Anda di halaman 1dari 20

Nama : Rezkia Chairunnida

NIM :PO71241220276
Jurusan :DIV Kebidanan Alih Jenjang Tanjabbarat
MataKuliah : Farmakologi
Dosen Pengampu :Supriyadi, M.Si, Apt
Materi :Undang-Undang Kewenangan Bidan dalam Pemberian Obat

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor


1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan
yang dimiliki bidan meliputi:

1. Kewenangan normal (Pasal 9 Permenkes 1464/2010:

o Pelayanan kesehatan ibu


o Pelayanan kesehatan anak
o Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki
dokter

Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan
ini meliputi:

1. Pelayanan kesehatan ibu (Pasal 10 ayat 3 Permenkes 1464/2010)


1. Ruang lingkup:
 Pelayanan konseling pada masa pra hamil
 Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
 Pelayanan persalinan normal
 Pelayanan ibu nifas normal
 Pelayanan ibu menyusui
 Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
2. Kewenangan:
 Episiotomi
 Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
 Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
 Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
 Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
 Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air
susu ibu (ASI) eksklusif
 Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
 Penyuluhan dan konseling
 Bimbingan pada kelompok ibu hamil
 Pemberian surat keterangan kematian
 Pemberian surat keterangan cuti bersalin
2. Pelayanan kesehatan anak (Pasal 11 ayat (2) Permenkes 1464/2010):
1. Ruang lingkup:
 Pelayanan bayi baru lahir
 Pelayanan bayi
 Pelayanan anak balita
 Pelayanan anak pra sekolah
2. Kewenangan:
 Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin
K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat
 Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
 Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
 Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
 Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra
sekolah
 Pemberian konseling dan penyuluhan
 Pemberian surat keterangan kelahiran
 Pemberian surat keterangan kematian
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan
kewenangan:
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

     Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang
menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan
pelayanan kesehatan yang meliputi:

1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan


memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit
2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu
(dilakukan di bawah supervisi dokter)
3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan
anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak
sekolah
6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap
Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit
lainnya
8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) melalui informasi dan edukasi
9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah

     Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi,
penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan
memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya,
serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk
pelayanan tersebut.

     Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada
dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di
daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter.

Sumber : http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171#more-171

Contoh obat yang di berikan bidan sesuai kewenangannya:

1. Vit A

Vitamin A berperan penting dalam kesehatan mata, sistem imun, dan


pertumbuhan sel. Suplemen vitamin A bisa digunakan dalam pengobatan
campak dan defisiensi (kekurangan) vitamin A, termasuk xerophthalmia.
Secara alami, kebutuhan vitamin A dapat dicukupi dari konsumsi
makanan yang kaya akan vitamin ini, seperti susu, hati sapi, keju, yoghurt, telur,
buah mangga, sayur bayam, wortel, atau minyak ikan.
Untuk mencegah kekurangan vitamin A, Kementerian Kesehatan RI
melakukan program pemberian suplemen vitamin A pada balita secara rutin.
Ada dua macam kapsul vitamin A yang diberikan, yaitu kapsul biru untuk
bayi usia 6–11 bulan, serta kapsul merah untuk anak usia 1–5 tahun. Vitamin A
kapsul merah juga bisa diberikan kepada ibu yang baru melahirkan (nifas).
Merek dagang vitamin A: Eyevision Vitamin A and D Soft Capsule, GNC
Vitamin A & D, Nature's Plus SP Antiox, Renovit Gold, Vitamin A IPI
Apa Itu Vitamin A

Golongan Obat bebas dan resep


Kategori Vitamin
Manfaat Mencegah dan mengobati defisiensi vitamin A
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
  (Untuk dosis sesuai angka kecukupan gizi
harian)Kategori A: Studi terkontrol pada wanita hamil
tidak menunjukkan adanya risiko terhadap janin, dan kecil
kemungkinannya untuk membahayakan janin.
(Untuk dosis melebihi >6.000 unit per hari)
  Kategori C: Studi pada binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin,
 
namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat
Vitamin A untuk hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang
ibu hamil dan diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
menyusui
Vitamin A dapat terserap ke dalam ASI, tetapi masih aman
bila dikonsumsi sesuai dengan nilai angka kecukupan gizi
harian. Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan
vitamin A jika Anda sedang hamil atau menyusui.

Bentuk obat Tablet, kapsul

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Vitamin A


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mengonsumsi vitamin A, yaitu:

 Jangan mengonsumsi suplemen vitamin A jika Anda alergi terhadap vitamin ini.
 Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan vitamin A jika Ada sedang
hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
 Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan vitamin A jika Anda
menderita anemia, defisiensi zat besi atau zinc, penyakit ginjal, penyakit
liver, cystic fibrosis, kurang gizi atau malnutrisi, penyakit pankreas, atau infeksi di
saluran cerna.
 Jangan mengonsumsi minuman beralkohol jika Anda sedang menggunakan
suplemen vitamin A, karena dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan hati.
 Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan vitamin A jika Anda sedang
menggunakan suplemen lain, produk herbal atau obat-obatan tertentu.
 Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi atau overdosis setelah
mengonsumsi vitamin A.

Dosis dan Aturan Pakai Vitamin A


Secara umum, berikut adalah pembagian dosis vitamin A sesuai dengan kondisi yang
ingin ditangani:
Kondisi: Kekurangan vitamin A

 Dosis pengobatan adalah 10.000–20.000 unit per hari selama 2 bulan


 Dosis pencegahan adalah 10.000–50.000 unit per hari.

Kondisi: Xerophthalmia
 Dewasa: 200.000 unit per hari selama 2 hari. Pemberian diulang kembali setelah
2 minggu. Perempuan pada usia reproduksi dengan gejala rabun senja atau
Bitot’s spot dosisnya adalah 5.000–10.000 unit per hari.
 Bayi usia 0–6 bulan: 000 unit per hari selama 2 hari. Pemberian diulang kembali
setelah 2 minggu.
 Bayi usia 6–12 bulan: 000 unit per hari selama 2 hari, Pemberian diulang kembali
setelah 2 minggu.     

Kondisi: Campak pada anak

 Usia 0–6 bulan: 000 unit per hari selama 2 hari.


 Usia 6–11 bulan: 000 unit per hari selama 2 hari.
 Usia ≥12 bulan: 000 unit per hari selama 2 hari.

Kebutuhan Harian dan Batas Asupan Vitamin A


Angka kecukupan gizi (AKG) harian vitamin A, tergantung pada usia, jenis kelamin, dan
kondisi kesehatan. Jumlah asupan tersebut dapat diperoleh dari makanan, suplemen,
atau gabungan dari keduanya.
Berikut adalah AKG harian vitamin A berdasarkan usia:

Usia Asupan (mcgRAE)


0–5 bulan 375
6 bulan – 3 tahun 400
4–6 tahun 450
7–9 tahun 500
10–15 tahun 600
Pria 16–18 tahun 700
Pria ≥18 tahun 650
Wanita ≥16 tahun 600
Ibu hamil +300
Ibu menyusui +350

Cara Mengonsumsi Vitamin A dengan Benar


Pastikan untuk mengonsumsi suplemen vitamin A sesuai petunjuk pada kemasan. Bila
perlu, diskusikan dengan dokter untuk mengetahui dosis yang tepat sesuai kondisi
Anda. Jangan melebihi dosis yang dianjurkan guna menghindari efek samping.
Perlu diingat bahwa suplemen vitamin dan mineral dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhan tubuh terhadap vitamin dan mineral, terutama ketika asupan vitamin dan
mineral dari makanan saja tidak cukup.
Suplemen vitamin A sebaiknya dikonsumsi bersama makanan agar lebih mudah
diserap oleh tubuh. Telan tablet atau kapsul vitamin A secara utuh. Jangan membelah,
mengunyah, atau menggerus suplemen.
Jika lupa mengonsumsi vitamin A, segera minum suplemen ini bila belum mendekati
jadwal konsumsi berikutnya. Jika sudah mendekati, abaikan dosis yang terlewat dan
jangan menggandakan dosis selanjutnya.
Simpan tablet atau kapsul vitamin A dalam suhu ruangan, di tempat yang kering, dan
terhindar dari panas dan paparan sinar matahari langsung. Jauhkan suplemen ini dari
jangkauan anak-anak.

Interaksi Vitamin A dengan Obat Lain


Interaksi yang dapat terjadi bila suplemen vitamin A digunakan bersama obat-obatan
tertentu antara lain:

 Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan bersama warfarin


 Peningkatan tekanan di dalam rongga kepala jika digunakan
bersama demeclocycline, minocycline, atau tetracycline
 Peningkatan risiko terjadinya hipervitaminosis A (kelebihan vitamin A dalam
darah) jika digunakan bersama turunan vitamin A lain, seperti retinoid, tretinoin,
atau isotretinoin
 Penurunan efektivitas vitamin A jika digunakan bersama cholestyramine,
colestipol, atau orlistat

Efek Samping dan Bahaya Vitamin A


Jika dikonsumsi sesuai anjuran dokter dan aturan penggunaan yang tertera di
kemasan, suplemen vitamin A jarang sekali menimbulkan efek samping. Namun, jika
dikonsumsi secara berlebihan atau dalam jangka panjang, vitamin A dapat
menyebabkan beberapa efek samping berikut:

 Diare
 Hilang nafsu makan
 Demam
 Sakit perut
 Sakit kepala
 Muntah
 Kulit kering dan bibir pecah-pecah
 Tubuh mudah lelah atau lemas
 Rambut rontok
 Gangguan penglihatan, seperti pandangan ganda atau kabur
 Kejang

2. FE
Kegunaan suplemen Ferrous Fumerate
Ferrous fumarate adalah suatu jenis besi. Obat ini merupakan suplemen zat besi
yang digunakan untuk mengobati atau mencegah kadar zat besi dalam darah
yang rendah (misalnya, untuk anemia atau selama kehamilan). Zat besi
merupakan mineral penting yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan sel
darah merah dan menjaga kesehatan Anda. 

Dalam tubuh Anda, zat besi menjadi bagian dari hemoglobin dan mioglobin.
Hemoglobin membawa oksigen melalui darah ke jaringan dan organ. Myoglobin
membantu sel-sel otot menyimpan oksigen.

Dosis suplemen Ferrous Fumerate


Suplemen Ferrous Fumerate tersedia dalam bentuk oral. Berikut dosis suplemen
Ferrous Fumerate yang biasa digunakan:

Dosis Dewasa untuk Anemia defisiensi Zat Besi:


Dosis awal: ferrous fumarate 360 mg / hari (unsur besi 120 mg / hari) selama 3
bulan. Berikan dalam dosis terbagi (1 hingga 3 kali sehari). Dosis Anak: kurang
dari usia 12 tahun Sebagai unsur Fe: 3-6 mg / kg setiap hari dalam 3 dosis
terbagi. Maks: 180 mg.

Dosis Dewasa untuk Anemia Terkait dengan Gagal Ginjal Kronis:


Dosis awal: 600 mg / hari ferrous fumarate (200 mg / hari unsur besi) secara oral
dalam dosis terbagi (1 hingga 3 kali sehari) 

Dosis Dewasa untuk Suplementasi Vitamin / Mineral: Dosis awal:


1 tablet oral sekali sehari.

Terjadi penurunan serapan suplemen ini jika diberikan bersamaan dengan


makanan, seperti sereal, teh, kopi, telur, dan susu. Oleh karena itu suplemen ini
sebaiknya diminum dalam keadaan perut kosong. Dapat juga dikonsumsi selama
makan untuk mengurangi ketidaknyamanan saluran pencernaan.
Bacalah petunjuk penggunaan obat sesuai yang tertera pada kemasan obat atau
resep dokter. Simpan dan letakkan obat pada tempat yang sejuk atau pada suhu
ruangan. 

Hindari paparan langsung sinar matahari serta jauhkan dari jangkauan anak-anak
dan binatang peliharaan. Periksa dan perhatikan selalu tanggal pemakaian
sebelum mengkonsumsi obat.

Efek samping suplemen Ferrous Fumerate


Seiring dengan efek obat yang dikonsumsi, setiap obat-obatan dapat
menyebabkan beberapa efek yang tidak diinginkan, yang kadang-kadang
menimbulkan efek yang serius. Namun, setiap orang umumnya dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda-beda terhadap dosis obat yang sama.

Seperti halnya dalam penggunaan suplemen Ferrous Fumerate yang juga


memiliki beberapa efek samping, sebagai berikut:

 Mual, muntah
 Ketidaknyamanan saluran pencernaan
 Nyeri epigastrium
 Konstipasi atau diare
 Anoreksia
 Tinja gelap
 Perubahan warna gigi
 Rasa panas pada perut
 Hilangnya nafsu makan
Jika setelah mengkonsumsi suplemen Ferrous Fumerate terdapat tanda dan
gejala seperti yang telah disebutkan diatas atau terdapat tanda dan gejala lain
yang menetap dan memburuk, segera datangi dokter atau layanan kesehatan
terdekat untuk mendapatkan penanganan yang lebih lanjut.

Interaksi Obat
Obat ini dapat berinteraksi dengan obat-obatan lainnya termasuk:

 Amygdalin
 Dabrafenib
 Deferoxamine
 Digoxin
 Elvitegravir
 Ketoconazole
 Phenytoin
 Rilpivirine
 Vismodegib

Perhatian dan Peringatan


Hindari penggunaan obat ini untuk penderita yang memiliki riwayat alergi
terhadap suplemen Ferrous Fumerate atau riwayat alergi obat-obatan lainnya.

Sebelum menggunakan obat ini sebaiknya Anda memberi tahu dokter mengenai
obat-obatan yang sedang Anda konsumsi baik itu vitamin, herbal, obat dari resep
dokter atau tanpa resep dokter. Karena beberapa obat dapat menimbulkan efek
samping jika dikombinasikan dengan obat Ferrous Fumerate.

Sebelum minum obat ini, beri tahu dokter atau apoteker mengenai riwayat
kesehatan Anda, terutama dari penggunaan atau penyalahgunaan alkohol,
gangguan hati, masalah perut atau usus (mis. Maag, radang usus besar Pasien
dengan riwayat ulkus peptikum, striktur usus, penyakit divertikular; pasien pasca-
gastrektomi)

3. Vit K1

Indikasi vitamin K1 untuk mengatasi gangguan perdarahan akibat defisiensi


vitamin K, baik yang diakibatkan oleh pemberian antikoagulan, maupun akibat
penyakit lain, seperti penyakit hepar kronis. Dosis harus disesuaikan dengan
kondisi pasien, terutama pada gangguan perdarahan yang diakibatkan oleh
pemberian antikoagulan. Dokter harus mempertimbangkan apakah antikoagulan
akan tetap digunakan secara rutin, misalnya pada pasien dengan katup jantung
mekanik.

Pasien Pediatrik

Vitamin K1 diberikan sebagai profilaksis perdarahan akibat defisiensi vitamin K


dengan
 IM: dosis tunggal 0,5-1 mg dalam 1 jam setelah kelahiran
 Oral: 2 mg sebanyak 3 kali (pada waktu lahir, umur 3-5 hari, dan umur 4-6 dosis
sebagai berikut:minggu)[10,11]

Efek samping vitamin K1 yang paling sering terjadi adalah efek samping lokal
berupa nyeri dan bengkak pada lokasi injeksi. Interaksi obat di antaranya adalah
penurunan absorpsi pada penggunaan bersama dengan orlistat.
 Efek Samping
 Efek samping yang umum terjadi, yaitu nyeri dan bengkak pada lokasi injeksi.
Selain itu dapat timbul flushing sensation, dan peculiar sensation of taste, pusing,
berkeringat banyak, hipotensi singkat, sesak nafas, dan sianosis. Efek samping
yang jarang dan biasanya terjadi setelah injeksi berulang, yaitu plak gatal,
indurasi, dan eritema yang kadang dapat berkembang menjadi lesi seperti
skleroderma. Pemberian vitamin K1 pada bayi dilaporkan dapat menyebabkan
hiperbilirubinemia, tetapi jarang terjadi dan biasanya pada pemberian dengan
dosis melebihi dosis yang dianjurkan.[6]
 Interaksi Obat
 Pemberian vitamin K1 bersamaan dengan antikoagulan warfarin akan
menurunkan kerja warfarin yang bekerja sebagai antagonis vitamin K. Pada
pemberian antikoagulan kembali setelah penggunaan vitamin K1 dalam dosis
besar, mungkin diperlukan dosis warfarin yang lebih besar ataupun penggunaan
antikoagulan jenis lain seperti heparin.
 Penggunaan vitamin K bersamaan dengan orlistat dapat menyebabkan
berkurangnya penyerapan vitamin larut lemak di saluran cerna, termasuk vitamin
K1. Oleh karena itu, pemberian orlistat dan vitamin K1 melalui jalur oral
sebaiknya berjarak ≥ 2 jam.[7]

Kontraindikasi vitamin K jika terdapat hipersensitivitas terhadap obat ini.


Peringatan untuk memperhatikan dosis yang diberikan pada pasien geriatri dan
memantau fungsi hepar, renal, serta jantung pasien.
 Kontraindikasi
 Kontraindikasi pemberian vitamin K1 adalah terdapatnya hipersensitivitas
terhadap komponen penyusun sediaan obat vitamin K1. Efek samping yang
berbahaya, yaitu reaksi hipersensitivitas berat yang bahkan dapat menyebabkan
kematian. Sebagian besar reaksi hipersensitivitas terhadap fitomenadion terjadi
pada pemberian intravena.
 Peringatan
 Vitamin K adalah salah satu vitamin yang dicurigai menjadi pemicu terjadinya
hemolisis pada orang dengan defisiensi Glucose-6-phosphate
dehydrogenase (G6PD) sehingga beberapa klinisi menyatakan orang dengan
defisiensi G6PD harus menghindari vitamin K. Namun, studi meta analisis yang
menilai hubungan vitamin K dengan hemolisis menunjukkan tidak ada hubungan
antara keduanya sehingga vitamin K dapat diberikan pada orang dengan
defisiensi G6PD.[6,7,28]
 Pemberian vitamin K pada pasien geriatri harus lebih memperhatikan dosis yang
diberikan karena menurunnya fungsi hepar, renal, dan jantung serta
kemungkinan penyakit penyerta lain.[6,7]

4. Lidokain

Lidocaine adalah obat untuk menghilangkan rasa sakit atau memberi efek mati
rasa pada bagian tubuh tertentu (obat bius lokal). Obat ini juga bisa digunakan
untuk mengatasi aritmia jenis tertentu, sehingga termasuk juga dalam golongan
obat antiaritmia.
Lidocaine bekerja dengan cara menghambat sinyal penyebab nyeri sehingga
mencegah timbulnya rasa sakit untuk sementara. Lidocaine tersedia dalam berbagai
bentuk sediaan dengan tujuan penggunaan yang berbeda-beda.

Berikut ini adalah penjelasan bentuk sediaan lidocaine dan tujuan penggunaanya:

1. Lidocaine obat topikal (krim, gel, salep)


Digunakan untuk menimbulkan efek mati rasa pada area kulit. Jenis sediaan ini
biasanya digunakan sebelum prosedur medis tertentu atau dapat digunakan
untuk meredakan nyeri akibat gigitan serangga, terkena getah tanaman
beracun, luka gores ringan, atau luka bakar ringan.
2. Lidocaine semprot
Digunakan untuk menimbulkan efek mati rasa pada mulut atau tenggorokan
sebelum menjalani prosedur medis tertentu, misalnya pemasangan selang alat
bantu napas atau gastroskopi.
3. Lidocaine injeksi/suntik
Digunakan untuk menimbulkan efek mati rasa pada sebagian area tubuh
tertentu. Jenis sediaan ini bisa digunakan sebelum proses penjahitan luka robek
atau operasi caesar.
Selain digunakan sebagai obat bius lokal, lidocaine injeksi juga digunakan untuk
mengatasi aritmia atau gangguan irama jantung.
4. Lidocaine suppositoria
Digunakan untuk meredakan rasa nyeri, gatal, atau pembengkakan pada anus
akibat wasir atau gangguan lain pada area anus. Obat digunakan dengan cara
dimasukkan lewat anus atau dubur.
5. Lidocaine tablet hisap
Digunakan untuk meredakan sakit tenggorokan. Untuk bentuk sediaan ini masih
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya.
6. Lidocaine obat tetes telinga
Digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan pada radang telinga
tengah (otitis media) atau radang telinga luar (otitis eksterna). Sama halnya
dengan lidocaine tablet hisap, efektivitas dan keamanan penggunaan lidocaine
tetes telinga masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Merek dagang lidocaine: Colme, Emla, Extracaine, Lignovell, Liposin, Nelicort, Otilon,


Otopain, Pehacain, Topsy, Ultraproct N, Xylocaine

Apa Itu Lidocaine


Golongan Obat resep
Kategori Anestesi lokal, antiaritmia 
Sebagai obat bius lokal untuk menghilangkan rasa sakit yang
Manfaat
sifatnya sementara dan mengatasi gangguan irama jantung
Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak
Kategori B: Studi pada binatang percobaan tidak
memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, tetapi belum
ada studi terkontrol pada wanita hamil.
Lidocaine untuk ibu
hamil dan menyusui Lidocaine dapat terserap ke dalam ASI. Bagi ibu menyusui,
konsultasikan dulu kepada dokter sebelum menggunakan
obat ini.

Krim, salep, gel, suppositoria, semprot, suntik, tablet hisap,


Bentuk obat
tetes telinga

Peringatan Sebelum Menggunakan Lidocaine


Lidocaine hanya boleh digunakan sesuai resep dokter. Sebelum menggunakan obat ini,
Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

 Jangan menggunakan lidocaine jika Anda alergi terhadap obat ini. Beri tahu
dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki.
 Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit jantung,
penyakit paru-paru, methemoglobinemia, gangguan irama jantung
(aritmia), sepsis, penyakit liver, defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase
(G6PD).
 Harap berhati-hati, penderita gangguan irama jantung yang menerima lidocaine
suntik harus melakukan pemeriksaan ektrokardiografi (EKG) terlebih dahulu. Hal
ini dilakukan untuk membantu dokter jenis dan durasi pengobatan.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat, suplemen, atau produk
herbal tertentu.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang
menyusui.
 Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis setelah
menggunakan lidocaine.

Dosis dan Aturan Pakai Lidocaine


Dosis lidocaine pada setiap orang dapat berbeda berdasarkan kondisi pasien dan
bentuk obat. Berikut ini adalah dosis lidocaine untuk orang dewasa:
Kondisi: Anestesi epidural

 Suntikan di daerah saraf tulang belakang (anastersi lumbal epidural, thoracic


epidural, atau caudal): Dosis 250–300 mg sebagai larutan 1% untuk analgesik
epidural lumbar/pinggang.

Kondisi: Anestesi spinal

 Suntikan daerah saraf tulang belakang (spinal): Dosis 50 mg–100 mg sebagai


larutan 5% tergantung jenis operasi.

Kondisi: Anestesi regional pada bagian tubuh tertentu

 Suntikan melalui pembuluh darah: Dosis 50–300 mg sebagai larutan 0,5%. Dosis
maksimal: 4 mg/kgBB.

Kondisi: Anestesi pada area luar (kulit, rongga mulut, uretra)

 Semprot: Semprotkan 40–200 mg larutan 4% ke area yang ingin dibius.


 Salep 5%: Dosis 5 gram untuk setiap pemberian, maksimal 20 g per hari untuk
kulit atau lapisan mukosa, seperti rongga mulut.
 Gel 2%: Biasa digunakan sebelum pemasangan kateter urine. Untuk wanita, 60–
100 mg. Untuk pria, 100–200 mg.

Kondisi: Wasir dan gatal pada dubur

 Suppositoria: Digunakan 2–3 kali sehari.

Kondisi: Sakit tenggorokan

 Tablet isap: Diskusikan dengan dokter cara dan dosis yang diperlukan
Kondisi: Otitis eksterna

 Tetes telinga: Dosis 4–5 tetes ke dalam lubang telinga 2–4 kali per hari.

Kondisi: Aritmia

 Suntik (darurat): Dosis 300 mg diberikan melalui otot bahu. Dapat diulang
setelah 60–90 menit, jika dibutuhkan.
 Suntik (stabil): Dosis 1–1,5 mg/kgBB, dapat diulang jika dibutuhkan. Dosis
maksimal 3 mg/kgBB, dapat diulang 2 kali. Dosis perlu dikurangi jika
penggunaan obat lebih lama dari 24 jam.

Cara Menggunakan Lidocaine dengan Benar


Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan lidocaine sebelum
mulai menggunakannya. Jangan mengurangi atau menambah dosis tanpa
berkonsultasi dulu dengan dokter.
Lidocaine semprot biasanya diberikan dokter sesaat sebelum prosedur medis dimulai.
Hindari makan dan minum hingga efek mati rasa menghilang, karena obat ini dapat
menyebabkan Anda mengalami kesulitan menelan atau tidak sengaja menggigit bagian
dalam mulut.
Pemberian lidocaine suntik akan diberikan langsung oleh dokter atau petugas medis di
bawah pengawasan dokter. Beri tahu dokter mengenai kondisi atau penyakit yang Anda
sedang atau pernah Anda derita, agar dokter dapat menyesuaikan dosis dan durasi
pengobatan.
Sebelum menggunakan lidocaine topikal, cuci tangan dengan sabun terlebih dahulu.
Hindari kontak antara obat dengan mata. Jika terkena mata segera bersihkan mata
dengan air bersih yang mengalir.
Untuk lidocaine suppositoria, pemberian obat dilakukan melalui anus. Basahi obat
dengan air agar mudah dimasukkan. Pemberian obat dapat dilakukan dengan cara
berdiri dan mengangkat satu kaki, atau merebahkan diri dengan satu kaki ditekuk dan
yang lainnya diposisikan lurus. Hal itu dilakukan agar posisi bokong lebih terbuka
sehingga memudahkan proses memasukkan obat.
Dorong suppositoria ke dalam anus secara perlahan dengan ujung runcing terlebih
dahulu, sampai masuk sedalam 2–3 cm. Setelah obat dimasukkan, tetap duduk atau
berbaring dan tunggu sekitar 15 menit sampai obat mencair. Utamakan selalu
kebersihan tangan dan tubuh sewaktu dan setelah menggunakan obat.
Konsumsi lidocaine tablet isap hanya dilakukan saat dibutuhkan. Periksa kemasan
sebelum mengonsumsi obat. Jika kemasan rusak atau terbuka, sebaiknya obat jangan
dikonsumsi.
Penggunaan lidocaine tetes telinga dilakukan dengan cara berbaring menyamping atau
memiringkan kepala, agar lubang telinga yang akan diteteskan obat menghadap atas.
Setelah diteteskan, tahan posisi dan tunggu selama 2 menit agar obat masuk.
Simpan lidocaine di dalam suhu ruangan dan terhindar dari paparan sinar matahari
langsung. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.

Interaksi Lidocaine dengan Obat Lain


Lidocaine dapat menimbulkan interaksi obat jika digunakan bersama obat-obatan lain.
Berikut ini adalah beberapa efek interaksi obat yang dapat terjadi:

 Peningkatan kadar lidocaine dalam darah jika digunakan dengan cimetidine


atau propranolol
 Peningkatan risiko terjadinya gangguan jantung jika digunakan dengan obat
golongan beta blocker, misalnya bisoprolol
 Peningkatan efek samping terhadap jantung jika digunakan
dengan phenytoin suntik
 Penurunan efektivitas lidocaine jika digunakan dengan diuretik
loop, acetazolamide, atau thiazide

Efek Samping dan Bahaya Lidocaine


Beberapa efek samping yang mungkin timbul setelah menggunakan lidocaine adalah:

 Mual, muntah, atau konstipasi


 Pusing
 Kesemutan
 Tremor
 Sakit kepala
 Hipotensi
 Iritasi kulit, kemerahan, atau bengkak di area suntikan atau di kulit yang diolesi
lidocaine

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping di atas tidak kunjung mereda atau
semakin berat. Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau efek
samping yang lebih serius, seperti:

 Kejang
 Gangguan irama jantung atau henti jantung
 Nyeri sendi atau nyeri otot
 Methemoglobinemia yang ditandai dengan sianosis, lelah, sesak napas
 Kulit mudah memar atau berdarah
 Hipertermia
5. Oksitosin

Oksitosin adalah preparat hormon oksitosin yang digunakan untuk memicu atau
menguatkan kontraksi rahim jika kontraksi lemah atau tidak terjadi dengan
sendirinya. Obat ini juga digunakan untuk meredakan perdarahan setelah proses
persalinan.
Preparat hormon oksitosin memiliki fungsi yang serupa dengan hormon oksitosin alami
yang diproduksi oleh tubuh. Oksitosin alami diproduksi di hipotalamus dan dilepaskan
ke aliran darah oleh kelenjar ptuitari yang ada di otak. Hormon ini memiliki banyak
fungsi di dalam tubuh, salah satunya adalah memicu kontraksi rahim.

Pada saat proses persalinan, kontraksi dibutuhkan agar bayi bisa keluar dari rahim.
Sementara saat persalinan selesai, kontraksi rahim diperlukan untuk mengembalikan
bentuk rahim dan menghentikan perdarahan.
Selain pada proses melahirkan, preparat hormon ini juga dapat digunakan bila
terjadi keguguran. Gunanya juga untuk merangsang kontraksi rahim agar jaringan janin
segera keluar dan perdarahan berhenti.
Merek dagang oksitosin: Decatosin, Induxin, Oxyla, Oxytocin, Protocin, Santocyn,
Syntocinon, Tiacinon.

Apa itu Oksitosin
Golongan Obat resep

Kategori Hormon sintetis

Memicu kontraksi rahim, mengontrol perdarahan setelah


Manfaat
melahirkan, dan membantu keluarnya ASI

Digunakan oleh Dewasa

Kategori X: Studi pada binatang percobaan dan manusia telah


memperlihatkan bahwa obat ini dapat menyebabkan kontraksi
rahim yang memicu keguguran.
Obat dalam kategori ini tidak boleh digunakan oleh wanita yang
Oksitosin untuk untuk sedang hamil atau memiliki kemungkinan untuk hamil, kecuali
ibu hamil dan menyusui dengan tujuan untuk melahirkan (ketika sudah memasuki fase
awal persalinan).
Belum diketahui apakah oksitosin dapat terserap ke dalam ASI
atau tidak. Namun, obat ini biasanya tidak menyebabkan efek
berbahaya bagi bayi baru lahir yang menyusui.
Bentuk obat Suntik

Peringatan Sebelum Menggunakan Oksitosin


Sebelum menggunakan oksitosin, Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

 Jangan menggunakan oksitosin jika Anda memiliki alergi terhadap obat ini.
 Beri tahu dokter jika Anda pernah mengalami kesulitan melahirkan karena
panggul sempit atau menjalani operasi pada rahim, termasuk operasi caesar.
 Bila sekiranya dokter yang menangani persalinan belum mengetahuinya,
informasikan dokter jika Anda mengalami kondisi kehamilan tertentu, seperti
hamil kembar, bayi sungsang, plasenta previa, polihidramnion, atau solusio
plasenta.
 Beri tahu juga kepada dokter jika Anda pernah atau sedang menderita infeksi
rahim, kanker serviks, infeksi herpes pada alat kelamin, hipertensi, atau penyakit
jantung, seperti kelainan katup jantung, penyakit jantung koroner,
atau kardiomiopati.
 Beri tahu dokter jika Anda memiliki aritmia, kelainan hasil EKG, atau keluarga
dengan riwayat henti jantung mendadak di usia muda.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat lain, termasuk produk
herbal atau suplemen, untuk mengantisipasi terjadinya interaksi obat.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang menyusui.
 Segera laporkan ke dokter ika terjadi reaksi alergi obat setelah menggunakan
oksitosin.

Dosis dan Aturan Pakai Oksitosin


Dosis oksitosin yang diberikan berbeda-beda tergantung pada tujuan pemberiannya.
Berikut ini adalah dosis umum penggunaan oksitosin pada orang dewasa berdasarkan
tujuan pemakaian:
Kondisi: Mengatasi perdarahan pasca persalinan

 10 unit dengan suntik ke dalam otot dan 10–40 unit unit di dalam infus 1000 ml

Tujuan: Induksi persalinan, misalnya pada atonia uteri

 Dosis awal 1–4 miliunit/menit melalui infus, pemberian dosis dapat ditingkatkan
setiap 20 menit, sampai tercapai kontraksi yang cukup kuat dan banyak. Dosis
maksimal 20 miliunit/menit, dengan total unit yang diberikan dalam 1 hari tidak
melebihi 5 unit.

Tujuan: Mengatasi keguguran tidak lengkap (abortus inkomplit) atau keguguran yang


tidak bisa dihindari (abortus insipiens)
 Dosis awal 5 unit diberikan melalui injeksi lambat selama 5 menit. Jika
diperlukan, dapat diikuti dengan infus berkecepatan 20–40 miliunit/menit.

Cara Menggunakan Oksitosin dengan Benar


Oksitosin hanya bisa digunakan atas dasar keputusan dokter. Obat ini tersedia dalam
bentuk suntik dan diberikan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan
dokter. Obat dapat diberikan melalui suntikan ke dalam otot atau melalui infus. Selama
menggunakan obat ini, ikuti instruksi dan saran yang diberikan oleh dokter.
Selama menggunakan oksitosin, kontraksi rahim dan tanda-tanda vital lainnya akan
diawasi dengan ketat oleh dokter. Jika Anda menggunakan oksitosin selama
persalinan, detak jantung bayi juga akan dipantau melalui monitor untuk mengevaluasi
efek oksitosin pada bayi.

Interaksi Oksitosin dengan Obat Lain


Ada beberapa interaksi obat yang dapat terjadi jika oksitosin digunakan bersama obat-
obatan lain, yaitu:

 Peningkatan efektivitas prostaglandin


 Peningkatan risiko terjadinya gangguan irama jantung jika digunakan
bersama salbutamol, fluconazole, azithromycin, atau ciprofloxacin.
 Peningkatan risiko terjadinya krisis hipertensi jika digunakan
dengan dobutamine atau epinephrine.
 Penurunan efektivitas okstosin dan peningkatan risiko terjadinya hipotensi jika
digunakan dengan obat bius inhalasi, seperti halothane, sevoflurane, desflurane,
atau cyclopropane

Efek Samping dan Bahaya Oksitosin


Beberapa efek samping yang mungkin terjadi saat menggunakan oksitosin adalah:

 Mual
 Muntah
 Kontraksi rahim yang berlebihan
 Sakit kepala
 Tekanan darah rendah
 Takikardia

Oksitosin diberikan dengan tujuan untuk merangsang kontraksi rahim. Beri tahu dokter
jika Anda merasakan sakit perut yang tidak tertahankan, bahkan saat tidak kontraksi,
terutama jika disertai dengan perdarahan yang banyak dan tubuh terasa lemas.
Selain itu, segera beri tahu dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat atau
mengalami efek samping yang lebih serius, seperti:
 Denyut jantung tidak teratur (aritmia)
 Sakit kepala yang parah
 Penglihatan menjadi buram
 Denyut yang terasa di leher atau telinga
 Linglung dan lelah

Efek samping juga bisa dirasakan janin atau bayi yang baru lahir akibat penggunaan
oksitosin oleh ibu hamil. Efek samping itu antara lain:

 Sakit kuning
 Gangguan irama jantung
 Gangguan pada mata
 Kejang
 Gangguan pernapasan
 Tegang otot

Segera laporkan ke dokter jika Anda mengamati efek samping di atas pada anak Anda.
Lihat lebih lanjut mengenai:

 Perdarahan Pascamelahirkan
 Plasenta Akreta
 Retensi Plasenta

Anda mungkin juga menyukai