Anda di halaman 1dari 98

MODUL

PERENCANAAN TERPADU
KESEHATAN IBU DAN ANAK
YANG TERINTEGRASI DENGAN
SPM DAN PIS-PK

Tim Penyusun:

Dr.dr. Sutopo Patria Jati, MM, M.Kes


Dr. Budiyono, SKM, M.Kes
Dr.Dra. Ayun Sriatmi, M.Kes
Dr.Ir. Martini, M.Kes
Dr. Drs. Syamsulhuda BM, M.Kes
Nikie Astorina Yunita Dewanti, SKM, M.Kes
dr. Rani Tiyas Budiyanti, M.H.
Nurhasmadiar Nandini, SKM, M.Kes
Deni Harbianto, S.E, M.Ek
Sasmito Effendi, S.Psi

Kerjasama PT-KIA Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Diponegoro dan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2019
MODUL
PERENCANAAN TERPADU KESEHATAN IBU DAN ANAK
YANG TERINTEGRASI DENGAN SPM DAN PIS-PK

DISUSUN OLEH:
Dr.dr. Sutopo Patria Jati, MM, M.Kes
Dr. Budiyono, SKM, M.Kes
Dr.Dra. Ayun Sriatmi, M.Kes
Dr.Ir. Martini, M.Kes
Dr. Drs. Syamsulhuda BM, M.Kes
Nikie Astorina Yunita Dewanti, SKM, M.Kes
dr. Rani Tiyas Budiyanti, M.H.
Nurhasmadiar Nandini, SKM, M.Kes
Deni Harbianto, S.E, M.Ek
Sasmito Effendi, S.Psi

Kerjasama PT-KIA Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

dan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

2019

1
KATA PENGANTAR

Perkembangan waktu dan zaman akan berpengaruh pada pola/trend dalam


masyarakat tak terkecuali dalam permasalahan kesehatan. Kesehatan ibu dan anak
menjadi salah satu indikator SDG’s dan menjadi salah satu indikator derajat kesehatan
masyarakat. Dengan adanya perubahan pola atau trend dalam masyarakat permasalahan
kesehatan ibu dan anak pun mengalami pergeseran. Seperti contohnya kematian ibu yang
dahulu banyak terjadi ketika persalinan, saat ini bergeser pada 24 jam setelah kelahiran
dan banyak terjadi pada ibu nifas. Perencanaan program terkait kesehatan ibu dan anak
yang terpadu dari level Kabupaten hingga level desa serta melibatkan perlu dilakukan.
Selain itu dukungan dan komitmen dari multistakeholder terkait juga diperlukan.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya Buku Modul “ Perencanaan Terpadu Kesehatan Ibu dan Anak yang
Terintegrasi dengan SPM dan PIS-PK” dapat tersusun sebagai panduan perencanaan
program kesehatan ibu dan anak dari level Kabupaten hingga level desa. Buku ini tidak
dapat terselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Direktorat Kesga Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
2. Rektor Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH, M.Hum
3. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Dr. Ir. Budiyono,
SKM, M.Kes
4. Tim Perencanaan Terpadu Kesehatan Ibu dan Anak (PT-KIA ) Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
6. Bappeda Kabupaten Banyumas dan Bappeda Kabupaten Bantul
7. Stakeholder di Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Bantul
8. Dan pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
Dengan adanya buku ini diharapkan dapat menjadi panduan dalam perencanaan
program kesehatan ibu dan anak di level Kabupaten hingga level desa. Kritik dan saran
dapat disampaikan sebagai masukan dalam perbaikan buku panduan ke depannya.
Semoga bermanfaat.

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………………………….. 1
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………. 2
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………… 3
Bab I. Pendahuluan
Latar Belakang………………………………………………………………………………… 4
Tujuan ……………………………………………………………………………………………. 5
Tahapan………………………………………………………………………………………….. 5
Bab II. Pra Kondisi
A. Advokasi awal…………………………………………………………………………………. 9
B. Pertemuan Teknis Kesehatan………………………………………………………… 13
1. Sesi 1 Analisis Situasi dan Masalah………………………………………….. 17
2. Sesi 2 Analisis Sumbatan dan Identifikasi Dukungan Lintas
Sektor………………………………………………………………………………………… 27
3. Sesi 3 Rencana Tindak Lanjut…………………………………………………... 45

Bab III. Orientasi Multipihak (tentatif)………………………………………………………. 48


Bab IV. Lokakarya Perencanaan Kesehatan Ibu dan Anak………………………….. 55
1. Sesi 1 Pembukkan dan Orientasi Lokakarya………………………………… 56
2. Sesi 2 Prioritas Solusi, Kegiatan, dan Target………………………………… 57
3. Sesi 3 Rencana Usulan Kegiatan…………………………………………………… 66
4. Sesi 4 Rencana Usulan Anggaran………………………………………………….. 69
5. Sesi 5 Pembuatan Dokumen Perencanaan dan Anggaran…………… 88
6. Sesi 6 Rencana Tindak Lanjut………………………………………………………. 89

Bab V. Advokasi dan Pendampingan Level Desa………………………………………. 91


Bab VI. Monitoring dan Evaluasi…………………………………………………………….. 94
Bab VII. Penutup……………………………………………………………………………………. 96

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pelaksanaan Tim Perencanaan Terpadu KIA

Pada era desentralisasi, setiap Kabupaten/Kota mendapat pelimpahan


wewenang dan tanggung jawab dari pemerintah pusat untuk dapat
menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah termasuk dalam bidang
kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab untuk
menyelenggarakan program dan pelayanan kesehatan yang dimulai dari penyusunan
rencana pembangunan sektor kesehatan yang berbasis bukti (evidence based)
termasuk penyediaan anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Agar program berjalan dengan baik, maka diperlukan pedoman pelaksanaan
yang sederhana, praktis, sistematis, komprehensif, dan terintegrasi sesuai dengan
kebutuhan, termasuk pada perencanaan dan penganggaran untuk memelihara dan
memperbaiki status Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak Balita.
Untuk dapat mendukung program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), pemecahan
masalah melalui Pendekatan Tim Kabupaten/Kota atau Tim Perencanaan Terpadu
KIA (PTKIA) telah ditetapkan sebagai bagian strategi kebijakan di dalam pelaksanaan
program KIA untuk mempercepat penurunan AKI, AKB dan AKABA serta
memperbaiki kinerja pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak balita. Hal
ini diperkuat dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2018
mengenai Standar Pelayanan Minimal salah satunya adalah SPM di bidang kesehatan.
Secara konseptual dan praktis, pendekatan Tim PTKIA menyadari pula bahwa
berbagai pihak di tingkat kabupaten / kota dapat proaktif berperan serta dalam
usaha-usaha memelihara dan memperbaiki status kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan
anak balita. Pelaksanaan kegiatan Tim PTKIA merupakan suatu proses sistematis,
berdasarkan bukti / data, yang implementasinya dilakukan melalui tahapan secara
bottom-up, meliputi empat pilar proses utama, yaitu : Proses pertama adalah Pra
Kondisi (Advokasi Awal, Pertemuan Teknis dan Orientasi Multi-pihak) jika
disepakati harus ada dukungan dari pemangku kepentingan diluar sektor kesehatan.
Namun apabila disepakati tidak diperlukan keterlibatan aktif dari pemangku
kepentingan diluar sektor kesehatan maka Orientasi Multipihak tidak perlu
dilaksanakan. Proses kedua yaitu Proses Lokakarya Perencanaan, proses ketiga
adalah Proses Advokasi PTKIA yang didalamnya mencakup perumusan kebijakan
dan rencana kerja serta anggaran di SKPD terkait, untuk mencapai follow up, berupa
produk hukum Perda APBD untuk kegiatan PTKIA dan yang keempat merupakan
Proses Monitoring dan Evaluasi (Monev) dari hasil pelaksanaan kegiatan TPTKIA .
Rencana Aksi Daerah (RAD) perlu disusun untuk mendukung pencapaian
SDGs bidang KIA. Dalam hal ini diperlukan pelaksanaan PT-KIA di setiap
kabupaten/kota. Dasar dalam pelaksanaan PT-KIA adalah hasil penilaian status
kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita berbasis bukti (evidence base)
yang memiliki output, berupa Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita.
Data terakhir yang diperoleh oleh SUPAS pada tahun 2015, Angka Kematian
Ibu (AKI) sebesar 305 per 1000 kelahiran hidup (KH). Padahal target SDGs pada
tahun 2030 secara global adalah 70 per 100.000 KH. Selain itu, berdasarkan Survei

4
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2017, Angka Kematian Neonatal
(AKN) sebesar 15 per 1000 KH, dan Angka Kematian Balita (AKABA) sebesar 32 per
1000 KH. Padahal target SDGs pada tahun 2030 yaitu menurunkan AKN menjadi 12
per 1000 KH dan AKB menjadi 25 per 1000 KH.
Terlebih pada tahun 2018, muncul Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun
2018 mengenai Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang didukung Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 4 tahu 2019 mengenai Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan yang
menyebutkan bahwa capaian SPM pada masing-masing kota/kabupaten harus
100%. Capaian tersebut termasuk SPM di bidang kesehatan yang meliputi pelayanan
terhadap ibu hamil, ibu melahirkan, bayi baru lahir dan balita. Selain itu, berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 tahun 2016 mengenai Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK),
pada tahun 2019 seluruh Puskesmas ditargetkan melaksanakan 12 indikator
keluarga sehat diantaranya adalah kesehatan ibu dan anak yang meliputi keluarga
berencana, ibu bersalin di fasilitas kesehatan, imunisasi dasar lengkap, asi eksklusif
pada bayi, serta pemantauan tumbuh kembang balita.
Oleh karena pentingnya hal tersebut, maka buku panduan ini disusun untuk
menjadi pedoman dalam pelaksanakan kegiatan KIA di tingkat Kabupaten/Kota
melalui perencanaan dan penganggaran kegiatan KIA yang terpadu dan tersinergi
dengan SPM dan PIS-PK.

B. Tujuan

Tujuan modul ini adalah memberikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan


KIA di tingkat Kabupaten/Kota, melalui proses perencanaan terpadu KIA untuk
menghasilkan suatu dokumen rencana kerja dan anggaran secara tahunan
(penerbitan dokumen APBD). Di dalam modul ini, akan dibahas mengenai pemilihan
strategi dan tahapan-tahapan problem solving, termasuk pada kegiatan fasilitasi
untuk mempermudah para pemangku kepentingan di setiap Kabupaten/Kota untuk
melakukan kegiatan PT-KIA secara mandiri, termasuk pada pelaksanaan intervensi
dan kegiatan yang akan diprioritaskan yang mempunyai dampak terbesar/paling
efektif terhadap penurunan angka kematian ibu, bayi baru lahir, dan anak balita di
daerah. Hal tersebut searah dengan Rencana Strategi Kementerian Kesehatan dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dalam kerangka Sustainable
Development Goal’s (SDG’s).

C. Tahapan
PT KIA dilaksanakan melalui tahapan-tahapan, mulai dari pra kondisi sampai dengan
pembuatan rencana monitoring dan evaluasi. Agar hasilnya sesuai dengan harapan
semua tahapan tersebut harus dilaksanakan.

5
Gambar 1.2 Alur Pelaksanaan Tim Perencanaan Terpadu KIA

Tabel 1.1 Tahapan Tim Perencanaan Terpadu KIA

Tahapan
Tim Hasil Waktu
Perencanaan
Terpadu KIA
Pra Kondisi 1 ½ - 2 hari
1. Advokasi  Adanya penyamaan persepsi dan terbentuknya
Awal dukungan tentang Perencanaan Terpadu KIA di
lingkup pemangku kepetingan utama di daerah
(Bappeda, Dinkes, Rumah Sakit, Badan
Pemberdayaan Perempuan dan KB, Akademisi dan
Organisasi Profesi kesehatan)
 Terbentuk Tim Perencana & Tim Advokasi
½ hari
Perencanaan Terpadu KIA di daerah
 Tersedianya data KIA yang dibutuhkan untuk
kegiatan pertemuan teknis di tahap selanjutnya
(jika data belum tersedia secara memadai/lengkap
tidak direkomendasikan untuk melaksanakan
tahap selanjutnya yaitu
pertemuan teknis)

6
2. Pertemuan  Kajian situasi masalah KIA dan prioritasnya
Teknis  Teridentifikasinya penyebab masalah KIA dan
relevansinya dengan prioritas intervensi KIA
 Teridentifikasinya analisis sumbatan terhadap
beberapa prioritas intervensi KIA yang terpilih
 Teridentifikasinya akar penyebab masalah
sumbatan yang terjadi pada prioritas intervensi
KIA yang terpilih 1 hari
 Teridentifikasinya kebutuhan
dukungan/keterlibatan dari sektor selain Dinkes,
RSUD, BPPKB, Organisasi Profesi dan Akademisi
dalam rangka memberikan solusi dari hasil
analisis sumbatan intervensi yang seharusnya
dilaksanakan
 Adanya penyamaan persepsi tentang KIA dengan
pemangku kepentingan Multipihak (pemangku
Orientasi kepentingan utama ditambah pemangku
Multipihak kepentingan lainnya)
(bila disepakati  Terbentuk Tim Advokasi, Tim Teknokratis, dan ½ hari
perlu dukungan Tim Pembinaan dan Pengawasan
dari luar sektor  Tersedianya Data KIA Multipihak (data tambahan
kesehatan) sebagai bahan untuk lokakarya mutlipihak
selanjutnya)
Lokakarya
Perencanaan 2 hari
Terpadu KIA
1. Pembukaan &  Menetapkan tujuan dan alokasi waktu dari
Orientasi masing-masing sesi dalam lokakarya termasuk
Lokakarya aturan main secara umum
2. Prioritas Solusi,  Teridentifikasinya prioritas solusi, kegiatan dan
Kegiatan dan target beserta indikatornya untuk masing-masing
Target kegiatan
(solusi ini untuk mengatasi akar permasalahan
dari hasil
analisis sumbatan yang terjadi pada prioritas 1 hari
intervensi
KIA yang terpilih)
3. Rencana Usulan  Dihasilkannya bahan/dokumen Rencana Usulan
Kegiatan dan Kegiatan (RUK) dan kebutuhan anggaran kegiatan
Anggaran KIA (APBD,
APBN dan sumber anggaran lainnya)
4. Pembuatan  Dihasilkannya draft dokumen perencanaan dan

7
Dokumen penganggaran program KIA
Perencanaan
dan Anggaran
 Dihasilkannya dokumen Rencana Tindak Lanjut
5. Rencana Tindak
Lanjut (RTL) Lokakarya Perencanaan PT-KIA
 Dokumen rencana tindak lanjut Kabupaten yang
tersinkronisasi dengan level desa
Advokasi dan
Pendampingan  Dihasilkannya dokumen perencanaan level desa
dan program inovasi dari desa yang mendukung
KIA hingga
Level Desa PT-KIA
2 hari

Monitoring  Terbentuknya Jadwal Kegiatan


Monitoring dan Evaluasi
dan Evaluasi

8
BAB II
PRA KONDISI

A. TAHAPAN ADVOKASI AWAL


Merupakan tahap awal proses pembentukan tim perencana terpadu bidang KIA, yang
diawali dengan menetapkan tim pendamping teknis dan pemangku kepentingan
utama di tingkat kabupaten/kota. Melalui keterlibatan dalam tahap advokasi awal
ini, diharapkan para pemangku kepentingan utama dari bidang kesehatan sebagai
perencana dan pengambil kebijakan di bidang kesehatan memperoleh pemahaman
menyeluruh sehingga menjadi mulai peduli, berkomitmen dan mendukung proses
perencanaan terpadu KIA di tingkat kabupaten/kota.

Tujuan
1. Mengundang pemangku kepentingan utama (Bappeda, Dinkes, Rumah Sakit, Badan
Pemberdayaan Perempuan dan KB (BP3KB), Akademisi dan Organisasi Profesi,
Sekretaris Daerah) untuk membahas KIA
2. Disepakatinya draft susunan Tim Perencanaan Terpadu KIA
3. Disepakatinya data yang dibutuhkan untuk pertemuan teknis berikutnya

Keluaran
1. Adanya kesamaan persepsi mengenai permasalahan KIA di lingkup pemangku
kepentingan utama (Bappeda, Dinkes, Rumah Sakit, Badan Pemberdayaan
Perempuan dan KB, Sekretaris Daerah, Akademisi dan Organisasi Profesi)
2. Terbentuknya Tim Advokasi, Tim Teknokrat, dan Tim Pembinaan dan Pengawasan
KIA yang berasal dari keterwakilan dari semua pemangku kepentingan utama
3. Teridentifikasikannya semua jenis data KIA yang dibutuhkan untuk pertemuan
teknis yang akan dilakukan pada tahap berikutnya

Waktu
½ hari (Jadwal Acara terlampir)
 Pelaksanaan Tahap Pra Kondisi dilakukan setelah Pembukaan Acara dan
Presentasi Materi tentang “Kebijakan Nasional KIA”
 Tahapan Pra Kondisi dibagi ke dalam 2 sesi, dengan estimasi waktu ½ hari (±
1 jam 45 menit)

Tempat
Dilaksanakan di Kabupaten/Kota

Perlengkapan
1. LCD proyektor

9
2. Laptop
3. ATK untuk masing-masing peserta dan fasilitator

Gambar 2.1 Skema Pelaksanaan Advokasi Awal PT-KIA

KETERANGAN GAMBAR

1. Penetapan Tim Advokasi PT-KIA


Pada tahap ini, tim awal yang ditunjuk sebagai pendamping teknis adalah
tim fasilitator dari perwakilan akademisi di tingkat provinsi yang pernah
mendapatkan pelatihan fasilitasi partisipatif dan tim yang kedua adalah
perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi yang daerahnya akan dilakukan kegiatan
PT KIA. Tim teknis ini (tim fasilitator dan pihak perwakilan Dinkes) akan
bertindak di dalam proses komunikasi dan koordinasi awal dengan pemangku
kepentingan utama. Dimana pihak pemangku kepentingan utama yang
dilibatkan adalah para pengambil keputusan/kebijakan kesehatan yang ada di
daerah (meliputi : Dinas Kesehatan Kab./Kota, Rumah Sakit, Badan
Pemberdayaan Perempuan dan KB (Tim Internal Kesehatan) dengan dukungan
dari pihak Bappeda, Organisasi Profesi, Akademisi (Tim Internal Non
Kesehatan), sampai pengambil kebijakan tertinggi, seperti Bupati dan Sekretaris
Daerah).
2. Komunikasi & Koordinasi Awal dengan Pemangku Kepentingan Utama

10
Kegiatan komunikasi dan koordinasi
awal dengan para pemangku kepentingan
utama dilaksanakan dengan tujuan untuk
melakukan identifikasi pihak pemangku Pemetaan Pemangku
kepentingan KIA yang akan dilibatkan di Kepentingan Kunci di Tingkat
Kabupaten/Kota :
dalam pertemuan teknis kesehatan dan
kegiatan orientasi multipihak (di luar dari 1. Bupati / Walikota /
sektor kesehatan) apabila dibutuhkan. Kepala Daerah Tk. II
2. Sekretaris Daerah Kab./Kota
3. Proses Advokasi Awal ke Pemangku 3. DPRD Tingkat Kab./Kota
(Komisi Anggaran dan
Kepentingan Utama Kesehatan)
Setelah komunikasi dan koordinasi 4. Bappeda Tingkat Kab./Kota
5. Kepala Dinas Kesehatan dan
ini terbangun antara tim awal pendamping Kepala BIdang / Seksi Dinkes
teknis dengan para pihak pemangku Tingkat Kab./Kota
kepentingan utama daerah, maka upaya 6. Kepala Rumah Sakit Umum
selanjutnya adalah pelaksanaan advokasi dan Swasta Tingkat Kab./Kota
7. Unit Transfusi Darah / PMI
awal. Proses advokasi awal ini dilakukan
Tingkat Kab./Kota
dalam bentuk seperti rapat kerja atau jika 8. Badan Pengelola KB Kab./Kota
diperlukan melalui kunjungan langsung 9. Organisasi Profesi (IDI, PPNI,
kepada pimpinan masing-masing satuan IBI, IDAI, POGI, dll).
kerja perangkat daerah (SKPD) yang akan
dilibatkan di dalam pembentukan Tim PT
KIA di daerah tersebut. Tujuan dari
kegiatan ini adalah untuk meningkatkan rasa kepedulian, mendorong
munculnya komitmen awal serta menetapkan potensi-potensi apa saja yang
dimiliki masing-masing SKPD untuk mendukung berjalannya Tim PT-KIA yang
akan dibentuk dalam kegiatan perencanaan teknis.

4. Penetapan Kualifikasi Tim Teknokrat


Setelah menetapkan pihak-pihak yang dilibatkan dari masing-masing
perwakilan pemangku kepentingan utama di daerah, maka selanjutnya
menentukan kualifikasi dan persyaratan yang dibutuhkan untuk menjadi
anggota dari Tim Teknokrat KIA. Standar untuk kualifikasi dan persyaratan yang
dibutuhkan, meliputi :
a. Anggota tim merupakan pejabat eselon III
b. Memiliki pengalaman (track record) di dalam mengelola program Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA), minimal adalah Kepala Seksi/Bidang di Dinas Kesehatan
Kab./Kota
c. Memiliki keahlian (skill) di dalam perencanaan dan penganggaran
d. Merupakan anggota dari organisasi profesi yang fokus pada upaya
peningkatan KIA, yaitu meliputi : IDI, PPNI, IBI, IDAI, POGI, dll.
e. Pengambil keputusan / kebijakan pada fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu :
Kepala Rumah Sakit dan Kepala Pengelola BKKBN di daerah
f. Memiliki fokus perhatian atau terlibat, baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap upaya penanganan masalah kesehatan (KIA)
g. Memiliki pemahaman ataupun gambaran tentang masalah Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) di daerahnya, dan

11
h. Memiliki komitmen dan tanggungjawab
pada upaya penyelesaian masalah KIA di
daerah
Kriteria Anggota
Tim Teknokrat KIA

5. Pembentukan Tim PT-KIA 1. Memahami proses dalam


menyusun rencana dan
Hasil dari penetapan kualifikasi dan anggaran di daerah (SKPD)
persyaratan bagi anggota tim pemangku
kepentingan utama di daerah, akan menjadi 2. Mempunyai pengalaman dan
dasar di dalam pembentukan Tim PT-KIA. Tim keahlian di dalam menyusun
perencanaan bidang
yang dibentuk dalam PT-KIA terdiri dari Tim
kesehatan (KIA)
Advokasi, Tim Teknokrat dan Tim Pembinaan
dan Pengawasan. 3. Minimal telah terlibat di
Tim Advokasi diharapkan berasal dari dalam perencanaan dan
Kabid Bappeda, Kabid Dinas Kesehatan, dan penganggaran di daerah
selama 3 tahun
Multisektor. Anggota tim sebaiknya memiliki
pengalaman dan kemampuan dalam 4. Telah mendapatkan diklat /
pelaksanaan advokasi. pelatihan perencanaan dan
Tim Teknokrat terdiri dari internal penganggaran
sektor kesehatan, meliputi perwakilan dari 5. Memiliki fokus prioritas di
unsur-unsur sebagai berikut : Dinas program KIA
Kesehatan Kab./Kota, Rumah Sakit Umum
dan Swasta Tingkat Kab./Kota, Badan Kriteria Anggota
Pengelola KB (BKKBN) Kab./Kota, Perwakilan Tim Advokasi KIA
Profesi Kesehatan (IDI, POGI, IBI) dan dari
1. Memahami teknik dalam
kalangan Akademisi. Tim ini membahas
pelaksanaan advokasi
penyusunan dokumen perencanaan dan
2. Mempunyai pengalaman dan
penganggaran daerah yang nantinya oleh Tim keahlian di dalam melakukan
Advokasi KIA akan diupayakan agar rencana advokasi
kegiatan dan anggaran KIA masuk ke dalam 3. Minimal telah terlibat di dalam
proses dari perencanaan dan penganggaran proses advokasi dengan pihak
APBD (dalam hal ini jika tidak membutuhkan legislasi di daerah (Kab./Kota)
keterlibatan/dukungan lintas sektor diluar selama 3 tahun.
kesehatan). 4. Telah mendapatkan diklat/
Tim ketiga adalah Tim Pembinaan dan pelatihan advokasi
Pengawasan. Tim ini melibatkan Bupati,
Sekretaris Daerah, Kepala Bappeda, dan
Kriteria Anggota
Kepala Dinas Kesehatan. Tim ini bertugas
melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam Tim Pembinaan dan
Pengawasan KIA
pelaksanaan PT-KIA dan kesesuaian target
dengan SPM bidang Kesehatan di tingkat 1. Terdiri dari Bupati, Sekretaris
Kabupaten/Kota. Daerah, Kepala Dinas
Kesehatan, dan Kepala
Bappeda
2. Berperan dalam pengawasan
dan evaluasi pelaksanaan
PT-KIA
3. Melakukan evaluasi sesuai
dengan SPM bidang
Kabupaten/Kota
12
B. PERTEMUAN TEKNIS
Acara Pertemuan Teknis dipersiapkan oleh
Fasilitator dan Tim Perencana KIA yang sudah
dibentuk pada tahap advokasi awal. Pertemuan
untuk membahas perencanaan ini dilakukan oleh
Tim Perencana (peserta) dari pihak Bappeda, staf
teknis dan staf perencana dari pemangku
kepentingan yang terkait langsung dengan KIA
(pihak Dinkes Kabupaten/Kota, Rumah Sakit
Umum dan Swasta, Badan Pemberdayaan
Perempuan dan KB, institusi pendidikan dan organisasi profesi (internal).
Pertemuan teknis ini dilaksanakan dalam 3 sesi, dimulai dari Sesi Pertama
(Analisis Situasi dan Masalah), meliputi : analisis situasi dan masalah, penentuan
prioritas masalah KIA, analisis penyebab masalah dan relevansinya dengan
prioritas intervensi KIA, Sesi Kedua (Analisis Sumbatan dan Identifikasi
Dukungan Lintas Sektor), meliputi : analisis sumbatan terhadap prioritas
intervensi KIA yang terpilih, identifikasi akar masalah dari hasil analisis sumbatan,
identifikasi kebutuhan dukungan lintas sektoral di luar kesehatan dan penentuan
solusi dan kegiatan serta Sesi Ketiga (Rencana Tindak Lanjut), meliputi :
persiapan orientasi multipihak (jika membutuhkan dukungan diluar sektor
kesehatan) dan persiapan lokakarya KIA. Penyelenggara pertemuan teknis
bekerjasama dengan fasilitator dalam mempersiapkan pelaksanaan orientasi
multipihak (jika diperlukan keterlibatan lintas sektor) dan lokakarya perencanaan
KIA agar berjalan lancar dan memenuhi tujuannya.

Tujuan
1. Melakukan kajian permasalahan KIA dan penentuan prioritas masalah
2. Melakukan analisis penyebab masalah KIA dan mencari relevansinya dengan
prioritas intervensi KIA
3. Menentukan analisis sumbatan terhadap prioritas intervensi KIA
4. Mengidentifikasi akar permasalahan dari hasil analisis sumbatan
5. Mengidentifikasi kebutuhan dukungan/keterlibatan dari sektor selain Dinkes,
RSUD, BPPKB, Organisasi Profesi dan Akademisi berdasarkan analisis sumbatan
permasalahan KIA serta menentukan solusi dan kegiatan
6. Mempersiapkan pertemuan orientasi multipihak dan lokakarya perencanaan KIA
sesuai dengan kebutuhan dukungan lintas sektor di luar kesehatan

Keluaran
1. Kajian situasi masalah KIA dan prioritas berdasarkan SPM
2. Kajian situasi masalah KIA dan prioritas di Kabupaten, Kota atau daerah yang
bersangkutan
3. Teridentifikasinya penyebab masalah KIA dan relevansinya dengan prioritas
intervensi KIA
4. Teridentifikasinya analisis sumbatan terhadap prioritas intervensi KIA
5. Teridentifikasinya akar permasalahan dari hasil analisis sumbatan dari intervensi
terpilih

13
6. Teridentifikasinya kebutuhan dukungan atau keterlibatan dari sektor selain
Dinkes, RSUD, BPPKB, Organisasi Profesi dan Akademisi serta penentuan solusi dan
kegiatan
7. Terbentuknya draft dokumen perencanaan dan penganggaran KIA
8. Peta kebutuhan dukungan dari sektor-sektor selain Dinkes, RSUD, BPPKB,
Organisasi Profesi dan Akademisi

Penyelenggaraan
Pertemuan teknis diselenggarakan oleh Dinas Catatan
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan
atau tanpa bantuan dari provinsi,
pusat/institusi lain dan didukung oleh  Dokter spesialis kebidanan dan
fasilitator. Pertemuan teknis ini dilakukan kandungan, dokter spesialis anak
dalam 3 sesi, yang meliputi tahapan : analisis minimal mengikuti lokakarya sampai
situasi dan masalah, solusi dan kegiatan serta dengan tahapan penetapan solusi.
rencana tindak lanjut.  Bila di RS Kabupaten/Kota TIDAK ADA
DOKTER SPESIALIS yang bisa
memberikan masukan teknis, maka
dapat diganti dengan dokter spesialis
dari Kabupaten/Kota lain yang dapat
Peserta memahami permasalahan rujukan KIA
di daerah tersebut sebagai narasumber
Tim Teknokrat Kabupaten/Kota ini PT.
berjumlah 15-20 orang, terdiri dari :  Bila di RS Kabupaten/Kota TIDAK ADA
1. Dinas Kesehatan, meliputi : penanggung DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER
UMUM PENANGGUNG JAWAB, maka
jawab dari unsur Perencanaan Program
dapat diganti dengan dokter spesialis
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Pelayanan dari Kabupaten/Kota lain yang dapat
Kesehatan Rujukan, Pelayanan Farmasi / memahami permasalahan rujukan KIA
Gudang dan Perbekalan, Pencegahan di daerah tersebut sebagai narasumber
Pemberantasan Penyakit, Gizi, Promosi PT.
Kesehatan serta Perwakilan Puskesmas  Bila di Kabupaten/Kota tersebut TIDAK
(masing-masing 1 orang) ADA RUMAH SAKIT, maka akan dapat
mengundang dokter spesialis atau
2. Rumah Sakit Umum di Kabupaten/Kota : dokter penanggung jawab rujukan dari
Dokter Spesialis Kebidanan dan Dokter Kabupaten/Kota lain yang memahami
Spesialis Anak Balita permasalahan rujukan KIA di daerah
3. Badan Pengelola KB Daerah : Pengelola tersebut sebagai narasumber.
dan Bagian Perencanaan Program KB
4. Perwakilan dari POGI, IDI, IBI
5. Perwakilan Akademisi/Perguruan Tinggi

Waktu
1 hari (Jadwal Acara terlampir)
 Kegiatan Pertemuan Teknis dilakukan dalam 3 sesi
 Dimulai setelah pembukaan acara dan penjelasan kontrak pertemuan

14
Tempat
Dilaksanakan di Kabupaten/Kota

Perlengkapan
1. LCD proyektor
2. Laptop
3. Printer
4. Flasdisk
5. Kertas flipchart, whiteboard, spidol, penghapus, metacard, double tape,
gunting, masking tape, dll
6. ATK untuk masing-masing peserta dan fasilitator

Materi
1. Bagi Peserta
a. Handout Presentasi
b. Pedoman Perencanaan PT KIA
c. Bahan Referensi, yang meliputi : Rencana Strategis Nasional Making
Pregnancy Safer, Rencana Strategis dan Kebijakan Program
Kesehatan Anak, Gizi, Obat dan Perbekalan

2. Bagi Fasilitator
a. Pedoman Perencanaan PT KIA
b. Panduan Fasilitator PT KIA
c. Bahan Referensi
d. Handout Presentasi

Pengumpulan Data PT KIA


1. Strategi Akselerasi Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir Tahun
2019
2. Standar Pelayanan Minimun (SPM) Bidang Kesehatan
3. Analisis Sumbatan Masalah KIA di Daerah/Nasional

15
Tahapan Kegiatan Pertemuan Teknis

SESI 1 : ANALISIS SITUASI &


MASALAH KIA

SESI 2: ANALISIS SUMBATAN


& IDENTIFIKASI DUKUNGAN
LINTAS SEKTOR

SESI 3 : RENCANA TINDAK


LANJUT

Gambar 2.2 Tahapan Kegiatan Pertemuan Teknis

16
SESI I

ANALISIS SITUASI dan MASALAH KIA

Analisis situasi dan masalah merupakan proses


sistematik untuk menilai faktor-faktor apa saja yang
mempengaruh/berkontribusi terhadap terjadinya suatu
masalah KIA, dengan melihat situasi dan kondisi.
Seringkali permasalahan yang terjadi jumlahnya banyak
dan tidak semua masalah dapat diatasi, oleh karena itu,
perlu dilakukan prioritas masalah yang perlu ditangani.

Sesi ini diawali dengan identifikasi permasalahan utama


KIA (Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak
Balita berdasarkan bukti data/laporan KIA yang ada,
kemudian dilakukan prioritas masalah serta analisis
penyebab masalah dan relevansinya dengan prioritas
intervensi KIA. Data-data yang digunakan bersumber
dari data rutin program KIA dan data yang bersumber
dari sensus, survei dan hasil studi (Tabel Data KIA).

Tujuan
1. Teridentifikasinya permasalahan pada KIA dan prioritas dari masalah
kematian dan/ atau kesakitan KIA (Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan
Anak Balita) di daerah
2. Teridentifikasinya prioritas penyebab masalah KIA dan menetapkan
relevansinya dengan prioritas intervensi dari strategi atau program KIA
Nasional maupun yang berbasis bukti /kajian ilmiah
3. Teridentifikasinya permasalahan pada aspek kuantitatif dalam hal
cakupan pelayanan (coverage) KIA berdasarkan data PWS, PIS-PK, dan
data dari swasta/multipihak
4. Teridentifikasinya permasalahan pada aspek kualitatif dalam hal mutu
atau kualitas pelayanan berdasarkan standar sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 4 tahun 2019

Materi
1. Tabel data KIA yang sudah terisi lengkap dan diverifikasi
2. Strategi Akselerasi Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir
3. Laporan pelaksanaan program KIA tahun sebelumnya
4. Hasil penelitian dan publikasi ilmiah yang relevan (Riskesdas, Risfaskes,
SDKI & Perguruan Tinggi tingkat lokal, nasional & internasional)
5. Kebijakan Nasional terkait ( Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2018
mengenai Standar Pelayanan Minimal, Permenkes Nomor 36 tahun 2016
mengenai PIS-PK, Permenkes Nomor 4 tahun 2019 mengenai Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal)
6. Format evaluasi berdasarkan SPM dan PIS-PK
7. Sistem Informasi Pendukung

17
8. Strategi intervensi lokal dan nasional yang sudah dilaksanakan
9. Skema / tabel masalah kematian / kesakitan ibu, bayi baru lahir, bayi dan
anak balita serta faktor penyebab yang mempengaruhi.

