Kelompok 12 :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul “TEKNOLOGI TERAPAN DAN
TEPAT GUNA DALAM PELAYANAN BAYI BARU LAHIR DAN BALITA”
Makalah disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah TEKNOLOGI
PELAYANAN KEBIDANAN. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
selesainya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
1. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Konsep Teknologi Tepat Guna ................................................................................. 1
B. Kriteria Teknologi Tepat Guna ................................................................................. 2
C. Ciri-ciri Teknologi Tepat Guna ................................................................................. 3
D. Peran Teknologi Dibidang Kesehatan…………………………… ........................ ….3
BAB II ................................................................................................................................. 5
2. Teknologi Terapan dan Tepat Guna Dalam Pelayanan BBL dan Balita ............................ 5
A. Obat dan Vaksin ......................................................................................................... 5
B. Alat .......................................................................................................................... 17
C. Prosedur .................................................................................................................... 21
D. Sistem ....................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................
II
BAB I
KONSEP DASAR TEKNOLOGI TERAPAN DAN TEPAT GUNA DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN
1
menghasilkan nilai tambah baik dari aspek ekonomi maupun lingkungan hidup.
Pendayagunaan TTG secara optimal akan dapat terwujud bila ada alih teknologi dari pencipta
atau pemilik TTG kepada masyarakat pengguna TTG.
Realita menunjukkan bahwa penemuan baru mengenai TTG cukup pesat, baik
ditemukan oleh masyarakat, dunia usaha, perguruan tingga, lembaga-lembaga penelitian dan
pengembangan milik pemerintah maupun swasta. Diakui bahwa masyarakat belum optimal
dalam mengakses temuan-temuan tersebut karena kurangnya usaha penyebaran atau sosialisasi
pada masyarakat.
Untuk itu selaras dengan tujuan pemberdayaan masyarakat yaitu untuk memberikan
akses kepada masyarakat dalam hal ini untuk memperoleh informasi tentang TTG sehingga
masyarakat memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah untuk meningkatkan kapasitas
produksi dan nilai tambah produknya secara ekonomi, Badan Pemberdayaan Masyarakat
(BPM) mengkoordinasikan berbagai elemen masyarakat pencipta TTG untuk dapat
mensosialisasikan hasil-hasil temuannya.
Teknik Teknologi Tepat Guna (TTG) adalah:
1. Modifikasi proyek atau program TTG, sumberdaya yang akan dinilai atau
dimonitoring.
2. Preview tujuan program tersebut
3. Berdasarkan tujuan, identifikasi dan seleksi indikator yang akan dinlai atau
dimonitoring
4. Tetapkan unit penelitian pada setiap indikator
5. Persiapkan metode atau teknik penilaian atau monitoring yang akan digunalkan untuk
mengumpulkan data
6. Evaluasai dan kaji metode yang digunakan
7. Susun rencana kerja untuk penilaian monitoring
2
C. CIRI-CIRI TEKHNOLOGI TEPAT GUNA
Ciri-ciri yang cukup menggambarkan TTG adalah sebagai berikut:
1. Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung
pertanian,perindustrian,pengubah energi,transportasi,kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
di suatu tempat
2. Biaya investasi cukup rendah
3. Masyarakat mampu mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya
3
resolusi adalah kemampuan untuk membedakan dua objek yang saling berdekatan
letaknya.
2. Hasil gambaran dapat direkontruksi sesuai kebutuhan, misalnya dari proyeksi axial
dijadikan proyeksi sagital atau coronal.
3. Gambaran jaringan lunak memiliki karakteristik yang baik dengan adanya pengaturan
window.
4. Hasil gambaran berupa irisan melintang ( cross sectional ) sehingga superposisi antar
organ dapat dihindari.
5. Diagnosa lebih akurat dengan adanya pengambilan gambaran dari berbagai proyeksi
seperti proyeksi axial, sagital dan coronal.
4
BAB II
TEKNOLOGI TERAPAN DAN TEPAT GUNA DALAM PELAYANAN BAYI BARU
LAHIR DAN BALITA
A. OBAT DAN VAKSIN
LIMA IMUNISASI DASAR LENGKAP (LIL)
PENGERTIAN IMUNISASI
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen
lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
tertentu.
