Disusun Oleh :
JURUSAN KEBIDANAN
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam menyusun makalah ini
Harapan kami, semoga makalah yang kami buat ini dapat berguna bagi
semua orang dan dapat dijadikan sebagai penambah ilmu pengetahuan kita, baik
anda yang membacanya maupun kami yang membuatnya. Kami menyadari bahwa
makalah yang kami buat ini belum sempurna dan masih perlu ditingkatkan lagi.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pelayanan Kontrasepsi .......................................................................... 5
B. Program Keluarga Berencana (KB) .................................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Keluarga Berencana (KB) secara mikro berdampak terhadap
kualitas individu dan secara makro berkaitan dengan tujuan pembangunan
pada umumnya. Secara mikro, KB berkaitan dengan kesehatan dan kualitas
hidup ibu/perempuan, juga kualitas bayi dan anak. Secara makro, KB dan
kesehatan reproduksi berkontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk meraih MDG’s, yaitu memberantas kemiskinan dan
kelaparan, mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, mendorong
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi angka
kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, menjamin kelestarian
lingkungan hidup, dan pembangunan kemitraan global untuk pembangunan.
Penggunaan KB berkaitan dengan rendahnya kematian ibu dan
kematian anak dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Memiliki
anak lebih sedikit dan lebih sehat dapat mengurangi beban ekonomi pada
keluarga miskin, dan memungkinkan mereka menginvestasikan sumber
dayanya dalam pengasuhan, perawatan, dan sekolah anak, sehingga nantinya
diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan. Secara nasional, investasi
KB juga membuka “a window of opportuniity” (jendela kesempatan) bagi
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat melalui penurunan fertilitas dan
perubahan struktur umur populasi dan angka ketergantungan (dependency
ratio). Peningkatan rasio jumlah pekerja terhadap jumlah anak yang harus
ditanggung menyebabkan peningkatan tabungan dan investasi, serta
perbaikan standar kualitas kehidupan dan rendahnya kemiskinan.
“A window of opportunity” dapat menurunkan 14% tingkat kemiskinan
di Negara berkembang antara tahun 2000 dan 2015. Investasi dalam KB juga
dapat menurunkan biaya pelayanan social seperti biaya pelayanan kesehatan,
pendidikan, pangan, perumahan, dan sebagainya. Rendahnya pertumbuhan
penduduk juga dapat mengurangi tekanan terhadap eksploitasi sumberdaya
alam yang terbatas.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan bagaimana pelayanan
kontrasepsi dan KB di masyarakat, terutama peningkatan pelayanan KB?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pelayanan
kontrasepsi dan KB di masyarakat, terutama pada peningkatan pelayanan KB.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PELAYANAN KONTRASEPSI
1. Definisi
Kontrasepsi ialah usaha – usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara,dapat pula bersifat
permanen. Kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Dapat dipercaya
b. Tidak menimbulkan efek yang menganggu kesehatan
c. Daya kerja dapat diatur menurut kebutuhan
d. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat
3
dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Ini dikenal sebagai
catur warga.
3) Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan
Periode umur istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun,
sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang
anak.
4
Vaginal soluble film.
b. Metode modern
1) Kontrasepsi hormonal
a) Pil oral
Pil Oral Kombinasi(POK)
Mini pil
Morning after pill
b) Injeksi/suntikan
c) Sub kutis/implant
2) Inra uterine devices(IUD/AKDR)
3) Kontrasepsi mantap
a) Wanita (MOW)
b) Pria (MOP)
c. Metode Amenorea Laktasi(MAL)
5
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
d. Mengatur interval diantara kelahiran
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
istri
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga
6
4) Waktu yang cukup untuk istirahat
5) Menikmati waktu luang
6) Dapat melakukan kegiatan lain
b. Manfaat KB Bagi anak :
1) Dapat tumbuh dengan wajar dan sehat
2) Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup
3) Perencanaan kesempatan pendidikan lebih baik
c. Manfaat Untuk Keluarga:
1) Meningkatkan kesejahteraan keluarga
2) Harmonisasi keluarga lebih terjaga
7
b) Jika kebetulan pasangan yang akan menikah tersebut tidak
dapat menunda perkawinannya sampai dengan batas usia
sesuai anjuran, hendaknya dapat dilakukan motivasi sehingga
melahirkan anak pertama jika umur istri telah diatas 20 tahun,
mengatur jarak kelahiran antara 3 s/d 5 tahun, dan
menghentikan kehamilan jika umur isteri telah mencapai 30
tahun.