Langkah Analisa dan Prioritas Masalah KIA


1. Menganalisa masalah KIA, peserta diminta mengidentifikasikan masalah
kematian / kesakitan ibu, bayi baru lahir, dan anak balita berdasarkan SPM
dan PIS-PK

Sasaran SPM PIS-PK


(PP No 2 tahun 2018 dan (Permenkes Nomor
Permenkes No 4 tahun 39 tahun 2016)
2019)
Kesehatan Ibu Pelayanan Ibu Hamil -Keluarga mengikuti KB
- Ibu bersalin di fasilitas
Kuantitas : pelayanan kesehatan
4 kali kunjungan ANC (K4)
dengan jumlah kunjungan
1x pada trimester pertama,
1 kali pada trimester
kedua, 2x pada trimester
ketiga

Kualitas :
Pelayanan antenatal
dengan 10 T meliputi :

Pelayanan Ibu Bersalin

Pelayanan persalinan oleh


tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan
kesehatan
Kesehatan Bayi dan Pelayanan Kesehatan -Bayi mendapat
Balita Bayi Baru Lahir imunisasi dasar lengkap

Kuantitas :
3 kali kunjungan neonatal,
KN1 (6-48 jam, KN2 (3-7
hari), KN3 (8-28 hari)

Kualitas :
Pelayanan Neonatal
Esensial saat lahir meliputi
:
- Pemotongan dan
perawatan tali
pusat

18
- Inisiasi Menyusui
Dini (IMD)
- Injeksi Vitamin K1
- Pemberian
salep/tetes mata
antibiotic
- Pemberian
imunisasi (injeksi
vaksin Hepatitis B0)
Pelayanan Neonatal
Esensial setelah lahir (6
jam-28 hari) meliputi :
- Konseling
perawatan bayi
baru lahir dan ASI
eksklusif
- Memeriksa
kesehatan dengan
menggunakan
pendekatan MTBM
- Pemberian vitamin
K1 bagi yang lahir
tidak di faskes
pelayanan
kesehatan atau
belum
mendapatkan
injeksi vitamin K1
- Imunisasai
Hepatitis B injeksi
untuk bayi usia <24
jam yang lahir dan
tidak ditolong
tenagah kesehatan
- Penanganan dan
rujukan kasus
neonatal komplikasi

Pelayanan Kesehatan
Balita

Pelayanan Kesehatan
Balita Sehat
a. Pelayanan Kesehatan

19
Balita Usia 0-11 bulan
- Penimbangan minimal 8x
setahun
- Pengukuran panjang/
tinggi badan minimal 2
kali/ tahun
- Pemantauan
perkembangan minimal 2
kali/ tahun
- Pemberian kapsul vitamin
A pada usia 6-11 bulan 1
kali setahun
- Pemberian imunisasi
dasar lengkap

b. Pelayanan Kesehatan
Balita usia 12-23 bulan
- Penimbangan minimal 8x
setahun (minimal 4x dalam
6 bulan)
-Pengukuran panjang/
tinggi badan minimal 2
kali/ tahun
-Pemantauan
perkembangan minimal 2
kali/tahun
- Pemberian kapsul vitamin
A sebanyak 2 kali/ tahun
- Pemberian Imunisasi
Lanjutan

c. Pelayanan Kesehatan
Balita usia 24-59 tahun
- Penimbangan balita 8x
setahun (minimal 4x dalam
6 bulan)
-Pengukuran panjang/
tinggi badan minimal 2
kali/ tahun
-Pemantauan
perkembangan minimal 2
kali/tahun
- Pemberian kapsul vitamin
A sebanyak 2 kali/ tahun

d. Pemantauan
perkembangan balita
e. Pemberian kapsul
vitamin A

20
f. Pemberian imunisasi
dasar lengkap
g. Pemberian imunisasi
lanjutan
h. Pengukuran berat badan
dan panjang badan
i. Pemberian edukasi dan
informasi

Pelayanan Kesehatan
Balita Sakit
Pelayanan Balita
menggunakan Manajemen
Terpadu Balita Sakit
(MTBS)

2. Peserta juga diminta mengidentifikasikan masalah kematian / kesakitan ibu,


bayi baru lahir, dan anak balita di daerahnya yang belum termasuk dalam SPM
maupun PIS-PK
3. Identifikasi masalah dilakukan dengan menganalisis adanya kesenjangan (gap
analysis) dari apa yang seharusnya (sesuai standar/tercapai target) dengan apa
yang terjadi.
4. Menentukan sasaran dari indikator SPM dan PIS-PK terkait dengan kesehatan ibu
dan anak dan sasaran intervensi permasalahan prioritas selain SPM dan PIS-PK

Identifikasi Masalah Ibu : Data terakhir yang diperoleh oleh SUPAS pada
tahun 2015, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar
305 per 1000 kelahiran hidup (KH). Target SDGs
pada tahun 2030 secara global adalah 70 per
100.000 KH. Kesenjangan (gap analyisis ) masalah
kematian ibu dengan target pencapaian SDGs
sebesar 230 per 100.000 KH.
Identifikasi Masalah
Bayi Baru Lahir : Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) pada tahun 2017, Angka
Kematian Neonatal (AKN) sebesar 15 per 1000
KH. Target SDGs pada tahun 2030 yaitu
menurunkan AKN menjadi 12 per 1000 KH.
Kesenjangan (gap analysis) masalah kematian
neonatal sebesar 3 per 1000 KH

Identifikasi Masalah Balita : Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan


Indonesia (SDKI) pada tahun 2017 Angka
Kematian Balita (AKABA) sebesar 32 per 1000 KH.
Padahal target SDGs pada tahun 2030 AKB sebesar

21
25 per 1000 KH. Kesenjangan (gap analysis)
masalah kematian balita sebesar 7 per 1000 KH

5. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, Prioritas dari Perencanaan


dan Penganggaran Daerah mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam
hal ini adalah SPM di bidang kesehatan dan bidang kesehatan ibu dan anak.
Pelayanan yang termasuk dalam SPM dapat dilihat pada tabel di atas. Segala aspek
dalap pelayanan yang tercnatum dalam SPM harus terpenuhi dengan cakupan
100%. Dalam hal porsi atau persentase anggaran yang lebih besar maka dapat
dilakukan dengan prioritas menggunakan kategori USG (Urgency, Seriousness, dan
Growth).
6. Selain SPM, masalah lain mengenai bidang KIA yang menjadi prioritas di daerah
dapat dilakukan dengan menggunakan kategori USG. Di dalam menganalisis dan
memprioritaskan masalah KIA, peserta diharapkan dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan, sebagai berikut :
a. Apakah terdapat suatu masalah di dalam KIA di luar pelayanan yang ditetapkan
dalam SPM dan PIS-PK ?
b. Data apa saja yang diperlukan di dalam merinci permasalahan KIA ? Data
Primer/Data Sekunder/Hasil Pelaporan/Penelitian.
c. Setelah didapatkan beberapa masalah KIA, maka untuk melihat prioritas
masalah yang ada, peserta dapat menggunakan kategori USG (Urgency,
Seriousness and Growth) untuk penetapan batasan kriteria penilaian di dalam
Matriks MCUA.
Menurut Fogler and LeBlanc, di dalam bukunya yang berjudul “Strategies
for Creative Problem Solving,” (Prentice Hall, 1995), bahwa untuk
memprioritaskan masalah, dapat dilihat menurut tingkat kegawatan (terkait
dengan kepentingan untuk segera diselesaikan), potensi untuk berkembang
menjadi masalah yang besar (terkait dengan besarnya masalah) dan seberapa
seriuskah akan dapat berdampak terhadap yang lainnya (terkait resiko yang
diakibatkan dari masalah yang ada). Kategori USG ini digunakan untuk dasar
penentuan kriteria penilaian dari alat analisis berupa Matriks MCUA. Hasil dari
kriteria penilaian USG ini, digunakan untuk mengetahui tingkat prioritas
masalah yang akan diselesaikan, apakah masalah tersebut memiliki prioritas
masalah yang tinggi/high (H), sedang/medium (M) dan atau rendah/low (L).

Langkah Penentuan Prioritas Penyebab Masalah KIA dan Relevansinya dengan


Prioritas Intervensi dari Strategi/Program KIA secara Nasional
1. Peserta membuat daftar/skema masalah KIA dengan menentukan 3-5 sebagai
penyebab masalah utama KIA, penetapan prioritas harus berdasarkan data atau
fakta yang ada. Dalam penentuan prioritas masalah dapat menggunakan metode
MCUA, Delphi, dan Delbeque, dll. Namun di dalam penentuan prioritas masalah ini
digunakan metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment).
2. Memasukkan masalah utama KIA dan menetapkan relevansinya dengan prioritas
intervensi dari strategi/program nasional KIA yang telah diidentifikasi tersebut ke
dalam Matriks MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment).

22
3. Tata cara penggunaan Matriks MCUA dalam penentuan prioritas masalah,
dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :

Batasan Kriteria Penilaian a. Menetapkan Kriteria


Menurut Kategori USG Peserta menentukan kriteria yang akan
a. Besarnya Masalah (Problem) :
digunakan di dalam prioritas masalah.
Dilihat berdasarkan adanya kesenjangan antara Kriteria merupakan suatu batasan yang
target dengan capaian yang ada sekarang dan dipakai untuk dapat menilai berbagai
tren masalah yang sedang berkembang. Semakin pilihan masalah dari pelayanan kesehatan
besar kesenjangan dan tren masalah yang ada, sesuai dengan standar yang dibutuhkan.
maka semakin buruk kinerjanya dan juga semakin
Selain menetapkan kriteria yang umum
tinggi skor yang diberikan.
b. Kepentingan (Importance) : (memakai kriteria USG) maka peserta bisa
Gambaran seberapa jauh pelayanan dianggap menambah kriteria baru lainnya
penting untuk ditanggulangi. Kepentingan dapat berdasarakan kebutuhan dan
dinilai dari beberapa hal, misalnya: ada hubungan perkembangan isu bidang KIA baik yang
langsung/tidak langsung dengan kematian ibu,
ada di tingkat nasional maupun global. Isu
bayi baru lahir dan anak balita. Semakin penting
masalah tersebut diselesaikan, maka semakin
yang nasional saat ini bisa dilihat salah
tinggi prioritas/angka skor yang diberikan. satunya berdasarkan Strategi Akselerasi
c. Resiko (Risks if Nothing is Done) : Penurunan AKI. Sedangkan untuk isu KIA
Besarnya resiko yang didapatkan bila masalah yang bersifat global bisa merujuk pada
tidak segera ditangani. Semakin besar resikonya, beberapa isu dari WHO yang terbaru yaitu
maka semakin tinggi angka/ skor yang diberikan.
inequtiy, gender dan human right
d. Relevansi dengan program prioritas nasional :
Senakin ada kesesuaian dengan program
intervensi yang menjadi prioritas nasional bidang b. Melakukan Pembobotan Kriteria
KIA pada saat analisis dilakukan maka diberikan
skor yang lebih tinggi Setelah menentukan kriteria yang
e. Relevansi dengan isu global bidang KIA (gender, digunakan, dilanjutkan penentuan
ketidakadilan dan Hak Azasi Manusia/HAM) :
pembobotan dari masing-masing kriteria
penlaian kesesuaian dengan isu global dilakukan
dengan melihat apakah ada indikasi telah terjadi
yang dipilih. Artinya kriteria mana yang
ketidakadilan dan/atau pelanggaran hak azasi dianggap terpenting, akan diberikan bobot
manusia dan/atau isu gender sebagai akibat dari tertinggi dan yang kurang penting diberi
belum berhasilnya pemberian intervensi bidang bobot yang terendah.
KIA selama ini. Penetapan skornya yaitu apabila
semakin besar ada indikasi pelanggaran/ Misalnya : pada pembobotan yang
ketidakadilannya maka semakin tinggi skornya disepakati sebagai berikut :
1. Besarnya masalah : 15 %
(Problem)
2. Kepentingan : 15 %
(Importance)
Memberi Skor Masing–Masing Kriteria terhadap 3. Resiko : 15 % (Risk if
Masing–Masing Penyebab Masalah Nothing is Done)
Setiap kriteria penilaian di masing-masing 4. Relevansi dengan prioritas nasional : 30
masalah, akan diberi skor tertentu. Hal ini dilihat
dari pengaruh kriterianya terhadap masing-masing
%
masalah. Semakin besar pengaruhnya, maka 5. Relevansi dengan isu global : 25%
semakin besar pula skor yang diberikan dan jika
kriteria kecil pengaruhnya, maka diberikan skor
kecil. Misalnya : kisaran angka pemberian skor Bobot kriteria diberikan dengan
adalah 1 sampai dengan 5 (1-5). Maka, skornya
dianalogikan, mulai dari sangat berpengaruh diberi
memberikan persentase masing-masing
skor 5, berpengaruh diberi skor 4, cukup kriteria. Tiap kriteria yang dianggap
berpengaruh diberi skor 3, kurang berpengaruh penting, maka diberikan persentase besar
diberi skor 2 dan tidak berpengaruh diberi skor 1.
23
dan sebaliknya, jika dijumlah bobot relatif
masing-masing kriteria mencapai 100 %.

d. Mengalikan Nilai Skor dengan Bobot (S x B)


Nilai bobot ini dikalikan dengan skor untuk setiap masalah, kemudian hasilnya
dijumlahkan ke bawah. Nilai yang paling besar jumlahnya, mendapat prioritas pertama
atau prioritas masalah yang tinggi/high (H). Apabila didapatkan nilai akhir yang sama,
maka lakukan skoring ulang untuk setiap masalah yang memiliki nilai akhir yang sama,
sampai didapatkan prioritas utama.

Tabel 2.1 Contoh Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Tingginya Kematian Ibu

Penyebab Masalah Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)

Kurang
Rendahnya Kurangnya Responsifnya
Bobo
No. Kriteria Kunjungan Pelayanan Kunjungan Rujukan pada
t (%)
P4K Pelayanan Nifas Kehamilan Risiko
Tinggi

S BxS S BxS S BxS

Besarnya
1. 15 4 0.6 4 0.6 5 0.75
Masalah

Kepentingan
untuk segera
2. 15 3 0.45 4 0.6 4 0.6
Diselesaikan

Resiko
3. 15 3 0.45 3 0.45 4 0.6
(Dampak)

Relevansi
4 30 4 1.2 4 1.2 4 1.2
(Nasional)

5 Isu Global 25 4 1.0 4 1.0 4 1.0

Jumlah B x S 3.70 3..85 4.15

Prioritas III RENDAH (R) II SEDANG (S) I TINGGI (T)

Kesimpulan : berdasarkan matriks MCUA untuk prioritas Di dalam konteks ini,


penyebab tingginya angka kematian Ibu di atas, diketahui semakin besar masalah,
bahwa yang menjadi prioritas utama untuk dapat diselesaikan maka semakin tinggi tingkat
keparahannya. Semakin
adalah “Kurang Efektifnya ANC Berkualitas”. mungkin masalah ini
terkelola, maka semakin
tinggi prioritas masalah
tersebut. 24
Tabel 2.2 Contoh Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Tingginya
Angka Kematian Bayi Baru Lahir

Penyebab Masalah Tingginya Angka Kematian Bayi


Baru Lahir
Rendahnya Kurang Efektifnya
No Bobo
Kriteria Penanganan Cakupan Rendahnya
. t (%)
Asfiksia Bayi Baru Imunisasi Bayi Cakupan PONEK
Lahir Lengkap
S BxS S BxS S BxS
Besarnya
1. 15 4 0.6 4 0.6 5 0.75
Masalah
Kepenting
an untuk
2. segera 15 4 0.6 3 0.6 4 0.6
Diselesaik
an
Resiko
3. 15 4 0.6 4 0.6 5 0.75
(Dampak)
Relevansi
4 (Nasional 30 4 1.2 3 0.9 4 1.2
)
5 Isu Global 25 4 1.0 3 0.75 4 1.0
Jumlah B x S 4.0 3.45 4.3
Prioritas II SEDANG (S) III RENDAH (R) I TINGGI (T)

Kesimpulan : berdasarkan matriks MCUA untuk prioritas penyebab tingginya angka Bayi
Baru Lahir di atas, diketahui bahwa yang menjadi prioritas masalah utama untuk
diselesaikan adalah “Rendahnya Cakupan PONEK”.

Tabel 2.3 Contoh Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Tingginya


Angka Kematian Bayi dan Anak Balita

Penyebab Masalah Tingginya Angka Kematian Bayi dan


Balita
Kurang
Rendahnya Efektifnya
No Bobo Rendahnya
Kriteria Cakupan Penanganan
. t (%) Cakupan Imunisasi
Penanganan Balita untuk
Dasar Balita
Gizi Buruk (Gibur) Pneumonia
Balita
S BxS S BxS S BxS

25
Besarnya
1. 15 4 0.6 4 0.6 5 0.75
Masalah
Kepenting
an untuk
2. segera 15 3 0.45 4 0.6 4 0.6
Diselesaik
an
Resiko
3. 15 4 0.6 4 0.6 5 0.75
(Dampak)
Relevansi
4 (Nasional 30 3 0.9 4 1.2 4 1.2
)
5 Isu Global 25 3 0.75 4 1.0 4 1.0
Jumlah B x S 3.3 4.0 4.3
Prioritas III RENDAH (R) II SEDANG (S) I TINGGI (T)

Berdasarkan Matriks MCUA untuk prioritas penyebab Di dalam konteks ini,


tingginya angka kematian Bayi dan Anak Balita di atas, semakin besar masalah,
diketahui bahwa yang menjadi prioritas utama untuk segera
maka semakin tinggi tingkat
keparahannya. Semakin
diselesaikan adalah pada masalah “Kurang Efektifnya mungkin masalah ini
Penanganan Pneumonia Balita”. terkelola, maka semakin
tinggi prioritas masalah
tersebut.

Catatan :
Pemberian nilai (Skoring) untuk masing-masing kriteria terhadap masalah KIA di
dalam Matriks MCUA, harus melibatkan semua peserta dengan cara :
1. Setiap peserta harus memberikan penilaiannya masing-masing terhadap masalah
yang diprioritaskan (Masalah Ibu, Bayi Baru Lahir serta Bayi dan Anak Balita).
2. Setiap peserta memberikan alasan terhadap besarnya penilaian masing-masing.
3. Peserta mencari kesepakatan besarnya nilai.
4. Bila terdapat perbedaan dalam menetapkan nilai, maka diambil nilai rata-rata.

26
SESI 2

ANALISIS SUMBATAN & IDENTIFIKASI DUKUNGAN LINTAS SEKTOR

Pada sesi ini, Tim PT-KIA Kabupaten / Kota akan


melakukan analisis sumbatan yang selama ini terjadi
pada prioritas intervensi KIA yang sudah terpilih.
Analisis sumbatan dari intervensi KIA tersebut akan
memperhatikan aspek kuantitas dan kualitas. Aspek
kuantitas menggunakan 3 parameter dan aspek kualitas
menggunakan 6 (enam) parameter. Selanjutnya akan
diidentifikasi akar masalah terjadinya sumbatan
tersebut dengan menggunakan diagram tulang ikan.
Setelah dapat diketahui akar masalah dari sumbatan,
kemudian dilakukan identifikasi kebutuhan dukungan lintas sektoral di luar kesehatan.