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhada
penyakit tertentu.
TUJUAN IMUNISASI
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit. (Proverawati, 2010)
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
MANFAAT IMUNISASI
1. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau
kematian.
2. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong
pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-
kanak yang nyaman.
3. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, mrnciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan negara.
5
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat
terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC
pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir sebelum umur 3 bulan.
Vaksin BCG diberikan melalui intradermal/intracutan. Efek samping pemberian imunisasi
BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas.
2. Hepatitis B
6
3. Polio
4. DPT
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya
terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi
menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
encephalopathy, dan syok.
7
5. Campak/ MR
8
9. Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan jarum suntik,
sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi penerima vaksin.
JADWAL IMUNISASI
1.BCG
1. Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan, namun dianjurkan pemberian
imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan.
2. Dosis 0,05 ml
3. Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.
4. Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun dapat mencegah
komplikasinya.
5. Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin
terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
2.Hepatitis B
1. Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir.
2. Imunisasi hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi hepatitis B-1
yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapatkan respon imun optimal, interval imunisasi
hepatitis B-2 dengan hepatitis B-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepatitis
B-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
3. Departemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepatitis B-0 monovalen
(dalam kemasan uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/hepatitis B
pada umur 2-3-4 bulan. Tujuan vaksin hepatitis B diberikan dalam kombinasi dengan DTwP
untuk mempermudah pemberian dan meningkatkan cakupan hepatitis B-3 yang masih rendah.
4. Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis
B, maka secepatnya diberikan imunisasi hepatitis B dengan jadwal 3 kali pemberian.
9
3. DPT
1. Imunisasi DPT primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh diberikan
sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu, jadi
DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 4 bulan dan DPT-3 pada umur 6 bulan.
2. Dosis DPT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan.
3. Vaksin DPT dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin lain yaitu DPT/Hepatitis B
dan DPT/IPV.
4. Polio
1. Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio -1, 2, dan 3. (1.OPV, hidup
dilemahkan, tetes, oral.; 2.IPV, in-aktif, suntikan.)
2. Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai tambahan untuk
mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi.
3. Untuk imunisasi dasar (polio-2, 3, 4) diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan, interval antara
dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu.
4. OPV diberikan 2 tetes per-oral.
5. IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuscular. Vaksin IPV dapat diberikan tersendiri atau
dalam kemasan kombinasi (DPT/IPV).
5. Campak
Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan dalam,
pada umur 9 bulan.
KONTRAINDIKASI IMUNISASI
* Analfilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat merupakan kontraindikasi mutlak
terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih dari 38oC
merupakan kontraindikasi pemberian DPT, hepatitis B-1 dan campak.
* Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala AIDS,
sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan.
* Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit,
lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi sudah sehat.
10
MITOS-MITOS IMUNISASI
Usia dan pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pemberian imunisasi akibat
kurangnya pemahaman terhadap imunisasi. Dan di masyarakat sering terdengar pendapat yang
salah mengenai imunisasi. Tidak jarang dijumpai orang tua yang ragu atau bahkan menolak
imunisasi dengan berbagai alasan. Ketakutan atau penolakan imunisasi mungkin berdasarkan
pandangan religi, filosofis tertentu, anggapan imunisasi sebagai intervensi pemerintah.
Keraguan tentang manfaat dan keamanan imunisasi perlu ditanggapi secara aktif.
Apabila orang tua mendapat jawaban akurat dan informasi yang benar, maka orang tua dapat
membuat keputusan yang benar tentang imunisasi. (IDAI, 2008) Mitos-mitos imunisasi yang
sering dijumpai :
1. Vaksin MMR (meales, mumps dan rubella) bisa menyebabkan anak autis.
Tidak ada hubungan antara vaksin MMR dengan perkembangan autis, ini sudah
dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Biasanya gejala autis pertama kali terlihat saat bayi
berusia 12 sampai 18 bulan, dimana hamper bersamaaan dengan diberikannya vaksin MMR.
Kebanyakan autis disebabkan oleh faktor genetik, jadi jangan takut untuk memberikan vaksin
MMR pada anak.
2. Terlalu banyak vaksin akan membebani system imun.
Mitos ini tidak benar, karena meskipun jumlah suntikan vaksin meningkat tapi jumlah
antigen telah menurun. Selain itu sistem imun manusia memberikan respon terhadap ratusan
antigen dalam kehidupan setia hari. Berbagai penelitian tidak memperlihatkan meningkatnya
penyakit infeksi setelah adanya imunisasi.
3. Lebih baik memberi natural infeksi dibandingkan dengan vaksinasi.
Mitos ini tidak benar. Suatu penyakit bisa mengakibatkan kematian serta kecacatan
yang permanen, dan dengan melakukan vaksinasi dapat memberikan perlindungan tanpa efek
samping yang berat.
4. Sesudah imunisasi tidak akan tertular penyakit tersebut.
Tidak ada vaksinasi yang memberikan perlindungan terhadap suatu penyakit secara
100%. Bayi atau anak yang telah melakukan imunisasi masih ada kemungkinan yang sangat
kecil untuk bisa tertular penyakit tersebut, namun akan jauh lebih ringan dibandingkan dengan
anak yang tidak diimunisasi. Sehingga kemungkinan untuk bisa sembuh jauh lebih besar.
5.Imunisasi dapat menyebabkan penyakit yang seharusnya dicegah dengan vaksin
tersebut.
11
Hal ini tidak benar, mustahil anak memperoleh penyakit dari imunisasi yang dibuat dari
kuman mati atau dilemahkan. Imunisasi yang dibuat dari kuman hidup dan dilemahkan
termasuk imunisasi campak, Gabak (rubella), gondong, cacar air, BCG dan polio.
6.Imunisasi sepertinya tidak efektif 100%, sia-sia saja anak diberlakukan imunisasi.
Fakta : jarang ada keberhasilan 100% di dunia kesehatan. Namun, kini imunisasi yang
diberikan 85-99% berhasil merangsang tubuh membuat antibodi. Lebih baik bayi menangis 1
menit karena disuntik imunisasi daripada anak meninggal karena difteri, tetanus, campak atau
penyakit lain dalam kategori imunisasi.
7.Mungkin anak akan menderita reaksi terhadap imunisasi yang menyakiti.
Reaksi umum terhadap imunisasi ringan saja seperti demam, kemerahan dan rasa
sakit pada tempat suntikan, ruam ringan. Jarang sekali terjadi kejang-kejang atau reaksi
alergi berat.
8.Anak tidak perlu imunisasi asalkan dia sehat, aktif, dan makan cukup banyak yang
bergizi.
Imunisasi diberikan untuk menjaga anak tetap sehat, bukan memberi sehat. Tujuan
imunisasi adalah melindungi tubuh sebelum diserang penyakit. Saat yang paling tepat
memberikan vaksin adalah saat anak sehat.
9.Pada seri vaksinasi, apabila seri satu kali terlambat, seri harus dimulai lagi dari
semula.
Hal ini tidak benar. Kalau anak tidak diberi vaksinasi pada saat dijadwalkan, memang
dia kurang dilindungi terhadap penyakit. Akan tetapi seri vaksinasi tidak perlu diulang dari
semula. Vaksinasi yang terlambat diberi saja dan jadwal dimulai lagi dari tahap itu, bukan
dari semula.
Oleh karena itu, jangn langsung percaya terhadap semua kabar burung yang beredar
mengenai imunisasi, sebaiknya cari tahu penjelasannya melalui situs-situs ilmiah di internet
atau berkonsultasi dengan dokter. (Proverawati, 2010)
VIT K
Vitamin K merupakan vitamin larut dalam lemak yang memiliki peranan penting
dalam mengaktifkan zat-zat yang berperan dalam pembekuan darah, di antaranya zat yang
dikenal sebagai protrombin dan faktor-faktor pembekuan. Ada tiga bentuk vitamin K yang
diketahui yaitu:
1. Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau
12
2. Vitamin K2 (menaquinone), dihasilkan oleh bakteri normal usus (Bacteriodes fragilis)
3. Vitamin K3 (menadione), merupakan vitamin K sintetik
Dalam keadaan normal, bayi baru lahir relatif mengalami kekurangan vitamin K. Hal
ini disebabkan karena cadangan vitamin K bayi yang didapat dari ibu sangat terbatas, selain
itu sumber vitamin K yang didapat dari ASI hanya mengandung vitamin K dalam kadar
rendah.