3) Remaja
Para remaja yang datang berkunjung ketempat praktek juga
merupakan sasaran program kb. Tujuan yang ingin dicapai pada
dasarnya sama dengan pasangan yang akan menikah yakni
menunda perkawinan, mengatur kelahiran anak pertama,
mengatur jarak kelahiran, mengatur jumlah kelahiran serta
menghentikannya jika isteri telah berumur 30 tahun.
b. Sasaran Tidak Langsung
Organisasi dan lembaga kemasyarakatan, instansi pemerintah
maupun swasta, tokoh masyarakat (wanita dan pemuda) yang
diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap proses
pembentukan sistem nilai dikalangan masyarakat yang dapat
mendukung usaha kelembagaan norma keluarga kecil yang bahagia
dan sejahtera.
8
dan mempunyai kekuatan yang sinergi dalam mencapai tujuan dengan
menerapkan kemitraan sejajar.
c. Pendekatan integrative (integrative approach).
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat
mendorong dan mengerakkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat
sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat pada semua
pihak.
d. Pendekatan kualitas (quality approach).
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan
atau provider dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi
dan kondisi.
e. Pendekatan kemandirian (self rellant approach).
Memberikan peluang kepada sector pembangunan lainnya dan
masyarakat yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan
tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB nasional.
f. Pendekatan tiga dimensi (three dimension approach)
Strategi tiga dimensi program kb sebagai pendekatan kb nasional,
dimana program tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di
Indonesia terhadap ajakan KIE yang terbagi menjadi tiga kelompok
yaitu :
1) 15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber KB
2) 15-55% PUS merespon ragu-ragu untuk ber KB
3) 30% PUS merespon tidak untuk ber KB
9
Sumber informasi pertama tentang jenis alat / metoda
kontrasepsi pada umunya diterima oleh masyarakat dari petugas
lapangan KB yaitu PPLKB, PLKB, PPKBD maupun kader yang
bertugas memberikan pelayanan KIE KB kepada masyarakat dengan
melakukan kunjungan dari rumah ke rumah, kegiatan KIE di
Posyandu ataupun dalam kesempatan – kesempatan lainnya. Informasi
tersebut dapat diperoleh masyarakat dari dokter atau paramedis yang
bertugas di klinik KB yang ada di Puskesmas, Balai Kesehatan,
Rumah sakit Bersalin dan Rumah Sakit Umum. Atau dari media cetak
(surat kabar, majalah, poster dsb) dan media elektronik (radio atau
televisi).
Pesan yang disampaikan dalam Kegiatan KIE tersebut pada
umumnya meliputi 3 hal yaitu tentang :
1) Pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan
keluarga.
2) Proses terjadinya kehamilan pada wanita (yang penting dalam
kaitannya menerangkan cara kerja alat / metode kontrasepsi)
3) Jenis alat / metode kontrasepsi yang ada , cara pemakaian cara
kerjanya serta lama pemakaiannya.
b. Kegiatan Bimbingan
Kegiatan bimbingan kontrasepsi merupakan tindak lanjut dari
kegiatan KIE juga merupakan tugas para petugas lapangan KB.
Sesudah memberikan KIE keluarga berencana PLKB diharapkan
melanjutkan dengan melakukan penyaringan terhadap calon
peserta KB. Tugas penyaringan ini dilakukan dengan memberikan
bimbingan kontrasepsi yaitu memberikan informasi tentang jenis
kontrasepsi secara lebih obyektif, benar dan jujur sekaligus meneliti
apakah calon peserta KB tersebut memenuhi syarat untuk
mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang dipilihnya. Bila memenuhi
syarat , maka calon peserta tersebut kemudian dirujuk oleh PLKB ke
fasilitas pelayanan yang terdekat untuk memperoleh pelayanan KIP/K.
10
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tugas yang dilakukan oleh
pembimbing adalah merupakan bagian dari tugas konselor. Artinya
baik mutu bimbingan yang dilakukan sewaktu dilapangan akan
mempermudah proses konselingnya.
c. Kegiatan Rujukan
Dapat dibedakan dalam 2 macam yaitu rujukan untuk calon
peserta KB dan rujukan untuk peserta KB.
1) Rujukan untuk calon peserta KB dilakukan oleh petugas
lapangan KB dimana calon peserta dirujuk ke klinik yang terdekat
dengan tempat tinggal calon peserta dengan maksud untuk
mendapatkan pelayanan konseling dan pelayanan kontrasepsi.
Atau rujukan dilakukan oleh klinik ke klinik lain yang lebih
memadai sarananya.
2) Rujukan Rujukan ke klinik untuk peserta KB dilakukan oleh
petugas lapangan KB terhadap peserta KB yang mengalami
komplikasi atau kegagalan untuk mendapatkan perawatan. Atau
dapat juga dilakukan oleh suatu klinik yang karena sasarannya
belum memadai, maka peserta KB yang mengalami komplikasi
dirujuk ke klinik lain yang lebih mampu.
d. Kegiatan KIP/K
Setiap pasangan suami istri (klien) yang dirujuk oleh petugas
lapangan KB ke klinik, sebelum memperoleh pelayanan kontrasepsi
harus mendapatkan pelayanan KIP/K terlebih dahulu. Beberapa tahap
yang perlu dilakukan dalam KIP/K adalah :
1) Menjajaki apa alasan klien memilih alat / metode kontrasepsi
tersebut.
2) Menjajaki apakah klien sudah mengetahui / memahami alat /
metode kontrasepsi yang dipilihnya tersebut.
3) Menjajaki apakah klien mengetahui jenis alat / metode
kontrasepsi lain.
11
4) Bila belum mengetahui, perlu diberikan informasi mengenai
hal hal diatas.
5) Berikan klien kesempatan untuk mempertimbangkan pilihannya
kembali, kontrasepsi apa yang akan dipakai.
6) Jika diperlukan bantulah klien dalam proses pengambilan
keputusan.
7) Berilah klien informasi bahwa apapun pilihannya sebelum
diberikan pelayanan klien akan diperiksa terlebih dahulu
kesehatannya sehingga belum tentu alat / metode kontrasepsi
yang dipilihnya tersebut secara medis cocok buat dirinya.
Hasil pembicaraan dengan klien diatas dicatat pada kartu
konseling. Sesudah klien mengambil keputusan tentang alat / metode
kontrasepsi yang akan dipakainya.
e. Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi
Pemeriksaan kesehatan yang dlakukan meliputi anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan tidak
didapati kontraindikasi, maka pelayanan kontrasepsi dapat dilakukan.
Untuk pelayanan metode kontrasepsi jangka panjang Yaitu IUD,
implant, dan kontap sebelum pelayanan dimulai kepada klien diminta
untuk menandatangai informed consent form.
f. Kegiatan Tindak Lanjut (pengayoman)
Selesai mendapatkan pelayanan kontrasepsi, petugas melakukan
pemantauan kepada keadaan peserta KB dan diserahkan kembali
kepada petugas lapangan KB. Hal ini karena pola pendekatan para
PLKB adalah dengan kunjungan ke rumah-rumah para peserta KB
khususnya peserta KB baru. Oleh karena itu tugas kunjungan ini
sekaligus dapat dimanfaatkan untuk memantau keadaan para peserta
KB baru apakah dalam keadaan sehat ataukah mengalami efek
samping ataupun komplikasi.
12
C. JURNAL TERKAIT
Berdasarkan jurnal “Effect of Village Midwife Program on Contraceptive
Prevalence and Method Choice in Indonesia” yang menggunakan studi
longitudinal ini mengungkapkan bahwa hasil dari Program Bidan Desa
menunjukkan angka prevalensi masyarakat yang tidak meningkat terhadap
minat penggunaan serta peralihan menuju kontrasepsi jangka panjang.
Peneliti memberikan saran berupa diperlukannya solusi serta implementasi
baru oleh pembuat kebijakan terkait masalah penumbuhan minat terhadap
kontrasepsi khususnya kontrasepsi jangka panjang serta kesehatan reproduksi
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Program KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung
percepatan penurunan Angka Kematian Ibu melalui: Mengatur waktu, jarak
dan jumlah kehamilan; Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang
perempuan hamil mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin
selama kehamilan, persalinan dan nifas; Mencegah atau memperkecil
terjadinya kematian pada seorang perempuan yang mengalami komplikasi
selama kehamilan, persalinan dan nifas.
Ada beberapa strategi pendekatan dalam program KB, antara lain
pendekatan kemasyarakatan, pendekatan koordinasi aktif, pendekatan
integrative, pendekatan kualitas, pendekatan kemandirian, pendekatan tiga
dimensi.
Kegiatan-kegiatan atau cara operasional pelayanan KB yang dapat
dilakukan misalnya pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE),
pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB, peran serta masyarakat
dan institusi pemerintahan, serta pendidikan KB.
B. Saran
Dalam memberikan pelayanan kontrasepsi dan KB di masyarakat
sangat dibutuhkan peningkatan pelayanannya, baik dari segi kualitas maupun
jumlah akseptor. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan penduduk dapat
dikendalikan. Disini sangat dibutuhkan peran tenaga kesehatan dalam
mengajak masyarakat untuk menyukseskan program pemerintahan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Irianto, K. 2012. Keluarga Berencana untuk Paramedis dan Non Medis. Bandung
: Yrama Widya
15