Tujuan
1. Melakukan analisis sumbatan terhadap prioritas intervensi KIA
2. Melakukan identifikasi akar masalah dari sumbatan intervensi KIA
3. Melakukan pemetaan kebutuhan dukungan lintas sektoral diluar kesehatan &
menetapkan solusi dan kegiatan untuk mengatasi akar masalah dari sumbatan
intervensi KIA

Materi
1. Tabel penentuan prioritas masalah KIA per sasaran
2. Tabel analisis penyebab masalah KIA per sasaran
3. Strategi Akselerasi Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir
4. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan
5. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
6. Strategi Intervensi berbasis bukti baik ditingkat Lokal dan Nasional
maupun Internasional yang sudah dan/atau akan dilaksanakan

Langkah-langkah
1. Peserta dari masing-masing Sub Tim (Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita)
diminta membuat analisis sumbatan masalah dari ketidakefektifan prioritas
intervensi dengan program nasional yang ada selama ini dengan menggunakan
indikator-indikator yang ditetapkan berdasarkan aspek kuantitas dan kualitas.
Aspek Kuantitas menggunakan 3 parameter yaitu:
a. Pencatatan dengan PIS-PK
b. Data dari multipihak/swasta
c. Pemantauan Wilayah Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)
27
Aspek Kualitas dilihat berdasarkan Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar pada Standar Pelayanan Minimal yang tercantum dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 4 tahun 2019 dan dipadukan dengan SKN (Sistem Kesehatan
Nasional) sebagai berikut :
a. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)
Kajian tentang SDM ini meliputi jumlah tenaga kesehatan, jenis tenaga
kesehatan yang ada dan kompetensi yang dimiliki tenaga kesehatan (apakah
fasyankes mempunyai tenaga kesehatan yang memadai) untuk menilai
kesesuai standar pelayanan di fasyankes telah memenuhi kualitas layanan atau
belum.
b. Ketersediaan Peralatan, Sarana Prasarana, Alat Kesehatan, Alat penunjang
diagnosis, Reagen, Vaksin dan Obat, Alat Medis Habis Pakai, dll
Kajian ini dilakukan terhadap jumlah stok yang siap pakai dan dapat berfungsi
sesuai dengan standarnya serta distribusinya apakah sudah dapat mencukupi
kebutuhan atau masih kurang.
c. Akses ke pelayanan kesehatan berkualitas
Kajian tentang akses melihat 3 aspek, yaitu : akses keterjangkauan dan
penjangkauan dari dan ke fasilitas pelayanan kesehatan (geografis), akses
daya beli masyarakat terhadap pelayanan kesehatan (terkait dengan
pembiayaan kesehatan) dan akses penerimaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan (dari sisi sosial budaya masyarakat).
d. Cakupan Pelayanan
Kajian tentang cakupan pelayanan kesehatan dasarnya yaitu pedoman
pelaksanaan PWS KIA. Dari beberapa cakupan pelayanan KIA yang ada di
dalam pedoman tersebut (sesuai dengan kerangka Continuum of Care) yang
sampai saat ini masih menjadi prioritas masalah, misal : cakupan pelayanan
ANC berkualitas yang kurang efektif. Sedangkan indikator pemantauannya,
meliputi : cakupan K1, K4, Pn, KF3 dan KB.
e. Kontinuitas
Kajian tentang keberlangsungan pemanfaatan pelayanan kesehatan, sesuai
konteks kerangka Continuum of Care, untuk sasaran ibu, yaitu : pelayanan PUS
dan WUS, pemeriksaan kehamilan, persalinan dan nifas, sedangkan untuk
sasaran bayi baru lahir, yaitu : penanganan neonatal (rujukan PONED dan
PONEK), dan untuk sasaran bayi serta anak balita, yaitu : pelayanan bayi dan
balita, mencakup : imunisasi, MTBS, pemberian asi eksklusif dan pemberian
vitamin A.
f. Efektifitas pelayanan
Kajian tentang efektifitas pelayanan, melihat tingkat keberhasilan dari
indikator pelayanan yang ada untuk mendukung pencapaian pelayanan
kesehatan yang optimal. Misalnya : pelayanan antenatal berkualitas memiliki
indikator pelayanan pemeriksaan, berupa 10T (apakah dari pemeriksaan 10T
ini sudah memadai ? dan bagaimana dampaknya terhadap cakupan ANC nya ?
efektif atau tidak pelaksanaan pelayanan pemeriksaan 10T ini terhadap
peningkatan cakupan ANC ?)

28
SUPPLIE
S SDM Jumlah Bidan Yang Memberikan Pelayanan ANC

Distribusi Ketersediaan Bidan Kita


AKSES

Akses Keterjangkauan Pelayanan Ibu Hamil


KUALIT KONTIN UTILITI

Cakupan Pelayanan ANC di Desa


AS

Cakupan Pelayanan Nifas di Desa


U

Keberhasilan Cakupan 7T/10T di Desa


AS

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%100%

Gambar 2.4 Contoh Analisis Sumbatan KIA dengan Sasaran Ibu


(Prioritas Intervensi : “Belum memadainya pelaksanaan ANC di tingkat Bidan
Desa”)
SUPPLIE

Fasilitas PONEK Tanpa StockOut Dalam Kurun Waktu


S

Tertentu

Jumlah Tenaga Kesehatan Terstandar Pelayanan


SDM

PONEK
AKSES

Populasi Yang Terjangkau Layanan Rujukan PONEK


KUALIT KONTIN UTILITI

Kehamilan Resiko Tinggi Yang Ditangani di Faskes


AS

Kehamilan Resiko Tinggi Yang Ditangani di Fasilitas


U

PONEK

Kehamilan Resiko Tinggi Yang Berhasil Ditangani di


AS

Fasilitas PONEK

0% 10%20%30%40%50%60%70%80%90%100%

Gambar 2.5 Contoh Analisis Sumbatan KIA dengan Sasaran Bayi Baru Lahir
(Prioritas Intervensi : “Belum efektif pelaksanaan rujukan
komplikasi persalinan di fasilitas PONEK”)

29
SUPPLIE
S SDM Ketersediaan Vaksin

Jumlah Tenaga Juru Imunisasi Desa


AKSES

Jarak Keterjangkauan Populasi Target Imunisasi


KUALIT KONTIN UTILITI

Cakupan Imunisasi
AS

Jumlah Anak Yang Terimunisasi


U

Jumlah Anak Yang Terimunisasi Lengkap


AS

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Gambar 2.6 Contoh Analisis Sumbatan KIA dengan Sasaran Bayi & Anak Balita
(Prioritas Intervensi : “Belum efektif pelaksanaan pemberian
imunisasi dasar lengkap bagi balita”)

Dalam tahapan ini peserta dari masing-masing Sub Tim (Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi
dan Anak Balita) diminta untuk membuat analisis kuantitas dan kualitas untuk
mengetahui sumbatan dalam pelayanan yang terjadi. Analisis supplay dan demand
dari masing-masing pelayanan dilakukan sehingga dapat ditemukan variabel yang
berpengaruh terhadap timbulnya suatu sumbatan dalam pelayanan yang diberikan.
Analisis kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan permasalahan dalam pencapaian
coverage. Tahapan selanjutnya yang dilakukan analisis kualitas sesuai dengan
Permenkes Nomor 4 tahun 2019.

2. Setelah peserta masing-masing Sub Tim menentukan analisis sumbatan/


hambatan dari setiap sasaran KIA, maka langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi akar masalah munculnya sumbatan. Akar penyebab masalah ini
diidentifikasi menggunakan diagaram tulang
ikan. Untuk dapat menentukan akar penyebab Apabila ditemukan akar
masalah, maka Fasilitator dan Tim Teknokrat penyebab masalah yang
harus dibekali dengan kemampuan tentang terkait dengan
jenis-jenis intervensi dan faktor-faktor yang kewenangan dan
mempengaruhinya. Tidak semua akar tanggungjawab dari
penyebab masalah yang teridentifikasi ini pemangku kepentingan
ditetapkan sebagai bahan kajian untuk lainnya disamping Dinkes,
mencari solusi masalah. Perlu dilakukan Rumah Sakit dan BPPKB,
prioritas akar penyebab masalah untuk penentuanmaka solusi
perludan kegiatan KIA
mengundang
menggunakan metode MCUA. Hasil prioritas akar penyebab masalah dengan MCUA
pihak pengelola program
yang terkait (Pelaksanaan
ini kemudian jika memungkinkan dapat dikembangkan dengan konsep 5W + 1H
Lokakarya PT KIA
untuk mendapatkan solusi dan kegiatan spesifik sesuai intervensinya.
Eksternal).

30
3. Dalam membuat kerangka diagram tulang ikan, langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Menentukan faktor-faktor penyebab masalah utama munculnya sumbatan
b. Faktor-faktor penyebab masalah sumbatan tersebut, dapat menggunakan salah
satu teori, misal dari teori HL. Blum, yang mencakup: faktor perilaku, faktor
pelayanan kesehatan, faktor lingkungan dan faktor genetik.
c. Dalam implementasi kajian masalah KIA di daerah sangat jarang yang mengkaji
faktor genetik, maka untuk faktor ini tidak dilakukan analisis lebih rinci.
Sehingga yang menjadi faktor-faktor penyebab adalah faktor dari sisi perilaku,
pelayanan kesehatan dan faktor lingkungan.
d. Dari ketiga faktor utama tersebut, yang digambarkan di dalam tulang ikan,
masing-masing faktor akan ditarik lagi untuk mencari faktor-faktor penyebab
lainnya yang digambarkan di dalam duri-duri dari tulang ikan sampai dengan
tidak ditemukan lagi faktor penyebab lainnya yang dapat mempengaruhi
masalah tersebut.
e. Buatlah akar masalahnya dari masing-masing parameter di analisis sumbatan
menggunakan diagram tulang ikan (seperti terlihat pada gambar 2.7, 2.8 dan
2.9)

Gambar 2.7 Contoh Diagram Tulang Ikan untuk Analisis Sumbatan KIA dengan
Sasaran Ibu pada poin “Akses Keterjangkauan Ibu Hamil ke
Fasyankes”
31
Gambar 2.8 Contoh Diagram Tulang Ikan untuk Analisis Sumbatan KIA dengan
Sasaran Bayi Baru Lahir pada poin “Kehamilan Risiko Tinggi yang
Berhasil Ditangani di Fasilitas PONEK”

32
Gambar 2.9 Contoh Diagram Tulang Ikan untuk Analisis Sumbatan KIA dengan
Sasaran Bayi dan Anak Balita pada poin “Akses Penerimaan
Masyarakat terhadap Imunisasi”

4. Setelah keseluruhan poin hasil analisis sumbatan tersebut ditentukan akar


penyebab masalah sumbatan dengan menggunakan diagram tulang ikan, maka
langkah selanjutnya menentuan prioritas akar penyebab masalah sumbatan
tersebut dengan menggunakan MCUA.

Langkah Penentuan Prioritas Akar Penyebab Masalah Sumbatan


1. Setelah masing-masing Sub Tim menentukan 3-5 akar penyebab masalah
sumbatan pelayanan menggunakan diagram tulang ikan.
2. Memasukkan akar penyebab masalah sumbatan pelayanan KIA yang telah
diidentifikasi ke dalam Matriks MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment).
3. Tata cara penggunaan Matriks MCUA dalam penentuan prioritas akar penyebab
masalah sumbatan sama seperti langkah-langkah dalam penentuan prioritas
masalah yaitu sebagai berikut :

Batasan Kriteria Penilaian


Menurut Kategori USG a. Menetapkan Kriteria
a. Besarnya Penyebab Masalah : Peserta menentukan kriteria yang
Dilihat berdasarkan seberapa besar daya ungkit digunakan untuk prioritas akar penyebab
dari penyebab masalah ini memicu terjadinya
masalah sumbatan. Kriteria merupakan
suatu masalah tertentu. Semakin besar daya
ungkit penyebab masalahnya, maka semakin suatu batasan yang dipakai untuk dapat
tinggi pula skor yang diberikan. menilai berbagai pilihan akar penyebab
b. Kepentingan (Importance) : masalah sumbatan sesuai dengan standar
Gambaran seberapa jauh penyebab masalah ini yang dibutuhkan.
dianggap penting untuk segera ditanggulangi.
Kepentingan dapat dinilai dari beberapa hal, misal
: ada hubungan langsung/tidak langsung dengan b. Melakukan Pembobotan Kriteria
terjadinya masalah KIA. Semakin penting
penyebab masalah tersebut diselesaikan, maka Setelah menentukan kriteria yang
semakin tinggi pula skor yang diberikan. digunakan, dilanjutkan penentuan
c. Resiko (Risks if Nothing is Done) : pembobotan dari masing-masing kriteria
Besarnya resiko yang didapatkan bila penyebab yang dipilih. Artinya kriteria mana yang
masalah tidak segera ditangani. Semakin besar
dianggap terpenting, akan diberikan bobot
resiko yang dihasilkan dari penyebab masalah
tersebut, maka semakin tinggi skornya. tertinggi dan yang kurang penting diberi
bobot yang terendah.
Misalnya : pada pembobotan yang
Memberi Skor Masing–Masing Kriteria terhadap disepakati sebagai berikut :
Masing–Masing Penyebab Masalah
1. Besar Penyebab
Setiap kriteria penilaian masing-masing akar
penyebab masalah, akan diberi skor tertentu. Hal
Masalah : 40 %
ini dilihat dari pengaruh kriterianya terhadap 2. Kepentingan : 30 %
masing-masing penyebab masalah. Semakin 3. Resiko : 30 %
besar pengaruhnya, maka semakin besar pula
skor yang diberikan dan jika kriteria kecil Bobot kriteria ini diberikan dalam bentuk
pengaruhnya, maka diberi skor kecil. Misalnya :
kisaran angka pemberian skor adalah 1 sampai
persentase di setiap kriteria. Masing-
dengan 5 (1-5). Maka, skornya dianalogikan, dari masing dari kriteria yang dianggap penting,
sangat berpengaruh diberi skor 5, berpengaruh
diberi skor 4, cukup berpengaruh diberi skor 3, 33
kurang berpengaruh diberi skor 2 dan tidak
berpengaruh diberi skor 1.
maka diberikan persentase besar dan
sebaliknya. Jika dijumlah bobot relatif
masing-masing kriteria mencapai 100 %.

d. Mengalikan Nilai Skor dengan Bobot (S x B)


Nilai bobot dikalikan dengan skor untuk setiap akar penyebab masalah sumbatan,
kemudian hasilnya dijumlahkan ke bawah. Nilai yang paling besar jumlahnya, mendapat
prioritas pertama atau prioritas penyebab masalah yang tinggi/high (H). Apabila
didapatkan nilai akhir yang sama, maka dilakukan skoring ulang untuk setiap akar
penyebab masalah sumbatan yang memiliki nilai (skor) akhir yang sama, sampai dengan
didapatkan prioritas utamanya.

Tabel 2.7 Contoh Penentuan Prioritas Akar Penyebab Masalah Sumbatan Pelayanan
Pada Ibu
Penyebab Masalah Rendahnya Akses Keterjangkauan
Ibu Hamil ke Fasyankes

Keterjangkauan Pemahaman
No Bobo Bumil Tentang
Kriteria Transportasi ke Akses Jalan ke
. t (%) Pentingnya
Lokasi Fasyankes Fasyankes Rusak
Terbatas Fasyankes
Kurang
S BxS S BxS S BxS
Besarnya
1. Penyebab 40 5 2.0 4 1.6 5 2.0
Masalah
Kepenting
an untuk
2. segera 30 4 1.2 4 1.2 5 1.5
Diselesaik
an
Resiko
3. 30 4 1.2 4 1.2 4 1.2
(Dampak)
Jumlah B x S 4.2 4.0 4.7
Prioritas II SEDANG (S) III RENDAH (R) I TINGGI (T)

Kesimpulan : berdasarkan matriks MCUA pada kelompok


Di dalam konteks ini, semakin besar
sasaran Ibu diketahui bahwa prioritas akar penyebab akar penyebab masalah, maka
masalah sumbatan intervensi yang harus segera semakin tinggi keparahannya.

diselesaikan adalah “Akses Jalan ke Fasyankes Rusak”.

Tabel 2.8 Contoh Penentuan Prioritas Akar Penyebab Masalah Sumbatan Pelayanan
Pada Bayi Baru Lahir
No Bobo Penyebab Masalah Rendahnya Kehamilan Risiko
Kriteria
. t (%) Tinggi

34
yang Berhasil Ditangani di Fasilitas PONEK

Nakes Kurang Ketidaktahuan


Lokasi RS PONEK Tanggap Masyarakat
Jauh dari Bidan Menangani tentang Bahaya
(untuk Rujukan) Kasus Risti di Kehamilan
Fas. PONEK Resiko Tinggi
S BxS S BxS S BxS
Besarnya
1. Penyebab 40 5 2.0 5 2.0 5 2.0
Masalah
Kepenting
an untuk
2. segera 30 4 1.2 5 1.5 5 1.5
Diselesaik
an
Resiko
3. 30 4 1.2 4 1.2 5 1.5
(Dampak)
Jumlah B x S 4.2 4.7 5.0
Prioritas III RENDAH (R) II SEDANG (S) I TINGGI (T)

Kesimpulan : berdasarkan matriks MCUA pada kelompok sasaran Bayi Baru Lahir diketahui
bahwa prioritas akar penyebab masalah munculnya sumbatan intervensi yang harus segera
diselesaikan adalah “Ketidaktahuan Masyarakat tentang Bahaya Kehamilan Risti”.

Tabel 2.9 Contoh Penentuan Prioritas Akar Penyebab MasalahSumbatan Pelayanan


Pada Bayi dan Anak Balita

Penyebab Masalah Rendahnya Akses Penerimaan


Masyarakat terhadap Imunisasi

Nakes Kurang Beberapa


Rendahnya
No Bobo Ramah dalam Masyarakat
Kriteria Tingkat
. t (%) Memberikan Tidak Tahu
Pemahaman
Pelayanan Manfaat
Keluarga
Imunisasi Imunisasi bagi
tentang Imunisasi
Anak
S BxS S BxS S BxS
Besarnya
1. 40 4 1.6 5 2.0 5 2.0
Masalah
Kepenting
an untuk
2. segera 30 3 0.9 4 1.2 4 1.2
Diselesaik
an
Resiko
3. 30 4 1.2 4 1.2 5 1.5
(Dampak)

35
Jumlah B x S 3.7 4.4 4.7
Prioritas III RENDAH (R) II SEDANG (S) I TINGGI (T)

Kesimpulan : berdasarkan matriks MCUA pada kelompok sasaran Bayi dan Balita diketahui
bahwa prioritas akar penyebab masalah dari sumbatan intervensi yang harus segera
diselesaikan adalah “Beberapa Masyarakat Tidak Tahu Manfaat Imunisasi bagi Anak”.

Catatan :
Pemberian nilai (Skoring) di masing-masing kriteria terhadap penyebab masalah
KIA di dalam Matriks MCUA, harus melibatkan semua peserta dengan cara :
1. Setiap peserta harus memberikan penilaiannya masing-masing terhadap penyebab
akar masalah sumbatan yang diprioritaskan (pelayanan pada Ibu, Bayi Baru Lahir
serta Bayi dan Anak Balita).
2. Setiap peserta memberikan alasan terhadap besarnya penilaian masing-masing.
3. Peserta mencari kesepakatan besarnya nilai.
4. Bila terdapat perbedaan dalam menetapkan nilai, maka diambil nilai rata-rata.

5. Masing-masing Sub Tim memasukkan prioritas penyebab masalah KIA ke dalam


Kolom 2 pada Tabel 2.10, 2.11 dan 2.12.
6. Hasil dari prioritas penyebab masalah KIA kemudian dikembangkan solusi dan
kegiatan yang lebih spesifik sesuai dengan intervensi di masing-masing daerah.
7. Tentukan solusi dari masing-masing penyebab masalah prioritas KIA dan
masukkan ke dalam Kolom 3 pada Tabel 2.10, 2.11 dan 2.12.
8. Kemudian solusi dibahas lebih lanjut di dalam tim lengkap (Sub Tim Ibu, Sub Tim
Bayi Baru Lahir serta Sub Tim Bayi dan Anak Balita). Apabila didapatkan solusi
yang sama pada masalah ibu, bayi baru lahir serta bayi dan anak balita maka solusi
dapat digabung.

36
9. Tentukan kegiatan yang inovatif, mempunyai daya ungkit terbesar dan realistis di
masing-masing solusi pada Kolom 4 Tabel 2.10, 2.11 dan 2.12.
10. Jika diperlukan, fasilitator (diluar Tim Perencana dan Tim Advokasi) dapat
meminta peserta diskusi untuk mencocokkan daftar kegiatan di Kolom 4 dengan
RAN atau RAD percepatan penurunan kematian ibu, bayi baru lahir, anak balita
dari Kementerian Kesehatan ataupun Pemerintah Daerah setempat. (Agar berjalan
lancar dan efektif, 1 kelas minimal dipandu oleh 2 orang fasilitator : 1 orang sebagai
fasilitator utama yang memandu jalannya diskusi kelompok dan 1 orang sebagai
co-fasilitator yang membantu dari fasilitator utama untuk mencatat hasil diskusi
di depan kelas)
11. Selanjutnya peserta diminta melakukan brainstorming untuk memetakan
kebutuhan dukungan dari lintas sektor di luar kesehatan terhadap berbagai jenis
solusi dan kegiatan yang sudah disepakati sebelumnya. Lakukanlah identifikasi
secara jelas siapa saja pihak di luar sektor kesehatan tersebut, apa jenis
dukungan/peran yang diharapkan dari beberapa pihak tersebut.
12. Buatlah narasi dari solusi dan kegiatan untuk mengatasi penyebab masalah
kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak balita (KIA).

Pada Tabel 2.10, 2.11 dan 2.12 di bawah ini, akan dijabarkan matriks untuk
penentuan prioritas penyebab masalah sampai dengan pemetaan dukungan lintas
sektor di luar kesehatan, yang penjelasannya sebagai berikut :

Tabel 2.10 Contoh Matriks Relevansi antara Prioritas Akar Penyebab Masalah
Sumbatan, Solusi dan Kegiatan serta Kebutuhan Dukungan Lintas
Sektor (Sasaran Program KIA : Ibu)

Prioritas Akar Dukungan


No. Penyebab Solusi Kegiatan Lintas
MasalahSumbatan Sektor
1 2 3 4 5
Point 1 : Rendahnya Akses Keterjangkauan Ibu Hamil ke Fasyankes

37
1. Melakukan 1. Bappeda
1. Akses Jalan ke Mengupayakan
pemetaan 2. Dinas PU /
Fasyankes Rusak agar akses
titik-titik Dinas
jalan ke
akses jalan Pekerjaan
Fasyankes
ke Umum
yang rusak
Fasyankes 3. Dinas
dapat segera
yang perlu Perhubungan
dibenahi,
mendapat
karena selama
perhatian
ini jalan yang
khusus
ada belum
untuk
diaspal
perbaikan
2. Upaya
advokasi
kegiatan &
anggaran ke
Pemda dan
lintas sektor
terkait
3. Pertemuan
lintas sektor
untuk
perencanaan
kebutuhan
sumber daya
yang
diperlukan
(SDM,
material
untuk
perbaikan
jalan, dana
yang
dibutuhkan)
1. Pelaksanaan
Mengupayakan
kegiatan
agar perbaikan
perbaikan
akses jalan ke
akses jalan
Fasyankes
ke
dapat
Fasyankes
dilakukan di
sesuai
tahun
dengan
berikutnya,
rencana dan
dimana tahun
alokasi
ini kegiatan
anggaran
sudah
yang ada
direncanakan
2. Pelaksanaan
di dalam APBD
Monev di
setiap

38
kegiatan
pemeliharan
dan
perawatan
akses jalan
ke
Fasyankes
2. Keterjangkauan
Transportasi ke
Lokasi Fasyankes
Terbatas
3. Pemahaman Bumil
Tentang
Pentingnya
Fasyankes Kurang

Tabel 2.11 Contoh Matriks Relevansi antara Prioritas Akar Penyebab Masalah
Sumbatan, Solusi dan Kegiatan serta Kebutuhan Dukungan Lintas
Sektor (Sasaran Program KIA : Bayi Baru Lahir)

Prioritas
Akar
Dukungan
No. Penyebab Solusi Kegiatan
Masalah Lintas Sektor
Sumbatan
1 2 3 4 5
Point 2 : Rendahnya Kehamilan Risiko Tinggi yang Berhasil Ditangani di Fasilitas
PONEK
Mengupayakan 1. Melakukan 1. Dinas
1. Ketidaktahuan
pemetaan Kesehatan
Masyarakat sosialisasi
kelompok 2. Bappeda
tentang tentang bahaya
3. BPPKB (Badan
Bahaya kehamilan masyarakat
Pemberdayaan
Kehamilan resiko tinggi rawan Perempuan
Resiko Tinggi secara merata, kehamilan dan KB)
karena selama
resiko tinggi Badan
ini masyarakat
2. Pertemuan Pemberdayaan
enggan dalam
untuk Masyarakat
memeriksakan
kehamilan penetapan
jadwal rencana

39
secara rutin di kegiatan
Fasyankes penanggulangan
bahaya
kehamilan
resiko tinggi
(program desa
siaga, kelas ibu
hamil,
sosialisasi di
posyandu, P4K,
dll)
3. Pertemuan
untuk
perencanaan
kebutuhan
sumber daya
yang diperlukan
(SDM, materi
untuk
pencegahan
risti, metode
yang dipakai :
pembentukan
kelas ibu hamil,
sosialisasi risti
di posyandu dan
alokasi dana)
1. Selain kegiatan
Mengupayakan
di dalam
agar daerah
permberdayaan
menanggulangi
Risti Bumil masyarakat
yang tentang
direalisasikan pengetahuan
tahun kehamilan
berikutnya, resiko tinggi
dimana tahun ditunjang pula
ini kegiatan
dengan praktek
sudah
direncanakan pelayanan ANC
di dalam APBD berkualitas dan
terpadu di masy.
2. Pelaksanaan
kegiatan

40
penanggulangan
bahaya
kehamilan
resiko tinggi
sesuai dengan
rencana dan
alokasi anggaran
yang ada
2. Nakes Kurang
Tanggap
Menangani
Kasus Risti di
Fas. PONEK
Lokasi RS
3.
PONEK
Jauh dari Bidan
(untuk
Rujukan)

Tabel 2.12 Contoh Matriks Relevansi antara Prioritas Akar Penyebab Masalah
Sumbatan, Solusi dan Kegiatan serta Kebutuhan Dukungan Lintas
Sektor
(Sasaran Program KIA : Bayi dan Anak Balita)

Prioritas
Akar
Dukungan
No. Penyebab Solusi Kegiatan
Lintas Sektor
Masalah
Sumbatan
1 2 3 4 5
Point 3 : Rendahnya Akses Penerimaan Masyarakat terhadap Imunisasi
1. Melakukan 1. Dinas Kesehatan
1. Beberapa Mengupayakan
pemetaan 2. Bappeda
Masyarakat adanya sosialisasi
kelompok 3. BPM (Badan
Tidak Tahu imunisasi melalui
Pemberdayaan
Manfaat puskesling, masyarakat
Masyarakat)
Imunisasi karena selama ini yang cakupan 4. Dinas
bagi Anak masy. sulit dari Pendidikan
menjangkau
imunisasinya
Fasyankes (akses
lokasi rendah
2. Pertemuan
yang jauh)
untuk
penetapan

41
jadwal
rencana
sosialisasi
dan promosi
serta jadwal
& tempat
pelaksanaan
imunisasi
secara
lengkap
3. Pertemuan
untuk
perencanaan
kebutuhan
sumber daya
yang
diperlukan
(SDM
pelaksana
sosialisasi
dan promosi
imunisasi,
materi
imunisasi,
metode yang
dipakai :
promosi
imunisasi
melalui
puskesling,
media cetak,
elektronik,
diskusi
kelompok di
dalam kelas
anak balita,
dll serta
alokasi dana)
1. Melakukan
Mengupayakan
Monev di
agar daerah
setiap
mensosialisasikan
imunisasi secara kegiatan

42
merata dan untuk menilai
pelaksanaan hasil umpan
imunisasi balik
universal untuk
masyarakat
mencegah kasus
drop out yang terhadap
direalisasikan imunisasi
tahun berikutnya, (perlu adanya
dimana tahun ini lembar balik
kegiatan sudah untuk umpan
direncanakan di balik
dalam APBD
masyarakat)
2. Pelaksanaan
sosialisasi dan
promosi serta
kegiatan
imunisasi
sesuai dengan
rencana dan
alokasi
anggaran
yang ada
2. Rendahnya
Tingkat
Pemahaman
Keluarga
tentang
Imunisasi
3. Nakes
Kurang
Ramah
dalam
Memberikan
Pelayanan
Imunisasi

CATATAN :
Model lebih kompleks lain yang bisa dijadikan alternatif untuk menganalisis akar
penyebab dari masalah sumbatan yang sekaligus dampaknya untuk mengatasi
ketidakadilan dalam pelayanan KIA yaitu dengan memakai model dari WHO seperti
terlihat dalam diagram berikut :

43
Jika dikaitkan dengan diagram ikan maka Structural Determinants dari determinan sosial
dari kesehatan seperti diagram diatas bisa dimasukkan dalam batang duri
“LINGKUNGAN” sedangkan Intermediary Determinants nya bisa dimasukkan dalam
batang duri ikan “PERILAKU” dan untuk Health System nya masuk dalam batang duri ikan
“PELAYANAN KESEHATAN” (jika menggunakan pendekatan HL Blum).

44
SESI 3

RENCANA TINDAK LANJUT

Pada sesi ini, setiap tim membuat sebuah rencana tindak lanjut berdasarkan hasil
identifikasi kebutuhan untuk melibatkan sektor di luar kesehatan di dalam kegiatan PT
selanjutnya. Apabila tidak diperlukan dukungan dari luar sektor kesehatan, maka rencana
tindak lanjut yang dihasilkan, yaitu melanjutkan proses analisis problem solving, yaitu
memasuki tahapan penentuan prioritas dan target kegiatan sampai dengan tersusunnya
dokumen perencanaan dan penganggaran secara lengkap. Akan tetapi, jika hasil penilaian
cepat menyepakati harus ada keterlibatan dari pihak eksternal kesehatan, maka rencana
tindak lanjut dalam sesi ini akan menghasilkan langkah-langkah mempersiapkan
pertemuan orientasi multipihak.

Tujuan
1. Merancang kegiatan lanjutan berdasarkan hasil dari penilaian cepat dan pemetaan
keterlibatan sektor di luar kesehatan di sesi sebelumnya.
2. Mengidentifikasi kebutuhan data dan jadwal dalam rangka persiapan kegiatan
orientasi multipihak dan/atau lokakarya perencanaan KIA

Materi
1. Tabel hasil analisis solusi dan kegiatan dari sesi 2 sebelumnya.
2. Tools untuk isian rencana tindak lanjut.

Langkah-langkah
1. Fasilitator memandu proses diskusi pleno diawali dengan menampilkan kembali
matriks hasil pemetaan solusi dan kegiatan serta kebutuhan tentang keterlibatan
dari pihak lintas sektor diluar kesehatan.
2. Menentukan kesepakatan skenario, apakah perlu melibatkan pihak lintas sektor
di luar atau tidak. Jika tidak perlu melibatkan lintas sektor di luar kesehatan, maka
skenarionya adalah melakukan penjadwalan langkah-langkah analisis problem
solving lanjutan mulai dari penentuan prioritas dan target kegiatan sampai
rencana advokasi dan monitoring evaluasi.
3. Jika ternyata harus melibatkan dukungan lintas sektor di luar kesehatan, maka
fasilitator ini membantu peserta di dalam menyusun jadwal dan kegiatannya
untuk mempersiapkan kegiatan orientasi multipihak.

45
Contoh pembuatan rencana tindak lanjut dapat dilihat dalam Tabel 2.13 berikut ini :
Tabel 2.13 Rencana Tindak Lanjut

Data dan
Sumber Daya Penanggun
Kegiatan Luaran Jadwal
yang g Jawab
diperlukan
1 2 3 4 5
Menyepakati Hasil Kesepakatan 1-2 hari Dinas
skenario tentang pemetaan tentang setelah Kesehatan
perlu tidaknya tentang solusi skenario dan pertemuan melalui
dukungan dari dan kegiatan cara teknis (jika Subdin
pihak lintas sektor (Sesi 2) mengundang butuh/perlu Perencanaan
di luar sektor pihak lintas keterlibatan dan Kesga
kesehatan sektor lintas sektor
kesehatan atau di luar
langsung kesehatan)
melanjutkan
proses
problem
solving sampai
dihasilkan
dokumen
perencanaan
dan
penganggaran
KIA yang
lengkap oleh
Tim Perencana
(internal
sektor
kesehatan)
Melakukan Semua lintas Sampai Tim
sosialisasi dan sektor dengan 1 Perencana
koordinasi ke memahami minggu dan Tim
lintas sektor (jika tentang setelah Advokasi
membutuhkan perannya pertemuan
dukungan lintas masing- teknis
sektor di luar masing dan
kesehatan) porsi
keterlibatanny
a di dalam
proses
orientasi
multipihak

46
yang akan
dilakukan
Menyusun bahan
untuk orientasi
multipihak (jika
membutuhkan
dukungan lintas
sektor di luar
kesehatan)

47
BAB III
ORIENTASI MULTIPIHAK

Setelah melakukan penilaian secara cepat tentang berbagai usulan dari kegiatan intervensi
yang perlu didukung oleh pihak lintas sektor maupun yang tidak perlu dukungan lintas
sekor kesehatan, maka tahap selanjutnya Tim Perencana KIA melakukan tahapan orientasi
multipihak dalam rangka memperoleh dukungan dari lintas sektor terkait intervensi yang
dibutuhkan dari penilaian cepat sebelumnya.

Tujuan
1. Mendapat dukungan dari pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan untuk
persiapan penyelenggaraan lokakarya perencanaan KIA.
2. Membuat kesepakatan waktu, tempat, bahan dan kandidat yang mewakili masing-
masing pihak lintas sektor dalam lokakarya perencanaan KIA.

Keluaran
1. Adanya penyamaan persepsi KIA dengan para pemangku kepentingan Multipihak
(pemangku kepentingan utama ditambah pemangku kepentingan lainnya).
2. Terbentuk Tim Perencana dan Tim Advokasi KIA Multipihak
3. Tersedianya Data KIA Multipihak

Bahan
1. Seluruh skema dan tabel hasil penilaian cepat.
2. Seluruh uraian dan narasi yang telah disusun.
3. Data-data lain yang diperlukan (data wilayah, peta wilayah dan lain-lain).
4. Pedoman tentang kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan.

Langkah-langkah
1. Menentukan isu utama yang akan diajukan sebagai pembuka wawasan pengambil
kebijakan di Kabupaten/Kota.
2. Menggunakan isu utama tersebut sebagai latar belakang & permasalahan dalam
proposal yang akan dikembangkan.
3. Membuat proposal singkat, padat dan jelas sesuai sistematika penulisan dokumen
dengan memasukkan hasil penilaian cepat secara maksimal.
4. Melengkapi proposal dengan gambaran wilayah atau gambar-gambar yang sesuai
(Sistematika Penulisan Dokumen Terlampir).
5. Menyajikan proposal tersebut di hadapan Pemerintah Daerah, Anggota DPRD, para
penanggung jawab program di lingkup SKPD terkait dan organisasi (minimal
sesuai peserta Orientasi Multipihak) untuk mendapat masukan dan dukungan.

48
Tabel 2.14 Contoh Orientasi Multipihak untuk Pelayanan Ibu

Peran
Kegiatan
(Penjabaran Nama Institusi Bentuk/Jenis (Tim
No. Perencana
dari Solusi Lintas Sektor Komitmen
Terpilih) /Tim
Advokasi)
1 2 3 4 5
Point 1 : Rendahnya Akses Keterjangkauan Ibu Hamil ke Fasyankes
1. Melakukan Sebutkan
1. Sebutkan nama Institusi
pemetaan titik- bentu/jenis
institusi/pemangku lintas
titik akses jalan komitmen
kepentingan yang sektor yang
ke Fasyankes yang akan
akan terlibat dalam akan
yang perlu diberikan
masing-masing terlibat
mendapat antara lain :
kegiatan dapat
perhatian  Dukungan memilih
khusus untuk sumber daya berperan
perbaikan (dana, SDM, di salah
2. Upaya advokasi informasi, satu tim
kegiatan & jejaring dll) atau bisa di
anggaran ke  Kolaborasi kedua tim
Pemda dan kegiatan perencana
lintas sektor  Dll maupun
terkait tim
3. Pertemuan advokasi.
lintas sektor
untuk
perencanaan
kebutuhan
sumber daya
yang
diperlukan
(SDM, material
untuk
perbaikan jalan,
dana yang
dibutuhkan)
4. Pelaksanaan
kegiatan
perbaikan
akses jalan ke
Fasyankes
sesuai dengan
rencana dan
alokasi
anggaran yang
ada

49
5. Pelaksanaan
Monev di setiap
kegiatan
pemeliharan
dan perawatan
akses jalan ke
Fasyankes
2. Keterjangkauan
Transportasi ke
Lokasi
Fasyankes
Terbatas
3. Pemahaman
Bumil Tentang
Pentingnya
Fasyankes
Kurang

Tabel 2.15 Contoh Orientasi Multipihak untuk Pelayanan Bayi Baru Lahir

Peran
Kegiatan
(Penjabaran Nama Institusi Bentuk/Jenis (Tim
No. Perencana
dari Solusi Lintas Sektor Komitmen
Terpilih) /Tim
Advokasi)
1 2 3 4 5
Point 2 : Rendahnya Kehamilan Risiko Tinggi yang Berhasil Ditangani di Fasilitas
PONEK
1. Melakukan Sebutkan
1. Sebutkan nama Institusi
pemetaan bentu/jenis
institusi/pemangku lintas
kelompok komitmen
kepentingan yang sektor
yang akan
masyarakat akan terlibat dalam yang akan
diberikan
rawan masing-masing terlibat
antara lain :
kehamilan kegiatan dapat
 Dukungan memilih
resiko tinggi sumber daya berperan
2. Pertemuan (dana, SDM, di salah
untuk informasi, satu tim
penetapan jejaring dll) atau bisa di
jadwal rencana  Kolaborasi kedua tim
kegiatan perencana
kegiatan
 Dll maupun
penanggulangan
tim
bahaya
advokasi.
kehamilan

50
resiko tinggi
(program desa
siaga, kelas ibu
hamil,
sosialisasi di
posyandu, P4K,
dll)
3. Pertemuan
untuk
perencanaan
kebutuhan
sumber daya
yang diperlukan
(SDM, materi
untuk
pencegahan
risti, metode
yang dipakai :
pembentukan
kelas ibu hamil,
sosialisasi risti
di posyandu dan
alokasi dana)
4. Selain kegiatan
di dalam
permberdayaan
masyarakat
tentang
pengetahuan
kehamilan
resiko tinggi
ditunjang pula
dengan praktek
pelayanan ANC
berkualitas dan
terpadu di
masy.
5. Pelaksanaan
kegiatan
penanggulangan
bahaya
kehamilan

51
resiko tinggi
sesuai dengan
rencana dan
alokasi
anggaran
yang ada
2. Nakes Kurang
Tanggap
Menangani Kasus
Risti di Fas.
PONEK
Lokasi RS PONEK
3.
Jauh dari Bidan
(untuk Rujukan)

Tabel 2.16 Contoh Orientasi Multipihak untuk Pelayanan Bayi dan Balita

Peran
Kegiatan
(Penjabaran Nama Institusi Bentuk/Jenis (Tim
No. Perencana
dari Solusi Lintas Sektor Komitmen
Terpilih) /Tim
Advokasi)
1 2 3 4 5
Point 3 : Rendahnya Akses Penerimaan Masyarakat terhadap Imunisasi
1. Melakukan Sebutkan
1. Sebutkan nama Institusi
pemetaan bentu/jenis
institusi/pemangku lintas
kelompok komitmen
kepentingan yang sektor yang
yang akan
masyarakat akan terlibat dalam akan
diberikan
yang cakupan masing-masing terlibat
antara lain :
dari kegiatan dapat
 Dukungan memilih
imunisasinya sumber daya berperan di
rendah (dana, SDM, salah satu
2. Pertemuan informasi, tim atau
untuk jejaring dll) bisa di
penetapan  Kolaborasi kedua tim
kegiatan perencana
jadwal
 dll maupun tim
rencana
advokasi.
sosialisasi dan
promosi serta
jadwal &

52
tempat
pelaksanaan
imunisasi
secara
lengkap
3. Pertemuan
untuk
perencanaan
kebutuhan
sumber daya
yang
diperlukan
(SDM
pelaksana
sosialisasi dan
promosi
imunisasi,
materi
imunisasi,
metode yang
dipakai :
promosi
imunisasi
melalui
puskesling,
media cetak,
elektronik,
diskusi
kelompok di
dalam kelas
anak balita, dll
serta alokasi
dana)
4. Melakukan
Monev di
setiap
kegiatan
untuk menilai
hasil umpan
balik
masyarakat
terhadap

53
imunisasi
(perlu adanya
lembar balik
untuk umpan
balik
masyarakat)
5. Pelaksanaan
sosialisasi dan
promosi serta
kegiatan
imunisasi
sesuai dengan
rencana dan
alokasi
anggaran
yang ada
2. Rendahnya
Tingkat
Pemahaman
Keluarga
tentang
Imunisasi
3. Nakes Kurang
Ramah dalam
Memberikan
Pelayanan
Imunisasi

54
BAB IV
LOKAKARYA PERENCANAAN KIA

Tahapan lokakarya perencanaan KIA ini dapat dilakukan sebagai kelanjutan pertemuan
teknis (internal sektor kesehatan) atau jika membutuhkan intervensi yang perlu didukung
oleh pihak lintas sektor di luar kesehatan, maka lokakarya perencanaan KIA ini akan
dilakukan setelah orientasi multipihak.

Tujuan
1. Menghasilkan suatu draft dokumen perencanaan dan penganggaran yang telah
memuat usulan intervensi terpilih, baik untuk yang membutuhkan dukungan
lintas sektor maupun yang tidak membutuhkan dukungan lintas sektor di luar
kesehatan.
2. Menghasilkan komitmen anggaran dari masing-masing pihak/SKPD dari lintas
sektor sesuai hasil kesepakatan.
3. Membuat rencana tindak lanjut untuk persiapan advokasi dan monitoring
evaluasi pasca lokakarya perencanaan KIA.

Bahan
1. Seluruh skema dan tabel hasil penilaian cepat.
2. Seluruh uraian dan narasi yang telah disusun.
3. Data-data lain yang diperlukan (data wilayah, peta wilayah dan lain-lain) dari
masing-masing pihak/SKPD lintas sektor.
4. Pedoman tentang kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan.
Tahapan dalam Lokakarya Perencanaan KIA ada 6 sesi, yaitu meliputi :

SESI 1 :Pembukaan & Orientasj


Lokakarya

SESI 2 : Prioritas Solusi,


Kegiatan dan Target

SESI 3 : Rencana Usulan


Kegiatan

SESI 4 : Rencana Usulan


Anggaran

SESI 5: Pembuatan Dokumen


Perencanaan dan Anggaran

SESI 6 : Rencana Tindak


Lanjut

Gambar 4.1 Tahapan Lokakarya Perencanaan KIA

55
SESI 1
Pembukaan & Orientasi Lokakarya

Pada sesi ini tim akan diawali dengan pembukaan dan memberikan review hasil
perencanaan teknis dan/atau orientasi multipihak sebagai pengantar untuk sesi
selanjutnya, yaitu penentuan prioritas solusi, kegiatan dan target..

Tujuan
1. Menyamakan persepsi hasil pertemuan teknis dan orientasi multipihak.
2. Menetapkan tujuan dan alokasi waktu dari masing-masing sesi di dalam lokakarya
termasuk aturan main secara umum.

Materi
1. Hasil Pertemuan Teknis.
2. Hasil Orientasi Multipihak.
3. Gambar untuk kesepakatan aturan main dalam lokakarya.
4. LCD dan Laptop.

Langkah-langkah
1. Fasilitator membuka acara pertemuan dengan mengajukan salam dan melanjutkan
dengan perkenalan dengan semua peserta
2. Menentukan aturan main selama lokakarya secara partisipatif dan memakai
gambar yang menarik.
3. Selanjutnya mulai memaparkan semua hasil kesepakatan di pertemuan teknis dan
orientasi multipihak secara cepat dan tidak perlu dibuka forum tanya
jawab/diskusi.
4. Fasilitator menekankan bahwa kegiatan identifikasi masalah dan analisis solusi
dan kegiatannya sudah dilakukan serta dalam lokakarya ini akan melanjutkan
tahapan sampai dihasilkannya dokumen usulan kegiatan dan penganggaran KIA
yang lengkap serta rencana tindak lanjutnya.

56
SESI 2
Prioritas Solusi, Kegiatan dan Target

Pada sesi ini, tim menentukan prioritas dari


berbagai kegiatan yang telah ditetapkan pada sesi
sebelumnya (sesi 2). Sehingga kegiatan dapat
dikurangi sesuai dengan prioritasnya, apabila
anggaran yang ada untuk program terbatas. Tim
menentukan target dan kegiatan beserta
indikatornya dengan mempertimbangkan
kemampuan pencapaian masing-masing target.

Tujuan
1. Menetapkan Prioritas kegiatan.
2. Menetapkan Target beserta indikatornya untuk masing-masing kegiatan.

Keluaran
Teridentifikasinya prioritas solusi, kegiatan dan target beserta indikatornya untuk
tiap masing-masing kegiatan

Materi
1. Prioritas Penyebab Masalah, Solusi, dan Kegiatan (Sesi 2 : Solusi & Kegiatan)
2. Pemilihan Prioritas Kegiatan.
3. Kegiatan, Indikator dan Target.

Langkah-langkah
1. Memindahkan solusi dan kegiatan dari Tabel 2.10, 2.11 dan 2.12 (Kolom 3 dan 4)
ke dalam Tabel 4.1, 4.2 dan 4.3 (Kolom 1 dan 2).
2. Menentukan prioritas kegiatan dari masing-masing solusi.
3. Menyepakati arti nilai dari masing-masing kriteria skala 1-4, dimana skala 4 paling
positif (misalnya : untuk skor penilaian 1 : tidak penting, 2 : kurang penting, 3 :
penting, 4 : sangat penting).
4. Memberikan nilai untuk masing-masing kegiatan sesuai dengan kriteria
(konsistensi, evidence based, penerimaan, dan mampu laksana).
5. Memberikan nilai bagi setiap kegiatan dengan membandingkan secara vertikal
bagi seluruh kegiatan (diisi ke bawah menurut kolom), melanjutkan penilaian
untuk masing-masing kriteria dengan cara yang sama.
6. Mengkalikan masing-masing nilai pada tiap kriteria untuk setiap kegiatan secara
57
horizontal, menuliskan hasilnya pada kolom 7, kemudian menulis peringkatnya
sesuai dengan total nilai pada kolom 8.
7. Membuat Tabel 4.4, 4.5 dan 4.6 : Kegiatan dan Target. Dilakukan dengan
memindahkan solusi dan kegiatan yang diprioritaskan dari Tabel 4.1, 4.2 dan 4.3
(Kolom 2) ke Tabel 4.4, 4.5 dan 4.6 (Kolom 1). Menentukan indikator tiap kegiatan
dan menetapkan target kegiatan Tahun X (Kolom 5).
8. Target ditetapkan berdasarkan Rencana Strategis Nasional/Daerah dengan
kondisi saat ini (Data Tahun X-2 dari hasil Tabel Data KIA : Faktor
Pendukung/Penyulit).
9. Membuat narasi prioritas kegiatan, indikator dan target yang direncanakan untuk
masing-masing sasaran program KIA.

Kriteria untuk Memilih Prioritas Kegiatan

1. Konsistensi
Hasil Akhir Apabila kegiatan terpilih sesuai dengan Strategi Nasional dan
Sesi 3 adalah : Rencana Kerja Kabupaten/Kota yang sudah ada. Semakin
1. Tabel 4.1, 4.2 dan
4.3 – Penentuan
sesuai dengan strategi/rencana kerja yang ada, maka semakin
Prioritas Kegiatan. tinggi skornya.
2. Tabel 4.4, 4.5 dan
4.6 – Kegiatan,
Indikator dan 2. Evidence Based
Target.
3. Narasi Prioritas Apabila kegiatan yang dipilih termasuk dalam rangkaian
Kegiatan dan kegiatan ataupun intervensi yang telah terbukti efektif
Target.
(evidence based). Maka nilainya akan semakin tinggi
dibandingkan dengan kegiatan yang belum ada bukti.

3. Penerimaan
Kegiatan ini dapat diterima oleh semua institusi terkait
termasuk masyarakat setempat. Makin mudah diterima, maka
makin tinggi skor/nilainya.

4. Mampu Laksana
Kegiatan yang dapat dilaksanakan berdasarkan kondisi
setempat, fasilitas yang ada, sumber daya manusia dan
infrastruktur yang dibutuhkan tersedia atau bisa didapat,
termasuk pembiayaan. Makin mudah disediakan, maka makin
tinggi pula skor/nilainya.

58
Tabel 4.1 Contoh Penentuan Prioritas Kegiatan (Sasaran Program KIA : Ibu)

Solusi Kegiatan Konsistensi Evidence Penerim Mampu Total Peringkat


Based aan Laksana Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8
Mengupayakan agar 1. Melakukan pemetaan
akses jalan ke titik-titik akses jalan
Fasyankes yang rusak ke Fasyankes yang
4 4 4 3 192 1
dapat segera perlu mendapat
dibenahi, karena perhatian khusus
selama ini jalan yang untuk perbaikan
ada belum diaspal 2. Pertemuan untuk
penetapan jadwal
4 3 3 2 72 3
rencana perbaikan
akses jalan
3. Pertemuan untuk
perencanaan
kebutuhan sumber
daya yang diperlukan 3 3 3 3 81 2
(SDM, material untuk
perbaikan jalan, dana
yang dibutuhkan)
Mengupayakan agar 1. Pelaksanaan Monev di
perbaikan akses jalan setiap kegiatan
ke Fasyankes dapat pemeliharan dan 3 3 3 2 54 2
dilakukan di tahun perawatan akses jalan
berikutnya, dimana ke Fasyankes
tahun ini kegiatan 2. Pelaksanaan kegiatan
3 4 3 2 72 1
perbaikan akses jalan

59
sudah direncanakan ke Fasyankes sesuai
di dalam APBD dengan rencana dan
alokasi anggaran yang
ada

Tabel 4.2 Contoh Penentuan Prioritas Kegiatan (Sasaran Program KIA : Bayi Baru Lahir)

Solusi Kegiatan Konsisten Evidenc Penerima Mamp Total Pering


si e Based an u Nilai kat
Laksan
a
1 2 3 4 5 6 7 8
Mengupayakan 1. Melakukan pemetaan
sosialisasi tentang kelompok masyarakat
bahaya kehamilan 4 4 4 3 192 1
rawan kehamilan resiko
resiko tinggi secara
tinggi
merata, karena
selama ini 2. Pertemuan untuk
masyarakat enggan penetapan jadwal
dalam memeriksakan rencana kegiatan
kehamilan secara penanggulangan bahaya
rutin kehamilan resiko tinggi 4 3 3 2 72 3
di Fasyankes (program desa siaga,
kelas ibu hamil,
sosialisasi di posyandu,
P4K, dll)

60
3. Pertemuan untuk
perencanaan kebutuhan
sumber daya yang
diperlukan (SDM, materi
untuk pencegahan risti,
3 3 3 3 81 2
metode yang dipakai :
pembentukan kelas ibu
hamil, sosialisasi risti di
posyandu dan alokasi
dana)
Mengupayakan agar 1. Selain kegiatan di dalam
daerah permberdayaan
menanggulangi Risti masyarakat tentang
Bumil yang
pengetahuan kehamilan
direalisasikan tahun
berikutnya, dimana resiko tinggi ditunjang 3 3 3 2 54 2
tahun ini kegiatan pula dengan praktek
sudah direncanakan pelayanan ANC
di dalam APBD berkualitas dan terpadu
di masy.
2. Pelaksanaan kegiatan
penanggulangan bahaya
kehamilan resiko tinggi
3 4 3 2 72 1
sesuai dengan rencana
dan alokasi anggaran yang
ada

61
Tabel 4.3 Contoh Penentuan Prioritas Kegiatan (Sasaran Program KIA : Bayi dan Anak Balita)

Solusi Kegiatan Konsisten Evidenc Penerima Mamp Total Pering


si e Based an u Nilai kat
Laksan
a
1 2 3 4 5 6 7 8
Mengupayakan 1. Melakukan pemetaan
adanya sosialisasi kelompok masyarakat
imunisasi melalui 4 4 4 3 192 1
yang cakupan dari
puskesling, karena
imunisasinya rendah
selama ini masy. sulit
menjangkau 2. Pertemuan untuk
Fasyankes (akses penetapan jadwal rencana
lokasi sosialisasi dan promosi
yang jauh) 4 3 3 2 72 3
serta jadwal & tempat
pelaksanaan imunisasi
secara lengkap
3. Pertemuan untuk
perencanaan kebutuhan
sumber daya yang
diperlukan (SDM
pelaksana sosialisasi dan 3 3 3 3 81 2
promosi imunisasi, materi
imunisasi, metode yang
dipakai : promosi
imunisasi melalui

62
puskesling, media cetak,
elektronik, diskusi
kelompok di dalam kelas
anak balita, dll serta
alokasi dana)
Mengupayakan agar 1. Melakukan Monev di
daerah setiap kegiatan untuk
mensosialisasikan menilai hasil umpan balik
imunisasi secara
masyarakat terhadap 3 3 3 2 54 2
merata dan
pelaksanaan imunisasi (perlu adanya
imunisasi universal lembar balik untuk
untuk mencegah umpan balik masyarakat)
kasus drop out yang 2. Pelaksanaan sosialisasi
direalisasikan tahun dan promosi serta
berikutnya, dimana kegiatan imunisasi sesuai
tahun ini kegiatan 3 4 3 2 72 1
dengan rencana dan
sudah direncanakan
di dalam APBD alokasi anggaran yang
ada

63
Tabel 4.4 Kegiatan, Indikator dan Target
(Sasaran Program KIA : Ibu)

Kegiatan Indikator Tahun X – 1 Tahun X


Kumula Target Kumula Target
tif tif
1 2 3 4 5 6
Melakukan % Luas akses jalan 10 % 20 % 20 % 20 %
pemetaan titik- yang harus dari dari dari dari
titik akses diperbaiki (Km2) Total Total Total Total
jalan ke Luas Luas Luas Luas
(Indikator sesuai
Fasyankes Akses Akses Akses Akses
dengan Program
yang perlu Jalan Jalan Jalan Jalan
Pembangunan
mendapat Jalan dari Dinas (10 (20 (20 (20
perbaikan PU) Km2) Km2) Km2) Km2)
Pelaksanaan % Luas akses jalan
kegiatan yang telah 50 % 100 % 100 % 100 %
perbaikan diperbaiki (Km2) Akses Akses Akses Akses
akses jalan ke (Indikator sesuai Jalan Jalan Jalan Jalan
Fasyankes dengan Program sudah sudah sudah sudah
Pembangunan Diperbai Diperbai Diperbai Diperbai
Jalan dari Dinas ki ki ki ki
PU) (10 (20 (20 (20
Km2) Km2) Km2) Km2)

Tabel 4.5 Kegiatan, Indikator dan Target


(Sasaran Program KIA : Bayi Baru Lahir)

Kegiatan Indikator Tahun X – 1 Tahun X


Kumula Target Kumula Target
tif tif
1 2 3 4 5 6
Melakukan % Jumlah
pemetaan kelompok 15 % 20 % 10 % 20 %
kelompok masyarakat rawan Kelompo Kelomp Kelompo Kelompo
masyarakat kehamilan resiko k ok k k
rawan tinggi masyara masyar masyara masyara
kehamilan kat akat kat kat
resiko tinggi
64
Pelaksanaan % Jumlah kegiatan 80 %
85 % 95 % 80 %
penanggulanga penanggulangan Kegiata
Kegiatan Kegiatan Kegiatan
n bahaya bahaya kehamilan n
berhasil berhasil berhasil
kehamilan resiko tinggi yang berhasil
dilakuka dilakuka dilakuka
resiko tinggi berhasil dilakukan dilakuk
n n n
an

Tabel 4.6 Kegiatan, Indikator dan Target


(Sasaran Program KIA : Bayi dan Anak Balita)

Kegiatan Indikator Tahun X – 1 Tahun X


Kumulatif Targe Kumulatif Target
t
1 2 3 4 5 6
Melakukan % Jumlah
pemetaan kelompok
10 % 10 %
kelompok masyarakat 5%
10 % Kelom Kelom
masyarakat dengan cakupan Kelompok
Kelompok pok pok
yang cakupan imunisasi masyarak
masyarakat masya masya
dari rendah at
rakat rakat
imunisasinya
rendah
Pelaksanaan % Jumlah
85 % 85 %
sosialisasi dan kegiatan
Kegiat Kegiat
promosi serta sosialisasi dan 90 % 100 %
an an
kegiatan promosi serta Kegiatan Kegiatan
berhas berhas
imunisasi kegiatan berhasil berhasil
il il
imunisasi yang dilakukan dilakukan
dilaku dilaku
berhasil
kan kan
dilakukan
Catatan:

 Kegiatan Kumulatif : Pencapaian kegiatan sampai dengan tahun yang


dimaksud, yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Non
Kesehatan serta Pihak Swasta.
Pihak Swasta perlu diikutsertakan, karena wilayah perkotaan mempunyai
banyak fasilitas kesehatan swasta yang mempunyai kontribusi dalam
percepatan penurunan AKI dan AKB.
 Target Tahun X Kolom 6 : Target kegiatan yang diusulkan di perencanaan PT
KIA.

65
Sesi 3
Rencana Usulan Kegiatan

Pada sesi ini, setiap tim akan


menyusun Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) yang mencakup antara lain :
lokasi, sasaran, besar volume untuk
menghitung alokasi anggaran yang
dibutuhkan dan sumber dananya
(APBD, APBN & sumber lain).

Tujuan
1. Menghasilkan tabel usulan kegiatan serta lokasi, sasaran, volume,
sumber dana, jadwal dan penanggung jawab kegiatan.
2. Membuat narasi singkat mengenai rencana kegiatan.

Keluaran
Dihasilkannya bahan/dokumen Rencana Usulan Kegiatan (RUK).

Materi
1. Tabel 4.4, 4.5 dan 4.6 : Kegiatan, Indikator dan Target
2. Tabel 4.7, 4.8 dan 4.9 : Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Langkah-langkah
1. Memindahkan daftar kegiatan masing-masing solusi sesuai dengan
prioritas ke dalam Tabel 4.7, 4.8 dan 4.9 (Kolom 1).
2. Menentukan dan mengisi dengan lengkap lokasi (Kolom 2), sasaran
(Kolom 3), volume (Kolom 4), sumber dana (Kolom 7), jadwal (Kolom
8) serta penanggung jawab kegiatan (Kolom 9).
3. Kolom unit cost (Kolom 5) dan jumlah biaya (Kolom 6) ini dapat diisi
setelah melakukan perhitungan anggaran.
4. Membuat narasi mengenai rencana kegiatan yang dilakukan.

Hasil Akhir Sesi 4 Catatan :


1. Tabel 4.7, 4.8 dan 4.9 : Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Setiap kegiatan ini
(tanpa perkiraan biaya) yang didukung oleh
2. Narasi Rencana Usulan Kegiatan obat dan perbekalan,
perhitungan kebutuhan
harus mengacu pada
standar pelayanan
yang berlaku.

66
Tabel 4.7 Rencana Usulan Kegiatan
(Sasaran Program KIA : Ibu)

Kegiatan Uraian Kegiatan


Lokasi Sasar Volume Unit Jum Sum Jadw Penangg
an Cost lah ber al ung
Bia Dana Jawab
ya
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Melakukan Jalur Akses 20 % APBD Bulan Dinas PU
pemetaan akses jalan dari I dan dan Dinas
titik-titik jalan ke Total II Perhubun
akses jalan menuju Fasya Luas gan
ke Fasyankes Fasyan nkes Akses
yang perlu kes yang Jalan
mendapat (Puskes rusak (20 Km2)
perbaikan mas,
RS,
Pustu)
Pelaksanaan Jalur Akses 100 % APBN Bulan Dinas PU
kegiatan akses jalan Akses III dan Dinas
perbaikan jalan ke Jalan Perhubun
akses jalan menuju Fasya sudah gan
ke Fasyankes Fasyan nkes Diperbai
kes yang ki
(Puskes rusak
(20 Km2)
mas,
RS,
Pustu)

67
Tabel 4.8 Rencana Usulan Kegiatan
(Sasaran Program KIA : Bayi Baru Lahir)

Kegiatan Uraian Kegiatan


Loka Sasaran Volume U Jumla Sum Jad Penangg
si ni h ber wal ung
t Biaya Dana Jawab
Co
st
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Melakukan Rum Ibu Hamil Cakupan APBD Bul Dinas
pemetaan ah Potensi Bumil an I Kesehata
kelompok Pend Resiko Potensi dan n
masyarakat uduk Tinggi Risti II
rawan 10 %
kehamilan
resiko tinggi
Pelaksanaan Posy Sasaran 95 % APBD Bul Dinas
penanggulan andu Utama : Kegiatan an Kesehata
APBN
gan bahaya Seluruh berhasil III n
kehamilan Ibu Hamil dilakuka
resiko tinggi, n
Sasaran
contohnya : (minimal
Khusus :
Pembentuka terbentu
Ibu Hamil
n Kelas Ibu k 1 Kelas
Potensi
Hamil Ibu
Resiko
Hamil di
Tinggi
1 Desa)

Keterangan
 Lokasi : Tempat kegiatan dilaksanakan
 Sasaran : Objek kegiatan
 Volume : Besaran kegiatan selama 1 tahun anggaran
 Unit cost : Harga satuan kegiatan (sesuai standar biaya umum)
 Jumlah biaya : Total biaya yang diperlukan
 Sumber dana : APBN, APBD Provinsi, APBD Kab/Kota, BLD/PHLN,
dan ADD/Swadana
 Jadwal : Waktu pelaksanaan kegiatan
 Penanggung jawab : Penanggung jawab kegiatan

68
Sesi 4
Rencana Usulan Anggaran

Pada sesi ini, tiap tim menghitung


rencana anggaran kegiatan yang
bersumber dari APBD, APBN dan
sumber lain. Dalam
“Perencanaan Pembangunan
Daerah” terdapat 2 (dua) tahap
penting, yaitu :
a. Tahapan Proses Penyusunan
Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah dan
disebut Renja SKPD sebagai
bahan penyusunan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD)
b. Tahapan Proses Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA SKPD)

Tujuan
Menyusun kebutuhan anggaran kegiatan KIA yang bersumber dari APBD,
APBN dan sumber anggaran yang lainnya.

Keluaran
Dihasilkannya bahan/dokumen kebutuhan anggaran kegiatan KIA (APBD,
APBN dan sumber anggaran lainnya).

Materi
1. Tabel 4.4, 4.5 dan 4.6 : Kegiatan, Indikator dan Target
2. Tabel 4.7, 4.8 dan 4.9 : Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
3. Tabel 4.10, 4.11 dan 4.12 : Contoh Perhitungan Kebutuhan Anggaran
APBD, APBN, Sumber Lain
4. Tabel 4.13, 4.14 dan 4.15 : Contoh Uraian Perhitungan APBD
5. Tabel 4.16, 4.17 dan 4.18 : Contoh Uraian Perhitungan APBN
6. Acuan dari Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
(Permendagri) tentang Jadwal Penyusunan Anggaran sesuai dengan
Permendagri No.13 Tahun 2006 dan Permendagri 59 Tahun 2007.
7. PP No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga
8. Harga satuan/unit cost setempat (SK Bupati/Walikota)
9. Kepmenkes tentang harga obat generik berlogo yang terakhir
69
10. Standar Biaya Umum/SBU/Pagu Anggaran

Langkah-langkah
1. Memindahkan rencana kegiatan dari Tabel 4.7, 4.8 dan 4.9 ke Tabel
4.10, 4.11 dan 4.12 pada Kolom 2.
2. Menentukan isian-isian di dalam Tabel 4.10, 4.11 dan 4.12, berupa
kode rekening/kode kelompok MAK, uraian komponen belanja serta
rincian perhitungan dengan menggunakan Standar Biaya Umum yang
berlaku.
3. Menentukan sumber biaya dari masing-masing kegiatan di dalam
kolom Tabel 4.10, 4.11 dan 4.12 (Kolom 10). Sumber dana dapat
berasal dari APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN dan sumber
lain.
4. Memilih dan memindahkan kegiatan yang dananya bersumber dari
APBD pada Tabel 4.10, 4.11 dan 4.12 ke Tabel 4.13, 4.14 dan 4.15.
5. Memilih dan memindahkan kegiatan yang dananya bersumber dari
APBN ke Tabel 4.16, 4.17 dan 4.18.
6. Proses pengisian formulir Tabel Anggaran (Tabel 4.10 sampai dengan
Tabel 4.18) diselesaikan pada tahap advokasi.

70
Tabel 4.10 Contoh Perhitungan Kebutuhan Anggaran (APBD, APBN dan Sumber Lain)
Program KIA Lintas Sektor (Sasaran : Ibu)

Rincian Perhitungan
Rincian Perhitungan Sebelum ada Pagu
N Kegiata Kode Uraian Komponen Sementara Total Sumb
o. n Rek. Belanja er
Kode Harga
Vol Satuan Jumlah
Kel. Satuan
MAK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Pemeta Diisi Rp Rp
an titik- sesuai Konsumsi Surveyor 20 OH
titik dengan 35.000,00 700.000,00
akses Kode
yang
jalan ke Rp Rp
ada di
Fasyank ATK 20 Paket
Acuan
es yang 15.000,00 300.000,00
Permen Rp
perlu
dagri 6.000.0 APBD
mendap
Rp Rp
at 00,00
Honor Surveyor 20 OH
perbaik
50.000,00 1.000.000,00
an

Rp Rp
Biaya Transport Surveyor 20 OT
200.000,00 4.000.000,00

71
2. Pelaksa
naan
kegiata Rp
Penyelenggaraan
n Rp
Perbaikan Akses Rp BLN
perbaik 1 Paket 30.000.000,
30.000.
an akses Jalan ke Fasyankes 30.000.000,00
000,00
00
jalan ke
Fasyank
es
3. Pelaksa Diisi Rp Rp
naan sesuai Konsumsi Pekerja 40 OH
kegiata dengan 40.000,00 1.600.000,00
n Kode
perbaik yang
Rp
an akses ada di
Material Perbaikan Jalan Rp
Acuan
jalan ke 1 Paket 50.000.000,
Permen
Fasyank (20 Km2) 50.000.000,00
dagri
es 00 Rp
100.60 APBN
Rp 0.000,0
Penyewaan Peralatan Rp 0
1 Paket 35.000.000,
Perbaikan Jalan 35.000.000,00
00

Rp Rp
Honor Pekerja 40 OH
100.000,00 4.000.000,00

72
Rp Rp
Biaya Transport Pekerja 40 OT
250.000,00 10.000.000,00

Rp

Total Dana yang Dibutuhkan 136.60


0.000,0
0

Keterangan :
OH : Orang/Hari
OT : Orang/Transport

73
Tabel 4.11 Contoh Perhitungan Kebutuhan Anggaran (APBD, APBN dan Sumber Lain)
Program KIA (Sasaran : Bayi Baru Lahir)

Rincian Perhitungan
Rincian Perhitungan Sebelum ada Pagu
N Kegiatan Kode Uraian Komponen Sementara Total Sumbe
o Rek. Belanja r
. Harga
Kode Vol Satuan Jumlah
Kel. Satuan
MAK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Pemetaa Diisi Rp Rp
. n sesuai Konsumsi Surveyor 30 OH
kelompo dengan 35.000,00 1.050.000,00
k Kode
masyarak yang
Rp Rp
at rawan ada di
ATK 30 Paket
kehamila Acuan
15.000,00 450.000,00 Rp
n Permen
dagri 9.000.000, APBD
resiko
Rp Rp
tinggi 00
Honor Surveyor 30 OH
50.000,00 1.500.000,00

Rp Rp
Biaya Transport Surveyor 30 OT
200.000,00 6.000.000,00

74
2 Pelaksana
. an Rp Rp
penanggul
angan Penyelenggaraan Rp BLN
1 Paket 25.000.000, 25.000.000,0
bahaya Penanggulangan Bahaya 25.000.000,0
kehamilan Kehamilan Resiko Tinggi 0
00 0
resiko
tinggi
3 Pelaksana Diisi Rp Rp
. an sesuai Konsumsi Peserta 25 OH
penanggul dengan 20.000,00 500.000,00
angan Kode
bahaya yang
Pengadaan Buku, Modul
kehamilan ada di
Acuan
resiko dan Rp Rp
Permen
tinggi 25 Paket Rp
dagri
(Pembent 50.000,00 1.250.000,00
Lembar Balik Kelas Ibu 3.310.000, APBN
ukan Kelas
Ibu Hamil) 00
Hamil

Konsumsi Fasilitator
Rp Rp
Kesehatan (Bidan Desa 4 OH
40.000,00 160.000,00
dan Kader Kesehatan)

75
Honor Fasilitator Rp Rp
4 OH
Kesehatan 150.000,00 600.000,00

Biaya Transport Rp Rp
4 OT
Fasilitator Kesehatan 200.000,00 800.000,00

Rp
Total Dana yang Dibutuhkan 37.310.000,
00

Keterangan :
OH : Orang/Hari
OT : Orang/Transport

76
Tabel 4.12 Contoh Perhitungan Kebutuhan Anggaran (APBD, APBN dan Sumber Lain)
Program KIA (Sasaran : Bayi dan Anak Balita)

Rincian Perhitungan
Rincian Perhitungan Sebelum ada Pagu
N Kegiatan Kode Uraian Komponen Sementara Total Sum
o Rek. Belanja ber
. Harga
Kode Vol Satuan Jumlah
Kel. Satuan
MAK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Pemetaan Diisi Rp Rp
. kelompok sesuai Konsumsi Surveyor 25 OH
masyarakat dengan 35.000,00 875.000,00
yang Kode
cakupan yang
Rp Rp
imunisasi ada di
ATK 25 Paket
Acuan
nya rendah 15.000,00 375.000,00
Perme Rp
ndagri APB
7.500.000,0 D
Rp Rp
0
Honor Surveyor 25 OH
50.000,00 1.250.000,00

Rp Rp
Biaya Transport Surveyor 25 OT
200.000,00 5.000.000,00

77
2 Pelaksanaa Rp Rp
. n kegiatan
Penyelenggaraan Rp BLN
imunisasi 1 Paket 20.000.000, 20.000.000,0
Kegiatan Imunisasi Anak 20.000.000,
Balita Lengkap 00
00 0

3 Pelaksanaa Diisi Rp Rp
. n sesuai Konsumsi Peserta 35 OH
sosialisasi dengan 10.000,00 350.000,00
dan Kode
promosi yang
Pengadaan Materi/Bahan
imunisasi ada di
Rp Rp
Acuan
Sosialisasi dan Promosi 35 Paket
Perme
25.000,00 875.000,00
ndagri
Imunisasi
Rp
APB
2.785.000,0 N
Konsumsi Fasilitator
0
Rp Rp
Kesehatan (Bidan Desa 4 OH
40.000,00 160.000,00
dan Kader Kesehatan)

Honor Fasilitator Rp Rp
4 OH
Kesehatan 150.000,00 600.000,00

78
Biaya Transport Rp Rp
4 OT
Fasilitator Kesehatan 200.000,00 800.000,00

Rp
Total Dana yang Dibutuhkan 30.285.000,
00

Keterangan :
OH : Orang/Hari
OT : Orang/Transport

79
Tabel 4.13 Contoh Uraian Perhitungan APBD Program KIA Lintas Sektor (Sasaran : Ibu)

Rincian Perhitungan untuk Bahan RKPD


Rincian Perhitungan Sebelum ada Pagu
N Kode Kegiatan Kode Uraian Komponen Sementara Total
o Progra Rekeni Belanja
. m ng Harga
Vol Satuan Jumlah
Satuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Diisi Pemetaan Diisi Rp Rp
. sesuai titik-titik sesuai Konsumsi Surveyor 20 OH
dengan akses jalan dengan 35.000,00 700.000,00
Kode ke Fasyankes Kode
yang yang perlu yang
Rp Rp
ada di mendapat ada di
ATK 20 Paket
Acuan perbaikan Acuan
15.000,00 300.000,00
Permen Permen Rp
dagri dagri 6.000.00
Rp Rp
0,00
Honor Surveyor 20 OH
50.000,00 1.000.000,00

Rp Rp
Biaya Transport Surveyor 20 OT
200.000,00 4.000.000,00

80
Tabel 4.14 Contoh Uraian Perhitungan APBD Program KIA (Sasaran : Bayi Baru Lahir)

Rincian Perhitungan untuk Bahan RKPD


Rincian Perhitungan Sebelum ada Pagu
N Kode Kegiatan Kode Uraian Komponen Sementara Total
o Progra Rekeni Belanja
. m ng Harga
Vol Satuan Jumlah
Satuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Diisi Pemetaan Diisi Rp Rp
. sesuai kelompok sesuai Konsumsi Surveyor 30 OH
dengan masyarakat dengan 35.000,00 1.050.000,00
Kode rawan Kode
yang kehamilan yang
Rp Rp
ada di ada di
resiko tinggi ATK 30 Paket
Acuan Acuan
15.000,00 450.000,00
Permen Permen Rp
dagri dagri 9.000.00
Rp Rp
0,00
Honor Surveyor 30 OH
50.000,00 1.500.000,00

Rp Rp
Biaya Transport Surveyor 30 OT
200.000,00 6.000.000,00

81
Tabel 4.15 Contoh Uraian Perhitungan APBD Program KIA (Sasaran : Bayi dan Anak Balita)

Rincian Perhitungan untuk Bahan RKPD


Rincian Perhitungan Sebelum ada Pagu
N Kode Kegiatan Kode Uraian Komponen Sementara Total
o Progra Rekeni Belanja
. m ng Harga
Vol Satuan Jumlah
Satuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Diisi Pemetaan Diisi Rp Rp
. sesuai kelompok sesuai Konsumsi Surveyor 25 OH
dengan masyarakat dengan 35.000,00 875.000,00
Kode yang Kode
yang memiliki yang
Rp Rp
ada di cakupan ada di
ATK 25 Paket
Acuan imunisasi Acuan
15.000,00 375.000,00
Permen rendah Permen Rp
dagri dagri 7.500.00
Rp Rp
0,00
Honor Surveyor 25 OH
50.000,00 1.250.000,00

Rp Rp
Biaya Transport Surveyor 25 OT
200.000,00 5.000.000,00

82
Tabel 4.16 Contoh Uraian Perhitungan APBN Program KIA Lintas Sektor (Sasaran : Ibu)

Rincian Perhitungan Sebelum ada Pagu


Sementara

N Kode Kode Kegiatan Kode Uraian


o. Progra Kegiata Komponen Harga
MAK Vol Satuan Jumlah
m n Belanja Satuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Diisi Diisi Pemetaan Diisi Rp Rp
sesuai sesuai titik-titik sesuai Konsumsi Pekerja 40 OH
40.000,00 1.600.000,00
dengan dengan akses jalan dengan
Kode Kode ke Kode
Material Perbaikan Rp Rp
yang yang Fasyankes yang ada
ada di ada di yang perlu di Acuan Jalan (untuk Akses 1 Paket 50.000.00 50.000.000,0
Acuan Acuan mendapat Permend
Jalan 20 Km2) 0,00 0
Permen Permen perbaikan agri
dagri dagri
Penyewaan Rp Rp
Peralatan 1 Paket 35.000.00 35.000.000,0

Perbaikan Jalan 0,00 0

Rp
Rp
Honor Pekerja 40 OH 100.000,0
4.000.000,00
0

83
Rp Rp
Biaya Transport
40 OT 250.000,0 10.000.000,0
Pekerja
0 0

2.
3.
Rp
Total Dana yang Dibutuhkan 100.600.000
,00

84
Tabel 4.17 Contoh Uraian Perhitungan APBN Program KIA (Sasaran : Bayi Baru Lahir)

Rincian Perhitungan Sebelum ada Pagu


Sementara

N Kode Kode Kegiatan Kode Uraian


o. Progra Kegiata Komponen Harga
MAK Vol Satuan Jumlah
m n Belanja Satuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Diisi Diisi Pelaksanaan Diisi Rp Rp
Konsumsi Peserta 25 OH
sesuai sesuai penanggulan sesuai 20.000,00 500.000,00
dengan dengan gan bahaya dengan
Pengadaan Buku,
Kode Kode kehamilan Kode
Modul dan Lembar Rp Rp
yang yang yang ada 25 Paket
resiko tinggi Balik Kelas 50.000,00 1.250.000,00
ada di ada di di Acuan
(Pembentuk
Acuan Acuan Permend Ibu Hamil
an Kelas Ibu
Permen Permen agri Konsumsi
Hamil)
dagri dagri Fasilitator
Rp Rp
Kesehatan (Bidan 4 OH
40.000,00 160.000,00
Desa dan Kader
Kesehatan)
Rp
Honor Fasilitator Rp
4 OH 150.000,0
Kesehatan 600.000,00
0
Biaya Transport Rp
Rp
Fasilitator 4 OT 200.000,0
800.000,00
Kesehatan 0
2.
85
3.
Rp
Total Dana yang Dibutuhkan 3.310.000,0
0

Tabel 4.18 Contoh Uraian Perhitungan APBN Program KIA (Sasaran : Bayi dan Anak Balita)

Rincian Perhitungan Sebelum ada Pagu


Sementara

N Kode Kode Kegiatan Kode Uraian


o. Progra Kegiata Komponen Harga
MAK Vol Satuan Jumlah
m n Belanja Satuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Diisi Diisi Pelaksanaan Diisi Rp Rp
Konsumsi Peserta 35 OH
sesuai sesuai sosialisasi sesuai 10.000,00 350.000,00
dengan dengan dan promosi dengan
Pengadaan
Kode Kode imunisasi Kode
Materi/Bahan Rp Rp
yang yang yang ada 35 Paket
Sosialisasi dan 25.000,00 875.000,00
ada di ada di di Acuan
Promosi Imunisasi
Acuan Acuan Permend
Permen Permen agri Konsumsi
dagri dagri Fasilitator
Rp Rp
Kesehatan (Bidan 4 OH
40.000,00 160.000,00
Desa dan Kader
Kesehatan)

86
Rp
Honor Fasilitator Rp
4 OH 150.000,0
Kesehatan 600.000,00
0
Biaya Transport Rp
Rp
Fasilitator 4 OT 200.000,0
800.000,00
Kesehatan 0
2.
3.
Rp
Total Dana yang Dibutuhkan 2.785.000,0
0

87
Sesi 5
Pembuatan Dokumen Perencanaan
dan Anggaran

Untuk mendapatkan persetujuan atau dukungan dari para


pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan, pada sesi
ini, setiap tim akan membuat dokumen perencanaan dan
penganggaran yang memuat hasil-hasil di sesi 1 sampai
dengan sesi 4 sebagai bahan usulan penetapan anggaran
kegiatan yang mudah dimengerti oleh pemangku
kepentingan dan pembuat kebijakan, untuk mendapatkan
persetujuan dan atau dukungan kegiatan.

Tujuan
1. Menghasilkan suatu draft dokumen perencanaan dan penganggaran program KIA yang
akan digunakan sebagai bahan pembahasan perencanaan dan penganggaran dan
sebagai bahan pembuatan media untuk pesan advokasi.
2. Mendapat dukungan dari para pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan.

Bahan
1.Seluruh skema dan tabel hasil lokakarya perencanaan.
2.Seluruh uraian dan narasi yang telah disusun.
3.Data-data lain yang diperlukan (data wilayah, peta wilayah, dan lain-lain).
4.Modul Penguatan Kapasitas Advokasi untuk isu strategis.
5.Pedoman tentang kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan.

Langkah-langkah
1. Menentukan isu utama yang akan diajukan sebagai pembuka wawasan pengambil
kebijakan di Kabupaten/Kota.
2. Menggunakan isu utama tersebut sebagai latar belakang & permasalahan dalam
proposal yang akan dikembangkan.
3. Membuat proposal singkat, padat dan jelas sesuai sistematika penulisan dokumen
dengan memasukkan hasil penilaian cepat secara maksimal.
4. Melengkapi proposal dengan gambaran wilayah atau gambar-gambar yang sesuai
(Sistematika Penulisan Dokumen Terlampir).
5. Menyajikan proposal tersebut di hadapan Pemerintah Daerah, Anggota DPRD, para
penanggung jawab program di lingkup SKPD terkait dan organisasi (minimal sesuai
peserta Orientasi Multipihak) untuk mendapat masukan dan dukungan.
Sesi 6
Rencana Tindak Lanjut

Pada sesi ini, setiap tim menyusun rencana tindak lanjut pasca
lokakarya untuk menyempurnakan draft dokumen perencanaan
dan penganggaran. Draft ini akan digunakan sebagai bahan untuk
menyusun pesan advokasi, baik untuk advokasi internal ke tiap-
tiap SKPD maupun untuk advokasi eksternal ke Panitia
Anggaran/Badan Anggaran.

Tujuan
Menghasilkan rencana tindak lanjut lokakarya perencanaan PT-KIA, mulai dari
penyempurnaan draft dokumen, rencana sosialisasi dengan lintas program dan lintas
sektor terkait dan rencana koordinasi dengan tim advokasi.

Keluaran
Dihasilkannya dokumen Rencana Tindak Lanjut Lokakarya Perencanaan PT-KIA di level
Kabupaten/Kota

Bahan
1. Dokumen perencanaan dan penganggaran KIA yang telah dirumuskan secara baik dan
sistematis.
2. Jadwal dan alur penyusunan APBD dan checklist monitoring penganggaran.
(Lampiran 9 dan 10)
3. Referensi Advokasi Anggaran dan Kebijakan.
4. Tabel 4.19 : Penentuan Rencana Tindak Lanjut

Langkah-langkah
1. Membuat daftar kegiatan dan rencana tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan
jadwal penyusunan anggaran sampai penyelesaian RKA-SKPD.
2. Menentukan para penanggung jawab dari setiap program ataupun kegiatan terkait KIA
yang akan dilakukan.
3. Merencanakan kegiatan koordinasi dengan Tim Advokasi KIA dalam proses pengawalan
anggaran.

89
Tabel 4.19 : Penentuan Rencana Tindak Lanjut

Data dan
Sumber Penanggung
Kegiatan Luaran Jadwal
Daya yang Jawab
Diperlukan
1 2 3 4 5
Menyempurnakan Draf dokumen Dokumen 1- 2 Dinas
dokumen perencanaan perencanaa minggu Kegiatan
perencanaan dan n& setelah (Subdin
penganggaran pengangga lokakarya Perencana
dan penganggaran
DPTS –KIA ran PT-KIA perencana an dan
an Kesga)
Melakukan
sosialisasi di
lingkungan Dinas
Kesehatan
Melakukan
sosialisasi di
sektor terkait.
Melakukan
koordinasi
dengan Tim
Advokasi
Menyusun bahan
untuk
pembahasan
materi advokasi
Menghadiri
Musrenbang
Menyesuaikan
kegiatan sesuai
dengan pagu
sementara
Mengawal
anggaran KIA
untuk disetujui
panitia anggaran
Mendapat
persetujuan
berupa PERDA
dari DPRD

90
BAB V
ADVOKASI KIA dan PENDAMPINGAN LEVEL DESA

Tahapan ini dilakukan setelah melalui tahapan pra


orientasi (asumsi 1) & tahapan orientasi multipihak
(asumsi 2), dilanjutkan dengan tahapan lokakarya
perencanaan PT-KIA sampai disetujuinya dokumen
tentang RKA-SKPD (Rencana Kerja dan Anggaran Satuan
Kerja Perangkat Daerah) melalui pendampingan
fasilitator, tim advokasi dan sektor terkait. Proses
advokasi merupakan langkah yang dilakukan Tim
Advokasi bersama-sama dengan Tim Fasilitator dan
sektor terkait dalam mengupayakan program KIA
sebagai prioritas kegiatan daerah yang diharapkan
keluaran (output) dari kegiatan advokasi adalah
dimasukkannya program KIA dalam dokumen
perencanaan dan penganggaran daerah sampai dengan
penerbitan Perda APBD dan dokumen APBD.

Tujuan
1. Tersedianya bahan untuk materi advokasi.
2. Tersusunnya rencana kegiatan advokasi KIA (hasil perencanaan terpadu KIA)
3. Disetujuinya program KIA sebagai salah satu program prioritas pada RKPD (Rencana
Kerja Pemerintah Daerah), Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Prioritas dan Platfon
Anggaran Sementara (PPAS) dan pada RKA-SKPD (Rencana Kerja dan Anggaran Satuan
Kerja Perangkat Daerah).

Keluaran
1. Dokumen Perencanaan dan Anggaran KIA yang telah disempurnakan.
2. Bahan Materi Advokasi.
3. Dokumen Rencana Advokasi KIA dan Pemantauannya.
4. Program KIA menjadi program prioritas pada RKPD, Kebijakan Umum dan Anggaran
(KUA), Prioritas dan Platfon Anggaran Sementara (PPAS) dan RKA-SKPD (Rencana
Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah).

Waktu
Penyempurnaan draft dokumen ini dilakukan setengah hari setelah pelaksanaan dari
Lokakarya Perencanaan PT-KIA (1/2 hari).

Tempat
Dilaksanakan di Kabupaten/Kota.

91
Peserta
Tim Perencana dan Tim Advokasi PT-KIA Kab./Kota.

Langkah-langkah
1. Pertemuan penyempurnaan dokumen perencanaan dan anggaran KIA dan membuat
materi advokasi.
2. Advokasi/sosialisasi lintas program dan lintas sektor terkait.
3. Pengusulan kegiatan dan anggaran KIA ke dalam RKPD (Rencana Kerja Pemerintah
Daerah) melalui Musrenbang/Bagian Perencanaan/Bina Program.
4. Pertemuan pengusulan perencanaan dan anggaran KIA mengikuti “Alur Proses
Perencanaan APBD” sesuai dengan jadwal kegiatan advokasi melalui Musrenbang /
Bagian Perencanaan / Bina Program sebagai berikut :

PENDAMPINGAN LEVEL DESA


Pada tahapan telah tercapai rencana prioritas dari Kabupaten maka kemudian dilakukan
pendampingan level desa untuk mendukung terlaksananya program KIA. Program di level
desa dapat berupa program inovasi yang dapat didanai oleh dana desa.

Tujuan
1. Tersusunnya usulan program inovasi dan program prioritas di level desa yang
menjadi prioritas dan tersinkron dengan prioritas program kesehatan ibu dan anak
di Kabupaten
2. Tersusunnya rencana anggaran program unggulan/prioritas yang akan
dilaksanankan (dari dana desa, CSR, dan dana lainnya).

Keluaran
1. Dokumen Perencanaan program kesehatan ibu dan anak prioritas/inovasi di level
desa
2. Dokumen perencanaan anggaran kesehatan ibu dan anak prioritas di level desa.

92
Waktu
Pelaksanaan dilakukan melalui tahapan yaitu workshop pendampingan dan
pendampingan pada level desa.

Tempat
Dilaksanakan di level desa.

Peserta
Bapermasdes, perangkat desa, puskesmas, bidan di desa sasaran.

Langkah-langkah
1. Pertemuan melalui workshop pendampingan untuk mengidentifikasi usulan program
dan program prioritas di level desa yang sinkron dengan program kesehatan dan anak
di Kabupaten
2. Pertemuan melalui pendampingan untuk menentukan rencana tindak lanjut, rencana
penganggaran, dukungan pihak internal dan eksternal, serta identifikasi hambatan dan
tantangan
3. Monitoring dan evaluasi perencanaan program kesehatan ibu dan anak di level desa.

93
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI

Tahapan ini dilakukan setelah melalui tahapan advokasi


pada level Kabupaten dan pendampingan pada level
desa. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk
mengetahui progress perencanaan program kesehatan
ibu dan anak, identifikasi dukungan internal dan
eksternal, hambatan dan tantangan yang terjadi dan
komitmen dari masing-masing peserta/stakeholder
dalam mendukung penyelenggaraan program kesehatan
ibu dan anak yang terintegrasi dan tersinkronisasi dari
level Kabupaten hingga level desa.

Tujuan
1. Teridentifikasinya dukungan internal dan eksternal program kesehatan ibu dan anak
2. Teridentifikasinya tantangan dan hambatan pelaksanaan program kesehatan ibu dan
anak yang terintegrasi dan tersinkronisasi dari level Kabupaten hingga level desa.
3. Komitmen dari masing-masing stakeholder terkait dalam pelaksanaan program
kesehatan ibu dan anak dari level Kabupaten hingga level desa.

Keluaran
Adanya dokumen hasil monitoring dan evaluasi program kesehatan ibu dan anak dari
level Kabupaten hingga level desa.

Waktu
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan setelah kegiatan pendampingan pada level
desa dengan waktu 1 (satu) hari

Tempat
Dilaksanakan di Kabupaten/Kota.

Peserta
Dinas Kesehatan, Bappeda, Bapermasdes, Desa, Kecamatan, Puskesmas, Dinas Sosial,
Kementrian Agama, DP3A, dan stakeholder terkait program kesehatan ibu dan anak.

94
Langkah-langkah
1. Paparan program prioritas kesehatan ibu dan anak di level Kabupaten dan level desa
2. Identifikasi hambatan, tantangan dalam pelaksanaan program
3. Identifikasi dukungan eksternal dan eksternal dalam pelaksanaan program
4. Perencanaan diseminasi hasil pada keseluruhan level.

95
BAB VII
PENUTUP

Perencanaan Terpadu Program Kesehatan Ibu dan Anak Untuk dapat mendukung
pemecahan masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Permasalahan kesehatan ibu dan anak
tidak hanya menjadi permasalahan dinas kesehatan tetapi juga menjadi permasalahan
multisektor. Selain itu kesehatan ibu dan anak juga berkaitan dengan capaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM) yang menjadi indikator pemerintah daerah.
Dalam pelaksanaan PT-KIA, diperlukan dukungan dan komitmen dari berbagai
stakeholder diantaranya Dinas Kesehatan, Bappeda, Dinas Sosial, Dinas PU, Kementrian
Agama, Dinas Pendidikan, dan sebagainya. Selain itu diperlukan peran pemerintah daerah
dari level Kabupaten hingga level desa.
Program kesehatan harus tersinkroinisasi dari level Kabupaten hingga level desa
sehingga tidak terdapat program yang tumpang tindih dan maupun aspek yang tidak
terjamah sehingga tidak meng-cover keseluruhan program kesehatan ibu dan anak pada
ruang lingkup Kabupaten/Kota.
Oleh karena pentingnya hal tersebut, diharapkan buku panduan ini dapat menjadi
pedoman dalam pelaksanakan kegiatan KIA di tingkat Kabupaten/Kota melalui
perencanaan dan penganggaran kegiatan KIA yang terpadu dan tersinergi dengan SPM dan
PIS-PK.

96

Anda mungkin juga menyukai