Vitamin K dapat diproduksi oleh bakteri normal dalam saluran cerna, akan tetapi
pada bayi baru lahir kondisi saluran cerna masih dalam keadaan steril (tidak ada bakteri
normal usus) sehingga vitamin K tidak dapat diproduksi. Fungsi organ hati sebagai tempat
metabolisme vitamin K juga belum dapat berfungsi secara matang terutama pada bayi kurang
bulan.
Akibat tidak diberikan VIT K pada bayi baru lahir
Kurangnya kadar vitamin K inilah yang dapat menyebabkan bayi baru lahir memiliki
resiko untuk mengalami gangguan perdarahan atau yang lebih dikenal dengan perdarahan
akibat defisiensi vitamin K (PDVK). Angka kejadian PDVK pada bayi baru lahir berkisar
antara 1:200 sampai 1:400 kelahiran bayi yang tidak mendapat suntikan vitamin K. Gejala
utamanya adalah perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada kulit, hidung, mata dan saluran
cerna yang ditandai oleh muntah atau tinja yang kehitaman, bayi terlihat pucat, perdarahan
yang terjadi terus menerus melalui bekas tusukan jarum suntik. Perdarahan juga dapat terjadi
secara spontan tanpa sebab yang jelas.
Yang paling serius adalah perdarahan dalam otak yang dapat dikenali melalui gejala
seperti sakit kepala, muntah tiba-tiba, menangis terus menerus, ubun-ubun besar membonjol,
kejang sampai dengan penurunan kesadaran. Perdarahan otak inilah yang dapat berlanjut
menjadi kecacatan otak bahkan kematian.Bayi dengan kondisi tertentu memiliki faktor risiko
lebih besar untuk terjadinya perdarahan, di antaranya bayi kurang bulan, bayi yang lahir dari
ibu yang menggunakan obat yang menghambat metabolisme vitamin K di antaranya obat anti
13
kejang dan obat anti tuberkulosis selama kehamilan, bayi yang mendapatkan antibiotik
berkepanjangan (karena dapat membunuh bakteri normal usus yang hasilkan vitamin K), bayi
yang mengalami diare terus-menerus dan gangguan penyerapan usus. Pada bayi yang mendapat
ASI secara eksklusif juga memiliki risiko terjadinya perdarahan, akan tetapi manfaat
pemberian ASI jauh lebih besar sehingga ASI tetap pilihan yang terbaik bagi bayi.
PDVK dapat dibagi berdasarkan waktu terjadinya:
PDVK Dini – terjadi pada < 24 jam pertama setelah kelahiran, Keadaan ini dapat dicegah
dengan pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir
PDVK Klasik – terjadi pada minggu pertama kehidupan, bentuk yang paling umum,
disebabkan oleh asupan vitamin K yang tidak adekuat dan tidak diberikannya suntikan
vitamin K pada bayi baru lahir
PDVK Lambat – terjadi pada bayi usia 2 minggu-6 bulan, sangat jarang terjadi akan tetapi
sangat serius menyebabkan kerusakan otak permanen bahkan kematianUntuk mengetahui
adanya PDVK perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan faktor-faktor
pembekuan, sementara untuk pemeriksaan kemungkinan perdarahan otak dapat dilakukan
USG atau CT Scan.
Gejala kekurangan vitamin K tidak selalu terlihat dengan jelas, sekitar 1/3 kasus terjadi
tanpa adanya gejala maupun faktor risiko yang jelas. Oleh karena itu, pemberian suntikan
vitamin K perlu dilakukan pada setiap bayi baru lahir sebagai tindakan pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir.
14
Akibat terlambat memberikan VIT K
Pada bayi yang terlambat mendapat vitamin K dan mengalami perdarahan akibat
kekurangan vitamin K, dokter akan memberikan pengobatan berupa suntikan vitamin K dan
transfusi darah. Pemberian vitamin K tidak perlu dilakukan ulangan, karena semakin
bertambah umur bayi, semakin baik kemampuan tubuhnya untuk menghasilkan vitamin K dan
semakin bervariasi asupan makanan yang didapatkan.
SALEP MATA
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah proses IMD dan
bayi selesai menyusu. Salep mata atau tetes mata tersebut mengandung tetrasiklin 1% atau
antibiotika lain. Upaya pencegahan infeksi mata kurang efekyif jika diberikan > 1 jam setelah
kelahiran.
VIT A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan
dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar.
Manfaat vitamin A:
1. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi seperti campak dan diare.
2. Membantu proses penglihatan dalam adaptasi terang ke tempat yang gelap.
3. Mencegah kelainan pada sel – sel epitel termasuk selaput lender mata.
4. Mencegah terjadinya proses metaplasi sel – sel epitel sehingga kelenjar tidak
memproduksi cairan yang dapat menyebabkan kekeringan mata.
5. Mencegah terjadinya kerusakan mata hingga kebutaan.
6. Vitamin A esensial untuk membantu proses pertumbuhan.
Apa saja sumber vitamin A
1. Air Susu Ibu (ASI)
2. Bahan Makanan hewani seperti : hati, kuning telur, ikan, daging, ayam dan bebek.
3. Buah – buahan warna kuning dan jingga seperti Pepaya, Mangga masak, Alpukat,
Jambu Merah dan Pisang.
4. Sayuran yang berwarna hijau tua dan berwarna jingga seperti : Bayam, Tomat, Wortel.
5. Bahan makanan yang difortifikasi/diperkaya dengan vitamin A seperti margarine, susu
dan mie instant.
15
Apa itu kekurangan vitamin A
Kekurangan vitamin A adalah suatu keadaan dimana simpanan vitamin A dalam tubuh
berkurang. Pada tahap awal ditandai dengan gejala rabun senja atau kurang dapat melihat pada
malam hari. Gejala tersebut juga ditandai dengan menurunnya kadar serum retinol dalam darah.
Pada tahap selanjutnya terjadi kelainan jaringan epitel dari organ tubuh seperti paru–paru, usus,
kulit dan mata. Gambaran kekurangan vitamin A yang khas dapat langsung terlihat pada mata.
16
Pemberian Vit A untuk Bayi dan Balita
Secara periodik, anak balita 6 – 59 bulan diberikan 1 kapsul secara serentak
pada bulan Februari dan bulan Agustus dengan dosis pemberian umur 6 – 11 bulan (100.000
SI) diberikan satu kapsul vitamin A dengan warna biru.Dan umur 12 – 59 bulan (200.000 SI)
diberikan satu kapsul vitamin A dengan warna merah.
B. ALAT
Staturmeter
Adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini adalah sangat
sederhana pada disainnya karena hanya ditempelkan pada tembok bagian atas dan ketika
akan digunakan hanya perlu untuk menariknya sampai ke bagian kepala teratas, sehingga
dapat diketahui tinggi badan orang tersebut.
17
Umbilical cord clem nylon
Adalah merupakan alat yang digunakan untuk menjepit tali pusar bayi sesaat setelah
bayi dilahirkan
18
Inkubator
Baby incubator adalah suatu tempat tertutup, tempat meletakkan bayi pada
lingkungan terkontrol untuk menghangatkan bayi dan menjaga bayi dari kuman dibawah
observasi perawat/dokter. Pada baby incubator terdiri dari pemanas, kipas untuk
mensirkulasikan udara yang dipanaskan, wadah air untuk menambahkan kelembaban, katup
control untuk menambahkan oksigen dan port akses untuk perawatan (Permenkes no 118
tahun 2014) .
Baby incubator memiliki beberapa parameter yaitu temperatur, kelembaban, air flow
dan noise. Dengan tingkat kelayakan kebocoran suhu luar ± 1°C, tingkat kelembaban antara
< 0,35 m/s, dan tingkat kebisingan di dalam incubator < 60 dBA. Persyaratan tersebut harus
terpenuhi untuk mendapatkan kriteria keselamatan dan kemanan dalam penggunaannya
Bayi yang lahir prematur harus dirawat dengan inkubator, sebab pengaturan suhu
tubuhnya belum stabil dan dia akan gampang kedinginan. Inkubator dapat menjaga suhu
sebuah ruangan agar suhu tetap konstan dan stabil. Suhu inkubator diatur dengan
disesuaikan dengan berat lahir atau usia kehamilan. Sesak nafas akibat pengembangan paru-
paru yang tidak bagus membuat bayi perlu diberi oksigen. Namun pemberian oksigen terlalu
lama akan menyebabkan retina bayi rusak. Setelah perawatan inkubator berakhir, mata bayi
perlu diperiksa secara berkala.
Jika sudah stabil, bayi akan dirawat oleh ibu dengan cara perawatan bayi lekat atau
perawatan metode ‘kanguru’. Metode ini, bayi membutuhkan sentuhan kasih sayang dan
akan mendapatkan kehangatan dari tubuh ibu atau ayahnya seperti saat dalam kandungan.
19
Blue Light
Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada putih mata (sklera) dan kulit bayi
baru lahir. Warna kuning itu pertanda terjadinya penumpukan bilirubin, yaitu senyawa hasil
pemecahan sel darah merah, bisa karena sel darah merah sudah tua atau ada proses
penghancuran yang abnormal. Semasa dalam kandungan, bilirubin dikeluarkan melalui
plasenta ibu. Setelah lahir, bayi harus mengeluarkannya sendiri. Pengeluaran bilirubin oleh
bayi memerlukan fungsi hati yang sempurna dan makanan dalam usus yang membawanya
keluar sebagai feses.
Kadar bilirubin yang normal bergantung pada usia bayi. Contohnya, kadar bilirubin
12 mg/dl pada bayi kurang dari 24 jam adalah abnormal. Tetapi kadar tersebut pada bayi
cukup bulan usia 3 hari adalah normal. Bila bayi tampak kuning, perlu diperiksa kadar
bilirubin untuk menentukan apakah kadarnya masih normal atau sudah abnormal sehingga
perlu terapi. Dianggap di atas normal bila kadar biliburin lebih dari 12 mg/dl. Bila kadar
bilirubin di atas normal, dokter akan melakukan terapi sinar biru pada bayi kuning tersebut.
Terapi ini dilakukan di rumah sakit. Bayi diletakkan di bawah lampu yang memancarkan
spektrum cahaya biru dengan panjang gelombang tertentu (ukurannya sekitar 450 nanometer).
Fungsi terapi sinar biru ini akan mengubah bilirubin menjadi senyawa yang larut
dalam air sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh bayi. Berapa lama bayi menjalani terapi
sinar biru tergantung pada kadar bilirubin, biasanya sekitar 2-4 hari. Bila kadar bilirubin 12-
15 mg/dl, terapi dilakukan selama 2-3 hari. Bila kadarnya mencapai 15-20 mg/dl terapi
dilakukan selama 3-4 hari.
Biliblanket. Selain terapi sinar biru, dapat pula dilakukan dengan biliblanket, yaitu
selimut yang mengandung serat optik yang juga terdapat pada sinar biru. Bedanya, selimut ini
dapat langsung menutup tubuh bayi sehingga Anda dapat langsung menyusui dan memeluknya.
Di Indonesia juga tersedia biliblanket, namun tidak begitu efektif dalam menurunkan kadar
bilirubin. Yang paling efektif adalah terapi sinar biru.
Tranfusi darah. Bila kadar bilirubin bayi baru lahir di atas 20 mg/dl, dokter akan
malakukan transfusi darah untuk menukar darah bayi. Karena, bilirubin yang sangat tinggi
berisiko tinggi masuk ke dalam otak sehingga terjadi gangguan pada otak dan kualitas
perkembangan bayi.
Cara terapi:
1. Bayi dalam boks disinar dari jarak 10 – 23,5 cm.
20
2. Saat diterapi, mata bayi ditutup dengan kain kassa/ Eye protector photo therapy agar
retinanya aman.
3. Selama menjalani terapi, bayi harus sering disusui karena ASI efektif dalam melancarkan
proses buang air kecil dan buang air besar, dan bayi terhindar dari dehidrasi akibat efek panas
sinar biru tersebut.
Belum ditemukan efek negatif dari terapi sinar biru terhadap kesehatan bayi bila
dilaksanakan dengan tepat. Terapi sinar biru masih dianggap aman dan tidak mahal.
C. PROCEDURE
Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Pentingnya kontak kulit dan IMD
Inisiasi Menyusui Dini sangatlah penting karena mendatangkan manfaat yang
sangat banyak bagi si bayi khususnya. Beberapa hal penting yang didapatkan dari IMD
antara lain :
a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara.
Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypotermia).
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi
akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi.
c. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia
akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri baik di kulit ibu. Bakteri baik ini akan
berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari
lingkungan.
d. “Bonding” (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam
pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang
lama.
21
e. Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan berasal dari susu
manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi
usus dan mencetuskan alergi lebih awal.
f. Bayi yang diberi kesempatan menyusu lebih dini lebih berhasil menyusui ekslusif dan
akan lebih lama disusui.
g. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya,
emutan, jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.
h. Bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini
kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu
dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan.
Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan
terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi.
Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih
belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.
ASI EKSKLUSIF
ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain (Perbup Sleman no. 38 tentang IMD dan ASI Eksklusif, 2015).
1. Manfaat ASI bagi bayi :
a. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindugi
bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur.
22
b. ASI sebagai nutrisi
ASI merpakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
c. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Kontak kulit dini akan berpengaruh terhadap perkebangan bayi. Walaupun
seorang ibu dapat memberikan kasih saying dengan memberikan susu
formula, tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang
besar. Perasaan aman sangat penting untuk membangun dasar kepercayaan
bayi yaitu dengan mulai mempercayai orang lain (ibu), maka selanjutnya
akan timbul rasa percaya diri pada anak.
D. Mengupayakan pertumbuhan yang baik
Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik
setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal yang baik dan
mengurangi kemungkinan obesitas.Frekuensi menyusu yang sering juga
dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak
sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit.
23
Meyusui secara eksklusif dapat mejarangkan kehamilan. Rata-rata jarak kelahira ibu
yag meyusui adalah 24 bulan sedangkan yang tidak menyusui adalah 11 bulan.
Hormon yag mempertahankan laktasi bekera meekan hrm untuk ovulasi, sehingga
dapat menunda kembalinya kesuburan. ASI yang digunakan sebagai meted KB
sementara dengan syarat : bayi belum berusia 6 bulan, ibu belum haid kembali da
ASI diberikan secara eksklusif
e. Mempercepat kembali ke berat badan semula
Selama hamil, ibu meimbun lemak dibawak kulit. Lemak ini akan terpakai utuk
membetuk ASI, sehigga apabila ibu tidak menyusui, lemak tersebut akan tetap
tertimbu di dalam tubuh.
f. Steril, aman dari pencemaran kuman
g. Selalu tersedia dengan suhu yang sesuai dengan bayi
h. Megandung antibody yang dapat menghambat pertumbuhan virus
i. Tidak ada bahaya alergi
METODE KANGURU
Pengertian
Metode Kanguru adalah metode perawatan dini dan terus menerus dengan sentuhan
kulit ke kulit (Skin to skin contact) antara ibu dan bayi prematur dan BBLR dalam posisi
seperti kanguru (Hadi, 2005).
Prinsip Metode Kanguru
24
Menggantikan perawatan bayi baru lahir dalam incubator dengan ibu bertindak
seperti ibu kanguru yang mendekap bayinya dengan tujuan mempertahankan suhu bayi
25
e) Bagian bawah baju diikat dengan pengikat baju atau kain
f) Memakai kain baju yang dapat diregangkan
2) Persiapan bayi
a) Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan hangat
b) Bayi perlu memakai tutup kepala atau topi dan popok selama penggunaan metode
ini.
26
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode kanguru.
1) Posisi ibu saat tidur yaitu dengan setengah duduk dengan meletakkan bantal di
belakang punggung ibu.
2) Bila ibu perlu istirahat , dapat digantikan oleh ayah atau anggota keluarga yang lain.
3) Dalam pelaksanaan perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, pisisi bayi, pemantauan
bayi, cara pemberian ASI dan kebersihan ibu dan bayi
Baby Massage
Pijat bayi atau baby massage merupakan stimulasi taktil dan sudah menjadi tradisi
kuno yang telah dikaji melalui penelitian tentang ilmu neonatal, ahli saraf, psikologi anak,
serta beberapa ilmu kesehatan (Maternity et al., 2018).
Dalam pelaksanaan baby massage atau pijat bayi terdapat beberapa kontraindikasi
atau hal-hal yang harus dihindari saat akan memulai rangkaian dari baby massage tersebut,
diantaranya adalah memijat bayi saat bayi tersebut baru saja selesai makan,
27
membangunkan bayi hanya untuk melakukan pemijatan, memijat bayi saat kondisi bayi
sedang tidak sehat, memaksa bayi untuk dipijat, memaksakan posisi tertentu pada bayi
(Susanti & Rahmawati Putri, 2020).
Terdapat banyak penelitian tentang efek pijat bayi. Studi ini telah membuktikan
efek pijat bayi pada perkembangan fisik bayi baru lahir adalah peningkatan berat badan,
panjang badan, lingkar kepala, kepadatan mineral tulang, waktu tidur, pernapasan,
eliminasi dan pengurangan kolik. Pijat bayi juga diyakini dapat mengurangi stres dan
meningkatkan interaksi orang tua dengan bayi (Chen et al., 2011).
E. SISTEM
Kunjungan Neonatal
Menurut Kemenkes RI (2016), kunjungan ulang yang dapat diberikan untuk
bayi baru lahir sampai masa neonatus sebanyak tiga kali yaitu :
a) Kunjungan neonatal pertama (KN 1)
Dilakukan dari 6 jam hingga 48 jam setelah kelahiran bayi, asuhan yang diberikan
adalah menimbang berat badan bayi, mengukur panjang badan, memeriksa suhu,
memeriksa frekuensi nafas, memeriksakan frekuensi denyut jantung, pemeriksaan
fisik lengkap untuk melihat adanya kelainan kengenital, memeriksa ikterus,
memeriksa kemungkinan berat badan rendah dan masalah pemberian ASI,
memeriksa status Vitamin K1, memeriksa status Imunisasi Hb0. Memeriksa
Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK), skrining ini dilakukan dalam waktu 24 jam
setelah kelahiran bayi.
b) Kunjungan neonatal kedua (KN 2)
28
Dilakukan 3-7 hari setelah bayi lahir. Asuhan yang diberikan adalah menimbang
berat badan bayi, mengukur panjang badan, memeriksa suhu, memeriksa frekuensi
nafas, memeriksa frekuensi denyut jantung, perawatan tali pusat, memeriksa
iketerus, memeriksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri,
memeriksa diare, memeriksa kemungkinan berat badan rendah dan masalah
pemberian ASI, memeriksa status Imunisasi Hb0.
c) Kunjungan neonatal lengkap (KN 3)
Dilakukan pada usia bayi 8-28 hari setelah melahirkan. Asuhan yang diberikan
adalah menimbang berat badan bayi, mengukur panjang badan, memeriksa suhu,
memeriksa frekuensi nafas, memeriksa frekuensi denyut jantung, perawatan tali
pusat, memeriksa iketerus, memeriksa kemungkinan penyakit sangat berat atau
infeksi bakteri.
29
DAFTARPUSTAKA
https://nanopdf.com/download/bab-vi-teknologi-terapan-dan-tepat-guna-dalam-pelayanan-
bayi-baru_pdf
https://nanopdf.com/download/bab-ii-konsep-dasar-teknologi-terapan-stikes-al_pdf
https://prezi.com/1pavzzdilh4f/teknologi-terapan-dalm-pelayanan-neonatus/
https://www.academia.edu/35029156/TEKNOLOGI_TEPAT_GUNA_DALAM_ASUHAN_
BAYI_BARU_LAHIR_BALITA_DAN_KB
https://repository.poltekkes-tjk.ac.id/id/eprint/624/6/6.%20BAB%20II.pdf
https://dindasupriatna.com/teknologi-tepat-guna-di-bidang-kesehatan/
https://rekiarjulianahs.blogspot.com/2014/08/kenali-infantometer.html
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15290/BAB%20II.pdf?sequence=3&
isAllowed=y
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1021/3/bab%202.pdf
https://eprints.umm.ac.id/75214/3/BAB%20II.pdf
https://dinkes.jatimprov.go.id/userimage/VITAMIN%20A.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1343/3/4.%20Chapter%202.pdf
30