Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENERAPAN ANALISIS

GENDER

DOSEN PENGAMPU

Fitrina Bachtar,S.ST M.KEB

OLEH :

CHAVIA RAUDATUL JANAH


204210403

PRODI D-III KEBIDANAN BUKITTINGGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
TP.2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “PENERAPAN
ANALISIS GENDER”makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen Fitrina
Bachtar,S.ST M.KEB. Prodi D3 kebidanan Bukittinggi. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis
terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bukittinggi,1 Maret 2022

Chavia raudatul janah


ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB l PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1


B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 1
C. TUJUAN PENELITIAN ......................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 2

A. PENERAPAN ANALISIS GENDER DAN CONTOHNYA .............. 2

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 15

A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 15
B. SARAN ................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16

iii
BAB I
PENDALUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pentingnya terhadap pentingnya peranan perempuan dalam proses pembangunan


semakin meningkat dan secara khusus mengakui pentingnya peranan perempuan dalam
pembangunan sosial ekonomi nasional. Sejalan dengan itu telah meningkat juga kesadaran
dan pengakuan terhadap kelemahan perencanaan pembangunan dalam memperhatikan secara
penuh dan memperhitungkan secara tepat dan sistematis sumbangan perempuan terhadap
proses pembangunan maupun dampak pembangunan terhadap aspirasi dan kepentingan
perempuan. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan baru untuk dapat meningkatkan
peran dan partisipasi laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan. Untuk itu
diperlukan metode analisis untuk mengetahui secara lebih tepat tentang arti perbedaan bentuk
dan difat partisipasi perempuan dan laki-laki dalam proses pembangunan. Maka dari itu
dalam makalah ini kami akan membahas tentang teknis analisis gender.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian gender dan peran gender


2. Kesenjangan gender dan ketidak adilan gender
3. Issue gender dalam asuhan dan layanan kebidanan komunitas
4. Alat analisis gender GAP, havard, dan analisis kebutuhan gender Moser.

1.3 TUJUAN

Setelah membaca materi ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mampu mengetahui
tentang perspektif gender. Di samping itu mahasiswa mwngwtahui tentang pengertian seks
dan gender, gender dan stratifikasi, gender dan sosialisasi, gender dan pekerjaan, gender dan
pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANALISIS GENDER DALAM LAYANAN KEBIDANAN


KOMUNITAS

PENGERTIAN GENDER DAN PERAN GENDER

Gender merupakan Peran sosial dimana peran laki-laki dan perempuan ditentukan
perbedaan fungsi, perandan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil
konstruksi sosial yang dapat berubah atau diubah sesuai perubahan zaman peran dan
kedudukan sesorang yang dikonstrusikan oleh masyarakat. dan budayanya karena sesorang
lahir sebagai laki-laki atau perempuan. (WHO 1998).

Gender adalah suatu konsep budaya yang berupaya untuk membuat perbedaan antara
laki-laki dan perempuan dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik
emosional.Gender adalah peran dan kedudukan seseorang yang dikonstruksikan oleh budaya
karena seseorang lahir sebagai perempuan atau lahir sebagai laki-laki.

Contoh: Sudah menjadi pemahaman bahwa laki-laki itu akan menjadi kepala keluarga,
pencari nafkah, menjadi orang yang menentukan bagi perempuan. Seseorang yang lahir
sebagai perempuan, akan menjadi ibu rumah tangga, sebagai istri, sebagai orang yang
dilindungi, orang yang lemah, irasional, dan emosional.

dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai berikut. :

1. Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut pekerjaan
yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun untuk
diperdagangkan. Peran ini sering pula disebut dengan peran di sector publik.
2. Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatann yang
berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan pekerjaan urusan rumah
tangga, seperti mengasuh anak, memasak, mencuci pakaian dan alat-alat rumah
tangga, menyetrika, membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran reproduktif ini disebut
juga peran di sektor domestik.
3. Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi di
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-royong dalam menyelesaikan
beragam pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama.Perbedaan peran dan
tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan secara sosial . Gender
berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang diharapkan sebagai
perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat,bukan karena biolologis.

