkan peningkatan tekanan sistolik. Volume darah
± 80-110 cc/kg/BB, menjadi 2x lipat pada akhir tahun pertama.
Tabel 2.2Perubahan yang Terjadi Pada Sistem Peredaran Darah
(Sistem Sirkulasi)

Perubahan Pada Sistem Sirkulasi

Struktur Sebelum Lahir Setelah Lahir

Vena Membawa darah dari arteri Menutup, menjadi


umbilikus ke hati dan jantung ligamentum teres hepatis

Arteri Membawa darah arteri Menutup, menjadi


umbilikali ligamentum vesikale pada
venosa ke placenta
s dinding abdominal anterior

Duktus Pirau darah a. ke v. kava Menutup, menjadi


venosus inferior ligamentum venosum

Pirau darah a.dan sebagian


Duktus Menutup, menjadi lig.
darah v. dari a. pulmonalis
arteriosus Arteriosum
ke aorta

Foramen Menghubungkan atrium


Biasanya menutup
ovale kanan dan kiri

Tidak ada udara, sedikit Berisi udara dengan suplai


Paru
darah, berisi cairan darah yang baik

Arteri Membawa sedikit darah ke Membawa banyak darah ke


pulmonalis paru paru

Menerima darah dari kedua Menerima darah hanya dari


Aorta
ventrikel ventrikel kiri

Vena cava Membawa darah dari tubuh Membawa darah hanya ke


inferior dan darah arteri ke plasenta atrium kanan

(Hidayat, 2008)

3. Termoregulasi
Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar yang lebih dingin,
maka dapat menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit yang dapat
mendinginkan darah bayi. Pada saat lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu
tanpa melalui mekanisme menggigil yang merupakan cara untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya serta hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi
panas. Adanya timbunan lemak tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat,
sehingga terjadilah proses adaptasi. Dalam pembakaran lemak agar menjadi
panas, bayi menggunakan kadar glukosa. Selanjutnya cadangan lemak tersebut
akan habis dengan adanya stres dingin dan bila bayi kedinginan akan mengalami
proses hipoglikemi, hipoksia, dan asidosis (Hidayat, 2008).
Termoregulasi adalah upaya mempertahankan keseimbangan antara produksi
dan pengeluaran panas. Bayi bersifat homeothermic yang artinya berusaha
menstabilkan suhu badan internal dalam rentang yang pendek. Hipotermi dan
kehilangan panas yang berlebihan merupakan kejadian yang membahayakan
(Dwienda, dkk, 2014).
Brown fat (lemak cokelat) terletak diantara kedua scapula dan axial, serta di
dalam pintu masuk dada, sekitar ginjal dan vertebra. Lemak tersebut banyak
mengandung pembuluh darah dan saraf daripada lemak biasa. Panas diproduksi
dengan metabolisme dalam lemak tersebut. Lemak tersebut ada sampai beberapa
minggu setelah kelahiran dan berkurang dengan suhu dingin. Semakin matur janin
semakin banyak brown fat (Dwienda, dkk, 2014).
Mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir
kelingkungannya melalui cara pertama evaporasi yaitu kehilangan panas melalui
proses penguapan atau perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi
uap. Pencegahannya, setelah bayi lahir segera mengeringkan bayi secara seksama
dan menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan kering serta menutup
bagian kepala bayi. Cara kedua konduksi yaitu kehilangan panas dari tubuh bayi
kebenda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi, misalnya
menimbang bayi tanpa mengalasi timbangan bayi dan menggunakan stetoskop
untuk pemeriksaan bayi baru lahir (Muslihatun. 2010). Cara ketiga konveksi yaitu
kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin, misalnya aliran udara dingin dari kipas angin, dan hembusan udara dingin
melalului ventilasi. Cara keempat radiasi yaitu kehilangan panas yang terjadi
karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih
rendah dari suhu tubuh bayi, misalnya bayi terlalu dekat ke dinding tanpa
memakai penutup kepala atau topi (JNPK-KR, 2012).
4. Metabolisme glukosa
Setelah tali pusat diikat atau diklem, maka kadar glukosa akan dipertahankan
oleh si bayi itu sendiri serta mengalami penurunan waktu yang cepat 1-2 jam.
Guna mengetahui atau memperbaiki kondisi tersebut maka dilakukan dengan
menggunakan air susu ibu, penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis), dan
pembuatan glukosa dari sumber lain khususnya lemak (glukoneogenesis).
Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati
(Hidayat, 2008).
Otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada saat kelahiran, setelah
talipusat diklem, seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir kadar glukosa darah akan turun
dalam waktu 1-2 jam. Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam
jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi
jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat
akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama bulan-
bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermi saat lahir,
kemudian mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan glikogen dalam
satu jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai
hingga 3-4 jam pertama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan
digunakan dalam satu jam pertama, otak bayi akan mengalami risiko. Bayi baru
lahir kurang bulan, IUGR, dan gawat janin merupakan kelompok yang paling
berisiko, karena simpanan energi mereka berkuang atau digunakan sebelum lahir
(Rochmah, 2012).
5. Sistem Hematologi
Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, SDM, dan hematokrit lebih tinggi
dari dewasa. Hemoglobin BBL berkisar antara 14,5 sampai 22,5 gram/dl.
Hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72% dan hitung SDM berkisar antara 5
sampai 7,5 juta/mm3. WBC 18.000/mm. Hb turun 11-17 gr/dl dan RBC turun
menjadi 4,2-5,3 pada akhir bulan pertama (Hidayat, 2008).
6. Sistem Renal
Pada kehamilan cukup bulan, ginjal menempati sebagian besar dinding
abdomen posterior. Kandung kemih berada di dekat dinding abdomen anterior.
Pada bayi baru lahir, hampir semua massa yang teraba di abdomen berasal dari
ginjal. Fungsi renal seperti orang dewasa baru dapat dipenuhi saat bayi berusia 2
bulan. Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang
keamanan yang kecil. Infeksi, diare, atau pola makan yang tidak teratur secara
cepat dapat menimbulkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan, seperti
dehidrasi atau edema. Ketidakseimbangan ginjal juga membatasi kemampuan
bayi baru lahir untuk mengekskresi obat. Saat lahir biasanya bayi akan BAK
sedikit dan kemudian tidak BAK selama 2-12 jam, kemudian akan BAK 6-10x/
hari. Urine berwarna kuning jernih, berjumlah 15-60 cc/kgBB/hari. Kadang-
kadang ada noda sedikit merah karena kristal urat (Hidayat, 2008).
7. Sistem Hepatika
Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm di bawah batas kanan
costae karena hati berukuran besar dan menempati sekitar 40% rongga abdomen.
Hati bertanggung jawab terhadap metabolisme billirubin. 50% bayi aterm
mengalami hiperbillirubinemia fisiologis. Ikterik neonatus terjadi akibat produksi
bilirubin dengan kecepatan yang lebih besar dari dewasa dan terdapat cukup
banyak reabsorbsi bilirubin pada usus halus neonatus.
Kriteria ikterik fisiologis atara lain:
a. Bayi tampak normal
b. Pada bayi aterm, jaundice muncul setelah 24 jam lalu hilang hari ke-7
c. Pada bayi preterm, jaundice muncul setelah 48 jam lalu hilang pada hari ke-
9/10
d. Jumlah bilirubin indirect < 12mg/100ml
e. Jumlah bilirubin direct <1-1,5 mg/ml
f. Peningkatan bilirubin tidak melebihi 5 mg/100ml perhari

(Hidayat, 2008)

8. Sistem Gastrointestinal
Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi belum matur dibandingkan orang
dewasa, membran mukosa pada mulut berwarna merah jambu dan basah. Gigi
tertanam didalam gusi dan sekresi ptialin sedikit. Sebelum lahir janin cukup bulan
akan mulai mengisap dan menelan. Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30
ml untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara
perlahan, seiring dengan pertumbuhan bayi. Pengaturan makan yang sering oleh bayi
sendiri sangat penting, contohnya memberikan makan sesuai keinginan bayi (ASI on
demand) (Rochmah, 2012.hlm.10) Refleks gumoh dan batuk yang matang sudah
terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan neonatus cukup bulan untuk
menelan dan mencerna makanan selain susu masih terbatas, hubungan antara
esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna sehingga mengakibatkan
gumoh pada neonatus (Maryanti. 2011).
9. Sistem Integument
Vernix caseosa merupakan suatu lapisan putih seperti keju yang menutupi kulit
bayi saat lahir. Kulit bayi sangat sensitive dan mudah rusak, warnanya agak merah
beberapa jam setelah lahir. Pada wajah, bahu dan punggung ditumbuhi rambut
lanugo. Bayi baru lahir tampak montok, lemak subkutan terakumulasi sejak trimester
III (Saifudin, 2009).
10. Sistem Imunologi
Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan janin,
tetapi sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan. Selama tiga bulan pertama
kehidupan, bayi dilindungi oleh imunitas pasif yang diperoleh dari ibu. IgA tidak
terdapat pada saluran pernapasan, traktus urinarius, dan GIT. IgA akan ada pada GIT
jika bayi mendapatkan ASI. Bayi baru mensintesis IgG dan mencapai 40% kadar IgG
orang dewasa pada usia 9 bulan. IgA, IgD, dan IgE diproduksi secara bertahap dan
tidak mencapai kadar optimal pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang mendapatkan
ASI mendapat imunitas pasif dari kolostrum dan ASI(Saifudin, 2009)..
11. Sistem musculoskeletal
Pertumbuhan tulang terjadi chepalocaudal. Kepala mempunyai panjang ¼ dari
panjang badan bayi, dengan lengan lebih panjang sedikit dari kaki. Ukuran dan
bentuk kepala dapat sedikit berubah akibat penyesuaian dengan jalan lahir. Ubun-
ubun (fontanel) anterior teraba lunak akan menutup pada bulan ke 12-18. Lingkar
kepala bervariasi 33-37 cm. vertebra harus dicek adanya dimple (bengkok), mungkin
berhubungan dengan spina bifida (Saifudin, 2009).
12. Sistem Reproduksi
a. Wanita
1) Ovarium sudah berisi ribuan sel-sel primitive (folikel primordial).
2) Peningkatan estrogen selama kehamilan didikuti dengan penurunan yang
tiba-tiba saat kelahiran menyebabkan terjadinya pengeluaran darah atau
mucus dari vagina disebut pseudomenstruasi.
3) Genetalia eksterna edema dan hiperpigmentasi.
4) Labia mayor dan minor sudah menutupi vestibulum.
5) Vernix caseosa terdapat di kedua labia.
b. Pria
1) Testis sudah turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.
2) Spermatogenesis belum terjadi, baru terjadi saat pubertas.
3) Preputium bisa berisi smegma yaitu suatu substansi putih seperti keju
4) Sering terjadi hidroceles yaitu akumulasi cairan disekitar testis, bisa
sembuh sendiri.

(Saifudin, 2009)

13. Reflex pada Bayi Baru Lahir


a. Reflek Moro
Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan
mendadak. Refleksnya simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama setelah
lahir. Tidak adanya refleks moro menandakan terjadinya kerusakan atau
ketidakmatangan otak.
b. Refleks Rooting / Refleks Dasar
Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut, bayi
akan menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka mulutnya siap untuk
menghisap.
c. Refleks Menyedot dan Menelan / Refleks Sucking
Berkembang dengan baik pada bayi normal dan dikoordinasikan dengan
pernafasan. Ini penting untuk pemberian makan yang aman dan gizi yang
memadai.
d. Refleks Mengedip dan Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma.
e. Refleks Graphs / Plantar
Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari atau pensil di
dalam telapak tangan bayi yang akan menggenggam dengan erat. Reaksi yang
sama dapat ditunjukkan dengan membelai bagian bawah tumit (genggam
telapak kaki).
f. Refleks Walking / Berjalan dan Melangkah
Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh permukaan yang rata,
bayi akan terangsang untuk berjalan.
g. Refleks Tonik Neck
Pada posisi terlentang lengan disamping tubuh tempat kepala menoleh
kearah itu terulur sedangkan lengan sebelah terkulai.
h. Refleks Tarik
Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai ke
belakang lalu bergerak ke kanan sesaat sebelum akhirnya tertunduk ke arah
depan

(Saifudin, 2009)

2.1.6 Tatalaksana Bayi Baru Lahir

Tatalaksana bayi baru lahir meliputi:

1. Asuhan bayi baru lahir pada 0-6 jam:


a. Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah lahir, dan
diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan yang sama.
b. Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan dengan
ibunya atau di ruangan khusus.
c. Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami.
2. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari:
a. Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di puskesmas/
pustu/ polindes/ poskesdes dan/atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga
kesehatan.
b. Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi didampingi ibu atau
keluarga pada saat diperiksa atau diberikan pelayanan kesehatan.

(Hidayat, 2008)

Maryanti,dkk (2011) menguraikan dalam bukunya perencanaan asuhan dalam


perawatan dasar bayi meliputi pemberian nutrisi yaitu dengan memberikan ASI
sesering mungkin sesuai kebutuhan bayi setiap 2-3 jam, sampai bayi berumur 6 bulan
(ASI Eksklusif). Secara alamiah menyusui bayi adalah cara yang terbaik dalam
memenuhi kebutuhan gizi bayi, hal ini menimbulkan hubungan yang sangat penting
untuk pertumbuhan psikologis bayi yang sehat. Selanjutnya pemberian ASI diberikan
hingga anak berusia 2 tahun, dengan penambahan makanan lunak atau padat yang
disebut makananpendamping ASI (MPASI). Kemudian memandikan bayi, untuk
meandikannya pakailah air yang cukup hangat karena suhu tubuh bayi terpengaruh
dan mudah berubah, saat melakukan persiapan untuk memandikan bayi, siapkan
handuk bersih dan kering untuk mengeringkan bayi dan beberapa lembar kain atau
selimut untuk menyelimuti bai setelah dimandikan. Mandikan bayi secara cepat
dengan air yang bersih dan hangat, setelah itu segera keringkan bayi dengan
menggunakan handuk bersih dan kering. Kemudian pakaikan pakaian bayi dan segera
selimuti atau bedong bayi kembali, pastikan bagian kepala ditutupi dengan baik, dan
tempatkan bayi dengan ibunya di tempat tidur kemudian anjurkan ibu untuk
menyusui bayinya (Maryanti.dkk. 2011).

2.1.7 Lingkup Bayi Baru Lahir Normal

Menurut JNPK-KR/ POGI, APN (2009) asuhan segera, aman, dan bersih
untuk bayi baru lahir adalah :
1. Pencegahan Infeksi
a. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
b. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
c. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan terutama klem, gunting,
penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi
atau steril
d. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut, dan kain yang digunakan untuk
bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula dengan timbangan, pita
pengukur, termometer, stetoskop.
Menurut Maryanti, dkk (2011) pencegahan infeksi adalah suatu
penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru lahir, karena bayi baru
lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat melakukan penanganan bayi baru lahir
pastikan melakukan tindakan pencegahan infeksi dengan cara mencuci tangan
sebelum dan setelah melakukan penanganan pada bayi baru lahir, kemudian memakai
sarung tangan bersih pada saat menangani bayi baru lahir yang belum dimandikan,
dan memastikan semua peralatan yang dipakai atau digunakan untuk menangani bayi
baru lahir adalah steril, serta memastikan semua pakaianyang digunakan bayi baru
lahir dalam keadaan bersih.
Menurut Muslihatun (2010) ada beberapa upaya lain yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi baru lahir yaitu dengan cara merawat
tali pusat, agar luka bekas pemotongan tali pusat tetap bersih dan tidak terkena air
kencing atau kotoran bayi. Tali pusat dibungkus dengan kassa tipis yang steril dan
kering, kemudian dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan pada luka
talipusat karena dapat menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan
kematian neonatal. Selanjutnya pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir yaitu
dengan cara membersihkan kedua mata bayi segera setelah lahir dengan kapas atau
sapu tangan halus dan bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat, dalam waktu
satu jam setelah bayi lahir, kemudian berikan salep atau obat tetes mata untuk
mencegah oftalmia neonatorum (tetrasiklin 1%, Eritromision 0,5% atau Nitras argensi
1 %) dan biarkan obat yang ada disekitar mata jangan dihapus.
2. Penilaian awal
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
Jika bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap atau lemah maka
segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
3. Pencegahan kehilangan panas
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu tubuhnya, dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru
lahir harus dibungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan
akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi
harus dicatat. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) berisiko tinggi
untuk jatuh sakit atau meninggal. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat
rentan terhadap terjadinya hipotermi.
Pencegahan kehilangan panas:
a. Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan
ibu
b. Gantilah handuk/ kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan selimut
dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindungi dengan baik
untuk mencegah keluarnya panas tubuh
c. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit
4. Membebaskan jalan nafas
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat
b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih
lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke
belakang
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kassa steril
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain kering dan kasar
e. Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril,
tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
f. Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
g. Memantau dan mencatat usaha bernafas yang pertama (Apgar Score)
h. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus
diperhatikan.
5. Asuhan tali pusat
a. Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan
klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat
b. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya
c. Bilas tangan dengan air matang atau desinfeksi tingkat tinggi
d. Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih
dan kering
e. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang
desinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (desinfeksi tingkat tinggi
atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitkan secara mantap klem tali pusat
tertentu.
f. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali
pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci di bagian tali
pusat pada sisi yang berlawanan
g. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5%
h. Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian
kepala bayi tertutup dengan baik
6. Memulai pemberian ASI
Langkah Inisiasi Menyusu Dini pada persalinan normal :
a. Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin
b. Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa menghilangkan vernix,
kemudian tali pusat diikat.
c. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu
ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.
d. Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan biarkan bayi sendiri
mencari puting susu ibu.
e. Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku bayi sebelum
menyusu.
f. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal selama 1 jam; bila
menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi tetap di dada ibu sampai 1
jam
g. Jika bayi belum mendapatkan putting susu ibu dalam 1 jam posisikan bayi
lebih dekat dengan puting susu ibu, dan biarkan kontak kulit bayi dengan kulit
ibu selama 30 menit atau 1 jam berikutnya.
7. Pemberian prolaksis terhadap gangguan pada mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata perlu
diberikan pada jam pertama setelah persalinan.
Cara pemberian salep mata antibiotik :
a. Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir) kemudian keringkan
b. Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian
obat tersebut.
c. Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah.
d. Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang
paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata atau tetes
mata.
e. Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata
bayi.\
Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak
menghapusnya.
8. Penyuntikan vitamin K1
Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg
intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
Permasalahan pada Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK)
adalah terjadinya perdarahan otak yang umumnya terjadi pada bayi dalam
rentang umur 2 minggu sampai 6 bulan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya PDVK antara lain ibu yang
selama kehamilan mengkonsumsi obat-obatan yang mengganggu metabolisme
vitamin K seperti, obat antikoagulan oral (warfarin); obat-obat antikonvulsan
(fenobarbital, fenitoin, karbamazepin); obat-obat antituberkulosis (INH,
rifampicin); sintesis vitamin K yang kurang oleh bakteri usus (pemakaian
antibiotik, khususnya pada bayi kurang bulan); gangguan fungsi hati
(kolestasis); kurangnya asupan vitamin K dapat terjadi pada bayi yang
mendapat ASI eksklusif, karena ASI memiliki kandungan vitamin K yang
rendah yaitu <20 ug/L bila dibandingkan dengan susu sapi yang memiliki
kandungan vitamin K 3 kali lipat lebih banyak (60 ug/L). Selain itu asupan
vitamin K yang kurang juga disebabkan sindrom malabsorpsi dan diare
kronik.
9. Penyuntikan imunisasi Hb 0
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan
Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur
ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati.
Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian
Vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk
mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal (penularan
ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal (penularan dari orang lain).
Dengan demikian untuk mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus
diimunisasi Hepatitis B sedini mungkin. Penderita Hepatitis B ada yang sembuh
dan ada yang tetap membawa virus Hepatitis B didalam tubuhnya sebagai carrier
(pembawa) hepatitis. Risiko penderita Hepatitis B untuk menjadi carrier
tergantung umur pada waktu terinfeksi.
Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0 – 7 hari
karena:
a. Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B.
b. Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu
pembawa virus.
c. Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi Hepatitis
menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati
primer
d. Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75% bayi dari
penularan Hepatitis B.
10. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan
pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan
untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pemeriksaan
bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya, oleh
dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau
keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa.
Waktu pemeriksaan BBL:
a. Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)
b. Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)
c. Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)
d. Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)

Langkah langkah pemeriksaan:

a. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis).


b. Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan
tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut.
c. Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum dan
sesudah memegang bayi.

Tabel 2.3 Langkah – Langkah Pemeriksaan Pada Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan Fisik Keadaan Normal

• Posisi tungkai dan lengan fleksi.


Lihat postur, tonus dan aktivitas
• Bayi sehat akan bergerak aktif.
Wajah, bibir dan selaput lendir,
dada harus berwarna merah muda,
Lihat kulit
tanpa adanya kemerahan atau
bisul.

Hitung pernapasan dan lihat


• Frekuensi napas normal 40-60
tarikan dinding dada bawah kali per menit.
ketika bayi sedang tidak • Tidak ada tarikan dinding dada

menangis. bawah yang dalam

Hitung denyut jantung dengan Frekuensi denyut jantung

meletakkan stetoskop di dada kiri normal 120-160 kali per menit.

setinggi apeks kordis.

Lakukan pengukuran suhu ketiak Suhu normal adalah 36,5 -

dengan thermometer 37,5º C

• Bentuk kepala terkadang


asimetris karena penyesuaian
pada saat proses persalinan,
Lihat dan raba bagian kepala umumnya hilang dalam 48 jam.
• Ubun-ubun besar rata atau tidak
membonjol, dapat sedikit
membonjol saat bayi menangis.
Lihat mata Tidak ada kotoran/sekret

Bibir, gusi, langit-langit utuh

Lihat bagian dalam mulut: dan tidak ada bagian yang

terbelah.

 Masukkan satu jari yang Nilai kekuatan isap bayi. Bayi


menggunakan sarung tangan
akan mengisap kuat jari
ke dalam mulut, raba langit-
pemeriksa.
langit.
Lihat dan raba perut. Perut bayi datar, teraba lemas.

Tidak ada perdarahan,


pembengkakan, nanah, bau
Lihat tali pusat yang tidak enak pada tali
pusat.atau kemerahan sekitar tali
pusat

Lihat punggung dan raba tulang Kulit terlihat utuh, tidak terdapat
lubang dan benjolan pada tulang
Belakang belakang

Tidak terdapat sindaktili,


Pemeriksaan ekstremitas atas polidaktili, siemenline, dan
kelainan kaki (pes equino varus
dan bawah
dan vagus).

Lihat lubang anus

Terlihat lubang anus dan


Hindari memasukkan alat atau
periksa apakah mekonium
jari dalam memeriksa anus
sudah keluar.

Tanyakan pada ibu apakah bayi Biasanya mekonium keluar

sudah buang air besar dalam 24 jam setelah lahir.


 Bayi perempuan kadang terlihat
cairan vagina berwarna putih
atau kemerahan.
 Bayi laki-laki terdapat lubang
Lihat dan raba alat kelamin luar
uretra pada ujung penis.
• Tanyakan pada ibu apakah  Teraba testis di skrotum.
bayi sudah buang air kecil  Pastikan bayi sudah buang air
kecil dalam 24 jam setelah lahir.
 Yakinkan tidak ada kelainan alat
kelamin, misalnya hipospadia,
rudimenter, kelamin ganda
 Berat lahir 2,5-4 kg.
Timbang bayi
 Dalam minggu pertama, berat
 Timbang bayi dengan
bayi mungkin turun dahulu
menggunakan selimut, hasil
(tidak melebihi 10% dalam
penimbangan dikurangi berat
waktu 3-7 hari) baru kemudian
selimut
naik kembali.
Mengukur panjang dan lingkar  Panjang lahir normal 48-52 cm.
kepala bayi  Lingkar kepala normal 33-37cm.

(Hidayat, 2008)

2.1.6 Aplikasi Pengkajian Usia Gestasi

Resiko kemungkinan yang akan terjadi dapat diperkirakan berdasarkan usia


gestasi. Usia gestasi menurut Varney 2008 :

a. Kurang bulan : usia gestasi kurang dari 28 minggu


b. Cukup bulan: usia gestasi 38 sampai 42 minggu
c. Lewat bulan: usia gestasi lebih dari 42 minggu
Kemudian dihubungkan antara usia gestasi dan berat lahir dan dapat
digolongkan bayi baru lahir kedalam tiga kategori yakni :

a. Kecil Masa Kehamilan (KMK)


b. Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
c. Besar Masa Kehamilan (BMK)
Dengan mengombinasikan kategori usia gestasi dengan kategori berat lahir,
dapat menggolongkon BBL kesalah satu dari Sembilan kategori berikut:
a. Kurang bulan, kecil masa kehamilan
b. Kurang bulan, sesuai masa kehamilan
c. Kurang bulan, besar masa kehamilan
d. Cukup bulan, kecil masa kehamilan
e. Cukup bulan, sesuai masa kehamilan
f. Cukup bulan, besar masa kehamilan
g. Lewat bulan, kecil masa kehamilan
h. Lewat bulan, sesuai masa kehamilan
i. Lewat bulan, besar masa kehamilan

Setelah secara akurat menggolongkan bayi baru lahir, bidan dapat


menggunakan penilaian dengan menggunakan Skala Ballard Baru (SBB) bertujuan
untuk melihat maturitas neuromuscular dan kematang fisik.
2.1 Skala Ballard Baru (SBB) Varney (2008).

Bidan dapat menyusun rencana untuk masalah yang mungkin terjadi terkait
dengan berat lahir serta usia gestasi bayi baru lahir melalui pemeriksaan Skala
Ballard Baru (SBB).
1. Penilaian Maturitas Neuromuskular
a. Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya
tahanan saat otot diregangkan. Ketikapematangan berlangsung, berangsur-angsur
janin mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana
ekstremitas bawah sedikit lebihawal dari ekstremitas atas. Pada awal kehamilan
hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi bersamaan dengan
pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti dengan abduksi siku, lalu
fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat perlawanan,
sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan tonus fleksi
pasif yang progresif. Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan
pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi
ditemukan terlentang, dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan
memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi
menemukan posisi dasar kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan
gambaran seperti posisi kaki kodok (Maryati, 2011).
b. Square Window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan
ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa
meluruskan jari-jari bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari
dengan lembut. Hasil sudut antara telapak tangan dan lengan bawah bayi dari
preterm hingga posterm diperkirakan berturut-turut > 90 °, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °,
dan 0 (Maryati, 2011).
c. Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan
mengukur sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm
recoil dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan
bayi,fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan
kedua lengan dan lepaskan.Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan
tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 °, Skor 2: fleksi parsial
110-140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan Skor 4: kembali ke fleksi penuh
(Maryati, 2011)..
d. Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji
resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan
tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk
penuh.Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan
lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan yang lain.
Jangan memberikan tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu
interpretasi. Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi.
Ukur sudut yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat
bahwa pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif
sebelum melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu
maneuver ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan
fleksor berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi
(Maryati, 2011)..
e. Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring
telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong
tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi
lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati
badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap
lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar
kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1);garis aksila kontralateral (0); kontralateral
baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan garis aksila
ipsilateral (4) (Maryati, 2011)..
f. Heel to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul
denganmemberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor
pinggul.Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan
telunjuk,tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul
padapermukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat
ekstensi lutut (bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji mencatat lokasi
dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit ketika
berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah
pusar (3);dan lipatan femoralis (4) (Maryati, 2011).
2. Penilaian Maturitas Fisik
a. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya
bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix
caseosa. Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau
mengelupas dan dapat timbul ruam selama pematangan janin. Fenomena ini bias
terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung pada
pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum perkembangan lapisan
epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan lengket ke jari
pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus, menebal
dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang akhir
kehamilan. pada keadaan matur dan pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium
dalam cairan ketuban. Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit,
menyebabkan mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi, sepeti sebuah perkamen (Maryati,
2011)..
b. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme
prematurity kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia
gestasi 24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan
punggung atas ketika memasuki minggu ke 28. Lanugo mulai menipis dimulai dari
punggung bagian bawah. Daerah yang tidak ditutupi lanugo meluas sejalan dengan
maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat di daerah lumbosakral. Pada
punggung bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi lanugo. Variasi jumlah dan lokasi
lanugo pada masing-masing usia gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan,
keadaan hormonal, metabolik, serta pengaruh gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu
dengan diabetes mempunyai lanugo yang sangat banyak. Pada melakukan skoring
pemeriksa hendaknya menilai pada daerah yangmewakili jumlah relatif lanugo bayi
yakni pada daerah atas dan bawah daripunggung bayi (Maryati, 2011).
c. Permukaan Plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini
kemungkinanberkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras
selain kulitputih mempunyai sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi
lain pada bayi kulit hitam dilaporkan terdapat percepatan maturitas neuromuskular
sehingga timbulnya garis pada telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun
demikian penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak didasarkan atas ras atau
etnis tertentu. Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis
pada telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan
permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. Untuk
jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm
diberikan skor -1. Hasil pemeriksaan disesuaikan dengan skor di tabel (Maryati,
2011).
d. Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi
esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin.
Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat
pertumbuhan papila Montgomery. Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di
bawah areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam
milimeter 9 (Maryati, 2011)..
e. Mata/Telinga
Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring
perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi
ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah
kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya daun telinga
ketika dilepaskan ke posisi semulanya Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan
tetap terlipat ketika dilepaskan. Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan
berdasarkan perkembangan palpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan
palpebra superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada
bayi extremely premature palpebara akan menempel erat satu sama lain. Dengan
bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu sisi
dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya. Hasil pemeriksaan pemeriksa
kemudian disesuaikan dengan skor dalam tabel. Perlu diingat bahwa banyak terdapat
variasi kematangan palpebra pada individu dengan usia gestasi yang sama. Hal ini
dikarenakan terdapat faktor seperti stress intrauterin dan faktor humoral yang
mempengaruhi perkembangan kematangan palpebra (Maryati, 2011)..
f. Genital (Pria)
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang
lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada
sekitar minggu ke 32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis
bagian atas atau bawah pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan. Bersamaan dengan
itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan membentuk rugae. Testis dikatakan telah
turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona berugae. Pada nenonatus extremely
premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis kelaminnya.
Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum biasanya seperti
pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika berbaring. Pada cryptorchidismus
scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik, dengan rugae yang lebih sedikit
jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia kehamilan yang sama
(Maryati, 2011)..
g. Genital (wanita)
Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus
harusdiposisikan telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45° dari garis
horisontal. Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris
tampak lebih menonjol sedangkan aduksi menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia
majora 9. Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris sangat menonjol
dan menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya maturitas fisik, klitoris
menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Mendekati
usia kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi
oleh labia majora yang membesar. Labia majora tersusun atas lemak dan
ketebalannya bergantung pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat
menyebabkan labia majora menjadi besar pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang
kurang menyebabkan labia majora cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan
matur atau posmatur dan labia minora serta klitoris cenderung lebih menonjol
(Maryati, 2011).
3. Interpretasi Hasil
Masing-masing hasil penilaian baik maturitas neuromuskular maupun
fisikdisesuaikan dengan skor di dalam tabel dan dijumlahkan hasilnya. Interpretasi
hasil dapat dilihat pada tabel skor (Maryati, 2011).

2.1.7 Perilaku Bayi Baru Lahir

a. Pola Prilaku
Bayi baru lahir berada dalam periode ketidakstabilan perilaku. Pada saat orang
tua mampu mnegenali pola prilaku bayi, pola tersebut telah berubah. Sebuah prinsip
yang akurat berdasarkan pengalaman untuk bulan pertama kehidupan adalah “tidak
ada pola”. Bayi baru lahir memiliki dua kategori perilaku yang utama : Periode
terjaga dan periode tidur. Walaupun banyak peneliti lebih jauh mengkarakteristikan
kedua kategori ini, Brazelton mengembangkan skema klasifikasi yang paling umum,
mencatat enam status perilaku bayi baru lahir. Status terjaga tersebut meliputi
menangis, banyak aktivitas motoric, sadar, dan mengantuk. Status tidur meliputi tidur
aktif (ringan) dan tidur malam. Pengetahuan tentang status perilaku bayi bermanfaat
baik bagi bidan maupun orang tua. Kemampuan bayi baru lahir untuk makan dan
berhubungan secara visual dengan lingkungan adalah perilaku yang paling menonjol
dalam status sadar, itu juga merupakan waktu yang optimal untuk memeriksa
beberapa refleks. Namun, bayi baru lahir cukup bulan meluangkan kurang lebih
hanya 15 persen keseluruhan waktu mereka pada status terjaga (Varney, 2008).
b. Pengaturan prilaku
Setiap bayi menunjukkan kemampuan yang unik untuk bereaksi terhadap
stimulasi yang diberikan oleh lingkungan dan fungsi-fungsi tubuhnya. Bayi memiliki
kemampuan yang bervariasi dalam menghadapi stimulus ini. Dalam waktu yang
singkat, orang tua dan tenaga kesehatan mencirikan bayi baru lahir sebagai “tenang”
atau “aktif”.Bayi baru lahir paling baik belajar dalam keadaan terjaga. Oleh karena
itu, kemampuan bayi baru lahir untuk mengatur dirinya sendiri supaya bias
meluangkan lebih banyak waktu dalam status terjada sangat penting.Kadang kala,
intervensi orang tua dalam bentuk membangunkan bayi atau mengurangi stimulus
lingkungan mungkin menjadi sangat penting jika bayi baru lahir diharapkan mencapai
status terjaga. (Varney, 2008 ).
c. Kemampuan Sensori
Petunjuk Prilaku Saraf (Neurobehavioral) Bayi

Petunjuk Distress/ Disintegritas Petunjuk Kestabilan /integritas

Bradikardi, apnea Menatap wajah


Frekuensi jantung atau napas cepat Tersenyum
Mendengkur Mengeluarkan suara
Mengeluarkan feses Postur pada saat diberi makan
Kulit berbintik-bintik Fleksi lengan dan tungkai
Warna gelap Mata awas
Sianosis Frekuensi jantung stabil
Tremor Frekuensi pernapasan
Jari-jari merenggang Stabil
Jari-jari terpaut Gerakan halus
Melengkung (Arching) Tangan ke mulut
Wajah terlalu-waspada Jari melipat
Wajah menyeringai Kondisi transisi berjalan lancer
Ektermitas ekstensi Mengisap dan menggerakan mulut
Tatapan yang menjengkelkan Dapat dihibur/ ditenangkan
Mata tertutup Wajah “ooh”
Rahang kendur Sadar
Mulut terbuka Kontak mata ke mata
Lidah menjulur keluar Menggenggam
(Thrusting)
Mendesah
Regurgitasi
Gelisah
Flaksid
Muntah
Tangan ke telinga
Wajah khawatir
Perubahan kondisi yang cepat
Eyes floating
Menatap
Hiperekstensi
Mata berkaca-kaca
Protrusi lidah
Kemerahan
Cegukan
Terkejut
Menguap
Flaksiditas
Bersin

(Varney, 2008)

Penelitian selama 30 tahun terakhir telah menunjukkan bahwa kemampuan


bayi baru lahir dalam menggunakan kelima indera jauh lebih berkembang daripada
yang diperkirakan sebelumnya. Kemampuan sensori terkait sangat erat dengan usia
gestasi. Terdapat peningkatan dramatis pada stimulasi sensori segera setelah lahir
kelahiran yang dapat mengakibatkan keletihan pada neonatus, yang ditunjukkan
dengan bayi menjadi rewel atau menunjukkan perilaku menjengkelkan. Saat cukup
bulan, bayi baru lahir memperlihatkan kemampuan untuk menatap dan mengikuti
jalannya objek. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa bayi baru lahir sangat
menyukai pola garis-garis. Selama bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir menjadi
sangat tertarik pada pola-pola dengan kontur yang menyerupai wajah manusia.
Kemampuan untuk melihat warna terbatas pada mulanya sehingga bayi baru lahir
lebih tertarik dengan pola berwarna hitam, putih atau warna-warna mencolok, seperti
merah. Bayi baru lahir ketika terjaga akan meluangkan waktu beberapa menit untuk
menetap pola-pola. Dalam minggu pertama, bayi baru lahir juga menunjukkan
kemampuan untuk meniru ekspresi wajah manusia (Varney, 2008).

BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
BAYI BARU LAHIR CUKUP BULAN SESUAI MASA
KEHAMILAN USIA 2 JAM

No. Register : 2537-1


Tanggal Pengkajian : 06 Maret 2022
Pukul : 04.30 WITA
Tempat : Kamar Bersalin Puskesmas Kepanjen

1. Pengkajian Data Dasar


A. Data Subjektif
1) IdentitasBayi
Nama bayi : Bayi Ny. N

Umur : 2 jam

Jenis kelamin : Perempuan

Anak ke : 3 (tiga)

Alamat : Kepanjen 2/4

2) Keluhan Utama
Tidak ada keluhan

3) Riwayat Kehamilan dan Persalinan Ibu


 Riwayat Prenatal
a) Riwayat ANC :Dari buku KIA dapat terkaji bahwa ibu telah melakukan ANC
8x. Trimester I 1 x pada di BPM, trimester II 4x, 3x di BPM dan 1x di
Puskesmas Kepanjen, dan trimester III 3x di Puskesmas Kepanjen. Saat
trimester 1 ibu mengeluh pusing dan diberikan obivit 2 oleh bidan. Kemudian
saat trimester 2 ibu mengeluh ulu hati perih dan pusing kemudian diberi
prenatal DHA, calcifar plus, Fe, kalk, dan B1 oleh bidan. Saat trimester 3 ibu
mengeluh sesak kemudian diberi antasid, vitamin B6, kalk, dan Fe oleh bidan.
b) Gerakan janin pertama kali :saat usia kehamilan 4 bulan sekitar pertengahan
Januari.
c) Pola kebiasaan ibu:ibu mengatakan tidak pernah merokok, suami pun tidak
merokok, ibu tidak mengonsumsi narkoba ataupun jamu, tidak ada tradisi
khusus dalam keluarga, dan keluarga tidak memelihara hewan peliharaan.
d) Status TT :Ibu mengatakan telah imunisasi 5x, saat bayi, SD, dan sebelum
menikah.
 Riwayat Natal
Ibu melahirkan pada usia kehamilan39 – 40minggu dengan persalinan normal
tanpa penyulit, keadaan bayi segera setelah lahir normal atau tidak ada penyulit, kulit
berwarna kemerahan, bergerak aktif, menangis kuat, bernafas spontan, tidak ada
kecacatan dengan nilai Apgar Skor 9-10.

4) Pola Fungsi Kesehatan


Bayi bersama ibu, bayi sehat, tidak ada keluhan, tidak ada kelainan.

a) Pola Nutrisi
Segera setelah lahir bayi dilakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dan berhasil
dalam waktu 1 jam. Kemudian bayi dilakukan pemeriksaan fisik, setelah itu bayi
disusui kembali selama 20 menit.

b) Data Eliminasi
Bayi sudah BAB 1x setelah 1,5 jam lahir berwarna hijau coklat, lembek.

c) Data Aktivitas
Tangan dan kaki bergerak simetris, menangis.

d) Data Personal Hygiene


Bayi sudah ganti popok kain 1x, dan kassa tali pusat sudah diganti1x, namun bayi
belum dimandikan.

B. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : bayi menangis, gerakan aktif simetris
 TTV      
 Suhu : 36,5°C
 Pernafasan : 48 kali per menit
 Nadi : 142 kali per menit
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit : berwarna kemerahan,lembab, terdapat verniks di seluruh permukaan
kulit, terdapat rambut lanugo.
2) Kepala : berbentuk bulat, simetris, tidak ada caput succedaneum ataupun cefal
hematoma, sutura berdekatan, fontanel anterior tidak cekung atau cembung
3) Wajah : kemerahan, tidak ada oedema dan kelainan
4) Mata : sklera putih dan konjungtiva merah muda
5) Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung, simetris, nares paten, terdapat
lubang hidung, tidak ada pengeluaran sekret
6) Mulut : mukosa mulut atau bibir berwarna merah muda, simetris, dan
lembab, frenulum tidak pendek, tidak ada labioskizis, palatoskizis, ataupun
labiopalatoskizis
7) Telinga : simetris, puncak pina telinga sejajar dengan epicantus mata, tulang
rawan telah terbentuk sempurna dan kembali cepat jika ditekuk, terdapat lubang
telinga
8) Leher : ukuran fisik leher proposional dengan panjang badan bayi, tidak ada
mebneck, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar
limfe dan tidak ada bendungan vena jugularis, tidak terdapat bunyi krepitus pada
klavikula
9) Dada :
- Inspeksi : putting simetris, tidak ada retraksi dinding dada
- Palpasi : tidak terdapat bunyi krapitus pada thoraks
- Auskultasi : tidak terdengar ronchi, rales, wheezing, maupun murmur
10) Abdomen : Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, tidak ada hernia diafragma, terdengar
bising usus
11) Umbilikus : Tali pusat bersih, basah, tidak ada pendarahan, terdapat 1 vena dan 2
arteri, tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
12) Punggung : Tidak terdapat spina bifida
13) Genetalia :bersih, labia mayor telah menutupi labia minor, tidak ada sekresi
mucus keputihan, terdapat lubang uretra dan lubang vagina, bayi belum BAK.
14) Anus : Tidak ada atresia ani, bayi sudah BAB 1x berwarna hijau kehitaman
(mekonium sudah keluar), lembek
15) Ekstremitas :
- Atas : Warna kemerahan, gerakan aktif, akral hangat, tidak ada polidaktili
ataupun sindaktili pada kedua tangan
- Bawah : Warna kemerahan, gerakan aktif, akral hangat, tidak ada polidaktili
ataupun sindaktili pada kedua kaki
16) Refleks :
- Reflek moro : baik - Reflek babinski : baik
- Reflek rooting : baik - Reflek palmar grasping : baik
- Reflek sucking : baik - Reflek plantar grasping : baik
- Reflek swalowwing : baik

c. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Antropometri
PB : 52 cm
BB : 3500 gram
LD : 35 cm
LK : 35 cm
LILA : 14 cm

1. Interpretasi Data Dasar


1. Diagnosa Aktual :
Bayi baru lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 jam

Data Dasar :

a. Data Subjektif :Bayi perempuan lahir spontan pada jam 02.30 WITA di kamar
bersalin Puskesmas Kepanjen kulit kemerahan, menangis kuat, bernafas spontan,
dan tidak ada kelainan.
b. Data Objektif : Berat badan 3500 gram, panjang badan 52 cm, umur kehamilan
39-40 minggu, bayi segera menangis setelah lahir, bergerak aktif, kulit
kemerahan, menghisap ASI dengan baik, tidak ada cacat bawaan
2. Masalah : resiko hipotermia
3. Kebutuhan : menjaga kehangatan dan pemberian ASI setiap 2 jam

III. Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial


Tidak ada
IV. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera / Kolaborasi
Tidak ada.

V. Intervensi
Intervensi/perencanaan

1. Lakukan pencegahan infeksi yang berkaitan dengan asuhan BBL (cuci tangan
sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi; pakai sarung tangan bersih; alat
resusitasi yang steril; pakaian, handuk, selimut, alat timbangan, stetoskop,
termometer, pita pengukur bersih)
R/ Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau
kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun
beberapa saat setelah lahir.
2. Lakukan pencegahan kehilangan panas (keringkan bayi dengan seksama; selimuti
bayi dengan selimut atau kain hangat; selimuti bagian kepala bayi; anjurkan ibu
untuk memeluk dan menyusui bayinya; jangan segera menimbang atau
memandikan bayi baru lahir; tempatkan bayi di lingkungan hangat)
R/ mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi
sempurna. Oleh karena itu jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermi. Bayi
dengan hipotermi sangat berisiko tinggi untuk mengalami kesakitan berat atau
bahkan kematian. Hipotermi mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam
keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di
dalam ruangan yang relatif hangat.

3. Lakukan perawatan tali pusat


R/ deteksi dini adanya kelainan pada saluran pencernaan dan organ-organ genetalia
seperti uretra dan anus

4. Lakukan pemberian ASI pertama kali (Inisiasi Menyusui Dini)

R/ prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru lahir
harus mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi setelah tali pusat diklem
dan dipotong. Beritahu bahwa penolong akan selalu membantu ibu untuk
menyusukan bayi setelah plasenta lahir dan memastikan ibu dalam kondisi baik
(termasuk menjahit laserasi). Keluarga dapat membantu ibu untuk memulai
pemberian ASI lebih awal.

5. Berikan salep mata bayi tetrasiklin 0.1% di kedua mata bayi


R/ Mencegah dari infeksi mata selama melewati jalan lahir

6. Berikan injeksi vitamin K yang diberikan secara intramuscular sebanyak 1 mg (0,5


cc) di 1/3 paha kiri atas bagian luar.
R/ Vitamin K mencegah defisiensi vit K yang dapat menyebabkan perdarahan
pada otak
7. Diskusikan dan berikan KIE pada ibu mengenai perawatan tali pusat, personal
hygiene, cara menjaga kehangatan bayi, cara menyusui yang benar, asi eksklusif,
dan tanda bahaya bayi baru lahir.
R/ Ibu mengerti mengenai segala hal yang berhubungan dengan bayi baru lahir
akan membuat ibu kooperatif untuk melakukan KIE yang diberikan

a. Cara perawatan tali pusat yaitu mempertahankan tali pusat tetap kering,
membersihkan tali pusat dengan air bersih, dan membungkus dengan kasa
bersih dan kering/steril setiap kali mandi
b. Personal Hygiene
 Cara merawat bayi BAK/BAB :
- Membersihkan dengan tissu/kain basah dari dalam ke luar untuk mencegah
infeksi saluran kemih
- Mengeringkan
- Mengganti dengan popok/pampers yang bersih
 Cara memandikan bayi yakni :
- Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada
tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh
bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering
untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
- Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
- Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
- Pakaikan pakaian bayi dan usahakan untuk memberi topi pada bayi.
c. Cara menjaga kehangatan bayi
- Bayi jangan diletakkan di meja/tempat yang terbuat dari besi, di dekat jendela
terbuka, dan mendapat aliran kipas angin langsung/suhu AC antara 18 - 21ºC
- Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu
d. Cara menyusui yang benar.
- Ibu harus dalam keadaan emosi yang baik yakni senang dan ikhlas.
- Ambil posisi yang nyaman.
- Jika dengan duduk, letakkan kepala pada siku, pegang bokong bayi dengan
telapak tangan yang digunakan untuk memangku bayi, tangan yang bebas
mengendalikan payudara agar tidak menutupi hidung bayi sehingga bayi tetap
bisa bernafas.
- Perlekatan mulut harus mengenai bagian areola/bagian hitam yang melingkari
puting ibu karna saluran air susu terletak pada bagian areola.
- Jika hendak melepas puting, masukan jari kelingking ke dalam mulut bayi
untuk menghindari puting lecet.
e. ASI eksklusif.
- ASI Eksklusif diberikan selama 6 bulan tanpa makanan pengganti ASI,
termasuk air putih sekalipun.
- Keuntungan ASI eksklusif :
 Makanan terbaik bagi bayi
 Merangsang produksi ASI
 Memperkuat reflek menghisap bayi
 Menjalin kedekatan ibu dan bayi
 Memberikan kekebalan pasif melalui colostrum
 Membantu proses kembalinya kandungan ke ukuran ebelum hamil
f. Tanda bahaya BBL : Sulit benafas, badan bayi hangat, kulit bayi berwarna
kuning, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah, Tali pusat –
merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah, tidakBAK (pipis) dalam 24
jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja, bayi
menggigil, atau tangis tidak biasa, kejang, dan tidak bisa tenang,
8. Berikan injeksi vaksin Hepatitis B yang diberikan secara intramuscular 1-2 jam
setelah pemberian injeksi vitamin K, diberikan di paha kanan atas bagian luar.
R/ Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke
bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati.
9. Anjurkan ibu untuk kontrol pada hari ke 3 untuk pemberian imunisasi polio
R/ Diharapkan ibu akan datang untuk kontrol/ kunjungan ulang tepat waktu.
VI. Implementasi
1. Melakukan pencegahan infeksi yang berkaitan dengan asuhan BBL (cuci tangan
sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi; pakai sarung tangan bersih; alat
resusitasi yang steril; pakaian, handuk, selimut, alat timbangan, stetoskop,
termometer, pita pengukur bersih)
E/ Petugas mencuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi; pakai
sarung tangan bersih; alat resusitasi yang steril; pakaian, handuk, selimut, alat
timbangan, stetoskop, termometer, pita pengukur bersih
2. Melakukan pencegahan kehilangan panas (keringkan bayi dengan seksama;
selimuti bayi dengan selimut atau kain hangat; selimuti bagian kepala bayi;
anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya; jangan segera menimbang
atau memandikan bayi baru lahir; tempatkan bayi di lingkungan hangat)
E/ Mengeringkan bayi dengan seksama; selimuti bayi dengan selimut atau kain
hangat; selimuti bagian kepala bayi; anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui
bayinya; jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir; tempatkan
bayi di lingkungan hangat
3. Melakukan perawatan tali pusat (ditutup dengan kassa steril kering)
E/ Petugas melakukan perawatan tali pusat
4. Melakukan pemberian ASI pertama kali (Inisiasi Menyusui Dini) pada jam 02.32
WITA segera setelah bayi lahir
 Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya kecuali kedua
tangannya. Verniks pada kulit bayi sebaiknya dibiarkan saja.
 Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan
kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam
atau setelah menyusu awal selesai.  Keduanya diselimuti.  Jika perlu, gunakan
topi bayi.
 Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke putting susu.
 Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku
bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu
jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu.
Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya
selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu
jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam,
biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu
pertama.
E/ Ibu mengikuti anjuran bidan
5. Memberikan salep mata bayi tetrasiklin 0.1% di kedua mata bayi pada jam 03.30
WITA.
E/ Bayi telah diberikan salep mata
6. Memberikan injeksi vitamin K yang diberikan secara intramuscular sebanyak 1 mg
di 1/3 paha kiri atas bagian luar pada jam 03.30 WITA.
E/ Bayi telah diberikan injeksi vit K
7. Mendiskusikan dan memberikan KIE pada ibu mengenai perawatan tali pusat,
personal hygiene, cara menjaga kehangatan bayi, cara menyusui yang benar, ASI
eksklusif, dan tanda bahaya bayi baru lahir.
 Cara perawatan tali pusat yaitu mempertahankan tali pusat tetap kering,
membersihkan tali pusat dengan air bersih, dan membungkus dengan kasa
bersih dan kering/steril setiap kali mandi
 Personal Hygiene
 Cara merawat bayi BAK/BAB :
- Membersihkan dengan tissu/kain basah dari dalam ke luar untuk
mencegah infeksi saluran kemih
- Mengeringkan
- Mengganti dengan popok/pampers yang bersih
 Cara memandikan bayi yakni :
- Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada
tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan
tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan
kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
- Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
- Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
- Pakaikan pakaian bayi dan usahakan untuk memberi topi pada bayi.
 Cara menjaga kehangatan bayi
- Bayi jangan diletakkan di meja/tempat yang terbuat dari besi, di dekat
jendela terbuka, dan mendapat aliran kipas angin langsung/suhu AC antara
18 - 21ºC
- Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu
 Cara menyusui yang benar.
- Ibu harus dalam keadaan emosi yang baik yakni senang dan ikhlas.
- Ambil posisi yang nyaman.
- Jika dengan duduk, letakkan kepala pada siku, pegang bokong bayi
dengan telapak tangan yang digunakan untuk memangku bayi, tangan
yang bebas mengendalikan payudara agar tidak menutupi hidung bayi
sehingga bayi tetap bisa bernafas.
- Perlekatan mulut harus mengenai bagian areola/bagian hitam yang
melingkari puting ibu karna saluran air susu terletak pada bagian areola.
- Jika hendak melepas puting, masukan jari kelingking ke dalam mulut bayi
untuk menghindari puting lecet.
 ASI eksklusif.
- ASI Eksklusif diberikan selama 6 bulan tanpa makanan pengganti ASI,
termasuk air putih sekalipun.
- Keuntungan ASI eksklusif :
 Makanan terbaik bagi bayi
 Merangsang produksi ASI
 Memperkuat reflek menghisap bayi
 Menjalin kedekatan ibu dan bayi
 Memberikan kekebalan pasif melalui colostrum
 Membantu proses kembalinya kandungan ke ukuran ebelum hamil
 Tanda bahaya BBL : Sulit benafas, badan bayi hangat, kulit bayi berwarna
kuning, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah, Tali pusat –
merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah, tidakBAK (pipis) dalam
24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja, bayi
menggigil, atau tangis tidak biasa, kejang, dan tidak bisa tenang,
E/ Bayi telah dimandikan, dikeringkan, dan dibedong
8. Memberikan injeksi vaksin Hepatitis B yang diberikan secara intramuscular 1-2
jam setelah pemberian injeksi vitamin K, diberikan di paha kanan atas bagian luar.
E/ Bayi telah diberikan injeksi HB 0
9. Menganjurkan ibu untuk kontrol pada hari ke 3 untuk pemberian imunisasi polio
E/ Ibu mengerti dan bersedia

VII. Evaluasi
Tanggal : 06 Maret 2022 Jam : 08.30
WITA

S (SUBJEKTIF) O (OBJEKTIF) A (ASSESMENT) P (PLANNING)

Ibu mengatakan Keadaan umum: Bayi baru lahir 1. Memandikan


bayi bergerak aktif, baik, kesadaran cukup bulan sesuai bayi dengan
menetek kuat. komposmentis masa kehamilan menggunakan
usia 6 jam air hangat
 Suhu
E/ Bayi telah
: 36,5°C
dimandikan,
 HR
dikeringkan, dan
: 135
dibedong.
x/menit
2. Menganjurkan
 Respirasi
ibu untuk
: 50 x/menit melanjutkan
pemberian ASI
secara on
demand yaitu
setiap 2 jam
selama ± 20
menit untuk
kebutuhan
nutrisi bayi.
E/ Ibu
melanjutkan
menyusui
bayinya dan
akan melakukan
menyusui
bayinya di
rumah setiap 2
jam.
3. Menganjurkan
ibu untuk
melakukan ASI
eksklusif pada
bayinya selama
6 bulan
kemudian
dilanjutkan
menyusui
anaknya hingga
anak berusia 2
tahun disertai
dengan makanan
pendamping ASI
setelah usia bayi
6 bulan.
E/ Ibu akan
mengikuti
anjuran bidan.
4. Menjelaskan
pada ibu
mengenai
perawatan bayi
sehari dan
mengajarkannya
cara menyusui
yang benar, cara
menjaga bayi
tetap hangat dan
merawat tali
pusat bayi.
E/ Ibu paham
dan mampu
melakukan apa
yang diajarkan
bidan.
5. Memberitahu
ibu dan bayi
sudah
diperbolehkan
pulang
E/ Ibu siap-siap
pulang.
6. Menganjurkan
ibuuntuk kontrol
3 hari lagiuntuk
memeriksa
kondisi bayi dan
pemberian
imunisasi polio
pada tanggal 09
Maret 2022
7. E/ Ibu bersedia
kontrol 3 hari
lagi tanggal 09
Maret 2022
BAB V
PEMBAHASAN

Bab pembahasan akan menjelaskan kesesuaian antara teori yang ada dengan
tinjauan kasus pada By Ny. “N” Bayi baru lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan
usia 2 jam. Pemaparan akan dilakukan menggunakan langkah-langkah dalam
manajemen kebidanan yaitu pengkajian, interpretasi data dasar, diagnosa potensial,
identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi. Pembahasan ini
dimaksudkan agar diambil suatu simpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan
yang ditemukan, sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan
asuhan kebidanan yang tepat, efektif, dan efisien khususnya pada asuhan kebidanan
pada bayi baru lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 jam.

5.1 PENGKAJIAN DAN ANALISA DATA DASAR

Pengkajian pada kasus ini dimulai tanggal 5 Juli 2017 pukul 04.30 WITA.
Pengkajian data dasar sudah dilakukan dengan tepat sesuai dengan teori, pada data
subyektif, pengkajian sudah dilakukan secara menyeluruh dan terfokus, di awali
dengan keluhan utama, selanjutnya dilakukan pengkajian pada riwayat kehamilan dan
persalinan ibu dan pola fungsi kesehatan bayi.Untuk pengkajian riwayat kehamilan
dan persalinanibuserta pola fungsi kesehatan bayi dikaji untuk mengetahui adanya
kemungkinan resiko yang akan dan sedang terjadi pada bayi baru lahir.
Pada riwayat natal ibu melahirkan pada usia kehamilan 39 – 40 minggu
dengan persalinan normal tanpa penyulit, keadaan bayi segera setelah lahir normal
atau tidak ada penyulit, kulit berwarna kemerahan, bergerak aktif, menangis kuat,
bernafas spontan, tidak ada kecacatan dengan nilai Apgar 9-10.Sistem penilaian Skor
APGAR adalah alat klinis yang berguna untuk mengidentifikasi neonatus yang
membutuhkan resusitasi serta menilai efektivitas setiap tindakan resusitasi, skor
APGAR menit ke 5 juga memiliki makna prognostic untuk kelangsungan hidup bayi,
karena kelangsungan hidup berkaitan erat dengan kondisi bayi diruang bersalin
(Cunningham, 2013).Skor APGAR yang baik menjadikan bayi baru lahir berumur 2
jam tidak ada keluhan dan keadaan bayi baik dan sehat. Pola fungsi kesehatan bayi
dikaji untuk mengetahui kebutuhan nutrisi bayi dan mengetahui organ tubuh bekerja
dengan baik sehingga dapat dinyatakan keadaan bayi baik dan sehat.
Pada data obyektif didapatkan melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Dari hasil pemeriksaan kasus ini didapatkan bahwa
pemeriksaan fisik pada data obyektif sudah dilakukan dengan tepat dan sesuai teori,
dilakukan secara sistematis mulai dari kepala sampai kaki dan juga refleks pada bayi
dengan hasil bayi dinyatakan normal dan sehat. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa ciri-ciri bayi baru lahir normal yaitu berat badan 2500-4000 gram,
panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi
jantung 120-160 kali/ menit, pernafasan ± 40-60 kali/ menit, kulit kemerah-merahan
dan licin karena jaringan subkutan cukup, rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala
biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, genitalia: perempuan labia
mayora sudah menutupi labia minora sedangkan untuk laki-laki testis sudah turun,
skrotum sudah ada, refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik, refleks
morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik, refleks graps atau
menggenggam sudah baik, refleks rooting mencari puting susu dengan rangsangan
taktil pada pipi dan daerah mulut terbentuk dengan baik, eliminasi baik, mekonium
akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan, umur
kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis setelah lahir, bergerak aktif, kulit
kemerahan, menghisap ASI dengan baik, tidak ada cacat bawaan (Dwienda dkk,
2014). Pengkajian pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus ini adalah pemeriksaan
antropometri dengan hasil PB 52 cm, BB 3500 gram, LD 35 cm, LK 35 cm, LILA 14
cm. Hal ini sesuai dengan teori yaitu pengkajian dan penilaian kecukupan gizi atau
nutrisi diperlukan untuk mengetahui keseimbangan kebutuhan tubuh akan nutrisi dan
kegunaannya. Keseimbangan kebutuhan nutrisi pada seseorang dikatakan baik
apabila asupan nutrisinya seimbang dengan kegunaannya. Keseimbangan nutrisi
dipengaruhi oleh 2 hal yaitu konsumsi makanan dan keadaan kesehatan tubuh. Salah
satu cara yang digunakan untuk mengkaji dan menilai angka kecukupan nutrisi adalah
dengan antopometri (Fahmawati, 2015).

5.2 INTERPRETASI DATA DASAR


Berdasarkan hasil pengkajian pada kasus ini, diagnosa kebidanan yang telah
ditegakkan melalui pengkajian data dasar yaitu bayi baru lahir cukup bulan sesuai
masa kehamilan usia 2 jam. Hal ini bisa dilihat dari usia kehamilan ibu 39 – 40
minggu dan berat badan lahir 3500 gram. Resiko kemungkinan yang akan terjadi
dapat diperkirakan berdasarkan usia gestasi. Term infant atau bayi cukup bulan, bayi
yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 38-42 minggu (Varney, 2008). Bayi berat
lahir sedang, yaitu berat lahir antara 2500-3999 gram (Sinclair, 2009). Kemudian
dihubungkan antara usia gestasi dan berat lahir dan dapat digolongkan bayi baru lahir
kedalam tiga kategori yakni Kecil Masa Kehamilan (KMK), Sesuai Masa Kehamilan
(SMK), Besar Masa Kehamilan (BMK) (Varney, 2008). Setelah itu dapat
menggolongkan bayi baru lahirsecara akurat sehingga pengkajian pada kasus ini tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

5.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Hasil pengkajian dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada kasus ini tidak
ditemukan diagnosa potensial yang akan terjadi karena kondisi bayi dalam pengkajian
semuanya dalam batas normal. Berdasarkan teori untuk menentukan diagnosa dan
masalah potensial maka tidak menemukan kesenjangan karena teori dan hasil studi
kasus sudah sesuai.

5.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA


Kasus ini tidak diperlukan tindakan segera dan kolaborasi dikarenakan tidak
ditemukan diagnosa potensial yang benar terjadi saat penatalaksanaannya atau
masalah potensial yang akan timbul dari kasus ini. Menurut Varney (2007), jikatidak
ditemukan diagnosa atau masalah potensial tidak diperlukan tindakan segera yang
harus dilakukan.

5.5 RENCANA ASUHAN/INTERVENSI

Pada kasus Bayi Ny. “N” dengan bayi baru lahir cukup bulan sesuai masa
kehamilan usia 2 jam ini rencana tindakan yang diberikan adalah tindakan yang
sesuai dengan diagnosa dan prioritas masalah yang ditemukan untuk mengantisipasi
terjadinya masalah yang lebih buruk. Perencanaan yang dilakukan pada kasus ini
yaitulakukan pencegahan infeksi yang berkaitan dengan asuhan BBL, lakukan
pencegahan kehilangan panas, lakukan perawatan tali pusat, lakukan pemberian ASI
pertama kali (Inisiasi Menyusui Dini), berikan salep mata bayi tetrasiklin 0.1% di
kedua mata bayi, berikan injeksi vitamin K yang diberikan secara intramuscular
sebanyak 1 mg (0,5 cc) di 1/3 paha kiri atas bagian luar, diskusikan dan berikan KIE
pada ibu mengenai perawatan tali pusat, personal hygiene, cara menjaga kehangatan
bayi, cara menyusui yang benar, asi eksklusif, dan tanda bahaya bayi baru lahir,
berikan injeksi vaksin Hepatitis B, mandikan bayi setelah 6 jam, anjurkan ibu untuk
kontrol pada hari ke 3 untuk pemberian imunisasi polio.
Asuhan bayi baru lahir pada 0-6 jam yaitu asuhan bayi baru lahir normal,
dilaksanakan segera setelah lahir, dan diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan yang
sama (Hidayat, 2008). Menurut JNPK-KR/ POGI, APN (2009) asuhan segera, aman,
dan bersih untuk bayi baru lahir adalah pencegahan infeksi, penilaian awal,
pencegahan kehilangan panas, membebaskan jalan nafas, asuhan tali pusat, memulai
pemberian ASI, pemberian prolaksis terhadap gangguan pada mata, penyuntikan
vitamin K1, penyuntikan imunisasi Hb 0, pemeriksaan fisik bayi baru lahir.

5.6 IMPLEMENTASI ASUHAN KEBIDANAN


Pada kasus ini dilaksanakan secara menyeluruh dari data yang sudah
direncanakan sehingga diharapkan bayi tetap dalam kondisi baik. Di dalam teori
bidan melaksanakan proses kebidanan sesuai dengan kewenangannya. Dalam praktek
lapangan bidan melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan kepada klien tanpa ada tindakan yang menyimpang dari rencana.

5.7 EVALUASI ASUHAN KEBIDANAN

Evaluasi manejemen asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari proses


manejemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan,
membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasikan,
memutuskan apakah tinjauan telah tercapai atau tidak dengan tindakan yang sudah
diimplementasikan.

Berdasarkan studi kasus Bayi Ny “N” dengan dengan bayi baru lahir cukup
bulan sesuai masa kehamilan usia 2 jam ini tidak di temukan hal-hal yang
menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena itu bila dibandingkan
dengan tinjauan pustaka dan studi kasus Bayi Ny “N” secara garis besar tidak di
temukan kesenjangan.
BAB VI
PENUTUP

Berdasarkan studi kasus asuhan Kebidanan pada Asuhan Kebidanan pada


Bayi Ny. N bayi baru lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 jam di RSUD
Sangkulirang maka dari ini penulis menarik kesimpulan dan saran.
6.1 Kesimpulan
1. Pada pengkajian Bayi Ny. N menunjukkan keadaan yang sesuai dengan teori
mengenai manifestasi klinis bayi baru lahir normal.
2. Dalam interpretasi data didapatkan diagnosa yaitu Bayi Ny. N bayi baru
lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 jam.
3. Pada kasus Bayi Ny. N bayi baru lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan
usia 2 jamtidak didapatkan diagnosa potensial.
4. Tidak terdapat antisipasi kebutuhan tindakan segera pada kasus Bayi Ny. N
bayi baru lahir cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 jam.
5. Perencanaan kasus Bayi Ny. N bayi baru lahir cukup bulan sesuai masa
kehamilan usia 2 jam dilakukan sesuai kondisi bayi baru lahir, yaitu
melakukan pencegahan infeksi yang berkaitan dengan asuhan BBL,
melakukan pencegahan kehilangan panas, melakukan perawatan tali pusat,
melakukan pemberian ASI pertama kali (Inisiasi Menyusui Dini),
memberikan salep mata bayi tetrasiklin 0.1% di kedua mata bayi,
memberikan injeksi vitamin K yang diberikan secara intramuscular sebanyak
1 mg (0,5 cc) di 1/3 paha kiri atas bagian luar, mendiskusikan dan berikan
KIE pada ibu mengenai perawatan tali pusat, personal hygiene, cara menjaga
kehangatan bayi, cara menyusui yang benar, asi eksklusif, dan tanda bahaya
bayi baru lahir, memberikan injeksi vaksin Hepatitis B, memmandikan bayi
setelah 6 jam, menganjurkan ibu untuk kontrol pada hari ke 3 untuk
pemberian imunisasi polio.
6. Pelaksanaan dalam asuhan kebidanan pada kasus Bayi Ny. N bayi baru lahir
cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 jamini dapat dilakukan sesuai
dengan perencanaan.
7. Dalam evaluasi pada Bayi Ny. N bayi baru lahir cukup bulan sesuai masa
kehamilan usia 2 jamdidapatkan bahwa bayidalam batas normal.

b. Saran
1. Bagi mahasiswa
Diharapkan dengan adanya laporan kasus terkait bayi baru lahir cukup bulan
sesuai masa kehamilan usia 2 jam dapat digunakan mahasiswa untuk
menambah skill atau keterampilan.

2. Bagi RSUD Sangkulirang


Diharapkan bidan dapat tetap mempertahankan dan meningkatkan kerjasama
serta komunikasi sehingga dapat menjaga mutu pelayanan kebidanan dan
kandungan serta dapat melakukan asuhan bayi muda dengan baik untuk
mencegah kematian bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham G., et al. 2013. Obstetri Williams, Ed. 23, Vol. 1. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Dwienda R, Octa, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/ Balita
dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepublish.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

JNPK-KR. 2009. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JHPIEGO Corporation.

Kosim, Sholeh. 2012. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama Cetakan Ketiga. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Saifuddin AB. 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: EGC.

Sarmun, Budi. 2012. Tinggi Angka Kematian Bayi di Indonesia. Solo: Suara.

Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC.

Varney, Hellen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai