NIM :PO71241220276
Jurusan :DIV Kebidanan Alih Jenjang Tanjabbarat
MataKuliah : Farmakologi
Dosen Pengampu :Supriyadi, M.Si, Apt
Materi :Undang-Undang Kewenangan Bidan dalam Pemberian Obat
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan
ini meliputi:
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang
menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan
pelayanan kesehatan yang meliputi:
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi,
penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan
memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya,
serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk
pelayanan tersebut.
Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada
dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di
daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter.
Sumber : http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171#more-171
1. Vit A
Jangan mengonsumsi suplemen vitamin A jika Anda alergi terhadap vitamin ini.
Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan vitamin A jika Ada sedang
hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan vitamin A jika Anda
menderita anemia, defisiensi zat besi atau zinc, penyakit ginjal, penyakit
liver, cystic fibrosis, kurang gizi atau malnutrisi, penyakit pankreas, atau infeksi di
saluran cerna.
Jangan mengonsumsi minuman beralkohol jika Anda sedang menggunakan
suplemen vitamin A, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan hati.
Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan vitamin A jika Anda sedang
menggunakan suplemen lain, produk herbal atau obat-obatan tertentu.
Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi atau overdosis setelah
mengonsumsi vitamin A.
Kondisi: Xerophthalmia
Dewasa: 200.000 unit per hari selama 2 hari. Pemberian diulang kembali setelah
2 minggu. Perempuan pada usia reproduksi dengan gejala rabun senja atau
Bitot’s spot dosisnya adalah 5.000–10.000 unit per hari.
Bayi usia 0–6 bulan: 000 unit per hari selama 2 hari. Pemberian diulang kembali
setelah 2 minggu.
Bayi usia 6–12 bulan: 000 unit per hari selama 2 hari, Pemberian diulang kembali
setelah 2 minggu.
Kondisi: Campak pada anak
Diare
Hilang nafsu makan
Demam
Sakit perut
Sakit kepala
Muntah
Kulit kering dan bibir pecah-pecah
Tubuh mudah lelah atau lemas
Rambut rontok
Gangguan penglihatan, seperti pandangan ganda atau kabur
Kejang
2. FE
Kegunaan suplemen Ferrous Fumerate
Ferrous fumarate adalah suatu jenis besi. Obat ini merupakan suplemen zat besi
yang digunakan untuk mengobati atau mencegah kadar zat besi dalam darah
yang rendah (misalnya, untuk anemia atau selama kehamilan). Zat besi
merupakan mineral penting yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan sel
darah merah dan menjaga kesehatan Anda.
Dalam tubuh Anda, zat besi menjadi bagian dari hemoglobin dan mioglobin.
Hemoglobin membawa oksigen melalui darah ke jaringan dan organ. Myoglobin
membantu sel-sel otot menyimpan oksigen.
Hindari paparan langsung sinar matahari serta jauhkan dari jangkauan anak-anak
dan binatang peliharaan. Periksa dan perhatikan selalu tanggal pemakaian
sebelum mengkonsumsi obat.
Mual, muntah
Ketidaknyamanan saluran pencernaan
Nyeri epigastrium
Konstipasi atau diare
Anoreksia
Tinja gelap
Perubahan warna gigi
Rasa panas pada perut
Hilangnya nafsu makan
Jika setelah mengkonsumsi suplemen Ferrous Fumerate terdapat tanda dan
gejala seperti yang telah disebutkan diatas atau terdapat tanda dan gejala lain
yang menetap dan memburuk, segera datangi dokter atau layanan kesehatan
terdekat untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut.
Interaksi Obat
Obat ini dapat berinteraksi dengan obat-obatan lainnya termasuk:
Amygdalin
Dabrafenib
Deferoxamine
Digoxin
Elvitegravir
Ketoconazole
Phenytoin
Rilpivirine
Vismodegib
Sebelum menggunakan obat ini sebaiknya Anda memberi tahu dokter mengenai
obat-obatan yang sedang Anda konsumsi baik itu vitamin, herbal, obat dari resep
dokter atau tanpa resep dokter. Karena beberapa obat dapat menimbulkan efek
samping jika dikombinasikan dengan obat Ferrous Fumerate.
Sebelum minum obat ini, beri tahu dokter atau apoteker mengenai riwayat
kesehatan Anda, terutama dari penggunaan atau penyalahgunaan alkohol,
gangguan hati, masalah perut atau usus (mis. Maag, radang usus besar Pasien
dengan riwayat ulkus peptikum, striktur usus, penyakit divertikular; pasien pasca-
gastrektomi)
3. Vit K1
Pasien Pediatrik
Efek samping vitamin K1 yang paling sering terjadi adalah efek samping lokal
berupa nyeri dan bengkak pada lokasi injeksi. Interaksi obat di antaranya adalah
penurunan absorpsi pada penggunaan bersama dengan orlistat.
Efek Samping
Efek samping yang umum terjadi, yaitu nyeri dan bengkak pada lokasi injeksi.
Selain itu dapat timbul flushing sensation, dan peculiar sensation of taste, pusing,
berkeringat banyak, hipotensi singkat, sesak nafas, dan sianosis. Efek samping
yang jarang dan biasanya terjadi setelah injeksi berulang, yaitu plak gatal,
indurasi, dan eritema yang kadang dapat berkembang menjadi lesi seperti
skleroderma. Pemberian vitamin K1 pada bayi dilaporkan dapat menyebabkan
hiperbilirubinemia, tetapi jarang terjadi dan biasanya pada pemberian dengan
dosis melebihi dosis yang dianjurkan.[6]
Interaksi Obat
Pemberian vitamin K1 bersamaan dengan antikoagulan warfarin akan
menurunkan kerja warfarin yang bekerja sebagai antagonis vitamin K. Pada
pemberian antikoagulan kembali setelah penggunaan vitamin K1 dalam dosis
besar, mungkin diperlukan dosis warfarin yang lebih besar ataupun penggunaan
antikoagulan jenis lain seperti heparin.
Penggunaan vitamin K bersamaan dengan orlistat dapat menyebabkan
berkurangnya penyerapan vitamin larut lemak di saluran cerna, termasuk vitamin
K1. Oleh karena itu, pemberian orlistat dan vitamin K1 melalui jalur oral
sebaiknya berjarak ≥ 2 jam.[7]
4. Lidokain
Lidocaine adalah obat untuk menghilangkan rasa sakit atau memberi efek mati
rasa pada bagian tubuh tertentu (obat bius lokal). Obat ini juga bisa digunakan
untuk mengatasi aritmia jenis tertentu, sehingga termasuk juga dalam golongan
obat antiaritmia.
Lidocaine bekerja dengan cara menghambat sinyal penyebab nyeri sehingga
mencegah timbulnya rasa sakit untuk sementara. Lidocaine tersedia dalam berbagai
bentuk sediaan dengan tujuan penggunaan yang berbeda-beda.
Berikut ini adalah penjelasan bentuk sediaan lidocaine dan tujuan penggunaanya:
Jangan menggunakan lidocaine jika Anda alergi terhadap obat ini. Beri tahu
dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki.
Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit jantung,
penyakit paru-paru, methemoglobinemia, gangguan irama jantung
(aritmia), sepsis, penyakit liver, defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase
(G6PD).
Harap berhati-hati, penderita gangguan irama jantung yang menerima lidocaine
suntik harus melakukan pemeriksaan ektrokardiografi (EKG) terlebih dahulu. Hal
ini dilakukan untuk membantu dokter jenis dan durasi pengobatan.
Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat, suplemen, atau produk
herbal tertentu.
Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang
menyusui.
Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis setelah
menggunakan lidocaine.
Kondisi: Anestesi spinal
Suntikan melalui pembuluh darah: Dosis 50–300 mg sebagai larutan 0,5%. Dosis
maksimal: 4 mg/kgBB.
Kondisi: Sakit tenggorokan
Tablet isap: Diskusikan dengan dokter cara dan dosis yang diperlukan
Kondisi: Otitis eksterna
Tetes telinga: Dosis 4–5 tetes ke dalam lubang telinga 2–4 kali per hari.
Kondisi: Aritmia
Suntik (darurat): Dosis 300 mg diberikan melalui otot bahu. Dapat diulang
setelah 60–90 menit, jika dibutuhkan.
Suntik (stabil): Dosis 1–1,5 mg/kgBB, dapat diulang jika dibutuhkan. Dosis
maksimal 3 mg/kgBB, dapat diulang 2 kali. Dosis perlu dikurangi jika
penggunaan obat lebih lama dari 24 jam.
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping di atas tidak kunjung mereda atau
semakin berat. Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek
samping yang lebih serius, seperti:
Kejang
Gangguan irama jantung atau henti jantung
Nyeri sendi atau nyeri otot
Methemoglobinemia yang ditandai dengan sianosis, lelah, sesak napas
Kulit mudah memar atau berdarah
Hipertermia
5. Oksitosin
Oksitosin adalah preparat hormon oksitosin yang digunakan untuk memicu atau
menguatkan kontraksi rahim jika kontraksi lemah atau tidak terjadi dengan
sendirinya. Obat ini juga digunakan untuk meredakan perdarahan setelah proses
persalinan.
Preparat hormon oksitosin memiliki fungsi yang serupa dengan hormon oksitosin alami
yang diproduksi oleh tubuh. Oksitosin alami diproduksi di hipotalamus dan dilepaskan
ke aliran darah oleh kelenjar ptuitari yang ada di otak. Hormon ini memiliki banyak
fungsi di dalam tubuh, salah satunya adalah memicu kontraksi rahim.
Pada saat proses persalinan, kontraksi dibutuhkan agar bayi bisa keluar dari rahim.
Sementara saat persalinan selesai, kontraksi rahim diperlukan untuk mengembalikan
bentuk rahim dan menghentikan perdarahan.
Selain pada proses melahirkan, preparat hormon ini juga dapat digunakan bila
terjadi keguguran. Gunanya juga untuk merangsang kontraksi rahim agar jaringan janin
segera keluar dan perdarahan berhenti.
Merek dagang oksitosin: Decatosin, Induxin, Oxyla, Oxytocin, Protocin, Santocyn,
Syntocinon, Tiacinon.
Apa itu Oksitosin
Golongan Obat resep
Jangan menggunakan oksitosin jika Anda memiliki alergi terhadap obat ini.
Beri tahu dokter jika Anda pernah mengalami kesulitan melahirkan karena
panggul sempit atau menjalani operasi pada rahim, termasuk operasi caesar.
Bila sekiranya dokter yang menangani persalinan belum mengetahuinya,
informasikan dokter jika Anda mengalami kondisi kehamilan tertentu, seperti
hamil kembar, bayi sungsang, plasenta previa, polihidramnion, atau solusio
plasenta.
Beri tahu juga kepada dokter jika Anda pernah atau sedang menderita infeksi
rahim, kanker serviks, infeksi herpes pada alat kelamin, hipertensi, atau penyakit
jantung, seperti kelainan katup jantung, penyakit jantung koroner,
atau kardiomiopati.
Beri tahu dokter jika Anda memiliki aritmia, kelainan hasil EKG, atau keluarga
dengan riwayat henti jantung mendadak di usia muda.
Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk produk
herbal atau suplemen, untuk mengantisipasi terjadinya interaksi obat.
Beri tahu dokter jika Anda sedang menyusui.
Segera laporkan ke dokter ika terjadi reaksi alergi obat setelah menggunakan
oksitosin.
10 unit dengan suntik ke dalam otot dan 10–40 unit unit di dalam infus 1000 ml
Dosis awal 1–4 miliunit/menit melalui infus, pemberian dosis dapat ditingkatkan
setiap 20 menit, sampai tercapai kontraksi yang cukup kuat dan banyak. Dosis
maksimal 20 miliunit/menit, dengan total unit yang diberikan dalam 1 hari tidak
melebihi 5 unit.
Mual
Muntah
Kontraksi rahim yang berlebihan
Sakit kepala
Tekanan darah rendah
Takikardia
Oksitosin diberikan dengan tujuan untuk merangsang kontraksi rahim. Beri tahu dokter
jika Anda merasakan sakit perut yang tidak tertahankan, bahkan saat tidak kontraksi,
terutama jika disertai dengan perdarahan yang banyak dan tubuh terasa lemas.
Selain itu, segera beri tahu dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau
mengalami efek samping yang lebih serius, seperti:
Denyut jantung tidak teratur (aritmia)
Sakit kepala yang parah
Penglihatan menjadi buram
Denyut yang terasa di leher atau telinga
Linglung dan lelah
Efek samping juga bisa dirasakan janin atau bayi yang baru lahir akibat penggunaan
oksitosin oleh ibu hamil. Efek samping itu antara lain:
Sakit kuning
Gangguan irama jantung
Gangguan pada mata
Kejang
Gangguan pernapasan
Tegang otot
Segera laporkan ke dokter jika Anda mengamati efek samping di atas pada anak Anda.
Lihat lebih lanjut mengenai:
Perdarahan Pascamelahirkan
Plasenta Akreta
Retensi Plasenta