2
KESENJANGAN GENDER DAN KETIDAK ADILAN GENDER

Ketidakadilan Gender (seperti pembatasan peran, pemikiran atau perbedaan perlakuan yang
berakibat pada terjadinya pelanggaran atas pengakuan hak asasi, persamaan hak antara
perempuan dan laki-laki

Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender :

1. Subordinasi
Kondisi yang menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dari laki-laki,
contoh: seorang ibu yang tidak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan dan
menyalurkan pendapat contoh :
 Masih sedikitnya jumlah perempuan yang bekerja pada posisi atau peran
pengambil keputusan atau penentu kebijakan disbanding laki-laki.
 Dalam pengupahan, perempuan yang menikah dianggap sebagai lajang, karena
mendapat nafkah dari suami dan terkadang terkena potongan pajak.
 Masih sedikitnya jumlah keterwakilan perempuan dalam dunia politik
(anggota legislative dan eksekutif).
2. Stereotip Gender
Penandaan terhadap suatu kelompok tertentu yang seringkali merugikan dan
menimbulkan ketidakadilan, contoh : pendapat bahwa perempuan sering berdandan
untuk menarik perhatian lawan jenis ( dapat dilihat dalam ketentuan pasal 5 PERMA
Nomor 3 Tahun 2017) Contoh :
 Perempuan dianggap cengeng, suka digoda.
 Perempuan tidak rasional, emosional.
 Perempuan tidak bisa mengambil keputusan penting.
 Perempuan sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah tambahan.
 Laki-laki sebagai pencari nafkah utama.
3. Beban Ganda
Beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan
jenis kelampin tertentu, contoh : perempuan yang memiliki peran dalam mengurus
rumah tangga, memastikan suami dan anak dalam keadaan baik, melahirkan,
menyusui, atau dapat dikatakan bahwa perempuan memiliki beban kerja majemuk
ttetapi seringkali tidak dihargai dan tidak dianggap.
4. Marginalisasi
Suatu proses peminggiran dari akses sumber daya atau pemiskinan yang dialami
perempuan akibat perubahan gender di masyarakat, contoh : perempuan dianggap
sebagai makhluk domestic dalam hal ini hanya diarahkan untuk menjadi pengurus
rumah tangga contoh :
 Guru TK, perawat, pekerja konveksi, buruh pabrik, pembantu rumah tangga
dinilai sebagai pekerja rendah, sehingga berpengaruh pada tingkat gaji/upah
yang diterima.

3
 Masih banyaknya pekerja perempuan dipabrik yang rentan terhadap PHK
dikarenakan tidak mempunyai ikatan formal dari perusahaan tempat bekerja
karena alasan-alasan gender, seperti sebagai pencari nafkah tambahan,
pekerja sambilan dan juga alasan factor reproduksinya, seperti menstruasi,
hamil, melahirkan dan menyusui.
 Perubahan dari sistem pertanian tradisional kepada sistem pertanian modern
dengan menggunakan mesin-mesin traktor telah memarjinalkan pekerja
perempuan.
5. Kekerasan
Adanya perlakuan kasar atau tindakan yang bersumber dari sumber kekerasan salah
satunya kekerasan terhadap jenis kelamin tertentu yaitu Perempuan dengan anggapan
gender yang eksis dan diakui di masyarakat patriarki berpusat pada kekuasaan laki-
laki misal anggapan bahwa perempuan itu lemah,pasrah, dan menjadi obyek seksual
sehingga dalam konteks ini dikenal istilah gender-based violence.

DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN

Berdasarkan Convention on the Elimination of All Form of Discrimination Against


Women (CEDAW) mengartikan bahwa : “ Setiap pembedaan, pengucilan, atau pembatasan
yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk
mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan, atau penggunaan hak-hak asasi
manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil,
atau apaun launnya oleh wanita terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persamaan
antara Pria dan Wanita”

Jenis-Jenis Kekerasan terhadap Perempuan :

1. Kekerasan secara fisik, seksual dan psikologis yang terjadi dalam keluarga termasuk
pemukulan, penyalahgunaan seksual atas perempuan dalam rumah tangga, perkosaan
dan lainnya.
2. Kekerasan secara fisik, seksual dan psikologis yang terjadi dalam masyarakat luas
termasuk perkosaan, penyalahgunaan seksual, pelecehan dan ancaman seksual di
tempat kerja, dalam lembaga pendidikan dan lainnya.
3. Kekerasan fisik, seksual dan psikologis yang dilakukan atau dibenarkan oleh Negara

ISSUE GENDER DALAM ASUHAN DAN LAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Contoh issue strategis gender bidang kesehatan

Program : peningkatan kesehatan ibu melahirkan dan anak


Data / informasi Contoh issue
fakta Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan
masih tinggi
Faktor penguat kesenjangan  Sistem pendataan AkI belum memadai

4
 Kurangnya kemampuan aparat dalam
memahami perspektif gender dalam kasus
AKI
 Pelaksanaan aturan yang tidak sesuai
kebutuhan/tidak memecahkan masalah
(relasi gender yang tidak seimbang tidak
dipertimbangkan sebagai salah satu
penyebab terjadinya AKI)
Faktor penyebab  Terlambat mengambil keputusan
 Terlalu sering melahirkan
 Terbatasnya fasilitas layanan kesehatan ibu
hamil dan melahirkan
 Belum meratanya distribusi dokter
 Terbatasnya kapasitas bidan
Issue strategis perlunya peningkatan kualitas layanan ibu
melahirkan di wilayah kepulauan

ALAT ANALISIS GENDER


1. GENDER ANALYSIS PATHWAY (GAP)

Gender Analysis Pathway (GAP) adalah suatu alat analisis gender yang dapat digunakan
untuk membantu para perencana dalam melakukan pengarusutamaan gender dalam
perencanaan kebijakan/program/kegiatan pembangunan. Dengan menggunakan GAP, para
perencana kebijakan/program/kegiatan pembangunan dapat mengidenti!kasi kesenjangan
gender (gender gap) dan permasalahan gender (gender issues) serta sekaligus menyusun
rencana kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk memperkecil atau
menghapus kesenjangan gender tersebut.Gender Analysis Pathway (GAP) dilakukan untuk:

1. Membantu perencana dalam menyusun perencanaan program responsif gender.


2. Mengidenti!kasi kesenjangan gender dilihat dari akses, partisipasi, kontrol dan
manfaat yang diperoleh warga laki-laki maupun perempuan.
3. Mengetahui latar belakang terjadinya kesenjangan gender.
4. Merumuskan permasalahan sebagai akibat adanya kesenjangan gender.
5. Mengidentifikasi langkah-langkah/ tindakan intervensi yang diperlukan

LANGKAH- LANGKAH GAP

I. Tahap analisis kebijakan yang responsif gender

l. pilih kebijakan/program/kegiatan yang  Memilih kebijakan/program/kegiatan


akan dianalisis yang hendak dianalisis
 Menuliskan tujuan
kebijakan/program/kegiatan
ll. menyajikan data pembuka wawasan  Menyajikan data pembuka wawasan yang
terpilah menurut jenis kelamin

5
 Data terpilah ini bisa berupa data statistik
yang kuantitatif atau kualitatif, misalnya
hasil survel, hasil FGD, review pustaka,
hasil kajian, hasil pengamatan, atau hasil
intervensi kebijakan/program/kegiatan
yang sedang dilakukan

lll. Mengenali faktor kesenjangan gender  Menemukenali dan mengetahui ada


tidaknya faktor kesenjangan gender, dari
segi akses, partisipasi, kontrol dan
manfaat (APKM)
lv. menemukan sebsb kesenjangan internal  temu kenali isu gender di internal
lembaga.Misalnya, terkait dengan produk
hukum, kebijakan, atau pemahaman yang
masih kurang diantara pengambil
keputusan dalam internal lembaga
v. menemukan sebab kesenjangan eksternal  Temu kenali isu gender di eksternal
lembaga. Misalnya, budaya
(patriarki/matriarki), gender stereotipi
(laki-laki selalu dianggap sebagai kepala
keluarga)

ll. tahap formlasi kebijakann yang renponsif gender

vi. reformulasi tujuan  Merumuskan kembali tujuan kebijakan/


program/ kegiatan yang responsif gender
vii. rencana aksi  Menetapkan rencana aksi
 Rencana aksi diharapkan mengatasi
kesenjangan gender yang teridentifikasi
pada langkah 3, 4 dan 5

lll. Tahap pengukuran hasil

viii. data dasar  Menetapkan data dasar yang dipilih


untuk mengukur kemajuan (progress)
 Data yang dimaksud diambil dari data
pembuka wawasan yang telah
diungkapkan pada langkah 2 yang
terkait dengan tujuan kegiatan dan
output kegiatan
ix. Indikator gender Menetapkan indikator gender sebagai
pengukuran hasil melalui ukuran kuantitatif
maupun kualitatif

ALUR KERJA GAP

6
2. ANALISIS HAVARD

Analisis Harvard merupakan kerangka analisis yang berasal dari Harvard Institute. Pertama
kali dikembangkan pada 1985, ketika gencarnya Women in Development. Tujuan dari
kerangka analisis ini lebih pada adanya alokasi sumberdaya ditinjau dari sektor ekonomi,
baik pada laki-laki maupun perempuan.Desain dan pemetaan peran yang dilakukan dalam
analisis ini dianggap bisa meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja maisng-masing
individu yang terlibat di dalamnya. Adapun dalam proses analisisnya, ada beberapa tahapan
yang menjadi komponen utama, mencakup profil kegiatan (produksi, reproduksi dan sosial),
akses, kontrol, ketersediaan sumber dan manfaatnya, faktor-faktor yang memengaruhi
perbedaan peran gender, dan yang keempat adalah ceklist berupa pertanyaan-pertanyaan yang
bisa diajukan untuk menganalisis siklus suatu proyek.

Contoh kasus: Desa Kiping merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur. Di desa ini, mayoritas masyarakat menggantungkan hidup pada
sektor pertanian, pande dan kerajinan rumah tangga. Hampir di setiap rumah ditemukan
berbagai jenis hasil kerajinan seperti tompo, tumbu, tampah, sapu, keset, kemoceng, dan lain
sebagainya. Sektor pande besi sendiri menghasilkan alat-alat kebutuhan rumah tangga,
pertanian dan perkebunan seperti cangkul, pisau berbagai ukuran dan fungsi dan lain-lain.
Sementara di sektor pertanian, masyarakat Kiping memiliki kelompok tani dengan jumlah
anggota hampir seluruh warga gabungan beberapa RT dan RW.

7
Dari segi perekonomian, bisa dibilang masyarakat Kiping merupakan contoh masyarakat
yang mandiri dan berdaya dengan hasil usaha turun-temurun sejak 80-an. Adapun untuk
lingkup yang lebih kecil, yakni dalam keluarga, biasanya pekerjaan bertani akan dilakukan
oleh laki-laki dan perempuan (ayah dan ibu) secara bersama-sama. Kemudian untuk pande,
kebanyakan dilakukan oleh laki-laki, dan beberapa perempuan usia di atas 50 tahun.

Sementara membuat kerajinan lebih banyak dilakukan oleh ibu-ibu dan remaja-remaja
perempuan –jika mereka tidak bekerja di luar tiga sektor dominan di desa tersebut. Dalam
satu keluarga di Kiping memiliki dua sampai empat anak dengan total jumlah anggota
keluarga yang berada di dalam satu rumah bisa lima sampai tujuh orang. Adapun bagi warga
yang tidak memiliki unit usaha mandiri di rumah, maka akan ikut bergabung atau bekerja di
rumah / sentra pande tempat produksi alat-alat rumah tangga dalam skala besar dan atau
menjadi buruh tani ketika musim tanam hingga panen tiba.

Tujuan kerangka Harvard ini antara lain:

1. Untuk menunjukan bahwa ada suatu investasi secara ekonomi yang dilakukan kaum
perempuan maupun laki-laki, secara rasional.
2. Untuk membantu para perencana merancang proyek yang lebih efisien dan
memperbaiki produktivitas kerja secara menyeluruh.
3. Mencari informasi yang lebih rinci sebagai dasar untuk mencapai tujuan efisiensi
dengan tingkat keadilan gender yang optimal.
4. Untuk memetakan pekerjaan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan melihat
faktor penyebab perbedaan

Analisis Harvard 01
Profil Kegiatan
Kegiatan Perempuan Laki-laki
Memanaskan logam x
Menempa bijih besi x
Membuat aneka jenis
perkakas x
Membajak sawah x
Proses Penanaman x x
Pemupukan x
Perawatan x x
Panen x x
Penjualan x
Menganyam rotan x x
Publik Membuat Sapu x
Membuat Perkakas Dapur x
Membuat Kemoceng, dll x
Memasak x
Domestik Mengurus anak x

8
Menyiapkan bekal x
Membersihkan rumah x
Berbelanja x
Mencuci x
Mengisi gentong air x x
PKK x
Rapat RT/RW x
Sosial Agenda Kelompok Tani x

Analisis Harvard 02: Profil Akses dan Kontrol terhadap Sumberdaya dan Manfaat
Akses Kontrol
Bentuk Pr Lk Pr Lk
Tanah x x x
Alat Produksi x x
Uang x x x x
Sumber Tenaga Kerja x x x
Daya Tabungan x x x x
Pendapatan dari Luar x x x x
Akses Kepemilikan x x
Akses Kesehatan x x x x
Akses Pendidikan x x x x
Pemenuhan
Manfaat Kebutuhan Dasar x x x x

Analisis Harvard 03: Faktor yang Berpengaruh


Faktor Hambatan Kesempatan
Norma Masyarakat x
Hierarki Sosial x
Struktur Kelembagaan x
Sikap masyarakat
terhadap Intervensi dari
Luar (LSM, dll) x
Faktor demografi x

Analisis Harvard 04: Ceklist untuk Analisis Siklus Proyek


Di dalam analisis keempat ini biasanya akan diisi dengan ceklist pertanyaan yang diajukan
dan berhubungan dengan proyek yang tengah dikerjakan –dengan menggunakan perspektif
gender. Setelah list pertanyaan dilengkapi, kita akan bisa mengetahui ada tidaknya
ketimpangan gender di dalam proyek yang digagas.

Hal yang kemudian menjadi kekurangan dari jenis analisis ini adalah, karena sifatnya yang

9
netral gender, sehingga tidak sampai melihat kompleksitas persoalan yang dialami oleh
perempuan. Kemudian perihal perempuan yang bisa mendapatkan akses dan kontrol juga
tidak dilihat apakah dari kelompok perempuan tertentukah –misal yang memiliki previllese
sebelumnya, dan lain sebagainya. Maka dari itu di samping menggunakan analisis Havard ini,
diperlukan juga menambahkan People-Oriented Planning Framework (POP Framework).

Kerangka ini POP memang banyak mengadaptasi Harvard dengan tujuan yang lebih spesifik
dan efisien, utamanya yang berhubungan dengan ketepatan target bantuan pembangunan dan
penggunaan sumberdaya. Selain itu, POP Framework juga memiliki tujuan untuk
memastikan bahwa jarak antara laki-laki dan perempuan bisa berkurang. Adapun tiga
komponen penting dalam kerangka analisis POP adalah, 1). Terdapat analisis determinasi
(meliputi profil populasi dan analisis terhadap konteks). 2) Analisis Aktivitas. 3) Penggunaan
dan Pengendalian Analisis Sumberdaya.

Kekuatan/keutamaan dari Kerangka Harvard:


 Praktis dan mudah digunakan khususnya pada analisis mikro yakni level komunitas
dan keluarga
 Berguna untuk baseline informasi yang detail
 Fokus pada hal-hal yang kasat mata, fakta objektif, fokus pada perbedaan gender dan
bukan pada kesenjangan
 Gampang dikomunikasikan pada pemula/awam
Keterbatasan:
 Tidak ada fokus pada dinamika relasi kuasa dan kesenjangan (inequality)
 Tidak efektif untuk sumberdaya yang tidak kasat mata seperti jaringan sosial dan
sosial kapital
 Terlalu menyederhanakan relasi gender yang kompleks, kehilangan aspek negosiasi,
tawar-menawar dan pembagian peran.

ANALISIS KEBUTUHAN GENDER MOSER.

Alat Analisis Moser


Latar Belakang dan Konsep dasar:
 Dikembangkan oleh Caroline Moser pada tahun 1980an dari Development Planning
Unit, University of London.
 Pembangunan tidak adil dari perspektif gender, kelas dan kelompok etnis.
 Perempuan dari kelompok pekerja miskin (umumnya berasal dari kelompok etnis
tertentu) memikul 3 peran (manajemen produksi, reproduksi dan masyarakat).
 Menyodorkan konsep kebutuhan praktis dan strategis.
 Bertujuan untuk meningkatkan akses dan kontrol untuk sumberdaya material
(tangible) melalui organisasi masyarakat.
 Menitikberatkan pemberdayaan perempuan sebagai suatu proses pengorganisasian
perempuan dan yang secara ketat membutuhkan konsep yang lebih tegas antara
gender, kuasa dan negara.
 Rumah tangga dan masyarakat sebagai ruang lingkup institusional

10
Komponen Utama Alat Analisis Moser
 Tiga peran gender
 Kebutuhan praktis dan strategis
 Kategori pendekatan kebijakan yang WID dan GAD (kebijakan matriks)

1. Alat analisis I: Tiga Peran Gender


Alat analisis ini memetakan pembagian kerja berdasarkan gender dengan
mempertanyakan: siapa (L/P) mengerjakan apa? Moser mengidentifikasikan 3 peran
perempuan terutama perempuan yang berpenghasilan rendah dalam 3 peran, yaitu
sebagaimana yang terlihat dalam matriks:

SIAPA (L/P) MENGERJAKAN APA?

Peran Kerja Reproduktif Peran Kerja Produktif Peran Kerja Komunitas


(termasuk pelayanan sosial)
 Pemeliharaan rumah  Pekerjaan di luar rumah  Perayaan-petrayaan dan
tangga dan anggotanya, yang biasanya dibayar upacara-upacara (agama,
termasuk melahirkan seperti produksi barang, budaya)
dan pengasuhan anak, jasa dan perdagangan.  Kegiatan politik lokal.
pemeliharaan kesehatan  Lebih dihargai  Tidak dipertimbangkan dalam
keluarga (anak, dibandingkan pekerjan analisa ekonomi.
orangtua, orang cacat, reproduktif. Kerja komunitas terbagi dua:
dll).  Fungsi, tanggungjawab 1. Kegiatan Pengelolaan Komunitas
 Pekerjaan ruma-tangga dan upah laki-laki dan  Peran perempuan adalah
seperti: memasak, perempuan seringkali perpanjangan tangan dari
menyediakan makanan, berbeda. pekerjaan reproduktif di tingkat
menyediakan air dan  Perempuan seringkali komunitas. Mis. memasak
bahan bakar (kayu, kurang dilihat dan dalam pesta/selamatan tetangga.
minyak tanah, gas, dll), dinilai dibandingkan  Pekerjaan sukarela yang tidak
berbelanja, pemeliharaan laki-laki. dibayar.
(membersihkan rumah).
 Disebut juga ”ekonomi
pengasuhan” (care 2. Kegiatan Politik Komunitas
economy, Diane Elson),  Secara umum dijalankan oleh
tidak dipertimbangkan laki-laki, yang berkaitan dengan
dalam analisa ekonomi. organisasi politik formal, sering
dalam kerangka politik nasional.
 Umumnya dibayar
 Bermanfaat secara tidak
langsung, berkaitan dengan
peningkataan status/ kekuasaan

2. Alat Analisis II: Penilaian Kebutuhan Gender (gender needs assessment)


Pertanyaan kunci: apa kebutuhan praktis gender dan kebutuhan strategis gender yang
yang dibutuhkan oleh perempuan/laki-laki? Apakah suatu program intervensi
menjawab kebutuhan praktis dan strategis gender?
Dua tipe kebutuhan gender:

Kebutuhan praktis gender Kebutuhan strategis gender


 Merespon kebutuhan yang bersifat  Kebutuhan yang memungkinkan
langsung , cepat dalam konteks yang perempuan mentransformasikan
khusus dan jangka pendek ketidakseimbangan kekuasaan anara

11
 Tidak mempersoalkan perubahan relasi perempuan dan laki-laki.
kuasa dan posisi perempuan yang timpang  Merespon kebutuhan yang bersifat jangka
 Melestarikan peran kerja reproduksi panjang dalam upaya perubahan
perempuan. pembagian kerja gender yang lebih setara,
 Untuk menjawab kondisi kehidupan yang kekuasaan dan kontrol, termasuk
terbatas menjadi lebih baik seperti: masalah-masalah yang berhubungan
penyediaan air bersih, peningkatan dengan hak-hak hukum, kekerasan
pendapatan dalam rumah tangga, domestik, kesetaraan upah dan kontrol
pemberian makanan untuk ibu hamil, perempuan atas dirinya sendiri;
pemberian kebutuhan khusus perempuan di  Bisa menyebabkan konflik, resistensi dari
pengungsian: pakaian dalam, pembalut, mereka yang menikmati hubungan relasi
etc., penambahan jumlah wc khusus kuasa yang ada, bisa juga terjadi proses
perempuan di tempat umum, dll. negosiasi dan kerjasama.

3. Alat Analisis III: Pemilahan Kontrol Atas Sumberdaya Dengan Pengambilan


Keputusan Dalam Rumah Tangga
Untuk mendapat data kita perlu mengajukan pertanyaan:
 Siapa yang mempunyai kontrol atas sumberdaya ?
 Apa saja sumberdaya yang dikontrol
 Siapa yang mengambil keputusan?
 Bagaimana cara pengambilan keputusannya?

4. Alat analisis IV: Perencanaan untuk Menyeimbangkan Tiga Peran Gender


Perlu memeriksa apakah sebuah program yang dilaksanakan akan meningkatkan beban kerja
dari salah satu peran gender dan merugikan peran gender yang lain. Tujuannya untuk
menghindari penambahan beban kerja atau untuk mengetahui bagaimana perempuan
membuat keseimbangan terhadap ketiga perannya yaitu peran reproduktif, produktif dan
komunitas.

5. Alat analisis V: Memahami Perbedaan Tujuan Berbagai Intervensi: Matriks


Kebijakan WID / GAD
 Alat untuk evaluasi atas pendekatan yang digunakan dalam suatu program atau
perencanaan sehingga dapat membantu kita untuk mengantisipasi kelemahan,
hambatan dan kesulitan yang mungkin timbul.
 Berguna untuk mempersiapkan pendekatan yang paling sesuai untuk kerja/program
mendatang.
 Moser memberikan lima (5) tipe pendekatan kebijakan. Ke-5 tipe ini bukanlah sesuatu
yang dibaca secara kronologis, karena dalam praktiknya bisa muncuk bersamaan atau
secara berkesinambungan. Kelima tipe ini bisa dilihat alam matriks berikut:

Tipe Pedekatan
Kebijakan Gender Keterangan
Kesejahteraan  Pendekatan yang muncul pada tahun 1950-70an, namun masih populer
(Welfare) sampai saat ini.
 Melihat peran reproduksi perempuan saja.
 Memenuhi kebutuhan praktis perempuan
 Perempuan sebagai penerima manfaat intervensi pembangunan yang pasif.
 Top-down dan tidak memperthitungkan pembagian kerja seksual dan
status sub-ordinasi perempuan.
Kesamaan  Pendekatan Wome in Development (WID) atau perempuan dalam
(Equity) pembangunan, dikembangkan 1976-1985.
 Mengakui perempuan sebagai peserta aktif pembangunan dan 3 peran

12
gender perempuan.
 Mempromosikan kesetaraan bagi perempuan dan memenuhi kebutuhan
strategis gender melalui intervensi negara. Caranya dengan memberikan
otonomi perempuan di sektor politik dan ekonomi serta mengurangi
ketidaksetaraan nereka dengan laki-laki.
 Dianggap dipengaruhi oleh cara berpikir Feminis Barat dan dipandang
mengancam laki-laki.
 Tidak populer pada banyak pemerintahan.
Anti kemiskinan  Lebih kurang radikal dari pendekatan kesamaan WID, muncul setelah
(Anti poverty) tahun 1970an.
 Berdasarkan argumen bahwa perempuan seringkali tidak terwakili dalam
fakta mengenai orang miskin.
 Bertujuan agar perempuan bisa keluar dari kemiskinan dengan
meningkatkan produktivitas mereka.
 Kemisikinan perempuan dlihat sebagai problem dari keterbelakangan
bukan karena tersubordinasi.
 Mengakui peran produktif perempuan dan berupaya untuk menjawab
kebutuhan praktis gender misalnya melalui program income
generatin (peningkatan pendapatan).
 Sangat populer di kalangan LSM.
Efisiensi  Adaptasi dari pendekatan Kesamaan WID sejak muncul krisis hutang pada
(Efficiency) era 80-an.
 Membuat pembangunan lebih efektif dan efisien melalui pengakuan
kontribusi ekonomi perempuan
 Berupaya memenuhi kebutuhan praktis dan mengakui 3 peran gender
perempuan
 Kerap berasumsi bahwa waktu kerja perempuan fleksibel dan perempuan
diharapkan untuk mengurangi waktu kerja reproduktif dan sosialnya dan
memperpanjang waktu kerja produktif..
 Sering salah mengasosiasikan ”partisipasi perempuan” dengan
meningkatkan kesamaan gender dan kemampuan perempuan mengambil
keputusan.
 Pendekatan yang masih sangat populer dipakai.
Pemberdayaan  Pendekatan yang terbaru, diartikulasikan oleh perempuan dunia ke-3
(Empowerment) (negara berkembang spt di Asia)
 Bertujuan untuk memberdayakan perempuan dengan mendukung inisiatif
mereka sendiri sehingga menghasilkan kemandirian.
 Subordinasi perempuan tidak hanya dilihat sebagai akibat penindasan laki-
laki, tetapi juga sebagai akibat penindasan kolonial dan neo-kolonial.
 Mengakui berbagai pengalaman perempuan yang bervariasi yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kelas, ras, usia, dst dan intervensi
harus memperhatikan berbagai aspek penidnasan perempuan.
 Mengakui ketiga peran gender perempuan dan berupaya menjawab
kebutuhan strategis gender melalui mobilisasi perempuan misalnya
mengorganisasikan kelompok perempuan untuk membuat permintaan
untuk pemenuhan kebutuhan praktis gender.

6. Alat Analisis 6: Melibatkan perempuan, organisasi yang peduli dengan perspektif


gender dan para perencana dalam perencanaan

Kerangka analisis ini mengajak penggunanya untuk memikirkan pentingnya melibatkan


perempuan, organisasi yang sadar gender dan perencana gender dalam perencanaan. Ini
penting untuk menjamin bahwa kebutuhan paraktis dan strategis gender sudah
diidentifikasikan dan diintegrasikan ke dalam proses perencanaan. Mereka yang terlibat ini

13
tidak hanya dilibatkan dalam proses analisa, tetapo juga ketika menetapkan sasaran
inbtervensi dan cara intervensinya.

Kekuatan/Keutamaan Kerangka Moser:

 Mampu melihat kesenjangan perempuan dan laki-laki


 Penekanan pada seluruh aspek kerja di mana membuat peranan ganda perempuan
terlihat
 Menekankan dan mempertanyakan asumsi dibalik proyek-2 intervensi
 Penekanan pada perbedaan antara memenuhi kebutuhan dasar-praktis dengan
kebutuhan strategis

Keterbatasan/Kelemahan Kerangka Moser:

 Fokus pada perempuan dan laki-laki dan tidak pada relasi sosial
 Tidak menekanakan aspek lain dari kesenjangan spt akses atas sumber daya
 Jika ditanyakan, perempuan akan mengidentifikasikan kebutuhan praktisnya.
Menemukan ukuran-2 kebutuhan strategis sulit. Perubahan strategis adalah sebuah
proses yang kompleks dan kontradiktif. Dalam prakteknya, sesuatu yang praktis dan
strategis berkaitan erat.
 Pendekatan kebijakan yang berbeda-2 bercampur dalam prakteknya
 Kerja secara efektif lebih berfungsi sebagai alat analisis intervensi ketimbang
perencanaan.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Analisis gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara sistematis
tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan,
fungsi, peran, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan.Teknik analisis gender adalah
suatu rangkaian proses kegiatan yang dimulai dari usaha untuk mengetahui latar belakang dan
sebab-sebab terjadinya kesenjangan sampai pada upaya pemecahan masalah dan
menyampaikan cara/langkah tindak untuk menghilangkan atau mengurangi adanya
kesenjangan dan dalam rangka mencapai persamaan kedudukan dan peranan laki-laki dan
perempuan.

3.2 SARAN

Demikian makalah yang dapat kami sampaikan,sekiranya makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Kami mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah
yang selanjutnya. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalan makalah kami, semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

15
DAFTAR PUSTAKA
http://mappifhui.org/2018/11/23/ketidakadilan-gender-kekerasan-terhadap-perempuan-vol-ii/

http://www.akbidsismadi.ac.id/2016/11/gender-akademi-kebidanan-sismadi.html?m=1

https://books.google.co.id/books?id=gAIY4kiNp-
0C&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false

https://books.google.co.id/books?id=qTqERPPWTYAC&printsec=frontcover&hl=id&source
=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false

https://www.google.com/search?q=modul+asuhan+kebidanan+komunitas&oq=&aqs=chrome
.0.35i39i362l15.-1j0j7&client=ms-android-oppo-rvo2&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8

https://www.morfobiru.com/2020/05/analisis-harvard-dan-contoh-penerapan.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai